BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Remaja adalah sekelompok dewasa muda yang berusia antara 10 hingga 19 tahun (WHO). Remaja merupakan suatu masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia
mencapai
kematangan
seksual,
individu
mengalami
perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanakkanak
menjadi
dewasa,
terjadi
peralihan
dari
ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang
relatif
pengawasan
mandiri
dan
(Sarwono,
diberikan
2010).
pembekalan
Remaja
yang
perlu
cukup
agar
nantinya dapat menjalani masa transisi ini dengan sebaikbaiknya.
Namun
demikian,
para
remaja
seringkali
tidak
mendapat pengetahuan seks dari orang tua atau orang yang dapat
dipercaya
majalah informasi
atau
film
yang
membicarakan
melainkan
dari
sehingga
salah.
masalah
Orang seksual
sumber-sumber
rentan tua
untuk
bahkan
kepada
seperti
memperoleh merasa
anaknya
tabu
sehingga
membuat hubungan anak-orang tua menjadi jauh dan anak cenderung
beralih
pada
sumber-sumber
lain
yang
tidak
1
2
akurat seperti teman (Sarwono, 2010). Padahal pendidikan seks pada remaja merupakan hal yang penting karena remaja pada
dasarnya
mempunyai
rasa
ingin
tahu
yang
tinggi
terhadap keadaan di sekitarnya termasuk mengenai perilaku seksual. Perubahan fisik dan psikologis pada remaja secara tidak langsung mendukung remaja untuk melakukan tindakan yang
tidak
bertanggung
jawab,
seperti
hubungan
seks
pranikah. Remaja melakukan seks pranikah karena didorong oleh rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui. Pengetahuan yang hanya setengahsetengah tidak hanya mendorong remaja untuk mencoba-coba, tetapi juga bisa menimbulkan salah persepsi. Perilaku seks remaja yang tidak bertanggung jawab mulai
marak
terjadi
di
Indonesia.
Menurut
Simanjorang
(2011) berdasarkan penelitiannya di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 20 hingga 30 persen remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks pranikah. Sebanyak 62,7% anak
SMP
mengaku
sudah
tidak
perawan.
Bahkan,
Ketua
Jaringan Peduli Perempuan dan Anak (JPPA) Jawa Tengah, Widanti (2011) mengatakan bahwa jumlah siswi yang hamil akan terus meningkat, tercermin dari penelitiannya pada
3
sekolah jenjang SMP dan SMA tahun 2010 yang menunjukkan bahwa dalam tiap sekolah rata-rata ditemukan empat hingga tujuh
siswa
kenaikannya
yang 10%
hamil,
hingga
bahkan
15%.
pada
tahun
Kenaikan
ini
tersebut
tentu
akan
sangat memprihatinkan dan memerlukan tindakan antisipasi demi menekan fenomena sosial tersebut. Pengetahuan mempengaruhi
tentang
seksual
individu
terhadap
sikap
pranikah seksual
dapat pranikah
(Adikusuma et al., 2005). Sikap seksual pranikah remaja bisa
berwujud
positif
ataupun
negatif.
Sikap
positif
kecenderungan tindakan adalah mendukung seksual pranikah sedangkan
sikap
menghindari
negatif
seksual
Pemahaman
mengenai
ditekankan
kepada
segala
keputusan
kecenderungan
pranikah perilaku
remaja akan
remaja
seks
agar
lebih
pada
remaja
siap
dan
tindakan
adalah
(Azwar,
2009).
remaja
penting
dalam paham
mengambil mengenai
konsekuensinya terutama yang berhubungan dengan perilaku seksual.
Namun
data
yang
ada
tidak
cukup
banyak
pada
kelompok siswa SMP, sehingga penulis merasa penting untuk mengetahui tentang pemahaman perilaku seksual khususnya pada kelompok tersebut.
4
I.2.Perumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
masalah
di
atas,
maka
permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana
tingkat
pemahaman
perilaku
seks
bebas
pada remaja kelas IX SMP Negeri 2 Banguntapan?”
I.3.Tujuan Penelitian Tujuan
umum:
untuk
mengetahui
pemahaman
remaja
mengenai perilaku seksual.
Tujuan khusus: a.
Mengetahui pemahaman remaja mengenai perilaku
seks bebas. b.
Mengetahui
sumber
informasi
mengenai
seks
bebas. c.
Mengetahui
sikap
seksual dan seks bebas.
remaja
terhadap
perilaku
5
I.4.Keaslian Penelitian Hasil
penelitian
yang
berhubungan
dengan
topik
penelitian ini adalah: 1. Herlia Yuliantini (2012) dengan metode deskriptif korelatif
dengan
tentang
tingkat
remaja
tentang
sebanyak
96
Pengambilan teknik
pendekatan
pengetahuan perilaku
siswa data
purposive
menunjukkan
“SMU
cross
HIV/AIDS seks
X”
di
menggunakan sampling.
bahwa
dan
sikap
pranikah
pada
Jakarta
Timur.
kuesioner
dengan
Hasil
mayoritas
sectional
penelitian
siswa
memiliki
tingkat pemahaman HIV/AIDS yang baik dengan sikap tidak mendukung perilaku seks bebas. 2. Rida
Bhakti
Kencana
observasional
analitik
sectional. kuesioner
Sampel dengan
(2011) dengan
sebanyak
pendekatan
56
systematic
dengan
metode cross
orang
diberikan
random
sampling.
Hasil penelitian adalah terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan
remaja
tentang
kesehatan
reproduksi dengan sikap terhadap seks pranikah 3. Nurdiana
Darmastuti
observasional
analitik
(2011)
dengan
dengan
pendekatan
metode cross
6
sectional
tentang
tingkat
pengetahuan
remaja
tentang PMS dengan sikap seks bebas pada sebanyak 70
siswa
SMAN
3
Boyolali
yang
diambil
dengan
teknik systematic sampling. Hasil penelitian pada tingkat
pengetahuan
berpengetahuan
tentang
baik
PMS
(38,57%),
mayoritas
berpengetahuan
cukup baik (32,86%) dan pada sikap seks bebas mayoritas
tidak
(35,71%). antara
setuju
(41,43%),
Kesimpulannya
tingkat
kurang
adalah
pengetahuan
ada
remaja
setuju
hubungan
tentang
PMS
dengan sikap seks bebas. 4. Nasria Putriani (2010) dengan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional tentang faktorfaktor
yang
mempengaruhi
pengetahuan
remaja
terhadap kesehatan reproduksi pada sebanyak 109 siswa SMA Negeri 1 Mojogedang. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
faktor-faktor
seperti
teman,
orang terdekat, orang tua, media massa, informasi yang
diterima
dan
seringnya
berdiskusi
dapat
mempengaruhi pengetahuan responden. 5. Fadhila
Arbi
Dyah
Kusumastuti
(2010)
dengan
metode analitik observasional dengan pendekatan
7
cross sectional tentang hubungan pengetahuan dan sikap terhadap seks pranikah pada sebanyak 184 siswa SMA Negeri 3 Surakarta yang diambil dengan metode simple random sampling. Hasil penelitian menyebutkan
remaja
mempunyai
pengetahuan
baik
tentang seksual pranikah dengan jumlah 116 remaja (63%), mempunyai pengetahuan cukup dengan jumlah 37
remaja
(20,1%)
dan
mempunyai
pengetahuan
kurang 31 remaja (16,9%). Sedangkan untuk sikap seksual
pranikah
termasuk
dalam
(kecenderungan pranikah)
dan
remaja
menunjukkan
kategori untuk
37,5%
62,5%
sikap
negatif
menghindari
seksual
mempunyai
sikap
positif
(kecenderungan untuk mendekati seksual pranikah). Perbedaan dari sejumlah penelitian di atas dengan penelitian atas
ini
tidak
sebagai
adalah
ada
sampel
yang
bahwa,
seluruh
menyertakan
penelitian.
penelitian
remaja
Selain
itu,
tingkat sejauh
di SMP
yang
penulis ketahui, belum ada yang melakukan penelitian serupa
pada
Banguntapan.
remaja
kelas
IX
di
SMP
Negeri
2
8
I.5.Manfaat Penelitian 1. Sebagai
dasar
untuk
penelitian-penelitian
selanjutnya. 2. Memberikan
masukan
untuk
Institusi
Pendidikan
yang
berguna bagi perencanaan dan pengembangan pendidikan seksual di lingkungan sekolah. 3. Memberi Berencana
masukan
untuk
Nasional
pengembangan
program
Badan
(BKKBN)
Koordinasi bagi
Kesehatan
Keluarga
perencanaan Reproduksi
dan
Remaja
(KRR) di sekolah dan kelompok remaja lainnya. 4. Mengingatkan
masyarakat
mengenai
pentingnya
pendidikan seksual yang baik di kalangan remaja.