BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, bahkan
WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global, sehingga obesitas merupakan suatu problem kesehatan yang harus segera ditangani
(WHO,
2000).
Obesitas
dapat
berdampak
negatif
dan
memungkinkan penderitanya mengalami berbagai penyakit, seperti Diabetes Mellitus (DM), hipertensi, penyakit kardiovaskular, hipoventilasi alveolar, batu empedu, dan kenaikan LDH darah dan enzim-enzim dalam hati (SGOT dan SGPT) (Sumanto, 2009). Prevalensi obesitas meningkat dari tahun ke tahun, baik di negara maju maupun negara yang sedang berkembang. Menurut Riskesdas (2007), balita usia 0-5 tahun di Indonesia persentase gemuk berdasarkan BB/TB diperoleh 12,6% pada laki-laki dan 11,8% pada perempuan. Sedangkan menurut Riskesdas (2010), balita usia 0-5 tahun di Indonesia persentase gemuk berdasarkan BB/TB diperoleh 13,8% pada laki-laki dan 14,2% pada perempuan. Sehingga, dapat terlihat jelas peningkatan jumlah balita yang obesitas dari tahun ke tahun. Sementara, prevalensi obesitas di Yogyakarta pada balita sebesar 13,6% (Riskesdas, 2010). Di Indonesia, terutama di kota-kota besar, dengan adanya perubahan gaya hidup yang menjurus ke westernisasi dan sedentary berakibat pada perubahan pola makan/konsumsi masyarakat yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, tinggi lemak dan kolesterol, terutama terhadap penawaran
1
makanan siap saji ( fast food ) yang berdampak meningkatkan risiko obesitas (Satoto, S., et al., 1998). Selain pola makan, faktor penting yang tidak dapat dilupakan sebagai penyebab obesitas adalah aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang dilakukan sejak masa anak-anak hingga lansia akan mempengaruhi kesehatan seumur hidup. Obesitas pada usia anak akan meningkatkan risiko obesitas pada saat dewasa. Jika obesitas terjadi pada anak sebelum usia 5-7 tahun, maka risiko obesitas dapat terjadi pada saat tumbuh dewasa. Penyebab obesitas dinilai sebagai „multikausal‟ dan sangat multidimensional karena tidak hanya terjadi pada golongan sosio-ekonomi tinggi, tetapi juga sering terdapat pada sosioekonomi menengah hingga menengah ke bawah. Obesitas juga dipengaruhi oleh faktor genetik. Anak obesitas biasanya berasal dari keluarga yang juga obesitas. Hal ini mungkin karena pada saat ibu yang mengalami obesitas sedang hamil, unsur sel lemak yang berjumlah besar dan melebihi ukuran normal secara otomatis akan diturunkan kepada bayinya selama dalam kandungan (Syawal, et al., 2008). Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan banyak energi yang tersimpan sebagai lemak, sehingga cenderung pada orang-orang yang kurang melakukan aktivitas menjadi gemuk (Salam, 1989). Begitu juga hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Mustelin (2009), menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan obesitas pada anak. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang aktivitas fisik pada anak usia pra sekolah dengan kejadian obesitas.
2
B. Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada anak usia 2-5 tahun?
C. Tujuan Penelitan Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada anak usia 2-5 tahun.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1.
Bagi Peneliti Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman peneliti mengenai pengaruh aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas.
2. Bagi Orang Tua Sebagai gambaran dan pengetahuan tentang status gizi anak dan aktivitas fisik anak. Lebih jauh lagi, sebagai pedoman pengasuhan gizi anak, terutama anak yang mengalami obesitas. 3. Bagi Institusi Menambah pengetahuan tentang bagaimana aktivitas fisik memberi pengaruh terhadap kejadian obesitas pada anak.
3
E.
Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan penelitian ini antara lain :
1.
Rinjani (2006) meneliti tentang “Perilaku Makan dan Aktivitas Fisik Anak TK Berstatus Gizi Lebih dan Gizi Baik di Kota Bogor”. Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbandingan perilaku makan dan aktivitas fisik antara anak TK berstatus gizi lebih dan gizi baik di kota Bogor. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa cross sectional. Sampel penelitian 60 anak berstatus gizi lebih dan 60 anak berstatus gizi baik/normal.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
tidak
terdapat
perbedaan perilaku makan antara anak yang berstatus gizi lebih dan anak yang berstatus gizi baik. Akan tetapi, terdapat perbedaan yang nyata dalam hal aktivitas fisik antara anak yang berstatus gizi lebih dan anak yang berstatus gizi baik. Anak yang memiliki kebiasaan berolahraga cenderung berstatus gizi baik. Perbedaan dengan penelitian sekarang adalah tempat penelitian, yaitu di kota Yogyakarta, serta pada penelitian sekarang ingin melihat aktivitas fisik pada anak. 2.
Anggraini (2008) meneliti tentang “Faktor Resiko Obesitas pada Anak Taman Kanak-Kanak di Kota Bogor”. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari faktor risiko obesitas pada anak Taman Kanak-kanak di Kota Bogor. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Jumlah populasi sebanyak 578 anak dari beberapa TK di kota Bogor. Pada akhirnya, jumlah sampel yang dipilih berdasarkan kelengkapan kuesioner yaitu 41 anak obes dan 41 anak normal. Hasil dari penelitian ini
4
adalah faktor risiko obesitas pada anak antara lain IMT ayah, lama menonton TV, kurangnya waktu bermain di luar rumah, konsumsi energi dan konsumsi lemak. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada tempat penelitian, yaitu di Kota Yogyakarta, serta hal yang akan diteliti, yaitu lebih terfokus pada aktivitas fisik anak. 3.
Huriyati (2004), meneliti tentang “Aktivitas Fisik pada Remaja SLTP Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul serta Hubungannya dengan Kejadian Obesitas”. Penelitian ini menggunakan desain case control study. Subjek penelitian yaitu sebanyak 140 remaja SLTP yang menderita obesitas dan 140 remaja SLTP yang tidak mengalami obesitas di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Hasil penelitiannya adalah terdapat perbedaan aktivitas fisik ringan yang dilakukan oleh remaja di kota Yogyakarta dan remaja di kabupaten Bantul. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah perbedaan populasi serta sampel, yaitu pada anak pra sekolah (usia 2-5 tahun) dan juga perbedaan metode penelitian yang digunakan (cross sectional study).
4.
Wulandari (2009), melakukan penelitian dengan judul Perbedaan “Lamanya Aktivitas Fisik Antara Anak Obesitas dan Normal pada Anak Sekolah Dasar di Mlati Sleman”. Penelitian ini menggunakan desain case control. Subjek penelitian 35 anak obesitas sebagai kasus dan 70 anak normal sebagai kontrol. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan lamanya aktivitas fisik ringan dan sedang antara anak obesitas dan normal, sedangkan untuk lamanya aktivitas fisik berat tidak terdapat perbedaan antara anak obesitas dan normal.
5