1
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Istilah pendidikan kerap sekali kita dengar. Pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya untuk mengarahkan perkembangan manusia agar menuju kearah yang lebih baik. Yang menjadi perhatian dalam pendidikan adalah perkembangan kepribadian manusia. Telah dirumuskan bahwa pendidikan upaya mengarahkan perkembangan kepribadian manusia sesuai dengan hakikatnya agar menjadi insan yang sempurna, dalam rangka mencapai tujuan akhir kehidupannya, yaitu kebahagiaan hidup dunia dan akhirat1 Pendidikan erat kaitannya dengan belajar, pendidikan dapat diperoleh dengan belajar, baik secara formal maupun non formal. Karena pada hakikatnya intisari dari belajar adalah perubahan. Belajar adalah kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.2 Seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan yang relatif tinggi cenderung lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan yang relatif rendah. Namun demikian, faktor kecerdasan bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan prestasi yang akan dicapai siswa. Faktor non intelektif di antaranya adalah 1
Ainum Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islami, ( Yogyakarta: UII pres, 2004), h. 97
2
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, ( Jakarta: rineka cipta, 2002), h.13
2
motivasi dan kebiasaan. Motivasi merupakan faktor yang sangat penting dalam proses belajar guna mencapai prestasi yang diharapkan. Ini dikarenakan motivasi merupakan pendorong dan penggerak individu yang dapat menimbulkan dan memberikan arah bagi individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuannya. Standar nilai baik nilai ketuntasan belajar maupun kelulusan yang ditetapkan secara nasional yang harus dicapai oleh siswa dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan berprestasi. Serta membuat siswa tertuntut untuk mengubah kebiasaan belajarnya ke arah yang lebih baik. Kebiasaan belajar merupakan pola belajar yang ada pada diri siswa yang bersifat teratur dan otomatis.
Kebiasaan bisa diartikan sebagai hal-hal yang dilakukan berulang-ulang, sehingga dalam melakukan itu tanpa memerlukan pemikiran. Misalnya orang yang terbiasa tidur setelah sholat Dzuhur, akan melakukannya setiap hari tanpa begitu memerlukan pemikiran dan konsentrasi yang penuh. Kebiasaan belajar adalah segenap perilaku siswa yang ditujukan secara langsung dari waktu-kewaktu dalam rangka pelaksanaan studi di sekolah. Perlu diperhatikan bahwa kebiasaan belajar tidaklah sama dengan ketrampilan belajar. Kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang dari waktu kewaktu dengan cara yang sama, sedang keterampilan belajar adalah suatu sistem, metode, teknik yang telah dikuasai untuk melakukan studi.
3
Kebiasaan belajar bukan merupakan bakat alamiah yang berasal dari faktor bawaan, tetapi merupakan perilaku yang dipelajari dengan secara sengaja dan sadar selama beberapa waktu. Karena diulang sepanjang waktu, berbagai perilaku itu begitu terbiasakan sehingga akhirnya terlaksana secara spontan tanpa memerlukan pikiran sadar sebagai tanggapan otomatis terhadap sesuatu proses belajar. Tentu saja kebiasaan belajar adakalanya merupakan kebiasaan belajar yang baik dan kebiasaan belajar yang buruk kebiasaan belajar yang baik akan membantu peserta didik untuk menguasi pelajarannya, menguasai materi dan meraih sukses dalam sekolah. Sedangkan kebiasaan belajar yang buruk akan mempersulit peserta didik untuk memahami pelajarannya dan menghambat kemajuan studi serta menghambat kesuksesan studi di sekolah.
Pembentukan kebiasaan belajar bisa dipengaruhi oleh imitasi dan sugesti. Kebiasaan belajar yang baik dapat terbentuk karena lingkungan tempat peserta didik belajar merupakan lingkungan yang sudah terbiasa melakukan aktivitas belajar secara teratur. Kebiasaan ini bisa terbentuk secara tidak sadar sejak kecil melalui imitasi dari keluarga. Yang kedua sugesti, emosi seseorang tergantung pada emosi dan sikap orang banyak. Hal ini sering disebut sebagai herd-instinct atau naluri gerombolan. Diantara cara membentuk kebiasaan belajar adalah dengan cara berbuat suatu aktivitas belajar walaupun mengalami kesulitan secara terus menerus. Ketika kegiatan ini diulang terus menerus maka akan membentuk tipe belajar yang dikehendaki. Maka terbentuklah suatu kebiasaan belajar sehingga merasa seakan-akan kurang tepat jika melakukan kegiatan lain. kebiasaan belajar
4
juga dapat dipengaruhi oleh cara guru menerapkan bimbingan terhadap siswanya bimbingan belajar yang dimaksud adalah untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Secara umum, prosedur bimbingan belajar dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut ;
1. Bimbingan adalah suatu proses pemberian atau layanan bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan. 2. Bimbingan ialah penolong individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat memecahkan kehidupannya.3 3. Bimbingan adalah suatu proses yang terus-menerus untuk membantu perkembangan individu dalam rangka mengembangkan kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.4 Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik sebuah inti sari bahwa bimbingan dalam penelitian ini merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami dirinya, menerima dirinya, mengarahkan dirinya, dan merealisasikan dirinya. Dalam pembelajar terkadang guru tidak begitu memperhatikan pola kebiasaan belajar
3
Oemar Hamalik, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung, Remaja Karya, 1990) h.
4
Tim Pengembangan MKDK IKIP (Semarang: 1990 ), h. 11
27-28
5
siswanya. Hal inilah yang membuat penulis ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan bimbingan belajar yang dilaksanakan oleh guru pembimbing.
Berdasarkan dari hasil pengamatan awal peneliti di MTsN Mulawarman Banjarmasin, layanan pembelajaran di MTsN Mulawarman Banjarmasin diberikan kepada seluruh siswa secara rutin, yaitu dengan adanya jam mata pelajaran Bimbingan Konseling satu-dua jam setiap minggunya. Meskipun demikian masih banyak permasalahan yang dihadapi siswa berkenaan dengan kebiasaan belajarnya yang tergolong masih belum efektif, misalnya belajar asal belajar, belajar tanpa persiapan, pasif akan kegiatan kelas, baru belajar pada saat akan ujian atau ulangan saja, serta tidak mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. Hal ini dapat ditunjukkan oleh perbedaan nilai prestasi masing-masing siswa ada yang di atas rata-rata kelas, di bawah rata-rata kelas dan ada pula yang berada tepat pada garis rata-rata kelas. Layanan pembelajaran diberikan kepada siswa agar dapat membantu siswa mengembangkan kebiasaan belajar yang baik untuk mengenal pengetahuan dan keterampilan seta menyiapkan diri untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. Disamping itu sepanjang pengetahuan penulis di MTsN Mulawarman Banjrmasin belum pernah diadakan penelitian tentang hal tersebut sehingga mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang. “PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR OLEH GURU BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP KEBIASAAN BELAJAR SISWA DI MTS N MULAWARMAN.
6
B. Rumusan masalah Bertolak dari latar belakang tersebut di atas maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut ;
1. Bagaimana pelaksanaan pelaksanaan bimbingan balajar di MTsN Mulawarman Banjarmasin 2. Bagaimana kebiasaan belajar siswa di MTsN Mulawarman Banjarmasin 3. Apakah ada pengaruh antara layanan bimbingan belajar terhadap kebiasaan belajar siswa di MTsN Mulawarman Banjaramasin? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka dapat ditentukan tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah ;
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan layanan bimbingan belajar yang dilaksanakan oleh guru Bimbingan dan Konseling di MTsN Mulawarman Banjarmasin.
2. Untuk mengetahui kebiasaan belajar siswa di MTsN Mulawarman Banjarmasin. 3. Untuk mengetahui apakah ada korelasi/pengaruh yang signifikan antara bimbingan belajar terhadap kebiasaan belajar siswa di MTsN Mulawarman Banjarmasin?
7
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Secara Teoritis Melalui Penelitian ini diharapakan menambah khasanah pengetahuan khususnya pada layanan Bimbingan Konseling.
2. Manfaat Secara Praktis sebagai saran penulis untuk mensinergikan pengetahuan yang telah didapat baik dari bangku sekolah-kuliah maupun pengalaman di luar kuliah khususnya guru pembimbing, hasil penelitian ini diharapakan dapat berguna sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling dalam bidang bimbingan belajar.
E. alasan memilih judul Ada beberapa hal yang melatar belakangi penulis memilih judul tersebut yaitu: 1. Mengingat bahwa kebiasaan belajar merupakan suatu karakteristik atau ciri khas seseorang. 2. Memperoleh prestasi merupakan harapan setiap orang, karena ada sebagian siswa yang mampu memperoleh prestasi yang baik dan ada pula yang tidak memperoleh prestasi tersebut. Hal ini tentu ada usaha yang giat dan didukung oleh situasi dan kondisi yang memungkinkan untuk belajar serta ada keterkaitan dengan kebiasaan belajar yang diterapkan. 3. Mengingat adanya harapan orang tua agar anaknya memperoleh prestasi yang diharapkan.
8
4. Dan juga Bimbingan belajar merupakan layanan yang sangat dibutuhkan oleh siswa, terutama siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.
F. Definisi operasional Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami dan memberikan interpretasi terhadap judul di atas, maka penulis memberikan penegasan dan pembatasan masalah yang akan diteliti sebagai berikut: 1. Kebiasaan Kebiasaan adalah “sesuatu yang biasa dikerjakan” atau pola yang dilakukan oleh individu untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang-ulang untuk hal yang sama5. Kebiasaan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segenap perilaku siswa yang ditujukan secara langsung dari waktu-kewaktu dalam rangka pelaksanaan studi di sekolah 2. Belajar Belajar adalah usaha untuk memperoleh kepandaian ilmu pengetahuan6. Yang dimaksud belajar dalam penelitian ini adalah cara memperoleh pengetahuan dengan cara mempelajari bahan-bahan pelajaran.
5
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,(Jakarta : Balai Pustaka, 1991), h. 129 6
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,( Jakarta : Balai Pustaka, 2001) h. 146
9
3. Bimbingn Belajar Bimbingan belajar yaitu layanan Bimbingan dan Konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar kliennya sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi dan kesenian7. Jadi yang dimaksud judul dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh bimbingan belajar yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling terhadap kebiasaan belajar siswa kelas IX di MTsN Mulawarman Banjarmasin. G. Anggapan Dasar Belajar merupakan masalah penting yang perlu mendapat perhatian serius, walaupun kata belajar merupakan kata yang tidak asing, bahkan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kita. Akan tetapi banyak para peserta didik (siswa) yang gagal atau tidak mendapatkan hasil yang baik dalam pelajarannya. Oleh sebab itulah dalam proses belajar mereka memerlukan seorang pembimbing untuk membantu mereka mencapai kebiasaan belajar yang disesuaikan dengan tujuan belajar yang diharapkan. Semakin baik layanan bimbingan belajar yang diberikan oleh guru pembimbing kepada siswa maka semakin tinggi baik kebiasaan belajar siswa sehingga mereka dapat
7
Dewa Ketut Sumkardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 46
10
mencapai puncak prestasi (sampai batas optimal kemampuannya) yang memuaskan lantaran menggunakan pendekatan belajar yang efektif dan efesien. H. Kerangka Pemikiran Layanan bimbingan belajar adalah suatu layanan bimbingan konseling yang mana menangani masalah belajar siswa, baik tentang masalah-masalah kesulitan belajar siswa dan bagaimana cara menyelesaikannya sehingga siswa tersebut dapat optimal dalam belajarnya sehingga ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannnya. Sedangkan Kebiasaan belajar adalah segenap perilaku siswa yang ditujukan secara langsung dari waktu-kewaktu dalam rangka pelaksanaan studi di sekolah. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara layanan bimbingan belajar dengan kebiasaan belajar siswa. Layanan bimbingan belajar sangat mempengaruhi seseorang dan dapat menunjang kebiasaan dalam belajarnya seorang siswa. Layanan bimbingan belajar adalah variabel bebas (X), layanan ini dapat dilaksanakan dalam 2 cara, yaitu: secara individu dan kelompok. Dilaksanakan secara individu apabila jumlah siswa yang dibimbing sedikit atau yang bersifat pribadi. Layanan bimbingan belajar secara kelompok ini dilaksanakan apabila siswa yang dibimbing jumlahnya banyak. Dengan cara belajar bersama diharapkan setiap orang turut memberikan sumbangan pikiran dalam memecahkan persoalan tersebut, sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. Biasanya pikiran dari banyak orang lebih sempurna dari satu orang.
11
kebiasaan belajar siswa adalah variabel terikat (Y), disini hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru pembimbing antara lain: kondisi, strategi dan metode belajar. Dengan memberikan perhatian kepada peserta didik diharapkan dapat meningkatkan dan mencapai kebiasaan belajar yang baik. Guru pembimbing perlu memberikan informasi kepada peserta didik caracara/kebiasaan belajar yang baik. Selain itu guru pembimbing harus menjelaskan tentang kondisi-Kondisi yang dapat mengganggu dan mendukung belajar. Kondisi tersebut adalah kondisi eksternal (yang menyangkut dengan lingkungan luar atau yang berada pada luar pribadi individu) dan kondisi internal (yang menyangkut dengan dirinya sendiri). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menjelaskan hal-hal tersebut di atas perlu adanya guru pembimbing, guru pembimbinglah yang menjelaskan dan memberikan informasi. Bimbingan ini bisa dilakukan secara individual dan secara kelompok dari sinilah dapat diketahui bahwa antara layanan bimbingan belajar dengan kebiasaan belajar ada pengaruh yang sangat erat dan tak dapat dipisahkan. Karena layanan bimbingan belajar mempunyai dampak pengaruh yang besar dalam membentuk kebiasaan belajar. Oleh karena itu hendaknya guru pembimbing memperhatikan hal tersebut. Guru pembimbing perlu juga bekerja sama dengan guru mata pelajaran, kepala sekolah, orangtua siswa, dan semua orang yang dekat dengan siswa, agar mereka turut membantu tercapainya tujuan layanan bimbingan belajar.
12
Dari penjelasan di atas, maka dapat diambil bagan, yaitu: SKEMA Variabel bebas X
Variabel terikat Y
Keterangan: X
: Layanan Bimbingan Belajar
Y
: Kebiasaan Belajar
I. Sistematika Penulisan Bab I adalah Bab Pendahuluan, berisikan latar belakang masalah, penegasan judul, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan anggapan dasar.
Bab II. Merupakan landasan teori, membahas tentang tinjauan metode belajar siswa yang meliputi : Pengertian kebiasaan belajar beserta teori-teori tentang metode belajar dan guru pembimbing, Layanan bimbingan belajar.
Bab III. Metodologi penelitian meliputi : Tempat, objek dan subjek penelitian, populasi dan sampel penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, kerangka dasar penelitian, pengolahan data dan analasis data, serta prosedur pelaksanaan penelitian. Bab IV. Berisikan hasil penelitian, dalam hal ini meliputi latar belakang objek, penyajian data, analisis data dan pembahasan hasil penelitian. Bab V, Merupakan bagian penutup, berisikan simpulan dan saran-saran.
13
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Layanan Bimbingan Belajar 1. Pengertian Layanan Bimbingan Belajar Sebelum membahas tentang definisi bimbingan belajar, ada baiknya penulis mengemukakan definisi bimbingan secara umum menurut para ahli: Bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance”. Kata “guidance” yang kata dasarnya “guide” memiliki beberapa arti, yaitu: (a) menunjukkan jalan (showing the way), (b) memimpin (leading), (c) memberikan petunjuk (giving instruction), (d) mengatur (regulating), (e) mengarahkan (governing), dan (f) memberi nasehat (giving advice).8 Sedangkan Jones, seperti yang dikutip oleh Musnamar (1985: 4) berpendapat bahwa bimbingan adalah sebagai pertolongan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal membuat pilihan-pilihan, penyesuaian diri dan pemecahan problem-problem.9
8 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h.15-16. 9
Ibid, h. 4.
14
Menurut Surya (1986:6) bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang di bimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.10 Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa bimbingan disini tidak hanya membimbing biasa melainkan juga suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari seorang pembimbing kepada orang lain (klien) agar klien mampu menyelesaikan masalahnya, mampu untuk membuat pilihan (mandiri) dan bisa menyesuaian diri dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan prinsip yang ada dalam ajaran islam yaitu tolong menolong dalam kebaikan firman Allah SWT dalam Q.S. alMaaidah ayat 2 berikut:
ِ ﻢ واﻟْلع ْل وِ اﻹ ْلﻮا َعﻠَی ُاوﻧ وال تَع…وتَعاوﻧُﻮا َعﻠَی اﻟْلِ ِّر واﻟت ْلَّﻘﻮی …. اا َ ُ َ ََ َ َ َ ََ َ Untuk mengetahui definisi belajar, beberapa ahli telah
memberikan pendapat-
pendapat mereka dalam paparan sebagai berikut: Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan.11 Belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.12
10 11
12
Hallen, op.cit., h. 4-5. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : CV. Pedomam Ilmu Jaya , 1996), h. 62. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h. 13.
15
Belajar secara tekstual John, W. Santrock dalam bukunya yang berjudul “Educational Psychology” mengemukakan Learning can be defined as a relatively permanent influence on behavior, knowledge, and thinking skills, which comes about through experience.13 Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamamnya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.14 Belajar itu serangkai kegiatan jiwa raga, psiko fisik untuk menuju perkembangan pribadi seutuhnya yang berarti menyangkut unsur cipta rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotor.15 Menurut Wilherington, dalam buku Educational Psychology mengemukakan bahwa: “belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadiaan yang menyatu diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu perhatiaan”.16 Sedangkan mengenai pengertian bimbingan belajar di sini penulis akan menggemukakan pendapat dari beberapa ahli antara lain adalah sebagai berikut:
13
John W.Santrock, Educational Psychology, (New York: McGraw-Hill Compa, 2004), p. 210
14
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h. 2.
15
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), Cet. 1, h.
16
Chalijah Hasan, Dimensi- dimensi Psikologi Pendidikan, (Surabaya : Al- Ikhlas , 1996), h.86.
21.
16
Menurut Winkel, bimbingan belajar adalah suatu bantuan dari pembimbing kepada individu (siswa) dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di institusi pendidikan.17 Seperti pendapat Surya yang dikutip oleh Tohirin dalam bukunya Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, bimbingan belajar merupakan jenis bimbingan yang membantu para siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah- masalah pendididkan.18 Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar adalah sebuah bantuan yang diberikan oleh pembimbing kepada individu untuk membantu memecahkan masalah-masalah dalam belajar. Layanan bimbingan belajar adalah layanan bimbingan dan konseling BK yang memungkinkan peserta didik (klien) mengembangkan diri dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar dengan kecepatan dan kesulitan belajar, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.19 Setiap individu baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat memiliki masalah yang satu sama lain berbeda-beda. Begitu pula ketika individu tersebut menjadi
17
Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia, 1991), h. 125.
18
Tohirin, op. cit., h. 130.
19
H. Prayitno, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 86.
17
seorang peserta didik masalah belajarnya bisa berbeda dengan masalah belajar yang di hadapi peserta didik yang lain. Contohnya ada dua orang anak yang satu namanya Ana dan yang satunya Hendrii. Ana anaknya pintar dan ahli dalam hitung menghitung, nilai matematika Ana selalu bagus. Akan tetapi ia tidak suka dengan pelajaran bahasa inggris, nilainya selalu anjlok. Berbeda dengan Hendrii, ia malah menyukai pelajaran bahasa inggris dan membenci matematika. Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa mereka memiliki masalah yang berbeda. Oleh karena itu setiap individu perlu mendapatkan bimbingan belajar. 2. Tujuan Layanan Bimbingan Belajar Menurut Tohirin ada dua tujuan layanan bimbingan belajar, yaitu: yang pertama secara umum, maka tujuan layanan bimbingan belajar adalah membantu individu (siswa) agar mencapai perkembangan yang optimal, sehingga tidak menghambat perkembangan belajar. Siswa yang perkembangannya terhambat atau terganggu akan berpengaruh terhadap perkembangan atau kemampuan belajarnya. Kedua secara khusus, tujuan layanan bimbingan belajar adalah agar siswa mampu menghadapi dan memecahkan masalahmasalah belajar. 3. Tahapan-tahapan dalam Program layanan bimbingan belajar Layanan bimbingan belajar di maksudkan untuk memungkinkan peserta didik memahami dan mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, keterampilan dan
18
materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta tuntutan kemampuan yang berguna dalam kehidupan perkembangan optimal dirinya. Sedangkan aspek masalah belajar yang memerlukan layanan bimbingan belajar menurut Tohirin, antara lain: kemampuan belajar yang rendah, motivasi belajar yang rendah, minat belajar yang rendah, tidak berbakat pada mata pelajaran tertentu, kesulitan berkonsentrasi dalam belajar, sikap belajar yang tidak terarah, perilaku mal adaftif dalam belajar (seperti suka mengganggu teman ketika belajar), prestasi belajar yang rendah, penyaluran kelompok belajar dan kegiatan belajar siswa lainnya, pemilihan dan penyaluran jurusan, pemilihan pendidikan lanjutan, gagal ujian, tidak naik kelas, tidak lulus ujian dan lain sebagainnya.20
Sedangkan tahap-tahap layanan bimbingan belajar yang dilakukan oleh seorang konselor antara lain diantaranya: 21 a. Pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar Di sekolah disamping banyaknya siswa yang berhasil secara gemilang dalam belajar, sering pula di jumpai adanya siswa yang gagal. Secara umum siswa-siswa itu dapat dipandang sebagai siswa- siswa yang mengalami masalah belajar. Masalah belajar memiliki bentuk yang banyak ragamnya, menurut Priyatno dan Erman Anti dapat digolongkan atas: 1) Keterampilan akademik 2) Ketercepatan dalam belajar 3) Sangat lambat dalam belajar 4) Kurang motivasi dalam belajar 5) Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar 20
Tohirin, op.cit. 129-130.
21
Priyatno dan Erman Anti, op.cit., h. 279-288.
19
b. Pengungkapan sebab- sebab timbulnya masalah belajar Siswa yang mengalami masalah belajar seperti diatas dapat dikenal melalui prosedur pengungkapan melalui tes-tes: 1) Tes hasil belajar Tes hasil belajar adalah suatu alat yang disusun untuk mengungkapkan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan-tujuan pengajaran yang ditetapkan. 2) Tes kemampuan dasar Tingkat kemampuan dasar ini biasanya diukur atau diungkapkan dengan mengadministrasikan tes inteligensi yang sudah baku. Kemampuan dasar manusia diklasifikasikan sebagai berikut: I.Q. 140 ke atas
- Sangat cerdas
120
- 139
- Cerdas
110
- 129
- Di atas rata- rata
90
- 109
- Normal atau rata-rata
80
- 89
- Dibawah rata- rata
70
- 79
- Bodoh
Dibawah 70
3) Skala sikap dan kebiasaan belajar
- Sangat bodoh
20
Sikap dan kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor yang penting dalam belajar. Sebagian dari hasil belajar ditentukan oleh sikap dan kebiasaan yang dilakukan oleh siswa dalam belajar. Caranya yaitu dengan mengadakan pengamatan dalam kelas. 4) Tes diagnostik Tes diagnostik merupakan insrument untuk mengungkapkan adanya kesalahankesalahan yang dialami oleh siswa dalam bidang pelajaran tertentu. Dengan tes diagnostik dapat diketahui kekuatan dan kelemahan
siswa. Makin sedikit siswa
membuat kesalahan pada tes tersebut maka makin kuatlah siswa pada materi yang bersangkutan dan sebaliknya. c.
Upaya membantu siswa yang mengalami masalah belajar Siswa yang mengalami masalah belajar perlu mendapatkan bantuan agar
masalahnya tidak berlarut-larut yang nantinya dapat mempengaruhi proses perkembangan siswa. Upaya yang dilakukan adalah dengan cara. 22 1) Pengajaran perbaikan, suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok siswa yang menghadapi masalah belajar. 2) Kegiatan pengayaan, yaitu suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seseorang atau beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam belajar. 3) Peningkatan motivasi belajar, sesuatu hal yang mendorong siswa dalam belajar. 4) Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik.
22
Ibid, h. 284.
21
4. Pendekatan Bimbingan Belajar. Ada beberapa macam pendekatan yang dapat dilaksanakan dalam bimbingan belajar, antara lain:23 a.
Bimbingan Secara Individu Bimbingan individu dilaksanakan apabila jumlah siswa yang dibimbing sedikit atau
yang bersifat pribadi, misalnya: les privat, pelajaran tambahan dan lain-lain. Bimbingan secara individu dibedakan menjadi beberapa teknik yaitu: Pertama, directvie counseling yaitu: dengan menerapkan prosedur atau teknik pelayanan konseling tertuju pada masalahnya, konselor yang membuka jalan pemecahan masalah. Kedua, non-directive counseling, yaitu: dengan menerapkan prosedur bimbingan yang difokuskan pada individu. Adanya pelayanan bimbingan bukan guru pembimbing yang mengambil inisiatif, tetapi siswa sendiri yang mengambil prakarsa, yang menentukan sendiri apakah dia membutuhkan pertolongan atau tidak. Ketiga, eclectic counseling, yaitu: dengan menerapkan prosedur pelayanan tidak dipusatkan pada guru pembimbing atau siswa, tetapi masalah yang dihadapi itulah yang harus ditangani secara luwes, sehingga teknik apa yang dipergunakan setiap waktu dapat diubah kalau memang diperlukan.24
23
Husniabdillah, “ Strategi_Bimbingan_Belajar_Bagi_ Siswa_Di_Sekolah” htpp://www.multiply.com/journal/item/9/_, Dec 27, '07 9:26 PM. 24
Abu Ahmad dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta, PT Rineka Cipta, 2004), Cet. II. hlm. 120- 121.
22
b. Bimbingan Secara Kelompok. Bimbingan kelompok ini dilaksanakan apabila siswa yang dibimbing jumlahnya banyak. Misalnya: diskusi kelompok belajar, kegiatan bersama, papan bimbingan dan lainlain. Bimbingan secara kelompok ini memiliki beberapa jenis teknik antara lain: Pertama, diskusi kelompok di dalamnya sebaiknya dibentuk kelompok-kelompok kecil yang lebih kurang terdiri dari 4-5 orang. Murid-murid yang telah tergabung dalam kelompokkelompok kecil itu mendiskusikan bersama sebagai permasalahan termasuk didalamnya permasalahan belajar. Kedua, kegiatan bersama merupakan teknik bimbingan yang baik, karena dengan melakukan kegiatam bersama mendorong anak saling membantu sehingga relasi sosial positif dapat dikembangkan dengan baik. Ketiga, papan bimbingan berfungsi untuk menempelkan banyak hal yang berhubungan dengan pengumuman penting, peristiwa hangat, berita keluarga, tugas atau bahan latihan, berita daerah, berita pembangunan dan lain-lain.25 Keempat, pengajaran remedial (remedial teaching) merupakan suatu bentuk pembelajaran yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang siswa untuk membantu kesulitan belajar yang dihadapinya. Kelima, karyawisata merupakan suatu cara yang dilakukan dengan mengunjungi tempat-tempat atau objek-objek tertentu. Melalui
25
Ibid, h. 121-124.
23
karyawisata para siswa memperoleh kesempatan meninjau objek-objek yang menarik dan mereka memperoleh informasi yang lebih baik tentang objek itu. 5. Materi Kegiatan Layanan Bimbingan Belajar Dewa Ketut Sukardi menyatakan ada tujuh materi kegiatan layanan bimbingan belajar yaitu: a. Mengembangkan pemahaman tentang diri, terutama pemahaman sikap, sifat, kebiasaan, bakat, minat,kekuatan-kekuatan dan penyalurannya, kelemahankelemahan dan penanggulangannya, dan usaha-usaha pencapaiaan citacita/perencanaan masa depan. b. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bertingkah laku dalam hubungan social dengan teman sebaya, guru, dan masyarakat luas. c. Mengembangkan sikap dan kebiasaan dalam disiplin belajar dan berlatih secara fektif dan efesien. d. Teknik penguasaan meteri pelajaran, baik ilmu pengetahuan teknologi dan kesenian. e. Membantu memantapkan pilihan karier yang hendak dikembangkan melalui orientasi dan informasi karier, orientasi dan informasi dunia kerja dan penrguruan tinggi yang sesuai dengan karier yang hendak dikembangkan. f. Orientasi belajar di perguruan tinggi. g. Orientasi hidup berkeluarga. 26
B. kebiasaan belajar 1. Pengertain kebiasaan belajar Untuk mengetahui kebiasaan belajar, maka lebih dahulu kita ketahui dari masingmasing suku katanya. Kebiasaan belajar terdiri dari dua kata yaitu Kebiasaan dan Belajar. Tim penyusun kamus pusat bahasa kamus besar bahasa Indonesia, berpendapat:” Kebiasaan berarti sesuatu yang biasa dikerjakan atau pola untuk melakukan tanggapan 26
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta:2002), h. 46
24
terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh individu dan yang dilakukannya secara berulang-ulang untuk hal yang sama”.27 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kebiasaan yang dimaksud adalah cara yang dilakukan secara berulang-ulang untuk hal yang sama yang diterapkan dalam belajar, seperti kebiasaan pembuatan jadwal dan pelaksanaanya, pengaturan jangka waktu belajar, membaca dan membuat catatan, mengulang bahan pelajaran, mengerjakan tugas, dan menghafal pelajaran. Sedangkan pengertian belajar telah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi belajar di antaranya: a. Menurut
Slameto
dalam
bukunya,
Belajar
Dan
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhinya mengemukakan bahwa” Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.28 b. Muhibbin Syah dalam bukunya yang berjudul Psikologi Belajar, mengemukakan bahwa “ Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang
27
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta : Balai Pustaka, 2001) h. 146 28 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta : PT. Rineka cipta, 1995) h. 2.
25
relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.29 c. Menurut Sadirman AM dalam bukunya yang berjudul Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, mengemukakan bahwa :” Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.30 Dengan memperhatikan beberapa pengertian yang dikemukakan diatas, penulis mengemukakan bahwa belajar ialah aktivitas yang menyebabkan perubahan dalam diri seseorang, baik berupa pengetahuan, tingkah laku, sikap maupun keterampilan yang mengarah kepada tindakan yang lebih baik dan perubahan itu bisa terjadi melalui latihan atau pengalaman sebelumnya dan hasil interaksi dengan lingkungannya. Jadi kebiasaan belajar adalah suatu hal yang biasa dikerjakan oleh siswa didalam belajar dan dilakukannya secara berulang-ulang yang diterapkan didalam belajar, sehingga terjadi perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, tingkah laku, sikap, maupun keterampilan kearah yang lebih baik. 2. Pembentukan kebiasaan belajar
29 30
2006), h. 2
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, ( Jakarta: PT . Raja Grafindo Persada, 2006) h. 68. Sadirman A.M, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada,
26
Kebiasaan belajar tidak dapat dibentuk dalam waktu satu hari atau satu malam. Kebiasaan belajar perlu dikembangkan sedikit demi sedikit. Berikut ini adalah cara mengembangkan kebiasaan belajar yang kiranya tidak sukar untuk dilaksanakan. a. Menyusun Rencana Belajar
Tiap siswa tentu berkeinginan agar belajarnya dapat berhasil dengan baik, untuk itu mereka berusaha sedapat mungkin menggerakkan segala daya yang ada agar berhasil mencapai tujuan. Rencana belajar besar manfaatnya dan menjadi keharusan bagi setiap siswa ( Sumadi, 1989 : 52 ). Manfaat rencana belajar yang baik menurut Hamalik ( 1990, 31-32 ) adalah (1) Menjadi pedoman dan penuntun dalam belajar, sehingga perbuatan belajar menjadi lebih teratur dan lebih sistematis; (2) menjadi pendorong dalam belajar. Program yang telah dibuat akan merangsang siswa untuk belajar. Oleh sebab itu kegiatan belajar berarti berusaha menyelesaikan rencana itu tepat pada waktunya; (3) menjadi alat bantu dalam belajar; (4) rencana belajar yang baik akan membantu siswa untuk mengontrol, menilai,memeriksa sampai dimana tujuan belajar siswa tercapai, sehingga menimbulkan usaha-usaha untuk memperbaiki cara belajarnya. b.
Menyusun Jadwal Belajar
Menyusun jadwal belajar pada umumnya adalah belajar sedikit demi sedikit tetapi konsisten, akan lebih baik dari pada belajar borongan. Pada umumnya setiap siswa menyediakan waktu untuk dua macam kegiatan, yaitu mengikuti pelajaran dan praktek (kalau ada) di sekolah serta belajar di luar pelajaran dan praktikum. Seringkali siswa hanya belajar pada saat akan ada ulangan dan ujian saja, sehingga kadang-kadang hasilnya jauh
27
dari yang diharapkan, bahkan pelajaran yang dipelajari dalam waktu semalam akan kurang bertahan dalam ingatan dibandingkan dengan jika dipelajari sedikit demi sedikit ( Suryabrata, 1989 : 54 ). c.
Penggunaan Waktu Belajar
Penggunaan waktu belajar siswa ada dua hal, yaitu: (1) penjatahan waktu untuk masing-masing pelajaran, waktu yang diperlukan untuk mempelajari suatu mata pelajaran berbeda antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Pada umumnya tiaptiap siswa mengenal diri dan kemampuannya dengan baik sehingga akan dapat membuat perkiraan mengenai alokasi waktu yang disediakan untuk masing-masing mata pelajaran. Selain itu waktu belajar juga perlu diperhatikan karena setiap siswa ada yang suka belajar pada siang, sore, atau malam hari. Untuk itu hendaknya penggunaan waktu diatur seefisien mungkin sesuai dengan keadaan masing-masing; (2) Menyiapkan dan mengulang mata pelajaran, bahan pelajaran akan dapat dikuasai dengan baik bila mempelajarinya dengan baik dan akan lebih baik lagi jika siswa menyediakan waktu untuk menyiapkan apa yang akan diajarkan oleh guru yaitu dengan membaca buku wajib atau buku yang telah dianjurkan. Setelah pulang sekolah siswa perlu membaca kembali catatan pelajaran sambil menyempurnakan dan melengkapi ( Suryabrata, 1989 : 55-56 ). d.
Teknik Belajar
Teknik yang paling baik tergantung pada masing-masing siswa karena hal ini sifatnya memang individual. Namun di samping perbedaan individual tersebut terdapat hal-hal yang
28
bersifat umum yang berlaku pada siswa. Menurut Suryabrata ( 1989 : 56 ) hal -hal yang bersifat umum adalah : 1.
Cara mengikuti pelajaran
Cara yang baik dalam mengikuti pelajaran memegang peranan penting dalam keberhasilan studi siswa. Untuk itu siswa harus mengetahui apa yang harus dilakukan sebelum, selama dan sesudah pelajaran. Menurut Hamalik ( 1990 : 37 – 39 ) petunjukpetunjuk yang harus diikuti oleh siswa sebelum, selama dan sesudah pelajaran adalah sebagai berikut : (1) sehari sebelum pelajaran lihatlah kembali rencana belajar tersebut; (2) mempelajari buku atau sumber lain tentang materi pelajaran yang akan diajarkan esok harinya; (3) memberikan perhatian yang memusat terhadap pelajaran yang sedang berlangsung; (4) ikut aktif selama pelajaran berlangsung, misalnya berusaha menjawab pertanyaan dari guru dan mengajukan pertanyaan tentang hal hal yang dianggap masih kurang jelas; (5) mencatat materi pelajaran secara garis besar dan tidak perlu mencatat seluruh materi pelajaran kata demi kata karena akan menganggu konsentrasi untuk memperoleh pemahaman; (6) mencatat persoalan-persoalan yang mungkin timbul dan hal hal yang belum dipahami untuk dipelajari di rumah dari buku bacaan; (7) bila pelajaran telah berakhir dan guru memberikan tugas-tugas pekerjaan rumah maka catatlah dan teliti apakah sudah memahami maksud dan isi tugas itu atau belum. Bila anda belum memahami maksud dan isi tugas maka tanyakan kepada guru yang bersangkutan. Setelah sampai dirumah, kerjakanlah tugas tugas tersebut dengan sebaik baiknya, kemudian serahkan hasil pekerjaanya itu tepat pada waktunya; (8) belajar di luar waktu pelajaran sekolah, kegiatan
29
ini tergantung kepada masing-masing siswa. Jika siswa mau melaksanakan maka kegiatan akan berlangsung. Karena itu disiplin diri sangat menentukan untuk melaksanakan kegiatan belajar di luar jam sekolah. Kegiatan belajar di luar pelajaran terdiri atas dua macam kegiatan yaitu: (1) mencari bahan atau sumber bacaan, sumber atau bahan terdapat dimana-mana, namun tempat yang paling lengkap sumbernya adalah perpustakaan, baik perpustakaan sekolah maupun perpustakaan umum. Untuk menemukan bahan bacaan di perpustakaan diperlukan informasi tertentu agar sumber bacaan yang diperlukan cepat ditemukan. Misalnya untuk buku perlu diketahui nama pengarang dan judul buku. Belajar di perpustakaan dapat dilakukan pada waktu waktu luang, misalnya pada waktu istirahat; (2) membuat catatan atau ringkasan, seorang siswa yang belajar dari sumber bacaan tertentu sebaiknya membuat catatan atau ringkasan mengenai hal hal yang telah dibacanya. Keuntungan dengan dibuatnya ringkasan adalah siswa lebih meresapkan apa yang dipelajarinya dan juga siswa dapat langsung membaca ringkasannya apabila ia ingin mempelajari isi bahan bacan kembali ( Suryabarata,1989 : 74); (9) bertanya dan diskusi, untuk dapat lebih meresapkan apa yang dipelajari serta mengetahui apakah penangkapan isi yang dipelajari betul, maka siswa perlu mengkomunikasikan dengan orang lain, dalam hal ini adalah teman dan guru. Orang sering beranggapan bahwa yang terpenting sebagai bukti telah belajar adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya tanpa memikirkan bahwa dapat
30
mengajukan pertanyaan juga merupakan bukti bahwa orang itu tahu apa yang dipersoalkan (Suryabrata,1989 : 76). Dengan bertanya atau menjawab pertanyaan berarti siswa telah membuka komunikasi yang sangat penting supaya dapat berpartisipasi dalam diskusi. Dengan diskusi siswa dapat mengembangkan kebiasaan belajar yang baik. 2.
Konsentrasi
Setiap siswa yang sedang menuntut ilmu harus konsentrasi dalam belajarnya, karena tanpa konsentrasi tidak mungkin berhasil menguasai pelajaran. Konsentrasi belajar adalah pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dan bukan hal hal lain yang tidak berhubungan dengan pelajaran. Konsentrasi yang tinggi akan membuahkan hasil belajar yang diinginkan ( Tahelele, 1978:20). Dalam kenyataanya ada siswa yang memiliki kemampuan konsentrasi yang besar dan untuk waktu yang lama, sebaliknya ada siswa yang sukar memusatkan perhatiannya terhadap pelajaran tertentu. Siswa yang cerdas pada umumnya mempunyai kemampuan konsentrasi yang besar dibandingkan dengan siswa yang kurang cerdas, tetapi kemampuan konsentrasi bukanlah bakat yang diperolah sejak lahir. Kemampuan konsentrasi merupakan kebiasaan yang dapat dilatih, jadi bukan suatu bakat yang diwarisi dari leluhur. Selain itu konsentrasi sesorang juga dipengaruhi oleh kondisi kesehatan. Siswa yang mengalami gangguan kesehatan akan sulit berkonsentrasi dalam mempelajari materi pelajaran.Oleh sebab itu siswa yang sakit harus segera berobat, demikian juga siswa yang mengalami kelelahan harus segera beristirahat. 3.
Disiplin Belajar
31
Disiplin belajar akan membuat siswa memiliki kecakapan mengenai cara belajar dan juga merupakan proses ke arah pembentukan watak yang baik. Cara belajar dapat dimiliki oleh siswa dengan latihan yang teratur dan sungguh-sungguh. Kalau cara belajar yang baik telah menjadi kebiasaan maka tidak ada lagi anjuran-anjuran dari guru yang harus selalu diperhatikan sewaktu belajar (The Liang Gie, 1980 : 15). Dengan memiliki disiplin belajar yang baik, nanti akan memberikan hasil yang memuaskan pada setiap usaha belajar kita. Ilmu yang sedang dituntut dapat dimengerti dan dikuasai dengan sempurna serta ujian dapat dilalui dengan berhasil. Keteraturan belajar sangat menentukan pencapaian keberhasilan. Memang setiap siswa mempunyai kebiasaan belajar sendiri sendiri, ada yang biasa belajar pada malam hari dan ada yang biasa belajar pada pagi hari atau siang hari. Kebiasaan belajar bersifat individual dimana yang satu dengan yang lain berbeda. Oleh karena itu guru hendaknya dapat memupuk kebiasaan belajar yang teratur dan terarah kepada siswa siswanya. Penggunan dan pembagian waktu untuk belajar harus diperhatikan dalam rangka menuju keberhasilan dalam belajar. Apabila rencana pembagian dan penggunaan waktu belajar dilaksanakan dengan baik setiap hari, maka akan menjadi suatu kebiasaan belajar, akhirnya akan memberikan hasil yang memuaskan pada setiap usaha belajar. Ilmu yang sedang dituntut dapat dimengerti dan dikuasai dengan sempurna serta ujian ujian dapat dilalui dengan berhasil.
32
3. Teori-Teori Bimbingan dan Konseling a. Behafioral Behafioral membatasi perilaku sebagai fungsi interaksi antara pembawaan dengan lingkungan. Perilaku yang dapat diamati merupakan suatu kepedulian dari para konselor sebagai kriteria pengukuran keberhasilan konseling. Menurut pandangan ini manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar seperti yang dikemukakan oleh freud. Dalam konsep behafioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu mengubah perilakunya agar dapat memecahkan masalahnya. Menurut krumboltz dan thoresen ( shertzer dan stone, 1980, 190), konseling behafioral merupakan suatu proses membantu orang untuk belajar memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu. Penekanan istilah belajar dalam pengertian ini atas pertimbangan bahwa konselor membantu orang ( klien) belajar atau mengubah perilaku. Konselor berperan membantu dalam proses belajar dengan menciptakan kondisi yang sedemikian rupa sehingga klien dapat mengubah perilakunya serta memecahkan masalahnya. Menurut krumboltz, dalam konseling pemahaman itu diperlukan akan tetapi tidak mutlak karna yang penting adalah klien harus belajar untuk menyelesaikan kesulitannya da pemahaman diperlukan pada saat membentuk pengalaman belajar. Selanjutnya krumboltz
33
mengemukakan manfaat konseptualisasi masalah klien sebagai masalah belajar. Manfaat tersebut adalah: (1) teoritas dan riset yang didasarkan pada bukti dan pemikiran sekarang tentang masalah belajar dapat menghasilkan masalah-masalah baru, (2) konseptualisasi konseling sebagai belajar, dapat mengintegrasikan konseling dengan pendidikan, (3) tujuan-tujuan dapat dibatasi dan dicapai, (4) perhatian dapat dipusatkan pada apa yang akan dilakukan untuk mengembangkan perilaku yang lebih adaptif, dan (5) klien akan merasa bertambah rasa tanggung jawabnya terhadap tindakannya karena mereka lebih menyadari akibat-akibat dari tindakannya. b. Terapi Rasional Emotif Unsur pokok terapi rasional emotif adalah asumsi bahwa berpikir dan emosi merupakan dua proses yang terpisah. Menurut Ellis, pikiran dan emosi merupakan dua hal yang saling bertumpang tindih, dan dalam prakteknya kedua hal itu saling terkait emosi disebabkan dan dikembalikan oleh pemikiran. Emosi adalah pemikiran yang dialihkan dan diprasangkakan sebagai suatu proses sikap dan kognitif yang intristik. Pikiran-pikiran seseorang dapat jadi emosi seseorang dan merasakan sesuatu dalam situasi tertentu dapat menjadi pemikiran seseorang. Atau dengan kata lain, pikiran mempengaruhi emosi dan sebaliknya emosi mempengaruhi pikiran. Pikiran seseorang dapat menjadi emosinya, dan emosi dalam keadaan tertentu cepat berubah menjadi pemikiran.
34
Pandangan yang penting dari teori rasional emotif adalah konsep bahwa banyak perilaku emosional individu yang berpangkal pada “ selftalk” atau “ omong diri” atau internalisasi kalimat-kalimat, yaitu orang yang menyatakan kepada dirinya sendiri tentang pikiran dan emosi yang bersifat negative. Adanya orang-orang yang seperti itu, menurut ellis adalah karena: (1) terlalu bodoh utuk berpikir secara jelas, (2) Orangnya cerdas tapi tidak tau bagaimana berpikir secara cerdas dan tidak tau bagaimana berpikir secara jelas dalam hubungannya dengan keadaan emosi,(3) orangnya cerdas dan cukup berpengetahuan tetapi terlalu neurotic untuk menggunakan kecerdasan dan pengetahuaan secara memadai. c. Psikoanalistik Frued mengembangkan teorinya tentang struktur kepribadian dan sebab-sebab gangguan jiwa. Konsep frued yang anti rasionalisme merekankan motivasi tidak sadar, konflik, dan simbolis sebagai konsep primer. Manusiapada hakikatnya bersipat biologis, dilahirkan dengan dorongan-dorongan instingtif, dan perilaku merupakan fungsi mereaksi secara mendalam terhadap dorongan-dorongan itu. Manusia bersifat tidak rasional, tidak social,dan bersifat destruktif terhadap dirinya dan orang lain. Energy pikis yang paling dasar disebut libido yang bersumber dari dorongan seksual yang terarah pada pencapaian kesenangan. Selanjutnya frued menyebutkan dua macam libido yaitu eros sbgai dorongan untuk hidup dan thanatos dorongan untuk mati.
35
Menurut frued, kepribadian terdiri atas tiga system , yaitu: id, ego, dan super ego. Ketiga system ini mempunyai fungsi sifat, prinsip kerja dan dinamika sendiri-sendiri. Walaupun demikian ketiganya mempunyai hubungan yang sangat erat dan sangat sulit utuk memisahkannya. d. Clien Centered (Terpusat Pada Pribadi) Pendekatan konseling “ client-centered” atau yang berpusat pada klien menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Yang paling penting dalam kualitas hubungan konseling adalah pembentukan suasana hangat, permisif, dan penerimaan yang dapat membuat klien untuk menjelajahi struktur dirinya dalam hubungan dengan pengalamannya yang unik. Dalam hubungannya dengan konsep aktualisasi diri, rogers mendepinisikan kecendrungan mewujud sebagai satu kecendrungan yang melekat dalam organisme untuk mengembangkan kapasitasnya dalam cara-cara yang dapat menjamin untuk memelihara atau meningkatkan organisme. Dengan aktualisasi diri berarti bahwa manusia terdorong oleh dorongan pokok yaitu mengembangkan diri dan mewujudkan potensinya. Konseling yang berpusat pada klien memusatkan pada pengalaman individual. Dalam proses disorganisasi dan reorganisasi diri, konseling berupaya untuk meminimalkan rasa diri terancam dan memaksimalkan serta menopang eksplorasi diri . perubahan dalam perilaku datang melalui pemanfaatan potensi individu untuk menilai pengalamannya, membuatnya untuk memperjelas dan mendapat tilikan perasaan yang mengarah pada
36
pertumbuhan. Melalui penerimaan terhadap klien, konselor membantunya untuk menyatakan, mengkaji, dan memadukan, pengalaman-pengalaman sebelumnya kedalam konsep diri. Dengan redefinisi, pengalaman, individu mencapai penerimaan dari dan menerima orang lain dan menjadi orang yang lebih berkembang penuh ( fully functioning). Tujuan konseling adalah menciptakan suasana yang kondusif bagi klien untuk eksplorasi diri sehingga dpat mengenal hambatan pertumbuhannya dan dapat mengalami aspek dari sebelumnya terganggu. Di samping itu konseling bertujuan membantu klien agar dapat bergerak kearah keterbukaan, kepercayaan yang lebih besar kepada dirinya, keinginan untuk menjadi pribadi,dan meningkatkn spontanitas hidup. Klien dapat dikatakan sudah sembuh apabila: (1) kepribadiannya terintegrasi, dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya atas tanggung jawab diri, memiliki gambaran diri yang serasi dengan pengalaman sendiri, (2) mempunyai tilikan diri, dalam arti memandang fakta yang lama dengan pandangan baru, (3) mengenal dan menerima diri sendiri sebagai mana adanya dengan segala kekurangan dan kelebihan, (9) dapat memilih dan menentukan tujuan hidup atas tanggung jawab sendiri. e. Terapi Gestalt Perls mengatakan bahwa konsep kepribadian yang disusun oleh frued tidak sempurna, sebab frued tidak merumuskan lawan super ego atau kata hati dengan jelas dan nyata. Perls menyebut super ego itu “ top dog” sebagai lawan dari “ under dog”. Perls mengatakan bahwa setiap indipidu berada dalam dua tingkatan. Tingkat pertama, yaitu
37
tingkatan umum ( berbuat) , yang dapat diamati atau dideteksi. Tingkat kedua dersifat pribadi mencakup berpikir, pada saat individu mempersiapkan diri untuk melaksanakan perasaannya dimasa mendatang. Karena perkembangannya , individu diharapkan pada dua pilihan, yaitu belajar mengatasi frustasi atau dirusakkan oleh orang tuanya. Bila terdapat pertentangan yang sangat kuat antar keberadaan sosial dan biologis yang tidak dapat diatasi maka individu mengalami frustasi. Perls menganggap frustasi sebagai elemen fositif, sebab mendorong individu mengembangkan perlindungannya, menemukan potensinya dan menguasai lingkungannya. Perls mengatakan bahwa anak yang tidak cukup mengalami frustasi akan mempergunakan potensinya untuk mengontrol orang dewasa dan menciptakan kebebasan. Tujuan utama konseling gestalt adalah untuk meningkatkan dari keadaan proses pertumbuhan klien dan membantu klien mengembangkan potensi manusiawinya. Fokus utama dalam konseling gestalt ialah membantu individu melalui transisinya dari keadaan yang selalu dibantu oleh lingkungan keadaan mandiri ( self-supporf). Melalui proyeksi dirinya kepada konselor, klien diharapkan menjadi sadar bahwa baik dirinya maupun konselor ternyata tidak memiliki pribadi yang sempurna. Artinya bahwa ada bagian kepribadiannya yang hilang, seperti yang dialami oleh setiap orang. f. Konseling Psikologi Individual
38
Psikologi individual adalah bahwa perilaku manusia dipandang sebagai suatu kompesasi terhadap perasaan inferioritas ( harga diri kurang). Perasaan lemah dan tidak berdaya timbul dan berkembang karena pengalaman hidup anak bersam a orang dewasa atau pandangan kekurangan dalam organ tubuh. Kompleks rasa rendah diri ( inferiority complex) menurut addler berasal dari tiga sumber yaitu: ( 1) kekurangan dalam organ fisik, (2) anak yang dimanja, (3) anak yang mendapat penolakan. Kadang-kadang rasa rendah diri ini dapat menimbulkan kompensasi yang berlebih-lebihan sehingga menimbulkan berbagai hambatan bagi individu itu sendiri. Tujuan konseling menurut adler adalah mengurangi intensitas perasaan rasa rendah diri ( inferior ), memperbaiki kebiasaan-kebiasan yang salah dalam persepsi, menetapkan tujuan hidup, mengembangkan kasih sayang terhadap orang lain, dan meningkatkan kegiatan. g. Analisis Transaksional Teori analisis transaksional berdasarkan pada pemunculan manifestasi dan pola-pola dalam transaksi dengan terapis dengan klien. Menurut berne
satuan hubungan social
disebut satuan transaksi. Jika dua atau lebih hubungan bertemu satu dengan yang lain, cepat atau lambat salah satu dari mereka akan berbicara atau memberi beberapa indikasi pengakuan kehadiran yang lain. Hal ini disebut sebagai ”transactional stimulus”. Orang yang lain kemudian akan menyatakan atau melakukan sesuatu dalam kaitan dengan stimulus tadi; dan hal ini disebut sebagai “transactional response”. Analisis transaksional
39
mengkaji transaksi ini, menentukan peran-peran dan karakteristik ego setiap orang, dan mensistematiskan informasi dari transaksi itu. Tujuan konseling ini adalah untuk membantu klien dalam memprogram pribadinya agar dapat membuat ego state berfungsi pada saat tepat tetapi analisis transaksional membuat orang dapat menganalisis transaksi dirinya sendiri. Klien dibantu untuk bebasdalam berbuat, bermain, dan menjadi orang yang mandiri dalam memilih apa yang mereka inginkan. Disamping itu, klien dibantu pula dalam mengkaji keputusan yang telah dibuat dan membuat keputusan baru atas dasar kesadaran. h. Trait dan Factor Menurut teori ini, kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya seperti kecakapan, minat, sikap, dan temperamen. Perkembangan kemajuan individu mulai dari masa bayi hingga dewasa diperkuat oleh interaksi sipat dan faktor.telah banyak diusahakan untuk membuat katagori orang-orang atas dasar dimensi macam-macam sifat. Studi ilmiah yang telah dilakukan adalah: (1) mengukur dan menilai cirri-ciri seseorang dengan tes psikologis, (2) mendefinisikan atau menggambarkan diri seseorang, (3) membantu orang untuk memahami diri dan lingkungannya, dan (4) memprediksi keberhasilan yang mungkin dicapai dimasa mendatang. Hal yang mendasar bagi konseling sifat dan faktor adalah asumsi bahwa individu berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi pengembangan potensinya.
40
Peranan konselor menurut sifat dan faktor adalah memberitahukan konseli tentang berbagai kemampuannya yang diperoleh konselor melalui hasil testing. Berdasarkan hasil testing pula ia mengetahui kelemahan dan kekuatan kepribadian konseli. Konselor membantu konseli menentukan tujuan yang akan dicapainya sesuai dengan bakat hasil tes. Juga dengan memberitahukan sifat serta bakat konseli, maka konseli bisa mengelola hidupnya sendiri sehingga dapat hidup lebih berbahagia. Pendekatan teori ini sering disebut kogniitif rasional karena peranan konselor dalam konseling ialah memberitahukan, memberi informasi dan mengarahkan konseli. 4. Teori-teori Belajar Teori adalah pendapat yang dikemukakan oleh seorang ahli.
31
Pendapat ahli yang
bersifat teoritis itu biasanya berisi konsep (pengertian atau definisi) dan prinsip (aplikasi konsep atau cara-cara pelaksanaan konsep tersebut). Teori-teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli psikologi, antara lain adalah teori behaviorisme. Teori ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati atau diukur. Connectionisme merupakan teori yang paling awal dari rumpun behaviorisme. Menurut teori ini tingkah laku manusia tidak lain dari suatu hubungan antara perangsang- jawaban atau stimulus- respon sebanyak-banyaknya. Siapa
31
Alisuf Sabri, op. cit., h.62.
41
yang menguasai hubungan stimuls- respon sebanyak- banyaknya ialah orang pandai atau berhasil dalam belajar. 32 Tokoh yang sangat terkenal mengembangakan teori ini adalah Thorndike (18741994). Pada mulanya pendidikan dan pengajaran di Amerika Serikat didominasi oleh pengaruh dari Thorndike.33Teori ini sering juga disebut trial and error learning atau learning by secting and connecting.34 Dalam teori ini, Thorndike mengemukakan beberapa hukum atau ketentuan, Yaitu: (1) law of readines, belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut. (2) law of exercise, belajar akan berhasil apabila banyak latihan dan ulangan. (3) law of effect, belajar akan berhasil apabila disertai dengan perasaan senang atau puas. Karena itu membangkitkan rasa senang dengan memuji atau membesarkan hati anak lebih baik dalam mengajar dari pada menghukum atau mencelanya. Classsical conditioning merupakan perkembangan lebih lanjut dari koneksionisme. Pada dasarnya classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan reflek baru dengan mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut.
Teori ini berkembang
berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849-1936).35 Dalam eksperimennya, Pavlov mengunakan anjing untuk mengetahui CR (Conditional Reflek) & 32
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Al- Fabeta, 2006), h. 42.
33
M.Dalyono, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta , 1997), h. 30.
34
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: PT Raja Garafindo Persada, 2006), h. 265.
35
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005),, h. 106.
42
CS (Conditioned stimulus). Caranya Pavlov memberikan lampu bagi reaksi keluarnya air liur. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perilaku individu dapat dikondisikan. Artinya belajar merupakan suatu perilaku atau respon terhadap sesuatu. Dalam kehidupan seharihari pola belajar dengan classical conditioning ini banyak terjadi, misalnya: dengan mendengar tanda bunyi lonceng, anak- anak sekolah berkumpul, dengan mendengar abaaba dari komandanya tentara melakukan macam- macam gerakan, anak-anak tidur melihat jam sudah menunjukkan jam 9 dan sebagainya. Teori operant conditioning, merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori konektionisme. Kalau pada pengkondisian (conditioning) yang diberi kondisi adalah perangsangnya (stimulus), maka pada teori penguatan (operant) yang dikondisikan atau diperkuat adalah responsnya.36 Operant bisa disebut reinforcement yaitu sesuatu stimulus yang dapat memberikan penguatan, seperti hadiah sebagai penguatan positif dan hukuman sebagai penguatan negatif. Dengan operant conditioning yang berupa hadiah atau hukuman itulah siswa terangsang sikapnya untuk mau belajar dengan tekun. Tokohnya adalah Skinner, sebelum Skinner Rasulullah Muhammad SAW, pernah mengajarkan semacam teori operant conditioning ini khususnya dalam menanamkan sikap anak terhadap shalat, dalam suatu hadits yang intinya berbunyi: Perintahlah anak untuk
36
Syaiful Sagala, op. cit., h. 43.
43
shalat pada umur 7 tahun, tetapi setelah anak umur 10 tahun pukul atau hukumlah ia jika tidak mau shalat. Sebagaimana hadis Nabi Muhammad saw:37
...ﻗاﻝﺭﺳﻮﻝﺍﷲ ﺹ ﻡ ﻣ ﻭﺍﺻ ﻴاﻧﻜﻢﺑاﻟﺼﻼﺓ ﺍﺫﺍ ﺑﻠﻐﻮﺳ عا ﻭﺍﺿ ﺑﻮ ﻫﻢ عﻠﻴﻬا ﺍﺫﺍ ﺑﻠﻐﻮ عﺸ ﺍ
﴾﴿ﺍﺑﻮﺩﺍﻭﺩ
Selanjutnya adalah teori contigius conditioning menurut hemat Guthrie, tingkah laku manusia itu secara keseluruhan merupakan rangkaian unit-unit tingkah laku. Unit-unit tingkah laku ini merupakan respon- respon dari stimulus sebelumnya dan setiap unit itu merupakan stimulus yang kemudian menimbulkan respon bagi unit tingkah laku yang berikutnya. Demikianlah seterusnya sehingga terjadi rangkaian/ rentetan unit tingkah laku yang seterus terusnya. Untuk memperbaiki tingkah laku atau kebiasaan yang tidak baik juga harus dilihat dari rentetan unit-unit tingkah lakunya. Berikutnya diusahakan untuk menghilangkan dan mengganti unit tingkah laku yang tidak baik itu dengan tingkah laku yang seharusnya dilakukan. Dalam memperbaiki tingkah laku selain denagan cara diatas, Guthrie juga menggunakan 3 metode lainnya, yaitu : (a) metode reaksi berlawanan (incompatible response method), (b) metode membosankan (exhaustion method), (c) metode mengubah lingkungan (change of environmental method).38
37
Muhammad Faiz Almath, Qabasun Min Nuri Muhammad saw, diterjemahkan dengan judul 1100 Hadits Terpilih, Sinar Ajaran Muhammad, (Jakarta: Daarul Kutub Alarabiyah, ttd) h. 87. 38
Alisuf Sabri, op. cit., h. 70-71.
44
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor Internal dan faktor eksternal.39 a. Faktor-faktor Internal Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu itu sendiri meliputi dua aspek yakni: 1) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) a) Faktor kesehatan, sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah. b) Cacat Tubuh, adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga bisa mengakibatkan belajarnya terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu. 2) Aspek Psikologis 39
Slameto, op.cit.,h.70
45
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun yang dipandang lebih esensial adalah sebagai berikut: a) Intelejensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu: kecakapan untuk mengahadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. b) Perhatian, seorang siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya. c) Minat (interest) secara sederhana berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar. Agar mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-
46
hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajri itu. d) Bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Bakat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Oleh sebab itu seorang anak hendaknya disekolahkan sesuai dengan bakat, karena jika tidak sesuai dengan bakatnya, akan berpengaruh buruk terhadap kinerja akademik (academic performance) atau prestasi belajarnya.
Seperti hadis Nabi
Muhammad Saw: ﴾ ﻟﻤاﺧﻟﻖﻟﻪ ﴿ ﺭﻭﺍﻩﺍﻟ ﺨاﺭﻭﻣﺴﻠﻢعﻦعﻤﺭﺍﻥ
ﻛﻞﻣﻴﺴ
e) Motivasi siswa, motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1) motivasi intristik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. 2) motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendoronnya untuk melakukan kegiatan belajar. Contoh konkretnya adalah pujian, hadiah, peraturan/tata tertib sekolah, suri teladan orang tua, guru, dan lain-lain.
47
Kekurangan atau ketiadaan motivasi baik internal maupun eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses pembelajaran materi-materi pelajaran baik di sekolah maupun di rumah. b. Faktor-faktor Eksternal siswa Faktor eksternal yakni faktor dari luar siswa atau kondisi lingkungan di sekitar siswa. Ada 3 faktor yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. 1) Faktor keluarga, siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. a) Cara orang tua mendidik, menurut wirowidjojo keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama yang pertama dan utama. Sabda Nabi Muhammad Saw dari Abu Hurairah yang berbunyi:
مﻮ لﻮ د إال
ما من: قا ل ر سﻮ ل اهلل صلى ا هلل عليو و سلم:عن ايب ىر ير ة رضي اهلل عنو قا ل 40 ) يﻮ لد على الفطرة فأ ﺑﻮاه يهﻮ دا نو أو ينصرا نو أو ميجسا نو ( رواه مسلم
Mendidik anak dengan cara memanjakannya adalah cara mendidik yang tidak baik, karena jika hal itu dibiarkan berlarut larut anak akan menjadi nakal, berbuat seenaknya saja, pastilah belajarnya menjadi kacau. Begitu pula bila mendidiknya terlalu keras, memaksa dengan mengejar-ngejar anaknya untuk belajar, adalah cara mendidik anak yang juga salah. Oleh sebab itu bimbingan dan konseling
40
Abu Husen Muslim Bin Al-Hajjaj, Shahih Muslim Jilid II, (Bieirut Dar Al- Fikr, 1993), h. 556
48
memegang peranan yang penting untuk membantu siswa yang mengalami masalah seperti ini dan keterlibatan orang tua sangat mempengaruhi dalam keberhasilan bimbingan tersebut. b) Relasi antar anggota keluarga, demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak sendiri. c) Suasana rumah, bila suasana rumah yang gaduh/ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar. Selanjutnya agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tenteram selain anak kerasan/betah tinggal di rumah, anak juga dapat belajar dengan baik. d) Keadaan ekonomi keluarga, bila anak dalam keluarga yang miskin, kebutuhan anak kurang terpenuhi, akibatnya anak itu selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa minder dengan teman yang lain. Bahkan bila ia harus bekerja untuk membantu orang tuanya, hal ini pasti akan mengganggu belajar anak tersebut. Sebaliknya keluarga yang kaya, orang tua sering mempunyai kecendrungankecendrungan untuk memanjakan anak, sehingga ia suka berfoya-foya dan bersenang-senang, akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhatiaannya untuk belajar.
49
2) Faktor sekolah, Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencangkup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung metode belajar dan tugas rumah. 3) Faktor masyarakat, pengaruh faktor ini terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya tetapi juga dapat merugikannya karena bila sampai menggangggu belajarnya. Mass media juga sangat mempengaruhi siswa. Yang termasuk dalam mass media adalah radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik-komik, dan lain-lain. Maka perlulah kiranya siswa mendapatkan bimbingan dan kontrol yang cukup.41 Sedangkan menurut Muhibbin Syah secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. 2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. 3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.42
C. Pengaruh Layanan Bimbingan Belajar dengan kebiasaan Belajar Siswa
41
42
Slameto, op.cit., h.70
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, op. cit., h. 144.
50
Seperti diketahui, belajar itu sangat kompleks. Masih banyak siswa dan mahasiswa yang belum mengetahui segala seluk-beluknya. Hasil belajarpun dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kecakapan dan ketangkasan belajar berbeda secara individual. Walaupun demikian guru pembimbing dapat membantu peserta didik dengan memberi petunjuk-petunjuk umum tentang cara belajar yang efektif dan efesien. Akan tetapi tidak menjamin suksesnya peserta didik tersebut. Karena sukses hanya tercapai berkat usaha keras. Tanpa usaha tak akan tercapai sesuatu.43 Oleh sebab itu layanan bimbingan belajar dimaksudkan untuk memungkinkan peserta didik memahami dan mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, keterampilan dan materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta tuntutan kemampuan yang berguna dalam kehidupan dan perkembangan optimal dirinya. Ada beberapa aspek masalah belajar yang memerlukan layanan bimbingan belajar, antara lain: kemampuan belajar yang rendah, motivasi belajar yang rendah, minat belajar yang rendah, tidak berbakat pada mata pelajaran tertentu, kesulitan berkonsentrasi dalam belajar, sikap belajar yang tidak terarah, perilaku maladaftif dalam belajar, seperti suka menggangu teman ketika belajar, prestasi belajar yang rendah, penyaluran kelompok belajar dan kegiatan belajar siswa lainnya, pemilihan dan penyaluran jurusan, pemilihan pendidikan lanjutan, gagal ujian, tidak naik kelas, tidak lulus ujian, dan lain sebagainya. 44 Oleh karena itu layanan bimbingan belajar sangat diperlukan disamping memberi petunjuk-petunjuk tentang cara-cara belajar juga memberikan informasi, arahan dan
43
Ibid, h. 73.
44
Tohirin , op. cit., h. 129-130
51
motivasi agar belajar mereka
bisa efektif dan efisien. Siswa diawasi dan dibimbing
sewaktu mereka belajar. Bila kita lihat keluar sering terjadi seorang siswa yang memiliki kemampuan inteligensi (kognitif) yang lebih tinggi dari pada teman-temannya. Bukan hal yang mustahil jika suatu saat siswa cerdas tersebut mengalami kemerosotan prestasi sampai ke titik yang lebih rendah dari pada prestasi temannya yang berkapasitas rata-rata. Sebaliknya, seorang mahasiswa yang sebenarnya hanya memiliki kemampuan inteligensi yang sedang, dapat mencapai puncak prestasi yang memuaskan, lantaran menggunakan pendekatan belajar yang efisien dan efektif. Oleh sebab itulah bimbingan sangat diperlukan. Baik dilakukan dengan teknik individual maupun dalam teknik kelompok.45 Pertama, teknik bimbingan secara individual yaitu layanan bimbingan belajar yang memungkinkan peserta didik atau siswa mendapat layanan langsung tatap muka secara individual dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan belajar yang dialaminya. Dengan teknik ini pembimbing menghadapai seseorang secara individual yang bermasalah atau memerlukan bimbingan. Teknik ini disebut juga individual guidance atau individual counseling, menunjuk pada usaha-usaha yang sistematis dan berencana membantu peserta didik secara perorangan agar dapat mengatasi masalah khusus atau unik yang sedang dihadapinya. Biasanya
45
Abu Ahmad dan Widodo Supriyono, op.cit., h. 119.
52
masalah-masalah itu bersifat pribadi dan rahasia, jadi lazimnya dilaksanaka dalam kegiatan konseling individual. Tujuan dari bimbingan individual adalah untuk mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahannya apalagi menyangkut permasalahan- permasalahan belajar.46 Oleh sebab itu, guru pembimbing hendaknya bisa membuat siswa memahami dan mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, keterampilan, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya. Kedua, Teknik bimbingan secara kelompok menunjuk pada usaha-usaha yang sistematis dan berencana membantu sekelompok siswa yang menghadapi masalah-masalah yang relatif sama agar mereka dapat mengindentifikasi, memahami dan memecahkan masalah- masalah mereka.47 Dalam bimbingan kelompok ini biasanya cara menyelesaikan atau mengatasi masalah itu dengan dengan bersama-sama, seperti dalam berdiskusi tentang bagaimana belajar yang baik. Setiap orang turut memberikan sumbangan pikiran dalam memecahkan persoalan tersebut sehingga diperoleh hasil yang lebih baik, pikiran dari banyak orang biasanya lebih sempurna dari pada satu orang. Disinilah guru pembimbing berperan sebagai fasilitator
46
47
Prayitno, op. cit., h. 87.
Husniabdillah, “ Strategi_Bimbingan_Belajar_Bagi_ Siswa_Di_Sekolah” htpp://www.multiply.com/journal/item/9/_, Dec 27, '07 9:26 PM.
53
dalam memandu kelompok, agar tercapai apa yang diinginkan dan dapat memecahkan masalah. Oleh sebab itu layanan bimbingan belajar kelompok adalah layanan bimbingan belajar yang fokus menunjukkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber terutama dari guru pembimbing yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.48 Tujuan dari bimbingan kelompok adalah untuk memungkinkan siswa secara bersama- sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber atau konselor yang bermamfaat untuk kehidupan sehari- hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar.49 Para siswa dapat diajak secara bersama-sama mengemukakan pendapat mengenai masalah belajar, merangkumnya dan mencari langkah secara bersama- sama untuk memecahkan masalah tersebut. Hal- hal yang perlu mendapatkan bimbingan dan arahan dari seorang guru pembimbing (konselor) adalah dalam menjelaskan kondisi-kondisi yang harus di perhatikan dan strategi belajar. 1. Kondisi- kondisi Yang Harus di Perhatikan
48
Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1995), hlm. 48.
49
Prayitno, op. cit., hlm. 87-88.
54
Pembimbing atau konselor perlu memberikan informasi kepada peserta didik tentang kondisi- kondisi yang harus diperhatikan agar bisa meningkatkan cara belajar yang efektif. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:50 Pertama, kondisi internal yaitu kondisi (situasi) yang ada di dalam diri individu itu sendiri misalnya kesehatan, keamanan, ketenteramannya, dan sebagainya. Hal ini hanya mungkin terpenuhi jika individu/siswa belajar yang tak henti-hentinya tidak hanya selama di pendididkan formal saja tetapi juga setelah selesai, setelah bekerja, berkeluarga serta berperan dalam masyarakat. Kedua, kondisi eksternal adalah kondisi yang ada diluar diri pribadi manusia. Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur, misalnya: 1) Ruang belajar harus bersih, tak ada bau-bauan yang mengganggu konsentrasi belajar. 2) Ruangan cukup terang, tidak gelap yang dapat mengganggu mata. 3) Cukup sarana yang diperlukan untuk belajar, misalnya alat pelajaran, buku-buku, dan sebagainya. Dalam menjelaskan kondisi-kondisi yang yang mempengaruhi peserta didik (internal dan eksternal) dalam meningkatkan efektivitas belajarnya, siswa bisa dibimbing baik secara individual maupun secara kelompok. Semua itu tergantung situasi akan tetapi lebih baik secara kelompok agar waktu lebih efisien dan mereka bisa saling diskusi dan saling bertukar pikiran bagaimana memecahkan masalah-masalah mengenai belajar
50
Slameto, op. cit., hlm. 74-76.
55
tersebut. Akan tetapi bila permasalahan itu bersifat pribadi maka bimbingan lebih baik adalah secara individual walaupun waktu yang digunakan lumayan banyak. 2. Strategi Belajar Selain dari kondisi hal- hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru pembimbing (konselor) adalah strategi belajar. Belajar yang efektif dan efesien dapat tercapai apabila dapat menggunakan strategi belajar yang tepat. Strategi belajar adalah tindakan siswa melaksanakan rencana belajar. Artinya usaha siswa dalam menggunakan beberapa variabel belajar (tujuan, bahan, metode dan alat serta evaluasi) agar dapat mempengaruhi dirinya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada dasarnya strategi belajar adalah tindakan nyata dari siwa atau praktek individu dalam belajar melalui cara- cara tertentu yang dinilai lebih efektif dan efesien. Dalam strategi belajar, hal yang perlu diperhatikan dan penting, seperti dalam: 1) Keadaan jasmani, belajar memerlukan tenaga, untuk mencapai hasil yang baik diperlukan keadaan jasmani yang sehat; (2) Keadaan emosional dan sosial, siswa yang merasa jiwanya tertekan, takut akan kegagalan, mengalami kegoncangan akan mengakibatkan peserta didik tidak dapat belajar efektif. Begitu pula bila seseorang siswa tidak disukai oleh temannya akan menemui kesulitan belajar; (3) Keadaan lingkungan hendaknya jauh dari kemungkinan gangguan dan kehiruk pikukan; (4) Memulai belajar, agar tidak malas belajar atasi dengan suatu perintah kepada diri sendiri untuk memulai pekerjaan itu tepat pada waktunya; (5) Membagi pekerjaan, sebelum memulai pekerjaan lebih dahulu menentukan
56
apa yang dapat dan harus diselesaikan dalam waktu tertentu; (6) Adakan kontrol, selidiki pada akhir belajar, hingga manakah bahan itu telah dikuasai; (7) Pupuk sikap optimistis, adakan persaingan dengan diri sendiri, niscaya prestasi akan meningkat. Lakukan segala sesuatu dengan sesempurna- sempurnanya, pekerjaan yang baik memupuk suasana kerja yang mengembirakan; (8) Waktu bekerja, waktu yang tepat untuk belajar dijadikan alat untuk memerintah diri kita untuk belajar, sedangkan menyeleweng dari waktu itu adalah kegagalan; (9) Buatlah suatu rencana kerja, sebelum tidur hendaknya membuat rencana kerja untuk esok hari. Hanya dengan rencana kerja yang teliti kita dapat menggunakan waktu kita dengan efektif dengan efesien; (10) Menggunakan waktu, menghasilkan sesuatu hanya mungkin jika menggunakan waktu dengan efesien. Waktu yang lewat sudah hilang dan takkan kembali lagi; (11) Belajar keras tidak merusak, maksudnya belajar penuh konsentrasi tidak merusak, yang merusak ialah menggunakan waktu tidur untuk belajar; (12) Mempertinggi kecepatan membaca, seorang pelajar harus sanggup menghadapi isi yang sebanyak-banyaknya dari bacaan dalam waktu sesingkat- singkatnya; (13) Cara mempelajari buku, sebelum membaca buku coba carilah gambaran tentang isi buku itu dalam garis besarnya; (14) Jangan membaca belaka, membaca bukanlah sekedar mengetahui kata-katanya, akan tetapi harus bisa mengikuti jalan pikiran si pengarang.51 Selain itu dalam belajar hendaknya seorang guru memberikan siswa sebuah SLANT (pandangan) baru, sebuah strategi yang diadaptasi dari teori Ellis 51
Slameto. op. cit., hlm.76- 82.
57
(1991). Seorang guru harus menunjukkan kepada para peserta didik cara sit up in their chair (duduk tegak dikursi mereka), learn forward (condong ke depan), ask questions (bertanya), no their heads (mengangungkan kepala) dan talk to their teacher (berbicara dengan guru).52 Dengan dijelaskannya strategi cara belajar yang efektif tersebut oleh guru pembimbing maka akan memudahkan anak didik agar selalu memperhatikan hal- hal yang harus diperhatikan ketika belajar supaya tidak asal-asal dalam belajar. Dari beberapa strategi tersebut dapat disimpulkan bahwa guru pembimbing perlu bekerja sama dengan siswa (peserta didik), guru mata pelajaran, orang tua dan semua yang terkait dengan siswa (peserta didik). Guru pembimbing (konselor) tidak bisa bekerja dengan sendiri ia memerlukan orang lain dalam memberikan solusi dan mengatasi masalah klien. Dengan adanya bimbingan dari guru pembimbing akan timbul ide-ide cemerlang dari para peserta didik sekalian agar dapat menyusun sendiri strategi belajar yang cocok minimal untuk dirinya, yang nantinya mengarah pada suatu proses belajar yang dikatakan BELAJAR yang baik/EFEKTIF.53 Dari dua macam hal tersebut sebenarnya masih banyak lagi yang perlu diperhatikan oleh guru pembimbing dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada peserta didik.
52 53
Bobbi De Porter, dkk, Quantum Teaching, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2000), hlm. 170. Armenbaek, “metode-belajar-efektif”, http//www.blog.friendster.com/2008/04.
58
Akan tetapi penulis membatasinya. Semuanya bisa dilakukan secara individual dan secara berkelompok, tergantung dari masalah- masalah yang dihadapi. Setelah semuanya dijelaskan oleh guru pembimbing kepada para peserta didik maka tahap-tahap layanan bimbingan belajar yang dilakukan oleh seorang konselor antara lain diantaranya: Memberikan tes-tes agar para peserta didik dapat terungkap masalah-masalah belajarnya maka guru pembimbing cukup melihat prestasi/nilai siswa dari guru kelas/bidang studi tertentu. 3. Metode Belajar Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan sikap, kecakapan dan keterampilan. Kebiasan belajar juga akan mempengaruhi belajar itu sendiri. Seperti dalam pembuatan jadwal, membaca, mengulangi bahan pelajaran, konsentrasi dan mengerjakan tugas.
59