BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan perubahan dunia bisnis, telah menciptakan kebutuhan akan pendekatan strategi manajemen yang baru, serta dapat memberikan informasi yang akurat mengenai proses produksi dan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan produk. Sistem akuntansi biaya tradisional yang selama ini digunakan dianggap tidak mampu lagi memberikan informasi yang akurat dan relevan, karena telah banyak terjadi pergeseran-pergeseran dan fungsi-fungsi proses produksi seperti tenaga kerja langsung tidak lagi merupakan faktor yang dominan dalam proses produksi. Sistem akuntansi biaya tradisional akan menghasilkan kelebihan biaya (overcost) pada produk dan volume produksi yang besar dan kekurangan biaya (undercost) pada produk dengan volume produksi yang kecil ketika terdapat diversifikasi pada operasi yang sama. Activity-Based Costing System (ABC System) adalah suatu sistem informasi yang memelihara dan memproses data terhadap aktivitas suatu perusahaan dan obyek biaya/cost object atas produk yang dihasilkan. Dengan mengidentifikasi aktivitas yang dilaksanakan, kemudian menelusuri biaya ke aktivitas dan selanjutnya menggunakan berbagai cost driver. Cost driver adalah suatu tolak ukur dari frekuensi dan intensitas dari permintaan yang ditempatkan pada aktivitas oleh objek biaya/cost object. Tujuan Activity-Based Costing System adalah untuk memahami overhead dan 1
profitabilitas produk dan konsumen, sedangkan dalam sistem akuntansi biaya Konvensional tujuannya adalah untuk menilai secara tepat persediaan dan harga pokok produk untuk pelaporan keuangan eksternal. Apabila perusahan menggunakan metode Activity-Based Costing System dalam perhitungan biaya produksi, maka informasi yang diperoleh lebih akurat karena metode ini tidak mendistorsi biaya-biaya dan menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang biaya. Activity-Based Costing System mengidentifikasi setiap aktivitas sehingga dapat membantu pihak manajemen dalam pengendalian biaya dan memberikan kemudahan dalam penentuan biaya relevan dalam pengambilan keputusan bisnis. Sistem akuntansi biaya tradisional telah dipercaya untuk pelaporan seluruh sumber daya yang digunakan oleh setiap unit organisasi, tetapi kurang dapat diandalkan dalam mengukur kompetisi global yang mengakibatkan pergolakan dalam setiap macam industri dan perniagaan. Activity-Based Costing System merupakan suatu teknik biaya berdasarkan aktivitas (Activity-Based Costing Techiques), ini dapat dikembangkan dan diterapkan secara lebih luas sebagai dasar untuk mencapai keunggulan perusahaan dan keuntungan kompetitif. Pada dasamya, mengembangkan suatu sistem biaya produk digunakan untuk tujuan strategik. Activity-Based Costing System digunakan pada saat ini oleh beberapa perusahaan untuk mendukung program perbaikan. Sistem akuntansi biaya konvensional tidak menggunakan unit level drive sebagai pendorong perhatian manufacturing, sebaliknya sistem biaya berdasarkan aktivitas mengidentifikasi 2
aktivitas yang diperlukan oleh setiap obyek biaya dan kuantitas driver untuk setiap aktivitas. Sistem akuntansi aktivitas yang sederhana dan efektif menggunakan pendekatan di bawah ini: 1.
Menentukan aktivitas perusahaan
2.
Menentukan biaya aktivitas
3.
Menetukan keluaran dari aktivitas
4.
Menelusuri biaya aktivitas ke tujuan biaya (biaya objectives) seperti produk, proses, dan pesanan
5.
Menetukan tujuan jangka pendek dan jangka panjang
6.
Menilai efektivitas dan efisiensi aktivitas Activity-Based Costing System dapat membantu manajer memodifikasi bauran
produk yang ada, ia juga dapat mengidentifikasi akibat dari perubahan yang direncanakan. Menurut Ray H. Garrison dan Eric W. Noreen (2000:348), struktur umum model Activity-Based Costing System yaitu: Obyek biaya (produk dan konsumen)
Aktivitas
Konsumsi sumber daya
Biaya
Adapun manfaat penerapan Activity-Based Costing System yaitu: 1. Suatu pengkajian Activity-Based Cost System dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. 2. Manajemen akan berada dalam posisi untuk melakukan penawaran kompetitif yang lebih wajar. 3
3. Activity-Based Cost System dapat membantu dalam keputusan membuat atau membeli yang manajemen harus lakukan. 4. Dengan menganalisis biaya yang dibiayai, manajemen dapat melakukan analisis yang lebih akurat mengenai volume yang dilakukan/diperlukan untuk mencapai impas (break even) atas produk yang bervolume rendah. 5. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen mulai dapat merekayasa (Re-engineer) proses manufacturing untuk mencapai pola keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi. Oleh karena itu, dengan beragam produk yang dihasilkan, metode akuntansi biaya tradisional tidak memberikan gambaran yang akurat tentang penggunaan sumber daya serta biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk mengolahnya. PT. Multi Sari Makassar adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri pembekuan ikan. Produk yang dihasilkan berupa fillet ( daging ikan yang dipisahkan dari tulangnya). Fillet ini menghasilkan berbagai jenis produk sesuai dengan jenis ikannya. Untuk saat ini ikan yang diproduksi adalah kakap merah untuk pasaran Eropa dan Amerika. Produk untuk kakap merah ini adalah Snapper Natural dan Snapper Portion. Hingga saat ini PT. Multi Sari Makassar masih menggunakan sistem akuntansi biaya tradisional dalam penentuan biaya produksinya. Dimana semua biaya produksi dibebankan ke produk bahkan biaya produksi yang tidak disebabkan oleh produk. Dalam Activity-Based Costing System, produk hanya dibebani biaya dari sumber daya dan aktivitas yang digunakan dan tidak dibebani oleh biaya sumber daya 4
dan aktivitas yang tidak digunakan. Metode ini menyebabkan biaya per unit yang lebih stabil dan konsisten dengan tujuan pembebanan biaya ke produk yang menyebabkan aktivitas. Berdasarakan hal-hal yang telah dikemukakan di atas, maka penulis memilih judul : " Penerapan Sistem Activity-Based Costing Dalam Perhitungan Biaya Produksi Pada PT. Multi Sari Makassar ”.
1.2 Masalah Pokok Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi masalah pokok yang terdapat dalam penulisan ini adalah: "Apakah perhitungan biaya produksi berdasarkan metode Activity-Based Costing System dapat disajikan
secara lebih
akurat dan lebih efisien dari perhitungan biaya produksi berdasarkan metode biaya tradisional pada PT. Multi Sari Makassar".
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penulisan 1.3.1 Tujuan Penulisan Penelitian ini bertujuan untuk: a. Untuk menyajikan informasi biaya produk dengan menerapkan Activity-Based Costing System. b. Untuk membandingkan perhitungan biaya produksi dengan menggunakan metode Activity-Based Costing System dengan Akuntansi biaya Konvensional.
5
1.3.2 Kegunaan Penulisan a. Memberikan informasi, sumbangan dan Alternatif pemikiran kepada pihak manajemen perusahaan mengenai penerapan Activity-Based Costing System dalam penentuan biaya produksi yang lebih akurat. b. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan cara perhitungan biaya produksi dengan menggunakan konsep ABC (Activity-Based Costing System). c. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Activity-Based Cost System baik bagi penulis maupun pihak lain.
6
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Biaya Produksi Menurut PT. Multi Sari Makassar Selama ini PT. Multi Sari Makassar masih menggunakan sistem akuntansi biaya tradisional dalam menghitung biaya produksinya dengan menggunakan volume produksi sebagai dasar alokasi.
5.1.1 Pengelompokan Biaya Unsur-unsur yang membentuk biaya produksi terdiri dari biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). 1. Biaya langsung (direct cost) a. Biaya bahan baku aktual dan dianggarkan b. Biaya tenaga kerja aktual dan dianggarkan Jumlah biaya langsung yang terdapat pada PT. Multi Sari Makassar dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut ini: Tabel 5.1 Daftar Biaya Langsung PT. Multi Sari Makassar Tahun 2010 No
Elemen Biaya Biaya Bahan Baku
Aktual (4114 ton) Rp. 28.800.000.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung
7
Dianggarkan (4200 ton) Rp.
32.950.000.000
1
Gaji
Rp.
1. 800.000.000
Rp.
2.150.000.000
2
Lembur
Rp.
750.000.000
Rp.
900.000.000
3
Tunjangan Lainnya
Rp.
240.000.000
Rp.
352.000.000
Total
Rp. 2.790.000.000
Rp.
3.402.000.000
Sumber: PT. Multi Sari Makassar Data telah diolah Biaya langsung yang terdapat pada PT. Multi Sari Makassar didasarkan pada pesanan pembelian. 2. Biaya tidak langsung (indirect cost) Jumlah biaya tidak langsung baik yang aktual maupun yang dianggarkan pada PT. Multi Sari Makassar dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut ini: Tabel 5.2 Daftar Biaya Overhead Pabrik PT. Multi Sari Makassar Tahun 2010 No
Elemen Biaya
Aktual
Dianggarkan
1
Biaya Plastik Kemasan
Rp. 2. 016.000.000
Rp. 2. 356.500.000
2
Biaya Master Karton
Rp. 1. 440.000.000
Rp. 1. 645.000.000
3
Biaya Bahan Penolong lainnya
Rp.
150.000.000
Rp.
250.000.000
4
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Rp.
144.720.000
Rp.
194.990.000
5
Biaya Pemeliharaan Bangunan
Rp.
60.000.000
Rp.
80.600.000
6
Biaya Penyusutan Mesin
Rp.
3.124.000.000
Rp.
3.643.000.000
7
Biaya Pemeliharaan Mesin
Rp.
800.000.000
Rp.
805.000.000
8
Biaya Penyusutan Bangunan
Rp.
568.000.000
Rp.
768.000.000
9
Biaya Pajak dan Retribusi
Rp.
1.985.200.000
Rp.
2.015.400.000
10
Biaya Bahan Bakar, Minyak Pelumas, Rp.
700.0000.000
Rp.
915.090.000
8
dan Listrik Total
Rp. 10.987.920.000
Rp. 11.673.580.000
Sumber: PT. Multi Sari Makassar Data telah diolah
5.1.2 Perhitungan Biaya Produksi Dalam perhitungan biaya produksi, PT. Multi Sari Makassar menggunakan volume produksi sebagai dasar alokasinya dalam menghitung tarif biaya overhead pabrik, selanjutnya akan digunakan dalam menentukan biaya overhead pabrik. Produk yang dihasilkan yaitu snapper natural dan snapper portion dimana jumlah volume produksi selama tahun 2010 sebanyak 1440 ton yang terdiri dari 775 ton snapper natural dan 665 ton snapper portion, sehingga tarif biaya overhead pabriknya per ton dapat dihitung sebagai berikut: Tarif Biaya Overhead = Total Biaya Overhead / Volume Produksi Tarif Biaya Ovehead = Rp. 10.987.920.000 / 1440 = Rp. 7.630.500 / ton Tarif
biaya overhead untuk produk snapper natural dan snapper portion dapat
dihitung sebagai berikut: Snapper natural
= Rp. 7.630.500 x 775 = Rp. 5.913.637.500
Snapper portion
= Rp. 7.630.500 x 665 = Rp. 5. 074.282.500
9
Untuk melihat perhitungan biaya produksi secara tradisional yang digunakan oleh PT. Multi Sari Makassar dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut ini:
Tabel 5.3 Laporan Perhitungan Biaya Produksi PT. Multi Sari Makassar Tahun 2010 Snapper Natural
Snapper Portion
Biaya Langsung -
Biaya Bahan Baku
Rp.
16.545.750.000
Rp.
12.254.250.000
-
Biaya
Tenaga Rp.
1.050.665.000
Rp.
1.739.335.000
Overhead Rp.
5.913.637.500
Rp.
5. 074.282.500
Rp.
23.510.052.500
Rp.
19.067.867.500
Kerja Langsung Biaya Tidak Langsung -
Biaya Pabrik
Total Biaya -
Jumlah Unit (Ton)
Biaya per ton
775 Rp.
30.335.551,61
665 Rp.
28.673.484,96
Sumber: PT. Multi Sari Makassar Data telah diolah 5.2 Penerapan Activity Based Cost System PT. Multi Sari Makassar dalam proses produksinya telah mengklasifikasikan biaya menjadi 3 bagian. Akan Tetapi, sampai saat ini produk yang sering dihasilkan hanya 2 yaitu Snapper Natural dan Snapper Portion. 1. Biaya Bahan Baku (Material Cost)
10
Bahan merupakan unsur yang penting yang digunakan dalam proses produksi yang diubah menjadi produk jadi dengan tambahan biaya overhead dengan tenaga kerja. 2. Biaya Tenaga Kerja (Labor Cost) Biaya tenaga kerja terdiri atas 2 jenis biaya, yaitu: a. Biaya tenaga kerja langsung (direct cost) yaitu semua biaya tenaga kerja yang secara langsung berkaitan dengan produksi barang jadi yang dapat dengan mudah ditelusuri ke produksinya. b. Biaya tenaga kerja tidak langsung (indict cost) yaitu semua biaya tenaga kerja yang terlibat dalam memproduksi suatu produk yang bukan merupakan tenaga kerja langsung. 3. Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead Cost) Biaya overhead pabrik yaitu semua biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi suatu produk selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung.
5.2.1 Mengidentifikasi Aktivitas dan Memilihnya Sebagai Obyek Biaya Berikut ini beberapa aktivitas yang berhubungan dengan proses produksi yang dilakukan oleh PT. Multi Sari Makassar adalah sebagai berikut: 1. Pembelian bahan baku 2. Pengolahan bahan baku 3. Pembekuan ikan 4. Packing
11
5. Penyimpanan ikan (cold storage) 6. Pengendalian mutu 7. Ekspor
5.2.2 Mengidentifikasi
Biaya
Tidak
Langsung
(Biaya
Overhead)
yang
Berhubungan dengan Aktivitas Hubungan antara biaya overhead dengan aktivitas dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini: Tabel 5.4 Hubungan Antara Biaya Overhead dan Aktivitas PT. Multi Sari Makassar Tahun 2010 No
Elemen Biaya
Aktivitas
1
Biaya plastik kemasan
Pembelian bahan baku
2
Biaya master karton
Packing
3
Biaya bahan penolong lainnya
Packing
4
Biaya tenaga lkerja langsung
Pembelian bahan baku Pengolahan bahan baku Pembekuan ikan Packing Penyimpanan ikan (cold storage) Pengendalian mutu Ekspor
5
Biaya pemeliharaan bangunan
Pembelian bahan baku Pengolahan bahan baku
12
Pembekuan ikan Packing Penyimpanan ikan (cold storage) Pengendalian mutu Ekspor 6
Biaya pemeliharaan mesin
Pembekuan ikan Penyimpanan ikan (cold storage)
7
Biaya penyusutan bangunan
Pembelian bahan baku Pengolahan bahan baku Pembekuan ikan Packing Penyimpanan ikan (cold storage) Pengendalian mutu Ekspor
8
Biaya penyusutan mesin
Packing Penyimpanan ikan (cold storage)
9
Biaya pajak dan retribusi
10
Biaya bahan bakar, minyak Pembelian bahan baku pelumas, dan listrik
Perikanan
Pengolahan bahan baku Pembekuan ikan Packing Penyimpanan ikan (cold storage) Pengendalian mutu
Sumber: PT. Multi Sari Makassar Data telah diolah
13
5.2.3 Menentukan Pemicu Biaya Sebagai Dasar Alokasi Biaya Pemicu Biaya (Cost driver) merupakan suatu tolak ukur dari frekuensi dan intensitas dari permintaan yang ditempatkan pada aktivitas oleh obyek biaya (cost obyek). Pemicu Biaya (Cost driver) dari tiap aktivitas yang terdapat pada PT. Multi Sari Makassar dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini:
Tabel 5.5 Daftar Aktivitas dan Pemicu Biaya Tiap Aktivitas PT. Multi Sari Makassar Tahun 2010 No 1
Aktivitas Pembelian bahan baku
Pemicu Biaya Jumlah pembelian
2
Pengolahan bahan baku
Jumlah pembelian
3
Pembekuan ikan
Jam mesin
4
Packing
Jumlah
kemasan
(Master
Carton=MC) 5
Penyimpanan ikan (cold storage)
Jam mesin
6
Pengendalian mutu
Sampel
7
Ekspor
Jumlah
kemasan
Carton=MC) Sumber: PT. Multi Sari Makassar Data telah diolah
14
(Master
5.2.4 Menghitung Rata-rata Biaya Tidak Langsung yang Aktual Maupun yang Dianggarkan Untuk menghitung rata-rata per unit biaya tidak langsung aktual data yang dianggarkan rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: Rata-rata Biaya Tidak Langsung Aktual Rata-rata Biaya Tidak Langsung Dianggarkan
Total Alokasi Biaya Tidak Langsung Aktual Pemicu Biaya Total Biaya Tidak Langsung Dianggarkan Pemicu Biaya
Sama halnya dengan biaya langsung, pembagian biaya tidak langsung untuk snapper natural dan snapper portion didasarkan pada pesanan pembelian. Hasil perhitungan biaya tidak langsung yang aktual dan yang dianggarkan dapat dilihat pada tabel 5.6 dan 5.7 berikut ini:
Tabel 5.6 Perhitungan Biaya Tidak Langsung Aktual PT. Multi Sari Makassar Tahun 2010 Aktivitas
Jumlah Biaya
Pembelian Bahan Rp.
5.142.500.000
Baku
Tarif BOP
Rp.1.250.000/ton
pembelian
Pengolahan bahan Rp.
1.185.000.000
baku Pembekuan ikan
Pemicu Biaya Dasar Jumlah Penetapan Pemicu Biaya Jumlah 4114 ton
Jumlah
1440 ton
Rp. 750.000/ton
300 jam
Rp.3.500.000/jam
pengolahan Rp.
950.000.000
Jam mesin
15
Packing
Rp.
Penyimpanan ikan Rp.
1.000 .000.000
Jumlah
288.000
kemasan
MC
950.000.000
Jam mesin
8640 jam
615.420.000
Jumlah
245 sampel
Rp. 4.166,67/MC
Rp. 109.954/jam
(cold storage) Pengendalian mutu Rp.
Rp.2.103.755/sampel
pengendalian Ekspor
Total
Rp.
Rp.
1.350.000.000
Jumlah
288.000
kemasan
MC
10.987.920.000
Rp.
3.645,83/MC
Rp. 7.721.541,50
Sumber: PT. Multi Sari Makassar Data telah diolah
Tabel 5.7 Perhitungan Biaya Tidak Langsung Dianggarkan PT. Multi Sari Makassar Tahun 2010 Aktivitas
Jumlah Biaya
Pembelian Bahan Rp. 5.500.000.000
Pemicu Biaya Dasar Jumlah Penetapan Pemicu Biaya Jumlah 4.200 ton
Baku
pembelian
Pengolahan bahan Rp. 950.000.000 baku
Jumlah
Tarif BOP
Rp. 1.309.524/ton
1470 ton
Rp.
646.258/ton
pembelian
Pembekuan ikan
Rp. 1.050.000.000
Jam mesin
300 jam
Rp. 3.500.000/jam
Packing
Rp. 1.025.000.000
Jumlah kemasan
300.000
Rp.
3.416/MC
MC Penyimpanan ikan Rp. 1.142.810.000
Jam mesin
(cold storage)
16
8640 jam
Rp. 132.269/jam
Pengendalian mutu Rp.
855.770.000
Jumlah
250 sampel
Rp.3.431.080/sampel
pengendalian Ekspor
Rp. 1.150.000.000
Jumlah kemasan
300.000
Rp.
3.833/MC
MC Total
Rp.11.673.580.000
Rp. 9.026.380
Sumber: PT. Multi Sari Makassar Data telah diolah Setelah kita mengetahui biaya tidak langsung baik yang aktual maupun yang dianggarkan, selanjutnya membebankan biaya aktivitas ke produk PT. Multi Sari Makassar yang memiliki produk Snapper Natural dan Snapper Portion, sehingga hasil pembebanan rata-rata indirect cost untuk Snapper Natural baik yang aktual maupun yang dianggarkan dapat dilihat pada tabel 5.8 dan 5.9 sebagai berikut:
Tabel 5.8 Pembebanan Biaya Tidak Langsung Untuk Tiap Aktivitas Snapper Natural Aktual PT. Multi Sari Makassar Tahun 2010 Aktivitas Pembelian
Biaya Tidak Langsung Bahan Rp. 1.250.000
Pemicu Biaya Snapper Natural 2750 ton
Pembebanan Biaya Snapper Natural Rp.3.437.500.000/ton
Baku Pengolahan
bahan Rp.
750.000
963 ton
Rp. 722.250.000/ton
Pembekuan ikan
Rp.
3.500.000
125 jam
Rp. 437.500.000/jam
Packing
Rp.
150.000 MC
Rp. 625.000.500/MC
4600 jam
Rp. 505.788.400/jam
baku
Penyimpanan
ikan Rp.
4.166,67 109.954
17
(cold storage) Pengendalian mutu
Rp.
Ekspor
Rp. Total
2.103.755 3.645,83
145 sampel
Rp.305.044.475/sampel
150.000 MC
Rp.
Rp. 7.721.541,50
546.874.500/MC
Rp. 6.579.957.875
Sumber: PT. Multi Sari Makassar Data telah diolah
Tabel 5.9 Pembebanan Biaya Tidak Langsung Untuk Tiap Aktivitas Snapper Natural Dianggarkan PT. Multi Sari Makassar Tahun 2010 Aktivitas Pembelian
Biaya Tidak Langsung Bahan Rp. 1.009.524
Pemicu Biaya Snapper Natural 2500 ton
Pembebanan Biaya Snapper Natural Rp2.523.810.000/ton
Baku Pengolahan
bahan Rp.
918.367
875 ton
Rp. 803.571.125/ton
Pembekuan ikan
Rp.
4.066.667
120 jam
Rp. 488.000.040/jam
Packing
Rp.
5.750
160.000 MC
Rp.920.000.000/MC
ikan Rp.
138.889
3840 jam
Rp. 533.333.760/jam
baku
Penyimpanan (cold storage)
Pengendalian mutu
Rp.
2.882.683
150 sampel
Rp.432.402.450/sampel
Ekspor
Rp.
4.500
160.000 MC
Rp.
Total
Rp.
9.026.380
Sumber: PT. Multi Sari Makassar Data telah diolah
18
720.000.000/MC
Rp. 6.421.117.375
Pembebanan biaya tidak langsung Snapper Portion baik yang aktual maupun yang dianggarkan dapat dilihat pada tabel 5.10 dan 5.11 sebagai berikut : Tabel 5.10 Pembebanan Biaya Tidak Langsung Untuk Tiap Aktivitas Snapper Portion Aktual PT. Multi Sari Makassar Tahun 2010
Aktivitas Pembelian
Biaya Tidak Langsung Bahan Rp. 1.250.000
Pemicu Biaya Snapper Portion 1.364 ton
Pembebanan Biaya Snapper Portion Rp.1.705.000.000/ton
Baku Pengolahan
bahan Rp.
750.000
477 ton
Rp. 357.750.000/ton
Pembekuan ikan
Rp.
3.500.000
175 jam
Rp. 612.500.000/jam
Packing
Rp.
138.000 MC
Rp. 575.000.460/MC
109.954
4.040 jam
Rp. 444.214.160/jam
2.103.755
100 sampel
Rp.210.375.500/sampel
138.000 MC
Rp.
baku
Penyimpanan
ikan Rp.
4.166,67
(cold storage) Pengendalian mutu
Rp.
Ekspor
Rp.
Total
Rp. 7.721.541,50
3.645,83
Sumber: PT. Multi Sari Makassar Data telah diolah
19
503.124.540/MC
Rp. 4.407.964.660
Tabel 5.11 Pembebanan Biaya Tidak Langsung Untuk Tiap Aktivitas Snapper Portion Dianggarkan PT. Multi Sari Makassar Tahun 2010
Aktivitas Pembelian
Biaya Tidak Langsung Bahan Rp. 1.009.524
Pemicu Biaya Snapper Portion 1700 ton
Pembebanan Biaya Snapper Portion Rp 1.716.190.800/ton
Baku Pengolahan
bahan Rp.
918.367
590 ton
Rp. 541.836.530/ton
Pembekuan ikan
Rp.
4.066.667
180 jam
Rp. 732.000.060/jam
Packing
Rp.
5.750
140.000 MC
Rp.805.000.000/MC
ikan Rp.
138.889
4800 jam
Rp. 666.667.200/jam
baku
Penyimpanan (cold storage)
Pengendalian mutu
Rp.
2.882.683
100 sampel
Rp.288.268.300/sampel
Ekspor
Rp.
4.500
140.000 MC
Rp.
Total
Rp.
9.026.380
630.000.000/MC
Rp. 5.379.962.890
Sumber: PT. Multi Sari Makassar Data telah diolah
5.2.5 Menghitung Biaya Produksi dengan Menambahkan Biaya Langsung dengan Biaya Tidak Langsung Setelah mengetahui hasil pembahasan biaya tidak langsung untuk tiap produk, maka selanjutnya menghitung biaya produksi baik yang aktual maupun yang dianggarkan. Total Biaya Produksi Aktual
= Biaya Langsung + Biaya Tidak Langsung Aktual 20
Total Biaya Produksi Dianggarkan = Biaya Langsung + Biaya Tidak Langsung Dianggarkan Biaya produksi baik yang aktual maupun yang dianggarkan dapat dilihat pada tabel 5.12 dan 5.13 berikut ini:
Tabel 5.12 Laporan Perhitungan Biaya Produksi Berdasarkan Activity Based Cost System Actual PT. Multi Sari Makassar Tahun 2010 Snapper Natural
Snapper Portion
Biaya Langsung -
Biaya Bahan Baku
Rp.
16.545.750.000
Rp.
12.254.250.000
-
Biaya
Tenaga Rp.
1.050.665.000
Rp.
1.739.335.000
Overhead Rp.
6.579.957.875
Rp.
4.407.964.660
Rp.
24.176.372.875
Rp.
18.401.549.660
Kerja Langsung Biaya Tidak Langsung -
Biaya Pabrik
Total Biaya -
Jumlah Unit (Ton)
Biaya per ton
775 Rp.
31.195.319,84
Sumber: PT. Multi Sari Makassar Data telah diolah
21
665 Rp.
27.671.503,25
Tabel 5.13 Laporan Perhitungan Biaya Produksi Berdasarkan Activity Based Costing Dianggarkan PT. Multi Sari Makassar Tahun 2010 Snapper Natural
Snapper Portion
Biaya Langsung -
Biaya Bahan Baku
Rp.
16.545.750.000
Rp.
12.254.250.000
-
Biaya
Tenaga Rp.
1.050.665.000
Rp.
1.739.335.000
6.421.117.375
Rp.
5.379.962.890
24.017.532.375
Rp.
19.373.547.890
Kerja Langsung Biaya Tidak Langsung -
Biaya
Overhead Rp.
Pabrik Total Biaya -
Rp.
Jumlah Unit (Ton)
Biaya per ton
775 Rp.
30.990.364
665 Rp.
29.133.154,72
Sumber: PT. Multi Sari Makassar Data telah diolah
5.3 Membandingkan Hasil Perhitungan Biaya Produksi dengan Menggunakan Activity Based Cost System dan Akuntansi Biaya Tradisional Perbandingan biaya produksi berdasarkan sistem akuntansi tradisional dan Activity Based Cost System, dapat dilihat pada tabel 5.14 dan 5.15 sebagai berikut:
22
Tabel 5.14 Perbandingan Biaya Produksi Sistem Akuntansi Biaya Tradisional dan Activity Based Cost System Aktual PT. Multi Sari Makassar Tahun 2010 Produk
Snapper
Akuntansi Biaya
Activity Based
Tradisional
Costing Aktual
Selisih
Rp.
23.510.052.500
Rp.
24.176.372.875
Rp. 666.320.375
Rp.
19.067.867.500
Rp.
18.401.549.660
Rp. 666.317.840
Natural Snapper Portion Sumber: PT. Multi Sari Makassar Data telah diolah Tabel 5.15 Perbandingan Biaya Produksi Activity Based Cost System Aktual dan Dianggarkan PT. Multi Sari Makassar Tahun 2010 Produk
Activity Based
Activity Based
Costing
Costing Aktual
Selisih
Dianggarkan Snapper
Rp.
24.017.532.375
Rp.
24.176.372.875
-Rp.
158.840.500
Rp.
19.373.547.890
Rp.
18.401.549.660
Rp.
971.998.230
Natural Snapper Portion Sumber: PT. Multi Sari Makassar Data telah diolah Berdasarkan tabel di atas (tabel 5.14), dapat dilihat terjadinya penyimpangan biaya produksi. Hal ini disebabkan oleh penggunaan dasar pengalokasian biaya
23
overhead. Dengan menggunakan Activity Based Cost System
untuk menghitung
biaya produksi pada PT. Multi Sari Makassar, ternyata dalam pelaporan biaya produksinya terjadi distorsi biaya produksi untuk Snapper Natural yang dilaporkan dengan pembebanan biaya lebih rendah dari yang sebenarnya, sedangkan untuk Snapper Portion dilaporkan dengan pembebanan biaya yang lebih tinggi dari yang sebenarnya.
24
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan harga pokok produksi pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal, yaitu: 1. PT. Multi Sari Makassar selama ini dalam perhitungan biaya produksinya masih menggunakan sistem akuntansi biaya tradisional. Hal ini dapat dilihat dari dasar alokasi biaya yang hanya menggunakan satu dasar alokasi biaya yaitu volume produksi. 2. Hasil perhitungan biaya produksi menggunakan sistem akuntansi biaya tradisional pada PT. Multi Sari Makassar, yaitu: Snapper Natural = Rp.
23.510.052.500
Snapper Portion
19.067.867.500
= Rp.
Biaya produksi berdasarkan Activity Based Cost System baik yang aktual maupun yang dianggarkan, yaitu: Snapper Natural aktual
= Rp.
24.176.372.875
Snapper Portion aktual
= Rp.
18.401.549.660
Snapper Natural dinggarkan
= Rp.
24.017.532.375
Snapper Portiondianggarkan
= Rp.
19.373.547.890
3. Laporan biaya produksi yang terdapat pada PT. Multi Sari Makassar, terjadi distorsi biaya produksi. Untuk produk snapper natural dilaporkan dengan
25
pembebanan biaya yang lebih rendah dari yang sebenarnya, sedangkan untuk produk snapper portion dilaporkan dengan pembebanan biaya yang lebih tinggi dari yang sebenarnya (aktual). 4. Dari hasil perhitungan biaya produksi terdapat selisih berdasarkan sistem akuntansi biaya tradisional dan sistem Activity based Cost System. Hal ini disebabkan karena dalam sistem akuntansi biaya tradisional yang digunakan pada PT. Multi Sari Makassar hanya menggunakan satu dasar alokasi yaitu volume produksi, sedangkan dalam sistem Activity Based Cost System memiliki berbagai kelompok (cost pools) biaya dengan banyak pemicu biaya (multiple cost drivers). Perhitungan biaya produksi berdasarkan Activity Based Cost System pada PT. Multi Sari Makassar dapat meyakinkan pihak manajemen perusahaan untuk mengambil sejumlah langkah untuk menjadi perusahaan yang lebih kompetitif.
6.2 Saran Beberapa saran yang dapat diajukan penulis kepada pihak manajemen, yaitu: 1. Bagi perusahaan yang menggunakan teknologi maju dan melakukan diferensiasi produk seharusnya menggunakan Activity Based Cost System, karena dengan menggunakan sistem akuntansi biaya tradisional maka informasi yang dihasilkan tidak akurat. Hal ini dapat berdampak pada perkembangan usaha dari perusahaan dalam menghadapi persaingan baik di dalam maupun di luar negeri. 2. Dengan
mengingat
adanya
persaingan
bebas
sebaiknya
perusahaan
mempertimbangkan penerapan Activity Based Cost System dalam perhitungan
26
biaya produksi. Activity Based Cost System dapat memberikan informasi yang akurat untuk membantu manajemen dalam pengambilan keputusan dan akan membuat manajemen berada pada posisi untuk melakukan penawaran yang kompetitif. 3. Untuk menerapkan Activity Based Cost System dalam perhitungan baiaya produksi, sebaiknya perusahaan terlebih dahulu memperhatikan biaya-biaya yang akan dikeluarkan. Di samping itu, perusahaan juga perlu memperhatikan manfaat yang akan diperoleh. Oleh karena itu, dengan menganalisis biaya, manajemen dapat melakukan analisis yang lebih akurat mengenai volume yang diperlukan untuk mencapai impas (break event).
27