BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Upaya meningkatkan kesehatan masyarakat dewasa ini secara bertahap terus ditingkatkan kearah yang lebih baik. Sebagaimana dimaksudkan dalam tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia 2010 yaitu meningkatkan kesadaran, kemajuan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar kematian dan kesakitan, serta penduduk hidup dilingkungan yang sehat (Depkes RI, 2003). Diantara resiko-resiko yang mungkin terjadi masa nifas. Ada 2 resiko yang paling sering mengakibatkan kematian pada ibu nifas yakni infeksi dan pendarahan. Dengan perkiraan persainan di Indonesia setiap tahunya sekitar 5.000.000 jiwa dapat dijabarkan bahwa angka kematian ibu sebesar 19.500-20.000 setiap tahunya atau terjadi setiap 26-27 menit. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan 20,8 %, gestosis 17, 5 % dan anestesia 2, 0 %. Kematian bayi sebesar 56/10.000 mejadi sekitar 280.000 atau terjadi setiap 18-20 menit sekali. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum 49-60 %, infeksi nifas 24-34 %, prematuritas / BBLR 15-20 %, trauma persalinan 2-7 %, dan cacat bawaan 1-3 %. Survey yang WHO ( World Health Organization ) 2000, 81 % AKI akibat komplikasi selama hamil dan bersalin dan 25 % selama masa nifas. Sedangkan
1
2
faktor yang mempengaruhi angka kematian bayi, menurut UNICEF ( United Nation International Children „s Emergency Fund (2001),
menurunya
kualitashidup anak pada usia 3 tahun pertama hidup. ( Depkes RI, 2003 ). Menurut WHO (World Health Organization), di seluruh dunia setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilannya,persalinannya,dan nifas. Dengan kata lain, 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan, persalinan, dan nifas. AKI di Indonesia masih tertinggi di Negara Asean. Tetapi berdasarkan data resmi Survey Demongrafis dan Kesehatan Indonesia (SDKI), AKI di Indonesia terus mengalami penurunan. Pada tahun 2003 AKI di Indonesia yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2004 yaitu 270 per 100.00 kelahiran hidup, tahun 2005 yaitu 262 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2006 yaitu 255 per 100.000 kelahiran hidup, dan tahun 2007 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Target Millenium Development Goald ( MDGs ) AKI di Indonesia tahun 2015 harus mencapai 125 per 100.000 kelahiran hidup . Tiga penyebab utama Angka Kematian Ibu di Indonesia dalam bidang obstetri adalah perdarahan (45%), infeksi (15%) dan pre eklampsia (13%) (DepKes RI, 2007). Penyebab kematian maternal merupakan suatu hal yang sangat kompleks yang dapat digolongkan kepada faktor-faktor komplikasi obstetric, pelayanan kesehatan, dan social ekonomi. Faktor komplikasi obstetric diantaranya adalah infeksi nifas pada pertolongan persalinan yang tidak menggunakan syarat-syarat asepsis antisepsis. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi
3
setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Secara nasional menurut Purwanto (2001), angka kejadian infeksi pada kala nifas mencapai 2,7% dan 0,7% diantaranya berkembang kearah infeksi akut. Dengan demikian asuhan pada masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya (Saefudin, 2001). Asuhan kebidanan pada masa nifas tidak hanya diberikan kepada ibunya saja namun asuhan juga diberikan kepada bayinya, mengingat kematian neonatus sampai saat ini merupakan mortalitas tertinggi sepanjang kehidupan manusia dan berhubungan erat dengan angka kematian bayi (Depkes RI, 2005). Infeksi nifas merupakan penyebab kematian ibu, akan tetapi sekarang berkat kemajuan ilmu kebidanan khususny pengetahuan ibu dan tenaga kesehatan sebab-sebab infeksi serta pencegahannya dan adanya penemuan obat-obat antibiotic yang baru, dinegara-negara maju perananya sebagai penyebab kematian ibu hamil akibat infeksi nifas. Sudah sangat berkurang, tetapi dinegara-negara sedang berkembang dengan pelayanan kebidanan yang masih jauh sempurna maka peranan dari infeksi nifas ini sangat beser, penyakit ini tidak boleh dianggap mudah karena dapat menyebabkan kematian (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota Banda Aceh bulan Maret 2013, didapatkan data jumlah Ibu nifas adalah 112 orang. Ibu yang melahirkan normal sebanyak 75 orang dan persalinan nya dengan cara sereo sesaria ( SC ) adalah 37 orang. Hasil wawancara dengan 10 orang ibu nifas diperoleh hasil bahwa, 6
orang
ibu diantaranya belum
mengetahui tentang Pencegahan Infeksi pada dirinya., Sedangkan 4 ibu lainnya
4
sudah mengetahui tentang Pencegahan Infeksi pada dirinya. Dari 10 orang ibu tersebut, ternyata 4 orang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, 5 orang memiliki tingkat pengetahuan rendah dan 1 orang memiliki tingkat pengetahuan yang sedang. (Medical Record RSIA, 2013). Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Hubungan Peran Petugas Kesehatan Dan Pengetahuan Ibu Dengan Pencegahan Infeksi Pada Ibu Nifas Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Propinsi Aceh Tahun 2013.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka peneliti merumuskan masalah yang ada adalah : bagaimana “Hubungan Peran Petugas Kesehatan dan Pengetahuan Ibu Dengan Pencegahan Infeksi Pada Ibu Nifas Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Propinsi Aceh Tahun 2013.”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui bagaimana Hubungan Peran Petugas Kesehatan Dan Pengetahuan Ibu Dengan Pencegahan Infeksi Nifas Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Propinsi Aceh Tahun 2013. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui Hubungan Peran Petugas Kesehatan Dengan Pencegahan Infeksi Pada Ibu Nifas Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Propinsi Aceh Tahun 2013.
5
b. Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Dengan Pencegahan Infeksi Pada Ibu Nifas Dirumah Sakit Ibu dan Anak Propinsi Aceh Tahun 2013.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Dapat menambah ilmu serta wawasan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ( KTI ) dan dapat di aplikasikan di lapangan. 2. Bagi Rumah Sakit Ibu dan Anak Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan pada pasien dengan pencegahan infeksi pada ibu nifas. 3. Bagi Akademik Dapat meningkatkan ilmu kebidanan STIKes U‟Budiyah dapat menjadi kajian maupun referensi di perpustakaan serta meningkatkan kemampuan peserta didik untuk mengetahui cara Pencegahan Infeksi Pada Ibu nifas.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Masa Nifas 1. Pengertian Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (24 hari) setelah itu. Dalam bahasa latin, waktu mulai setelah melahirkan anak ini disebut Puerperium yaitu dari kata partinya puer yang artinya melahirka. Jadi puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Sekitar 50 % kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama postpartum sehingga pelayanan pasca persalinan yang berkualitas harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi (Sunarsih, 2011). Setelah melahirkan, seorang wanita akan mengalami masa nifas selama kurang lebih 40 hari.Selama masa wanita akan mengeluarkan lokia (darah nifas) yang secara fisik penampakannya hampir mirip dengan darah menstruasi ( Musbikin, 2006). Masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari menurut hitungan awam merupakan masa pembersihan rahim, sama halnya seperti masa haid.Priode masa nifas (puerperium) adalah priode waktu selama 6-8 minggu
7
setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hami / tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan (Saleha, 2009).
2. Infeksi Masa Nifas Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan. Selama masa nifas, seorang wanita rentan terhadap infeksi. Infeksi ini mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam vagina pada waktu persalinan dan selama masa nifas. Infeksi disebabkan oleh plasenta side (dinding tempat lepasnya plasenta), luka atau lecet divagina atau pemicu lainnya. Mekanisme terjadinya infeksi selama masa nifas karena plasenta side terjadi saat bayi keluar diikuti dengan plasenta, rahim dipenuhi oleh darah akibat lepasnya plasenta dari diding lahir. Darah inilah yang menjadi media bagi tumbuhnya kuman atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh sang ibu (Musbikin, 2006). Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan. Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi angka kematian ibu (AK) Infeksi luka jalan lahir pasca persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta.Demam dalam nifas sebagian besar disebabkan oleh infeksi nifas, maka demam nifas merupakan gejala penting dari penyakit ini. Demam dalam masa nifas sering juga disebut morbiditas nifas dan merupakan
8
indeks kejadian infeksi nifas. Demam dalam nifas selain oleh infeksi nifas daapat juga disebabkan oleh pielitis, infeksi jalan pernapasan, malaria, dan tifus (Sunarsih, 2006). Infeksi puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia setelah persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta (Saleha, 2009). Morbiditas nifas ditandai dengan suhu 38
0
C atau lebih, yang terjasdi
selama 2 hari berturut-turut. Kenaikan suhu ini terjadi sesudah 24 jam pascapersalinan dalam 10 hari pertama masa nifas. Kejadian infeksi nifas berkurang antara lain karena adanya antibiotik, berkurangnya operasi yang merupakan trauma yang berat, pembatasan lamanya persalinan , asepsis, tranfusi darah, dan bertambah baiknya kesehatan umum (kebersihan, gizi, dan lain-lain). Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat kelamin yang terjadi pada waktu persalinan dan nifas dahulu, infaksi nifas merupakan salah satu penyebab kematian ibu melahirkan yang cukup tinggi. Untunglah, berkat kemajuan ilmu kebidanan,
khususnya pengetahuan tentang infeksi dan pencegahanya,
kematian akibat hal ini sudah jauh berkurang (Musbikin, 2006). 3. Etiologi Infeksi Nifas Infeksi nifas umumnya disebabkan oleh organisme (kuman) yang dalam keadaan normal memang sudah berada di dalam usus dan jalan lahir. Nanun, meskipun pada jalan lahir terkadang sudah diketemukan kuman (penih penyakit, basil, bakteri), kuman tersebut tidak bisa begitu saja masuk ke dalam
9
rahim.Perlu diketahui, sebelum ketuban pecah, janin dan cairan ketuban akan selalu berada keadaan steril. Kuman penyebab terjadinya infeksi juga dapat berasal dari sarung tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir yang tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman. Perlu di ingat, di dalam rumah sakit terdapat banyak kuman yang berasal dari penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman ini bisa dibawa ke mana-mana oleh udara, termasuk ke peralatan yang akan digunakan untuk menolong tindakan persalinan atau sesudahnya. Itu sebabnya, sarung tangan serta seluruh peralatan untuk menolong persalinan diharapkan selalu berada dalam kondisi steril. Selain itu, kuman-kuman juga dapat berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas lainnya.Oleh karena itu, dokter dan penolong persalinan lainnya wajib menutup hidung dan mulut dengan masker khusus saat mereka menolong persalinan (Musbikin, 2006). Risiko seorang ibu yang baru melahirkan untuk terkena infeksi dipengaruhi oleh beberapa factor. Antara lain , bila daya tahan tubuh kurang baik, infeksi pun akan dengan mudah terjadi. Misalnya saja, pada ibu hamil yang menderita anemia (kekurangan sel darah merah), pneumonia (radang paru-paru), atau penyakit jantung .Kondisi lain yang juga dapat menurunkan daya tahan tubuh adalah pedarahan yang banyak dan pre-eklamsia (gejala keracunan kehamilan) (Musbikin, 2006). Menurut (Saleha, 2009) pada umumnya disebabkan oleh bakteri aerob dan anaerob, yaitu :
10
a) Streptococcus haemolyticus aerobicus b) Stapylococcus aereus c) Escherichia coli d) Clostridium elchii Situasi berikut merupakan predisposisi infeksi masa nifas pada wanita. a) Persalinan lama, khususnya dengan pecah ketuban. b) Pecah ketuban yang lama sebelum persalinan c) Bermacam–macam
pemeriksaan
vagina
selama
persalinan,
khususnya pecah ketuban. d) Teknik aseptic tidak sempurna e) Menipulasi intrauteri (misalnya : eksplorasi uteri, pengeluaran plasenta manual). f) Tidak memperhatikan teknik mencuci tangan. g) Trauma jaringan yang luas atau luka terbuka, seperti laserasi yang tidak diperbaiki. h) Hamatoma i) Hemoragi, khususnya jika kehilangan darah lebih dari 1.000 ml. j) Peralkihan operatif, trauma peralihan melalui SC. k) Retensi sisa plasenta atau membrane janin. l) Perawatan perineum tidak memadai m) Infeksi vagina/serviks atau PMS yang tidak ditangani (misalnya: vaginosis bakteri, klamidia, gonorhoea) (Sunarsih, 2011).
11
4. Patofisiologi Setelah kala III daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan permukaan yang tidak rata, daerah ini merupakan tempat yang baik untuk berkembangnya bakteri. Begitu juga serviks, Vulva, Vagina, dan perineum yang sering mengalami perlukaan pada persalinan.Semua ini merupakan tempat masuk/ berkembangnya kuman pathogen (Saleha, 2009). Reaksi tubuh dapat berupa reaksi lokal dan dapat pula terjadi reaksi umum. Pada infeksi dengan reaksi umum akan melibatkan syaraf dan metabolik pada saat itu terjadi reaksi ringan limporetikularis diseluruh tubuh, berupa proliferasi sel fagosit dan sel pembuat antibodi (limfosit B). Kemudian reaksi lokal yang disebut inflamasi akut, reaksi ini terus berlangsung selama menjadi proses pengrusakan jaringan oleh trauma. Bila penyebab pengrusakan jaringan bisa diberantas, maka sisa jaringan yang rusak disebut debris akan difagositosis dan dibuang oleh tubuh sampai terjadi resolusi dan kesembuhan. Bila trauma berlebihan, reksi sel fagosit kadang berlebihan sehingga debris yang berlebihan terkumpul dalam suatu rongga membentuk abses atau bekumpul dijaringan tubuh yang lain membentuk flegman (peradangan yang luas dijaringan ikat) (Sjamsuhidajat, R, 2003 ). 5. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala infeksi pada umumnya adalah peningkatan suhu tubuh, malaise umum, nyeri, dan lokia berbau tidak sedap. Peningkatan kecepatan nadi dapat terjadi, terutama pada infeksi berat. Interpretasi kultur
12
laboratorium dan sensitifitas, pemeriksaan lebih lanjut, dan penanganan memerlukan diskusi serta kalaborasi dengan dokter konsultan anda. Gejala perluasan infeksi memang belum terlihat pada minggu-minggu pertama. Meskipun demikian, ada gejala umum yang bisa diteliti seandainya infeksi memang meluas, yaitu penderita akan tampak lebih kesakitan, suhu tubuhnya meningkat dan kadang-kadang disertai dengan menggigil, serta denyut nadinya cepat dan keluhannya juga lebih bayak (Musbikin, 2006). Gejala infeksi nifas bervariasi tergantung bagian mana yang terkena infeksi. Secara umum, gejala infeksi pada daerah vulva, perineum, vagina, atau mulut rahim akan muncul bentuk rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi. Terkadang, terasa perih bila buang air kecil. Suhu tubuh pun adakalanya meningkat (demam). Pada kasus endometritis, lokia (cairan yang keluar setelah melahirkan) kadang-kadang tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta atau selaput ketuban. Akibatnya, suhu tubuh meningkat, dan rahim pun membesar disertai rasa nyeri. Semua kondisi ini akan berkurang bila penghalang keluarnya lokia telah diatasi, atau jika perlu dilakukan irigasi (pencucian dengan H2 02). Bila diketahuai seorang ibu menderita infeksi nifas, dokter umumnya akan langsung memeriksa apakah infeksinya itu terbatas pada tempat di mana kuman-kuman pertama kali masuk, atau sudah menyebar ketempat lain. 6. Pencegahan Infeksi Nifas Pencegahan infeksi selama masa nifas bisa dilakukan selama masa kehamilan, persalinan dan selama masa nifas itu sendiri. Selama kehamilan
13
usahakan tidak mengalami anemia berat. Atau bisa mengalami keputihan parah atau infeksi lain di sekitar vagina segera diobati. Hal ini dilakukan agar pada saat menjelang persalinan,sudah tidak ada infeksi. Selama persalinan sebaiknya jaga kebersihan semua alat-alat yang digunakan selama persalinan. Dokter dan semua petugas dalam kamar bersalin harus bertanggung jawab atas kebersihan dan usahakan memakai masker saat menolong persalinan karena infeksi saluran infeksi pernafasan yang di derita oleh orang lain dapat menular kepada ibu yang sedang bersalin. Selama masa nifas usahakan kebersihan di sekitar daerah vagina, baik kain maupun pembalut yang dipergunakan harus benar-benar higienis. Bila masih berada dirumah sakit, penderita infeksi selama masa nifas jangan dirawat bersamaan dengan wanita yang tidak mengalami infeksi nifas (Musbikin, 2006). Beberapa hal yang dapat dilakukan ibu post partum dalam menjaga kebersihannya adalah sebagai berikut : a. Mandi teratur minimal 2 kali sehari b. Menganti pakaian dan alas tempat tidur c. Menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal d. Melakukan perawatan premium e. Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari f. Mencuci tangan setiap membersihkan daerah genetalia. Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman. Kebersihan diri meliputi kebersihan pakaian tempat tidur maupun lingkungan. Kebutuhan dalam masa nifas meliputi:
14
1. Kebersihan diri Jaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik pada luka jahitan maupun kulit. a) Pakaian Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena produksi keringat menjadi banyak produksi yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume saat hamil, Sebaiknya. Pakaian agak longgar di daerah dada sehingga payudara tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi (lecet) pada daerah sekitarnya akibat lochea. b) Kebersihan rambut Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami kerontokan rambut akibat gangguan perubahan hormon sehingga keadaanya menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan normal, Jumlah dan lamanya kerontokan berbeda- beda antara satu wanita dengan wanita yang lain. Meskipun demikian, kebanyakan akan pulih setelah beberapa bulan, Cuci rambut conditioner yang cukup, lalu menggunakan sisir yang lembut. Hindari penggunaan pengering rambut. c) Kebersihan Kulit Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan kering untuk menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki , betis, dan tangan ibu. Oleh
karena itu, dalam minggu- minggu pertama setelah
15
melahirkan, ibu akan merasakan jumlah keringat yang lebih banyak dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit tetap kering. d) Kebersihan Vulva dan sekitarnya 1) Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara membersihkan daerah di sekitar Vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, buru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil dan besar. 2) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika. 3) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminya. 4) Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin atau cuci menggunakan sabun. 2. Istirahat Setelah menghadapi ketengangan dan kelelahan saat melahirkan, usahakan untuk rileks dan istirahat yang cukup, terutama saat bayi sedang tidur. Kebutuhan istirahat dan tidur harus di utamakan dari pada tugas -tugas rumah tangga yang kurang penting. Jangan sungkan untuk meminta bantuan suami dan keluarga jika ibu merasa lelah. Istirahat juga memberi ibu energy untuk memenuhi kebutuhan makan dan perawatan bayi sering
16
dapat tidak terduga. Pasang dan dengarkan lagu -lagu klasik pada saat ibu dan bayi beristirahan untuk menghilangkan rasa tegang dan lelah. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal, antara lain: a) Mengurangi jumlah ASI yang diprodusi b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbayak perdarahan menyebabkan depresi post partum dan ketidak mampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri. 3. Mobilisasi (Pergerakan) Setelah bersalin, ibu akan merasa lelah. Oleh karena itu, ibu harus istirahat. Mobilisasi yang dilakukan tergantung pada komplikasi persalinan nifas dan sembuhnya luka. Ambulasi dini (early ambulation) adalah mobilisasi segera setelah ibu melahirkan dengan membibing ibu untuk bangun dari tempat tidurnya. Ibu post partum diperbolehkan bangun dari tempat tidurnya 24- 48 jam setelah melahirkan. Anjurkan ibu untuk memulai mobilisasi dengan miring kanan / kiri, duduk kemudian berjalan. 1) Keuntugan melakukan mobilisasi dini adalah : a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat b. Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih baik c. Memukinkan untuk mengajirkan perawatan bayi pada ibu d. Mencegah thrombosis pada pembuluh tungkai e. Sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial ekonomis) f. Melancarkan pengeluaran lochia, mengurangi infeksi puerperium. g. Melancarkan pengeluaran lochia, menguragi infeksi puerperium
17
h. Mempercepat involusi alat kandung i.
Melancarkan fungsi alat gastro intestinal dan alat perkelaminan
j.
Meningkatkan kelancara peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme
k. Ibu merasa lebih sehat dan kuat l.
Faal usus dan kandung kecing lebih baik
m. Kesempatan yang baik untuk mengajar ibu merawat / memelihara anaknya. 2) Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi. a) Peningkatan suhu tubuh. Karena adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan salah satu dari tanda infeksi adalah peningkatan suhu tubuh. b) Perdarahan yang abnormal. Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang terbuka c) Involusi uterus yang tidak baik. Tidak dilakukan mobilisasi secara dini akan menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi uterus. 3) Mobilisasi dini tidak mempunyai pengaruh yang buruk: a) Tidak menyebabkan pendarahan yang abnormal
18
b) Tidak mempengaruhi penyembuhan luka episotomi atau luka di perut c) Tidak memperbesar kemungkinan prolaps atau tertoflexio
4) Tahap-tahap Mobilisasi Dini Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalanjalan, dan hari ke 4 atau 5 sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka. 4. Eliminasi Pengeluaran air seni akan meningkatkan 24-48 jam pertama sampai sekitar hari ke- 5 setelah melahirkan. Hal ini terjadi volume darah meningkat pada saat hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan. Oleh karena itu, ibu perlu belajar berkemih secara spontan dan tidak menahan buang air kecil ketika ada rasa sakit pada jahitan. Menahan buang air kecil akan menyebabkan terjadinya bendungan air seni dengan gangguan kontraksi rahim sehingga pengeluaran cairan vagina tidak lancar. Sedangkan buang air besar akan sulit karena ketakutan akan rasa sakit, takut jahitan terbuka atau karena adanya haemoroid (wasir). Kesulitan ini dapat dibantu dengan mobilisasi dini, menkosumsi makanan tinggi serat dan cukup minum.
19
5. Latihan Latihan setelah melahirkan dilakukan untuk memperlancar sirkulasi darah dan mengembalikan otot-otot yamg kendur, terutama rahim dan perut yang memuai saat hamil. Latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu, seperti : a. Dengan tidur terlentang dengan legan disamping, b. Menarik otot perut. c. Menarik nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada tahan satu hitungan sampai 5. d. Rilek dan ulangi sebanyak 10 kali. 6. Dukungan Ibu pada masa nifas membutuhkan dukungan emosional dan psikologis dari pasangan dan keluarga mereka, yang bisa memberikan dukungan dengan jalan membantu dalam menyelesaikan tugas – tugas di rumah agar ibu mempunyai lebih banyak waktu untuk mengasuh bayinya. Cegah timbulnya pertentangan dalam hubungan keluarga yang menimbulkan perasaan kurang menyenangkan dan kurang bahagia. Ibu dalam masa nifas bisa merasa takut, oleh karenaa itu dia akan memerlukan dukungan dan dorongan dengan perasaan ketidakmampuan serta rasa kehilangan hubungan yang erat dengan suaminya, dan juga tanggung jawab yang terus menerus untuk mengasuh dayi dan lain –lain nya.
20
7. Nutrisi Kebutuhan nutrisi pada masa menyusui meningkat 25% yaitu untuk produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali dari biasanya. Penambahan kalori pada ibu menyusui sebanyak 500 kkal tiap hari. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi juga perlu memenuhi syarat, seperti susunannya harus seimbang, porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengansung alkohol, nikotin serta bahan pengawet dan pewarna. Menu makanan yang seimbang mengandung unsur-unsur, seperti sumber tenaga, pembangun, pengatur dan pelindung. a) Sumber tenaga (energy) Sumber tenaga yang diperlukan untuk pembakaran tubuh dan pembentukan jaringan baru. Zat nutrisi yang termasuk sumber energi adalah karbohidrat dan lemak. Karbohidrat berasal dari padi-padian, kentang, umbi, jagung, sagu, tepung roti, mie, dan lain-lain. Lemak bisa diambil dari hewani dan nabati. Lemak hewani yaitu mentega dan keju. Lemak nabati berasal dari minyak kelapa sawit minyak sayur dan margin.
21
b) Sumber Pembangun (Protein) c) Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani dan protein nabati. Protein hewani antara lain telur, daging, ikan, udang kerang, susu dan keju. Sedangkan protein nabati banyak terkandung dalam tahu, tempe, kacang- kacangan dan lain –lain. 1) Sumber pengatur dan pelindung (mineral, air dan vitamin) Mineral, air dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme di dalam tubuh. sumber zat pengatur bisa diperoleh dari semua jenis sayur dan buah-buahan segar. Beberapa Zat mineral antara lain : a. Zat kapur untuk membentuk tulang. Sumbernya berasar dari susu,keju, kacang – kacangan dan sayur – sayuran daun hijau. b. Fosfor untuk pembentukan tulang dan gigi. Sumbernya berasal dari susu, keju dan daging. c. Zat besi untuk menambah sel darah merah. Sumbernya berasal dari kuning telur, hati daging, kerang, kacang – kacangan dan sayuran. d. Yodium untuk mencegah timbulnya kelemahan mental. Sumbernya berasal dari ikan laut dan garam beryodium.
22
e. Kalsium merupakan salah satu bahan mineral ASI dan juga untuk pertumbuhan gigi anak. Sumbernya berasal dari susu keju dan lain-lain. 8. Menyusui Berikan ASI kepada bayi sesering mungkin (sesuai kebutuhan) tanpa dijadwal. Isapan bayi akan merangsang kelenjar hypofisis anteior mengeluarkan prolaktin (yang memproduksi ASI) dan hipofisis posterior untuk mengeluarkan sehingga ASI ASI keluar dengan lancar. ASI mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar dan bersih dan siap untuk diminum. Meningkatkan suplai ASI dapat dilakukan. Dengan cara : a. Untuk Bayi Menyusui bayi setiap 2 jam, siang dan malam hari dengan lama menyusui 10-15 menit di setiap payudara.Bagun bayi, lepaskan baju yang menjebabkan rasa gerah dan duduklah selama menyusui. Pastikan bayi menyusui dengan posisi menempel yang baik dan dengarkan suara menelan yang aktif. Susu bayi di tempat yang tenang dan nyaman dan minumlah setiap kali menyusui. Tidurlah bersebelahan dengan bayi. b. Untuk ibu Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum. Petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui bayinya dan mengoreksi setiap kali terdapat masalah pada posisi penempelan. Yakinkan bahwa ia dapat
23
memproduksi susu lebih banyak dengan melakukan hal-hal tersebut di atas. 9. Perawatan Payudara a. Menjaga payudara tetap bersih dan kerning, terutama putting susu. b. Menggunakan BH yang menyongkong payudara. c. Apabila puting susu lecet oleskan kollostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan mulai dari puting susu yang lecet. d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. Asi dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok. e. Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan : f. Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit.urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau gunkana sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju puting. g. Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak. Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI sisanya dikeluarkan dengan tangan. h. Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui. 10. Zat – zat yang dibutuhkan ibu pasca persalinan antara lain : 1. Kalori Kebutuhan kalori pada masa menyusui sekitar 400-500 kalori. Wanita dewasa memerlukan 1800 kalori per hari. Sebaiknya ibu nifas jangan
24
mengurangi kebutuhan kalori, karena akan mengganggu proses metabolism tubuh dan menyebabkan ASI rusak. 2. Protein Kebutuhan protein yang dibutuhkan adalah 3 porsi per hari. Satu protein setara dengan tiga gelas susu, dua butir telur, lima putih telur, 120 gram keju, 1 ¾ gelas yoghurt, 120-140 gram ikan/daging/unggas, 200-240 gram tahu atau 5-6 sendok selai kacang. 3. Kalsium dan vitamin D Kalsium dan vitamin D berguna untuk pembentukan tulang dan gigi. Kebutuhan kalsium dan vitamin D didapat dari minum susu rendah kalori atau berjemur di pagi hari. Konsumsi kalsium pada masa menyusui meningkat menjadi 5 porsi per hari. Satu setara dengan 5060 gram keju, satu cangkir susu krim, 160 gram ikan salmon, 120 gram ikan sarden, atau 280 gram tahu kalsium. 4. Mangnesium Mangnesium dibutuhkan sel tubuh untuk membantu gerak otot, fungsi syaraf dan memperkuat tulang. Kebutuhan mangnesium didapat pada gandum dan kacang-kacangan. 5. Sayuran hijau dan buah Kebutuhan yang diperlukan sedikitnya tiga porsi sehari. satu porsi setara dengan 1/8 semangka, 1/4 mangga, ¾ cangkir brokoli, ½ wortel, ¼-1/2 cangkir sayuran hijau yang telah dimasak, satu tomat.
25
6. Kaborhidrat Selama menyusui, kebutuhan karbohidrat kompleks diperlukan enam porsi per hari. Satu porsi setara dengan ½ cangkir nasi, ¼ cangkir jagung pipil, satu porsi sereal atau oat, satu iris roti dari bijian utuh, ½ kue muffin dari bijian utuh, 2-6 biskuit kering atau crackers, ½ cangkir kacang-kacangan, 2/3 cangkir kacang koro, atau 40 gram mi/pasta dari bijian utuh. 7. Lemak Rata-rata kebutuhan lemak dewasa adalah 41/2 porsi lemak (14 gram perporsi) perharinya. Satu porsi lemak sama dengan 80 gram keju, tiga sendok makan kacang tanah atau kenari, empat sendok makan krim, secangkir es krim, ½ buah alpukat, dua sendok makan selai kacang, 120-140 gram daging tanpa lemak, sembilan kentang goreng, dua iris cake, satu sendok makan mayones atau mentega, atau dua sendok makan saus salad. 8. Gram Selama periode nifas, hindari kosumsi garam berlebihan. Hindari makan asin seperti kacang asin, keripik kentang atau acar. 9. Cairan Kosumsi cairan sebanyak 8 gelas per hari. Minum sedikitnya 3 liter tiap hari. Kebutuhan akan cairan di peroleh dari air putih sari buah, susu dan sop.
26
10. Vitamin Kebutuhan vitamin selama menyusui sangat di butuhkan.Vitamin yang diperlukan antara lain : a) Vitamin A yang berguna bagi kesehatan kulit, kelenjar serta mata. Vitamin A terdapat dalam telur, hati dan keju. Jumlah yang dibutuhkan adalah 1.300 mcg. b) Vitamin B6 membantu penyerapan protein dan meningkatkan fungsi saraf asupan Vitamin B6 sebanyak 2,0 mg per hari. Vitamin B6 dapat ditemui di daging, hati, padi padian kacang dan kentang. c) Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan, meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh. Terdapat dalam makanan berserat, kacangkacangan, miyak nabati dan gamdum. 11. Zinc Berfungsi
untuk
kekebalan
tubuh,
penyembuhan
luka
dan
pertumbuhan. Kebutuhan Zinc di dapat dalam daging. Telur dan gandum. Enzim dalam perencanaan dan metabolism memerlukan seng. Kebutuhan seng setiap hari setiap hari sekitar 12 mg. Sumber seng terdapat pada seafood hati dan daging. 12. DHA DHA penting untuk perkembangan data liat dan mental bayi asupan DHA berpengaruh langsung pada kandungan dalam ASI sumber DHA ada pada telur, otak hati dan ikan (Suhartini, 2012).
27
7. Penanganan Infeksi Nifas Di samping pemberian antibiotic dalam pengobatan infeksi puerperalis masih diperlukan beberapa tindakan khusus untuk mempercepat penyembuhan infeksi tersebut (Saleha, 2009). Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur), secret vagina, luka operasi, darah, serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotic yang tepat dalam pengobatan. Berikan dalaam dosis yang cukup dan adekuat. Oleh karna hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan spectrum luas (broad spectrum) sementara menunggu hasil laboratorium. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infuse atau transfusi darah diberikan, perawatan lainya sesuai dengan komplikasi yang dijumpai (Sunarsih, 2011).
B. Peran Petugas Kesehatan 1. Definisi Menurut Fadli (2008). Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukanya dalam suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Setiadi (2008). Mengatakan peran petugas kesehatan adalah suatu kegiatan yang diharapkan dari seorang petugas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
28
Mubarak (2011). Mengatakan peran Bidan yang dimaksud adalah cara untuk menyatukan aktifitas petugas dalam praktik dan telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab petugas secara profesional. Petugas professional tidak hanya dilihat dari kemampuan menjaga dan merawat klien, tetapi juga kemampuan memberikan pelayanan secara menyeluruh, baik dari aspek biologis, sosial serta spiritual dengan penuh semangat yang diiringi dengan senyuman iklas dan tulus (Mubarak, 2011). Menurut Dekes RI (2009). Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselengarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara
dan
meningkatkan
kesehatan,
mencegah
dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat. Petugas kesehatan sangat berharga karena mereka mengenal secara pribadi semua keluarga didaerah keluarga. Petugas kesehatan merupakan anggota yang sangat penting dalam tim kesehatan karena pengetahuan mereka memiliki tentang keadaan setempat. Sebagai tenaga atau petugas kesehatan kunjungan rumah merupakan tugas yang sangat penting bagi pemeliharaan. Kesehatan dan membutuhkan orang tertentu untuk melaksanakan dengan baik (Karmila, 2009).
29
C. Pengertian Pengetahuan 1. Definisi Sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial budaya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003). Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi orang melakukan penginderaan oleh suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kongnitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu perilaku seseorang (Notoadmojo, 2007). Pengetahuan menurut Davenport (2007) merupakan panduan yang cair dari pengalaman, nilai, informasi kontekstual, dan kepakaran yang memberikan kerangka berpikir untuk menilai dan memadukan pengalaman dan informasi baru. Ini berarti pengetahuan berbeda dengan informasi, informasi jadi pengetahuan bila menjadi proses seperti perbandingan, konsekwensi, perhubungan dan perbincangan. Pengetahuan dapat dibagi kedalam empat bagian yaitu : a. Pengetahuan tentang sesuatu b. Pengetahuan tentang mengerjakan sesuatu c. Pengetahuan tentang bekerja dengan orang lain Sedangkan tingkatan pengetahuan dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
30
a. Mengetahui bagaimana melaksanakan b. Mengetahui bagaimana cara memperbaiki c. Mengetahui bagaimana cara mengintergrasi Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa alam, apa manusia dan sebagainya (Notoadmojo, 2007). Pengetahuan atau kongnitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behafiror). 2. Tingkatan Pengetahuan Menurut Notoadmojo (2010) beberapa tingkatan pengetahuan sebagai berikut a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya . termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recaal) sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain
menyebutkan,
menguraikan,
mengidentifikasikan,
menyatakan dan sebagainya. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar
tentang
objek
yang
diketahui
dan
dapat
31
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham oleh objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (aplikation) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau satu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan ( membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan,
32
dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. f. Evaluasi Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoadmojo, 2010). Evaluasi ini berkaitan dengan orang akan ke untuk melakukan justivikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang dintetukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoadmojo, 2010). Pengukuran pengetahuan dapat dengan cara wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoadmojo, 2010). Pengetahuan dapat menjadi landasan penting untuk menentukan suatu tindakan. Pengetahuan, sikap, dan prilaku seseorang akan kesehatan merupakan faktor yang menentukan dalam mengambil suatu keputusan. Orang yang berpengetahuan baik akan mengupayakan kemampuan menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari (Notoadmojo, 2010). Pengetahuan atau kongnitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang (overt befarior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan
33
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmojo, 2003).
3. Sumber Pengetahuan Sumber pertama yaitu kepercayaan berdasarkan tradisi, adat dan agama, adalah berupa warisan nenek moyang. Sumber ini biasanya berbentuk norma-norma dan kaidah-kaidah baku yang berlaku dalam kehidupan seharihari. Didalam norma kaidah itu terkandung pengetahuan yang kebenarannya boleh jadi tidak dapat dibuktikan secara rasional dan empiris, tetapi sulit dikritik untuk diubah begitu saja. Jadi, harus diikuti dengan tanpa keraguan, dengan kepercayaan secara bulat. Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat tetap (mapan) tetapi subjektif. Sumber kedua yaitu pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas kesaksian orang lain, juga masih diwarnai oleh kepercayaan. Pihak-pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat dipercayai adalah orang tua, guru, ulama, orang yang dituakan, dan sebagainya. Apapun yang mereka katakan benaran atau salah, baik atau buruk, dan indah atau jelek, pada umumnya diikuti dan dijalankan dengan patuh tanpa kritik. Karena, kebanyakan orang telah mempercayai mereka sebagai orang-orang yang cukup berpengalaman dan berpengetahuan lebih luas dan benar. Boleh jadi sumber pengetahuan ini mengandung kebenaran, tapi persoalannya terletak pada sejauh mana orang-orang itu bias dipercaya. Lebih dari itu, sejauh mana kesaksian pengetahuannya itu merupakan hasil pemikiran dan pengalaman
34
yang telah teruji kebenarannya. Jika kesaksian adalah kebohongan, hal ini akan membahayakan manusia dan masyarakat itu sendiri. Sumber ketiga yaitu pengalaman indriawi. Bagi manusia, pengalaman indriawi adalah alat vital penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit orang bias menyaksikan secara langsung dan bila pula melakukan kegiatan hidup. Sumber ke empat yaitu akal pikiran. Berbeda dengan panca indra, akal pikiran memiliki sifat lebih rohani. Karena itu, lingkup kemampuannya melebihi panca indera, yang menebus batas-batas fisis sampai mencapai halhal yang bersifat metafisis. Kalau panca indera hanya mampu menangkap halhal yang fisis menurut sisi tertentu, yang satu persatu, dan yang berubah-ubah, maka akal pikiran mampu menangkap hal-hal yang bersifat metafosis, spiritual, abstrak, universal yang seragam dan yang bersifat tetap, tetapi tidak berubah-ubah. Oleh sebab itu, akal pikiran senantiasa bersifat meragukan kebenaran pengetahuan indriawi sebagai pengetahuan semu dan menyesatkan. Singkatnya, akal pikiran cenderung memberikan pengetahuan yang lebih umum, objektif dan pasti., serta yang bersifat tetap, tidak berubah-ubah. Sumber kelima yaitu intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yang paling dalam, jadi, sangat bersifat spiritual, melampaui ambang batas kemampuan akal pikiran dan kedalaman pengalaman. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan pengalaman batin yang bersifat langsung. Artinya, tanpa melalui sentuhan indra dan olahan akal pikiran. Ketika dengan serta merta
35
seseorang memutuskan untuk berbuat atau tidak berbuat dengan tanpa alasan yang jelas, maka ia berada dalam pengetahuan yang intuitif. Dengan demikian, pengetahuan intuitif ini kebenarannya tidak dapat diuji baik menurut ukuran pengalam indriawi maupun akal pikiran. Karena itu tidak bisa berlaku umum, hanya berlaku secara personal belaka ( Suhartono, 2008).
4. Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoadmojo, 2010). 5. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ada beberapa faktor Yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain : a. Pendidikan Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula pengetahuannya (Wied Hary A, 1996 dalam Hendra AW, 2008).
36
b. Pengalaman Pengalaman adalah guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoadmojo, 2007). c. Usia Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik,akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses pertumbuhan mental ini baik secepat seperti ketika berumur belasan tahun (Singgih, 2001 dalam Hendra AW, 2008). Selain itu Abu Ahmadi, 2001 dalam Hendra AW,2008 juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka kita dapat simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat sesuatu akan berkurang. d. Informasi Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Wied Hary A, 1996 dalam Hendra AW, 2008).
37
BAB III Metode Penelitian A. Kerangka Konsep Menurut Green perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor, salah satu diantaranya adalah faktor predisposisi. Faktor predisposisi tersebut mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi ( pendapatan ), dan sebagainya (Notoadmojo, 2005). Berdasarkan landasan teori tersebut maka dapat di uraikan kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel Independen
Variabel Dependen
Peran Petugas Kesehatan Pencegahan Infeksi Pada Ibu Nifas Pengetahuan Ibu
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
B. Definisi Operasional
38
No
Variabel
Definisi Operasional
Variabel Dependen 1 Pecegahan Selama masa infeksi pada nifas usahankan ibu nifas kebersihan diri terutama didaerah genetalia dan makan makanan yang bergizi serta menjaga tempat agar selalu bersih.
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Wawancara
kuesioner
Baik Kurang
Ordinal
Kuesioner
Baik Kurang
Ordinal
Wawancara kuesioner
Baik Kurang
Ordinal
Baik jika x ≥ 60 % jawaban benar.
Kurang jika x < 60 % Jawaban benar.
Variabel Independen 2
3
Peran Petugas Segala sesuatu Kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan baik dalam bentuk konseling, mengajari ibu, memberi dukungan serta dorongan terhadap ibu, dalam upaya pencegahan infeksi Pengetahuan Segala sesuatu Ibu yang diketahui oleh ibu tentang pencegahan infeksi pada masa nifas.
C. Hipotesa Penelitian
Wawancara Baik jika x ≥ 60 % jawaban benar.
Kurang jika x < 60 % Jawaban benar.
Baik jika x ≥ 60 % jawaban benar.
Kurang jika x < 60 % Jawaban benar.
39
Ha = Ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan pencegahan infeksi pada ibu nifas. Ha = Ada hubungan antara pengetahuan dengan pencegahan pada ibu nifas.
40
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan peran petugas kesehatan dan pengetahuan ibu dengan pencegahan infeksi pada ibu nifas di ruang rawat ibu di Rumah Sakit Ibu dan Anak Propinsi Aceh.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Suatu populasi menunjukkan pada sekelompok subjek yang menjadi objek atau sasaran penelitian (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang ada di Ruang Rawat ibu di Rumah Sakit Ibu dan Anak. 2. Sampel Teknik pengambilan sampel akan dilakukan dengan menggunakan metode accidental sampling, dimana sampel di ambil dengan responden yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai dengan konteks penelitian atau di ambil pada saat penelitian berlangsung yaitu selama 14 hari sebayak 40 orang responden.
41
C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ini dilakukan di Ruang Rawat Ibu Rumah Sakit Ibu dan Anak Propinsi Aceh Tahun 2013. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 23 Juni s/d 07 Juli 2013 .
D. Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data primer. Data primer dengan membagikan kuesioner kepada ibu nifas. Untuk menghindari kesalahan teknis dalam memberikan jawaban, peneliti memberikan penjelasan tentang petunjuk dalam pengisian kuesioner di Ruang Rawat Ibu di Rumah Sakit Ibu dan Anak Tahun 2013.
E. Instrumen Penelitian Instrumen
penelitian
adalah
alat-alat
yang
digunakan
untuk
pengumpulan data, instrumen ini dapat berupa pertanyaan, dan formulirformulir lain yang berkaitan dengan penataan data dan lain-lain (Notoatmodjo, 2010). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi 28 pertanyaan tertulis dengan kriteria peran petugas kesehatan berjumlah 10 pertanyaan, pengetahuan ibu berjumlah 10 pertanyaan, dan tindakan ibu selama masa nifas berjumlah 8 pertanyaan.
42
F. Pengolahan Data 1. Pengolahan data Setelah data dikumpulkan melalui angket/kuesioner maka dapat dilakukan pengolahan data melalui tahapan sebagai berikut: a. Editing Dimana penulis akan melakukan Cross Check terhadap data yang diperoleh dan diteliti apakah terdapat kekeliruan/tidak dalam penelitian. b. Coding Penulis memberikan kode tertentu pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisis data. c. Trasfering Yaitu memudahkan jawaban responden ke dalam bentuk tabel untuk pengolahan. d. Tabulating Pada tahap ini jawaban-jawaban responden yang sama di kelompokkan dengan teliti dan teratur lalu dihitung dan jumlahkan kemudian dituliskan dalam bentuk tabel-tabel.
G. Analisa Data 1. Analisa Univariat Analisa univariat di lakukan terhadap setiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentasi dari setiap variabel (Notoatmodjo, 2005).
43
Penilaian hasil ukur menggunakan kriteria penilaian yang terdiri dari : a. Peran petugas kesehatan terhadap pencegahan infeksi pada ibu nifas 1. Untuk pertanyaan positif nilainya : 1 2. Untuk pertanyaan negatif nilainya : 0 Kriteria Variabel pencegahan infeksi pada ibu nifas dilakukan dengan menggunakan Rumus (Budiarto, 2002) yaitu:
̅= ̅
=
rata-rata sampel Total nilai jumlah responden yang menjadi sampel
Data yang didapat dari pengisian kuesioner dianalisa secara deskriptif, kemudian menghitung presentase dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi Menurut Budiarto ( 2002 ), yaitu sebagai berikut:
P= Keterangan : p = Presentase f = Frekuensi yang diamati n = Jumlah sampel
2. Analisa Bivariat Analisa ini di gunakan untuk menguji hipotesis, yang di olah dengan komputer menggunakan SPSS versi 16, untuk menentukan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen melalui
44
uji Chi-Square Tes (x2), untuk melihat kemaknaan (CI) 0,05 % (Arikunto, 2006 ). Melalui perhitungan uji Chi-Square selanjutnya di buat suatu kesimpulan dengan ketentuan : 1. Ha diterima bila p ≤ 0,05 maka ada hubungan antara variabel dependen dan independen 2. Ho ditolak bila p > 0,05 maka tidak ada hubungan antara variabel dependen dan independen. Untuk menentukan p-value Chi-Square Tes (x2) tabel, memiliki ketentuan sebagai berikut ( Hastono, 2001 ) : 1. Bila Chi-square tes (x ) tabel terdiri dari tabel 2x2 tidak di jumpai nilai expectansi ( E) <5,maka p-value yang digunakan adalah nilai yang terdapat pada nilai Continuity Correction. 2. Bila Chi-square tes (x ) tabel terdiri dari tabel 2x2 di jumpai nilai exspectansi
(E) <5, maka p-value yang digunakan adalah nilai yang
terdapat pada nilai Fisher Exact Test. 3. Bila Chi-square tes (x ) tabel terdiri dari tabel 2x2, contohnya tabel 3x2, 3x3 dan sebagainya, maka p-value yang digunakan adalah nilai yang terdapat pada nilai Pearson Chi-Square.
45
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Ibu dan Anak pemerintah Aceh menepati areal seluas ± 8001, 62 m 2 dengan luas bangunan 7584, 13 m2 yang terletak di jalan prof. A. Majid Ibrahim no. 3 Banda Aceh yang berbatasan dengan : a. Bagian Utara berbatasan dengan Pusat Dokumentasi Unsyiah b. Bagian Selatan berbatasan dengan Rumah Pangdam c. Bagian Timur berbatasan dengan Blang padang d. Bagian Barat berbatasan dengan SMA Almisbah
B. Hasil Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak mulai tangal 23 Juni sampai dengan 03 Juli 2013. Pengumpulan data ini dilakukan dengan 2 cara yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diambil dari responden dengan cara melakukan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tentang peran petugas kesehatan dan pengetahuan ibu selama masa nifas. Pengisian kuesioner dilakukan sendiri oleh peneliti. Setiap data yang terkumpul diperiksa kelengkapan pengisiannya jika belum lengkap maka peneliti mewawancarai responden.
46
1. Analisa Univariat a. Peran Petugas Kesehatan Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Peran Petugas Kesehatan Di Ruang Rawat Ibu Rumah Sakit Ibu dan Anak Propinsi Aceh Tahun 2013 No
Peran Petugas Kesehatan
f
%
1
Baik
22
55
2
Kurang
18
45
40
100
Jumlah Sumber : data Primer( diolah tahun 2013 ).
Berdasarkan tabel 5. 1 terlihat bahwa dari 40 orang responden yang mendapatkan peran baik dari petugas kesehatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Propinsi Aceh yaitu sebanyak 22 orang ( 55 % ).
b. Pengetahuan Ibu Tabel 5.2 Distribusi Pengetahuan Ibu di Ruang Rawat Ibu Rumah Sakit Ibu dan Anak Propinsi Aceh Tahun 2013. No
Pengetahuan Ibu
f
%
1
Baik
23
57, 5
2
Kurang
17
42, 5
40
100
Jumlah Sumber : data primer ( diolah tahun 2013 )
47
Berdasarkan tabel 5. 2 terlihat bahwa dari 40 orang responden mayoritas berpengetahuan baik di Rumah Sakit Ibu dan Anak Propinsi Aceh yaitu sebanyak 23 orang ( 57, 5 % ). c. Pencegahan Infeksi Pada Ibu Nifas Tabel 5. 3 Distribusi Pencegahan Infeksi Pada Ibu Nifas di Ruang Rawat Ibu Rumah Sakit Ibu dan Anak Propinsi Aceh Tahun 2013. No
Pencegahan Infeksi
f
%
1
Baik
21
52, 5
2
Kurang
19
47, 5
40
100
Jumlah Sumber : data primer (diolah tahun 2013 ).
Berdasarkan table 5. 3 terlihat bahwa dari 40 orang responden mayoritas melakukan pencegahan infeksi secara baik di Rumah Sakit Ibu dan Anak Propinsi Aceh yaitu sebanyak 21 orang (52, 5 % ). 2. Analisa Bivariat a.
Pncegahan Infeksi Pada Ibu Nifas Di Tinjau Dari Peran Petugas Kesehatan Tabel 5.4 Pencegahan Infeksi Pada Ibu Nifas di Tinjau Dari Peran Petugas Kesehatan Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Propinsi Aceh Tahun 2013
No
Peran Tugas Kesehatan
1
Baik
Pencengahan Infeksi Baik Kurang F % F % 17 77,3 5 22,7
Total
%
22
100
α
P. Value
48
2
Kurang
Jumlah
4
22,2
14
77,8
18
100 0,05
21
52,5
19
63,7
40
100
0,002
Sumber : Data Primer Tahun 2013 Berdasarkan tabel 5. 4 terlihat bahwa dari 22 orang responden yang mendapatkan peran baik dari petugas kesehatan, sebanyak 17 orang responden (77,3 %) yang melakukan pencegahan infeksi secara baik. Sedangkan dari 18 orang responden yang mendapatkan peran kurang dari petugas kesehatan, 14 orang responden ( 77,8%) tidak melakukan pencegahan infeksi secara baik. Setelah dilakukan statistik dengan Chi Square Test diketahui bahwa nilai p value = 0, 002 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan antaraperan petugas kesehatan dengan pencegahan infeksi pada ibu nifas. b. pencegahan Infeksi Pada Ibu Nifas Di Tinjau Dari Pengetahuan Ibu Table 5.5 Pencegahan Infeksi Pada Ibu Nifas di Tinjau Dari Pegetahuan di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Propinsi Aceh Tahun 2013. Pencengahan Infeksi No
Pengetah
Baik
Kurang
Total
%
uan Ibu
f
%
f
%
1
Baik
17
73,9
6
26,1
23
100
2
Kurang
4
23,5
13
76,5
17
100
21
52,5
19
47,5
40
100
Jumlah
α
P. Value
Sumber :: Data Primer Tahun 2013
0,05
0.003
49
Berdasarkan
tabel 5. 5
terlihat bahwa dari 23 orang responden yang
berpengetahuan baik, yang melakukan pencegahan infeksi baik sebanyak 17 orang (73,9%). Sedangkan dari 17 orang yang berpengetahuan kurang , yang melakukan pencegahan infeksi baik hanya 4 orang (23,5 %). Setelah dilakukan uji statistik dengan Chi Square Test diketahui bahwa nilai p value = 0, 003 (p < 0, 05) yang berarti ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pencegahan infeksi pada ibu nifas.
C. Pembahasan
1. Pencegahan Infeksi Pada Ibu Nifas Di Tinjau Dari Peran Petugas Kesehatan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 22 orang responden yang mendapatkan peran baik dari petugas kesehatan, sebanyak 17 orang responden (77,3 %) yang melakukan pencegahan infeksi secara baik. Sedangkan dari 18 orang responden yang mendapatkan peran kurang dari petugas kesehatan, 14 orang responden ( 77,8%) tidak melakukan pencegahan infeksi secara baik.
Menurut Fadli (2008). Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukanya dalam suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil.
50
Setiadi (2008). Mengatakan peran petugas kesehatan adalah suatu kegiatan yang diharapkan dari seorang petugas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Petugas professional tidak hanya dilihat dari kemampuan menjaga dan merawat klien, tetapi juga kemampuan memberikan pelayanan secara menyeluruh, baik dari aspek biologis, sosial serta spiritual dengan penuh semangat yang diiringi dengan senyuman iklas dan tulus (Mubarak, 2011). Berdasarkan penelitian Septino (2007) diketahui beberapa masalah yang dihadapi pada Puskesmas-Puskesmas di Indonesia antara lain infeksi pada masa nifas Mantrijeron kota Yogyakarta didapatkan bahwa 18,2% petugas memiliki kemampuan kurang, 27,3 % petugas memiliki motivasi kurang,
petugas tidak melakukan perencanaan dengan baik, 36,4 %
petugas kurang baik dalam penggerakan pelaksanaan, 18,2 %. Asumsi penelitian dari hasil penelitian ini dapat dinyatakan bahwa peran petugas kesehatan sangat berpengaruh terhadap tindakan yang dilakukan ibu untuk kebersihan dirinya dan menyarankan ibu untuk makan makanan yang bergizi yang bisa membuat ibu nifas lebih memahami betapa penting nya pencegahan infesi pada masa nifas dan penyuluhan – penyuluhan lain nya yang di adakan oleh petugas kesehatan terhadap ibu nifas di rumah sakit ibu dan anak.
51
2. Pencegahan
Infeksi
Pada
Ibu
Nifas
di
Tinjau
Dari
responden
yang
Pengetahuan Ibu Hasil
penelitian
bahwa
dari
23
orang
berpengetahuan baik, yang melakukan pencegahan infeksi baik sebanyak 17 orang (73,9%). Sedangkan dari 17 orang yang berpengetahuan kurang , yang melakukan pencegahan infeksi baik hanya 4 orang (23,5 %).
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi orang melakukan penginderaan oleh suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kongnitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu perilaku seseorang (Notoadmojo, 2007). Sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial budaya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003). Pengetahuan dapat menjadi landasan penting untuk menentukan suatu tindakan. Pengetahuan, sikap, dan prilaku seseorang akan kesehatan merupakan faktor yang menentukan dalam mengambil suatu keputusan. Orang yang berpengetahuan baik akan mengupayakan kemampuan
52
menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari (Notoadmojo, 2010). Hasil penelitian Eniar 2008 didapatkan pengetahuan responden tentang pencegahan infeksi pada ibu nifas , baik 12 %, dan kurang baik, 25% dan tidak baik 0. Asumsi peneliti dari hasil penelitian ini dapat dinyatakan bahwa pengetahuan seseorang berkaitan dengan tindakan seseorang untuk melakukan sesuatu yang penting bagi nya tapi malah sebalik nya seseorang ibu kurang ada kesadaran untuk melakukan nya dan tidak ada dorongan dan suruhan dari keluarga nya terhadap pencegahan infeksi pada masa nifas dan memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang tersedia, Media cetak, Media elektronik dan penyuluhan – penyuluhan yang diadakan oleh petugas kesehatan tentang pencegahan infeksi pada ibu nifas
53
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit Ibu dan Anak Propinsi Aceh Tahun 2013, maka penulis dapat di simpulkan sebagai berikut : 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 13 responden yang peran petugas kesehatan baik terhadap pencegahan infeksi pada ibu nifas adalah sebanyak 66,7 % dan dari 17 responden yang peran petugas kesehatan kurang terhadap pencegahan infeksi pada ibu nifas adalah sebanyak 83,3 %. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 13 responden ibu yang memiliki pengetahuan baik terhadap pencegahan infeksi pada ibu nifas adala sebanyak 7,7 % dan dari 17 responden, ibu yang memiliki pengetahuan kurang terhadap pencegahan infeksi pada ibu nifas adalah sebanyak 41, 2 %. B. Saran 1. Bagi Peneliti agar dapat menambah pengetahuan dan menjadi refenisi bagi peneliti selanjutnya. 2. Kepada ibu nifas atau masyarakat agar dapat memanfaatkan ilmu yang tertera di KTI ini.
54
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Bayar Rosamun d, M, ( 2001 ) Therikor Midwifery Practice, macmilan London. Budiarto,E. 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. EGC. Depkes
RI, 2005 WHO http//wwwmidewifehomes-mine. Com/2012/06/Infeksi Nifas. Html (10-3-2013)
Blogspot.
Depkes RI,2007, Target MDGs Bidang Kesehatan , ( Internet ), tersedia Dalam : http// wartapedia. com/ kesehatan/medis/1456-depkes- target- mdgs-biang kesehatan. ( Diakses Februari 2013 ). Fadli, 2008. Peran Dan Fungsi Perawat http: //www. Fadli, web. d/bangfad/ peran –dan- fungsi –perawat, htm Karmila, 2009. Peran Penanggulangan.
Keluarga
dan
Petugas
Pukesmas
Terhadap
Mubarak, wahit iqbal ,2011 Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan, selemban medika Jakarta. Musbikin Iman,2006, Persiapan Menghadapi Persalinan, Penerbitnfeksi- -dataNotoatmodjo S. 2003, Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Cetakan I. __________, 2005. Promosi Kesehatan, Pt Rineka Cipta, Jakarta. __________, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta Rineka Cipta. Saleha Sitti, 2009,Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas, Penerbit Selemba Medika Suhartini, 2012. http//lenibestari. Blogspot. kebutuhan ibu dalam masa nifas. html ( diakses 5-3-2013). Sunarsih Tri, 2011, Aasuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas, Jakarta Selemba Medika.