BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang paling canggih dan produktif. Kentjono (dalam Chaer, 2007: 32) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa memiliki fungsi sebagai alat komunikasi, sedangkan komunikasi merupakan hubungan timbal balik antara individu dengan individu atau kelompok dalam kehidupan masyarakat. Dalam kaitannya dengan perkembangan terhadap manusia bahasa menempati posisi yang sangat penting sebagai alat komunikasi baik secara komunikasi tertulis atau komunikasi lisan. Bahasa sebagai sistem simbol untuk berkomunikasi akan benar-benar berfungsi apabila pikiran gagasan, konsep yang diacu atau diungkapkan lewat kesatuan dan hubungan yang bervariasi dari sistem simbol itu dimiliki bersama oleh penutur dan penanggap atau mitra tutur (Alwasilah, 1986: 81). Bahasa sebagai sistem yang diwarisi dari kebudayaan atau masyarakat tempat kita tumbuh. Demikianlah bahasa sudah kuat melekat, hingga individu tersebut tidak dapat merubahnya. Ketika berinteraksi antarsesama dan masyarakat, terkadang informasi yang dituturkan oleh penutur dan lawan tuturnya memiliki maksud yang tersirat. Hal semacam ini dapat dipelajari dengan ilmu pragmatik yang di dalamnya membahas implikatur. Chaer (2010: 33) berpendapat bahwa implikatur atau implikatur
1
2
percakapan merupakan adanya keterkaitan antara ujaran dari seorang penutur dan lawan tuturnya, namun keterkaitan tersebut tidak tampak secara literal tetapi dapat dipahami secara tersirat. Demikian, implikatur adalah suatu ujaran atau tuturan yang mengandung makna tersirat dari ujaran yang disampaikan penutur Bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tertentu. Seperti halnya dalam tuturan penjual dan pembeli saat tawar menawar barang dagangan yang di dalamnya mengandung implikatur. Tawar menawar penjual dan pembeli dapat dilihat saat terjadi interaksi perdagangan. Pembeli menawar barang yang akan dibeli dengan menggunakan bahasa khas setiap pembeli, sebaliknya penjual mempertahankan harga barang yang akan dibeli dengan menggunakan tuturan yang mengandung makna tersirat. Penggunaan bahasa pedagang dan pembeli lain jenis kelamin memiliki perbedaan, serta cara tawar menawar dan tuturan yang berbeda mengandung makna tersirat dari setiap tuturan pedagang dan pembeli. Perbedaan yang mendasar terdapat pada bahasa pembeli dan penjual lain jenis kelamin dengan menggunakan tuturan atau bahasa yang berbeda ketika tawar menawar dengan menghadapi pembeli dan penjual lain jenis kelamin dan cara berinteraksi yang berbeda. Coates (dalam Graddol dan Joan Swann, 2003: 13) menyebutkan bahwa perbedaan linguistik semata-mata merupakan suatu cerminan perbedaan sosial, dan selama masyarakat memandang laki-laki dan perempuan berbeda dan tidak setara maka perbedaan dalam bahasa laki-laki dan perempuan akan terus ada. Perbedaan bahasa yang terdapat pada transaksi tawar menawar penjual dan pembeli lain jenis kelamin berimbas pada pelanggaran
3
prinsip kesantunan yang dilakukan oleh penjual dan pembeli lain jenis kelamin. Dengan memperhatikan etika berbahasa dan penyebab ketidak santuan suatu tuturan sesuai dengan jenis kelamin. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian tindak tutur sejenis yang pernah dilakukan oleh peneliti lain, yaitu Wati (2004) dengan judul “Analisis Tindak Tutur dalam Peristiwa Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Muhammadiyah Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan”. Penelitian ini membahas makna tuturan yang digunakan penutur dalam ruangan, fungsi tuturan yang digunakan penutur, dan strategi yang digunakan penutur dalam peristiwa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Muhammadiyah Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan. Dengan hasil penelitian, yaitu (1) tindak tutur yang terdapat dalam peristiwa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Muhammadiyah Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan cenderung menggunakan makna direktif. Hal tersebut disebabkan karena makna tutur yang ditemukan peneliti dalam sejumlah percakapan berfungsi agar penutur melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh penutur. (2) fungsi tuturan yang sering digunakan oleh penutur dalam peristiwa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan adalah fungsi competitive. (3) strategi yang sering digunakan oleh penutur dalam peristiwa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan adalah strategi tutur terus terang. Relevansi yang sejenis juga dilakukan oleh Dewi (2006) dengan judul “Analisis Tindak Tutur Maksim Kesopanan Berdasarkan Jenis Kelamin di Bagian Informasi Stasiun Kereta Api Kota Baru Malang”. Penelitian ini membahas
4
mengenai wujud dan implikatur tindak tutur maksim kesopanan berdasarkan jenis kelamin di bagian informasi stasiun Kereta Api Kota Baru Malang. Dengan hasil penelitian sebagai berikut, (1) maksim kearifan yang dilakukan oleh penutur perempuan dan laki-laki mengandung ilokusi direktif dan komisif, yaitu perintah dan tawaran. Bahasa penutur perempuan lebih sopan, hormat, dibanding penutur laki-laki yang cenderung longgar, (2) maksim pujian mengandung ilokusi ekspresif, yaitu ucapan terima kasih. Bahasa penutur perempuan cenderung penuh pertimbangan dan penyeleksian dalam pemlihan setiap katanya, penuh rasa hormat, dan menghargai orang yang disapanya, sedangkan penutur laki-laki cenderung bersifat to the point, tidak terdapat kata yang mengawali tuturan maksim tersebut, (3) maksim kesepakatan yang dituturkan oleh penutur laki-laki dan perempuan, mengandung ilokusi asertif, yaitu pernyataan sikap setuju. Kedua relevansi di atas, perbedaanya dengan yang peneliti lakukan adalah fokus kajiannya pada implikatur tuturan transaksi tawar menawar penjual dan pembeli lain jenis kelamin di Pasar Tradisional Kota Batu. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui lebih lanjut apakah memang terdapat implikatur percakapan pada transaksi tawar menawar penjual perempuan maupun penjual laki-laki menghadapi pembeli perempuan dan pembeli laki-laki di Pasar Tradisional Kota Batu, sehingga penelitian ini berjudul “Analisis Implikatur Percakapan Pada Transaksi Tawar Menawar Penjual dan Pembeli Lain Jenis Kelamin di Pasar Tradisional Kota Batu”
5
1.2 Fokus Masalah Bahasa yang digunakan penjual dan pembeli lain jenis kelamin ketika melakukan transaksi tawar menawar memiliki penyampaian cara yang berbeda. Tuturan yang digunakan penjual laki-laki dan penjual perempuan saat melakukan transaksi tawar menawar dengan pembeli laki-laki dan pembeli perempuan, memiliki perbedaan tuturan serta maksud yang berbeda dari tuturan yang diucapkan. Bentuk perbedaan bahasa yang dituturkan berdasarkan lain jenis kerlamin ketika melakukan transaksi tawar menawar, terdapat pada maksud yang diutarakan oleh penjual dan pembeli ketika melakukan transaksi. Penggunaan tuturan dan makna yang dituturkan dalam transaksi tawar menawar tersebut, memfokuskan penelitian ini pada bentuk implikatur, dan pelanggaran prinsip kesopanan yang mendasari penggunaan tuturan yang mengandung implikatur pada interaksi transaksi tawar menawar penjual dan pembeli di pasar tradisional Kota Batu. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan fokus masalah yang telah dikemukakan di atas, maka terdapat rumusan masalah yaitu antara lain sebagai berikut ini: a. Bagaimana bentuk implikatur percakapan yang terdapat pada transaksi tawar menawar penjual dan pembeli lain jenis kelamin di pasar tradisional Kota Batu ? b. Bagaimana
bentuk
pelanggaran
prinsip
kesopanan
yang
mendasari
penggunaan tuturan yang mengandung implikatur percakapan pada tawar
6
menawar penjual dan pembeli lain jenis kelamin di pasar tradisional Kota Batu?
1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka terdapat tujuan penelitian yaitu antara lain sebagai berikut ini: a. Mendeskripsikan bentuk implikatur percakapan yang terdapat pada transaksi tawar menawar penjual dan pembeli lain jenis kelamin di pasar tradisional Kota Batu. b. Mendeskripsikan bentuk pelanggaran prinsip kesopanan yang mendasari penggunaan tuturan yang mengandung implikatur percakapan pada tawar menawar penjual dan pembeli lain jenis kelamin di pasar tradisional Kota Batu.
1.5 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, adapun manfaat yang bisa diperoleh dalam penelitian ini, yaitu manfaat penelitian secara teoritis dan manfaat penelitian secara praktis. 1.5.1 Manfaat Teoritis Memperluas pengetahuan penulisan terkait dengan impilikatur, secara teoritis maupun kongkretnya di lapangan. Sebagai informasi secara teori mengenai ilmu jual beli yang didalamnya terdapat transaksi tawar menawar yang
7
dilakukan oleh penjual dan pembeli lain jenis kelamin, dapat dijadikan sebagai kajian teori penelitian pada transaksi tawar menawar penjual dan pembeli lain jenis kelamin di pasar tradisional Kota Batu. 1.5.2 Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangsih yang positif terhadap penelitian dan pengkajian kebahasaan khususnya mengenai implikatur. b. Penelitian ini juga dapat sebagai refrensi dalam ilmu pengetahuan kebahasaan mengenai implikatur. c. Bagi pembaca dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan mengenai implikatur pada transaksi tawar menawar penjual dan pembeli lain jenis kelamin pada pasar tradisional Kota Batu. 1.6 Penegasan Istilah Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam memahami istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu adanya penegasan istilah. Adapun istilah-istilah yang perlu ditegaskan adalah sebagai berikut: a. Implikatur adalah hubungan antara tuturan dengan yang disiratkan dan tidak bersifat semantik, tetapi kaitannya hanya didasarkan pada latar belakang yang mendasari kedua proposisinya. b. Implikatur percakapan adalah adanya keterkaitan antara ujaran dari seorang penutur dan lawan tuturnya. c. Implikatur memiliki dua bentuk yaitu, bentuk implikatur percakapan dan bentuk implikatur konvensional.
8
d. Bentuk implikatur merupakan bentuk unsur bahasa yang menyatakan keakraban para pembicara dengan menggunakan makna yang jelas. e. Transaksi merupakan persetujuan jual beli (dalam perdagangan) antara dua pihak, yaitu pihak penjual dan pihak pembeli. f. Prinsip kesopanan adalah memperlakukan kesopanan sebagai suatu konsep yang tegas, seperti gagasan tingkah laku sosial yang sopan, atau etiket, terdapat dalam budaya.