BAB II KAJIAN TEORI
A. Bahasa, Teks, dan Wacana Bahasa menurut Kridalaksana (2001: 21) adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa adalah alat komunikasi verbal. Bahasa berperan penting dalam menyusun pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu. Oleh karena itu, tanpa bahasa berarti tak ada berita, cerita, maupun ilmu. Bahasa dapat diwujudkan ke dalam teks. Halliday dan Hassan (1976: 1) mengemukakan pendapatnya mengenai teks yaitu dapat berbentuk lisan maupun tulisan, prosa atau puisi, dialog atau monolog. Teks merupakan deretan kalimat, kata, dan sebagainya yang membentuk ujaran dan juga merupakan bentuk bahasa tertulis seperti naskah (Kridalaksana, 2001: 212). Teks merupakan realisasi dari sebuah wacana. Wacana dipadankan dengan istilah le discours dalam bahasa Prancis. Le discours dalam Dictionnaire de Linguistique (Dubois, 2002:150) diartikan sebagai “une unité égale ou supérieure à la phrase ; il est constitué par une suite formant un message ayant un commencement et une clôture”. Wacana adalah kesatuan yang tatarannya lebih tinggi atau sama dengan kalimat, terdiri atas rangkaian yang membentuk pesan, memiliki awal dan akhir. Senada dengan pendapat Dubois, Kridalaksana (2001: 231) menyatakan bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau
8
9
terbesar. Wacana ini direalisasikan ke dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb.). Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa wacana adalah segala pernyataan lisan atau tulis yang direalisasikan ke dalam teks dan membentuk makna yang serasi diantara kalimat-kalimatnya. Wacana dilihat dari media penyampaiannya dibagi menjadi dua jenis, yaitu wacana lisan dan wacana tulisan (Tarigan, 1993: 52-55). Wacana lisan (spoken discourse) adalah wacana yang disampaikan secara lisan, melalui media lisan. Sang penerima harus menyimak atau mendengarkan penutur untuk menerima, memahami, atau menikmati wacana yang disampaikannya. Wacana lisan banyak ditemui dalam acara-acara di televisi, radio, khotbah, pidato, deklamasi, dan sebagainya. Di sisi lain, wacana tulis (written discourse) merupakan wacana yang disampaikan secara tertulis, melalui media tulis. Untuk menerima, memahami, atau menikmati wacana tulis maka sang penerima harus membacanya. Wacana tulis terdapat dalam artikel, makalah, surat kabar, berita online, dan lain-lain. Wacana berita merupakan bentuk bahasa yang memiliki ciri struktur berita yang berisi suatu peristiwa dan dipublikasikan melalui surat kabar. Wacana dalam berita sering dikaitkan dengan politik karena penggunaan bahasanya dipengaruhi oleh ideologi dan kekuasaan dari kelompok dominan. Kelompok tersebut menggunakan ideologinya untuk mendapatkan kekuasaan dengan cara membujuk dan membuat keyakinan-keyakinan yang ingin ditanamkan kepada kelompok lain atau masyarakat. Ideologi tersebut disampaikan melalui bahasa yang dipakai untuk mempengaruhi atau mengubah ideologi seseorang sehingga dapat
10
mempengaruhi pola pikirnya bahkan dapat mengendalikan pikirannya. Hal ini dapat dibuktikan melalui bahasa yang dipakai oleh seseorang yang berpikiran negatif tentang peristiwa tertentu dapat mengubah pemahaman orang lain tentang peristiwa tersebut sehingga pola pikir orang tersebut dapat menjadi negatif. Begitu pula seseorang dapat mengubah pola pikir negatif orang lain menjadi positif melalui bahasa.
B. Berita dalam Media Massa Media massa merupakan hasil produksi dari teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa. Komunikasi massa merupakan sebuah proses dimana pesan yang diproduksi secara massal disebarkan kepada penerima pesan siapapun,dimanapun, dan kapanpun. Penerima pesan dapat dari semua kalangan tanpa memandang umur, jenis kelamin, domisili, dan lain-lain. Media massa memiliki berbagai macam bentuk, baik media elektronik (televisi, radio, dan internet), media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), buku, maupun film. Oleh karena itu, media massa dapat dinikmati audience tanpa batasan hambatan ruang dan waktu karena media massa merupakan alat-alat dalam komunikasi yang dapat menyebarkan pesan dengan cepat kepada audience yang luas. Media massa adalah salah satu cara yang paling banyak digunakan untuk mengakses informasi di sekitar kita. Media massa memiliki peranan besar dalam membuat dan menentukan makna dari kejadian-kejadian yang terjadi di dunia dengan bahasa yang dipakainya. Penggunaan bahasa dalam media berfungsi untuk memaparkan kejadian-kejadian atau berita-berita yang dianggap pantas untuk dimuat atau ditayangkan. Institusi media juga mempunyai andil untuk
11
menentukan kejadian atau berita mana yang dapat masuk atau tidak di dalam koran atau televisi. Berita merupakan bentuk pelaporan surat kabar tentang peristiwa tindakan, pernyataan, atau masalah yang menarik perhatian orang yang muncul dalam interaksi sosial (Assegaf, 1982: 21-37). Media berita merupakan salah satu dari media massa yang penyajiannya terfokus pada informasi berita terbaru yang disampaikan kepada publik. Tebba (2005: 152) menyatakan bahwa berita bersifat ideologis, politis, dan bisnis. Oleh karena itu, sebuah wacana berita tidak dapat dipahami sebagai sesuatu yang netral dan berlangsung secara alamiah.
C. Analisis Wacana Kritis Stubs (1983: 1) mengatakan, analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Di samping itu, bagi Brown dan Yule (1983: 1) analisis wacana adalah investigasi terhadap penggunaan bahasa pada suatu teks yang dianggap sebagai komunikasi verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, baik lisan maupun tulisan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis wacana merupakan kajian yang digunakan untuk menginvestigasi penggunaan bahasa pada suatu wacana baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Mohammad A.S. Hikam dalam Yudi Latif dan Idi Subandy Ibrahim (1996: 78-86) membagi tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana. Pertama, pandangan positivisme-empiris memisahkan antara pemikiran dan realitas. Seseorang tidak perlu mengetahui makna-makna subjektif atau nilai yang
12
mendasari pernyataan dalam sebuah wacana. Titik perhatian berdasarkan pada sintaksis dan semantik dalam suatu pernyataan. Oleh karena itu, analisis wacana dimaksudkan untuk menggambarkan tata urutan kalimat, bahasa, dan pengertian bersama. Pandangan kedua, konstruktivisme, bahasa yang digunakan seseorang memiliki tujuan tertentu dan subjek memiliki kemampuan untuk mengontrol maksud tertentu dalam wacana. Oleh karena itu, analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu analisis untuk mengurai maksud dan makna tertentu dalam suatu wacana. Ketiga, pandangan kritis. Bahasa dianggap terlibat dalam hubungan kekuasaan terutama dalam membentuk subjek dan berbagai tindakan representasi yang terdapat dalam masyarakat. Individu dapat dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada di masyarakat yang menjadikan individu sebagai subjek yang tidak netral. Oleh karena itu, analisis wacana menekankan pada kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Jadi, analisis wacana menurut pandangan kritis dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa seperti perspektif yang mesti dipakai, batasan-batasan yang diperkenankan menjadi wacana, dan topik yang dibicarakan. Menurut Fairclough (2001: 125), analisis wacana yang menggunakan pendekatan kritis memperlihatkan adanya keterkaitan antara kekuasaan dan ideologi di dalam sebuah wacana. Bagi Badara (2012: 26) analisis wacana kritis adalah suatu pengkajian secara mendalam yang berusaha mengungkap kegiatan, pandangan, dan identitas, berdasarkan bahasa yang digunakan dalam wacana. Senada dengan Fairclough dan Badara, Richards dan Schmidt (2002: 161) mengemukakan bahwa dalam analisis wacana kritis, wacana digunakan untuk
13
menunjukkan tidak hanya jenis pembicaraan tetapi juga makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalam pembicaraan. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa analisis wacana kritis merupakan upaya dalam melihat bahasa di dalam sebuah wacana yang menjadi faktor penting untuk pengungkapan ketimpangan kekuasaan dalam masyarakat. Analisis wacana kritis mempunyai karakteristik penting seperti yang disarikan oleh Eriyanto dari Van Dijk, Fairclough, dan Wodak (2012: 7-14) sebagai berikut: 1. Tindakan Wacana dipandang sebagai bentuk interaksi dan dipahami sebagai sebuah tindakan. Seseorang berbicara, menulis, dan menggunakan bahasa bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Oleh karena itu, menimbulkan beberapa konsekuensi dalam memandang sebuah wacana. Pertama, wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan dan mengandung maksud tertentu baik besar maupun kecil. Kedua, wacana dipahami bukan sebagai sesuatu yang di luar kendali, namun diekspresikan secara sadar dan terkontrol. 2. Konteks Wacana diproduksi, dimengerti, dan dianalisis secara kritis dengan mempertimbangkan konteks. Konteks tidak hanya sesuatu yang dilisankan, tetapi juga kejadian-kejadian nonverbal lain, yaitu keseluruhan wacana. Konteks wacana dalam gagasan Sumarlam (2003: 47) merupakan aspek-aspek internal wacana dan segala sesuatu yang secara eksternal melingkupi sebuah wacana. Di samping itu,
14
Halliday dan Hassan (1994: 6) berpendapat bahwa konteks berperan sebagai jembatan antara teks dan situasi tempat teks terjadi. Konteks mendahului teks karena situasi ada lebih dahulu dari wacana yang berhubungan dengan situasi tersebut. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan konteks yang lebih terperinci yaitu komponen tutur SPEAKING (situation, partisipants, ends, acts, key, instrument, norms, dan genre) yang dikemukakan oleh Dell Hymes (1989: 62). Situation (S) yang terdiri atas setting dan scene, yang bersifat fisik dan meliputi tempat atau waktu terjadinya tuturan. Partisipant (P) yaitu mencakup penutur, petutur, pengirim dan penerima. End (E), meliputi maksud atau tujuan dan hasil. Hasil berupa tanggapan atas suatu pertuturan. Act sequence (A), terdiri atas bentuk pesan dan isi pesan. Key (K), mengacu pada nada, cara, atau semangat penyampaian pesan. Instrument (I), menunjuk pada jalur bahasa yang digunakan dalam pembicaraan seperti lisan, tulisan. Selanjutnya, norm (N) mengacu pada aturan-aturan atau norma interaksi dan interpretasi. Norma interaksi merupakan norma yang terjadi dalam cara menyampaikan pertanyaan, interupsi, pernyataan, perintah dalam percakapan. Norma interpretasi, yakni penafsiran norma oleh partisipan dalam tuturan. Genre (G) mencakup jenis bentuk penyampaian pesan seperti pidato, doa, surat, iklan, dan sebagainya. Di bawah ini adalah contoh komponen tutur SPEAKING. (2) Côte-d'Or: ils forçaient des enfants à se frapper entre eux Six jeunes hommes d'une vingtaine d'années ont été interpellés mardi pour avoir forcé des jeunes enfants de 9 et 10 ans à se frapper entre eux, à Quetigny, en Côte-d'Or, rapporte le Bien Public. Trois des suspects ont été mis en examen pour provocation de mineur de moins de 15 ans à commettre des violences, violences sans
15
incapacité sur mineur de 15 ans et port d’arme. Une information judiciaire est ouverte. Les gendarmes ont été mis sur leur piste après plusieurs semaines d'enquête, alors que des bruits couraient qu'un groupe de jeunes hommes terrorisait des enfants, tirant sur eux avec des pistolets à billes, et le forçant à combattre entre eux. Trois victimes ont été identifiées, et deux ont porté plainte, selon le quotidien. (http://www.bfmtv.com/societe/cote-dor-forcaient-enfants-a-sefrapper-entre-eux-646546.html) (Côte-d'Or: mereka memaksa anak-anak untuk memukul mereka Enam pemuda dua puluhan tahun telah ditangkap pada hari Selasa karena telah memaksa anak-anak yang berusia 9 dan 10 tahun untuk memukul mereka di Quetigny, Côte-dOr, kata Bien Public. Tiga tersangka telah didakwa atas hasutan kepada anak-anak di bawah umur 15 tahun untuk melakukan kekerasan, kekerasan hak pada anak di bawah umur 15 tahun dan membawa senjata. Sebuah investigasi kriminal dibuka. Para polisi telah berada di jejak mereka setelah beberapa minggu penyelidikan, sementara rumor adalah sekelompok pemuda meneror anak-anak, menembak mereka dengan pistol bola dan memaksanya untuk melawan mereka. Tiga korban telah diidentifikasi, dan keduanya telah mengeluh, menurut surat kabar itu.) Pada contoh (2) dapat diketahui situation-nya di Quetigny, Côte-dOr. Partisipant yang terdapat pada contoh (2) di atas yaitu six jeunnes hommes d’une vingtaine d’années (enam pemuda dua puluhan tahun), des jeunes enfants de 9 et 10 ans (anak-anak yang berumur 9 dan 10 tahun), dan les gendarmes (para polisi). End dari wacana di atas adalah penangkapan enam pemuda yang meneror anakanak dan membawa senjata. Act sequence didahului dengan mendeskripsikan peristiwa dari umum ke khusus. Dimulai dari peristiwa yang sedang terjadi yaitu telah ditangkapnya pelaku yang telah memaksa anak-anak untuk memukul. Kemudian, paragrafnya dikembangkan dengan investigasi yang menghasilkan identifikasi korban. Key dari contoh (2) dapat diketahui bahwa adanya dukungan atas aksi atau tindakan dari para polisi dalam menangkap para pelaku. Instrument bahasanya berbentuk
16
tulisan
berbahasa
Prancis.
Selanjutnya,
norm
pada
contoh
(2)
yaitu
mendeskripsikan tindakan penangkapan pelaku teror terhadap anak-anak di bawah umur yang dilakukan oleh para polisi. Genre wacananya berupa berita. 3. Histori Wacana diproduksi dalam konteks tertentu ketika wacana ditempatkan dalam konteks sosial tertentu dan tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks yang menyertainya. Untuk dapat mengerti suatu teks, adapun aspek penting yang diperhatikan yaitu dengan menempatkan wacana tersebut dalam konteks historis tertentu. 4. Kekuasaan Aspek kekuasaan perlu pula untuk dikritisi untuk mengamati hal-hal yang tersembunyi karena wacana yang muncul dalam bentuk teks maupun percakapan merupakan bentuk pertarungan kekuasaan dan bukan sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan netral. Kekuasaan berperan sebagai suatu kontrol untuk mengontrol seseorang atau kelompok lain melalui wacana. Kontrol tersebut tidak selalu dalam bentuk fisik dan langsung, tetapi dapat berbentuk psikis atau mental yang tersirat pada kosakata atau konteks dalam suatu wacana. 5. Ideologi Ideologi dipersepsikan sebagai suatu pandangan dunia (worldview) yang menyatakan nilai kelompok sosial tertentu untuk membela dan memajukan kepentingan-kepentingan mereka. Di sisi lain, ideologi dilihat sebagai suatu kesadaran palsu, yaitu suatu kebutuhan untuk melakukan penipuan dengan cara memutarbalikkan pemahaman orang mengenai realitas sosial. Wujud dari suatu
17
ideologi dapat dilihat melalui teks, percakapan, dan lainnya. Oleh karena itu, dalam menganalisis suatu wacana harus dilihat konteks terutama ideologi yang berperan dalam membentuk wacana.
D. Perspektif Pemberitaan Perspektif menurut Kridalaksana (2001: 171) adalah pandangan yang diambil pengamat pada suatu tertentu. Perspektif atau sudut pandang penulis dapat dipengaruhi oleh ideologi dan praktik sosial tertentu. Oleh karena itu, penulis atau wartawan dianggap sebagai pihak tidak netral dalam mengolah dan memproduksi bahasa di dalam pernyataannya. Tidak sedikit wacana berita yang bersifat provokatif dan merugikan pihak lain sehingga perlu mengkaji tulisan lebih dalam untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa agar mengetahui dan memahami makna yang terkandung di dalamnya. Perspektif pemberitaan (Suroso, 2002: 17) adalah sudut pandang yang didasari oleh latar belakang nilai-nilai keyakinan, pengetahuan, dan pandangan hidup jurnalis (wartawan) dalam melihat, memproses, membuat, dan melaporkan suatu peristiwa dalam interaksi sosial yang dikemas dalam wujud berita. Adapun perspektif pemberitaan dalam surat kabar menurut Suroso (2002:167-179), yaitu: 1. Perspektif Pro Masyarakat Perspektif pro masyarakat adalah sudut pandang yang didasari oleh nilai keyakinan, ide-ide, dan pandangan yang mendukung masyarakat dalam melihat dan melaporkan suatu peristiwa. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh berikut.
18
(3)
Tidak ada pertanggungjawaban politik dari pemerintah BJ.Habibie terhadap kekerasan politik, diantaranya kasus 13-15 Mei 1998 dan tidak ditindaklanjutinya rekomendasi Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang dibentuk oleh pemerintah yaitu adanya kerusuhan politik dan kasus kekerasan terhadap wanita serta tidak adanya kemauan yang sungguh-sungguh untuk menyelesaikan berbagai kasus yang ada selama ini, termasuk kasus Soeharto, Trisakti, dan kerusuhan Mei 1998. (Kompas, Jumat 14 Mei 1999 via Suroso (2002: 168))
Kutipan (3) dapat dilihat bahwa sikap wartawan dan surat kabar yang mencerminkan perspektif pro masyarakat. Wartawan memutuskan menggunakan kalimat “tidak ada pertanggungjawaban politik BJ.Habibie terhadap kekerasan politik” tentunya bukan tanpa alasan. Dari topik yang dikembangkan dalam paragraf pertama terlihat bahwa wartawan memilih untuk mendukung masyarakat yang diwakili oleh berbagai elemen anti pemerintah yang menolak dan tidak mendukung Habibie karena aparatnya tidak mampu memutuskan kasuskasus kekerasan pelanggaran HAM. Berikut contoh kutipan penggunaan perspektif pro masyarakat dalam bahasa Prancis. (4) Syrie: 100 morts dans l'attentat de mardi Au moins 100 personnes, dont près de 80 civils, ont été tuées dans le double attentat à la voiture piégée revendiqué par des jihadistes et qui a frappé mardi un quartier pro-régime à Homs, troisième ville de Syrie, selon une ONG.[....] (http://www.lefigaro.fr/flash-actu/2014/04/30/9700120140430FILWWW00148-syrie-100-morts-dans-l-attentat-demarhier.php) Suriah: 100 orang tewas dalam serangan pada hari Selasa Setidaknya 100 orang, termasuk sekitar 80 warga sipil tewas dalam pemboman ganda di mobil yang diklaim milik jihadis dan memukul pro-rezim di Homs, lingkungan kota terbesar ketiga Suriah pada hari Selasa, menurut sebuah ONG. [...]
19
Dalam wacana (4) di atas disebutkan bahwa au moins 100 personnes, dont près de 80 civils, ont été tuées (setidaknya 100 orang, termasuk sekitar 80 warga sipil tewas) menunjukkan bentuk keprihatinan akan kematian korban yang merupakan warga Suriah itu sendiri. Hal ini menandakan bahwa wartawan memihak pada korban perang yaitu masyarakat Suriah. Jadi, pada kalimat (5) mengandung perspektif pro masyarakat. 2. Perspektif Pro Pemerintah Perspektif pro pemerintah merupakan sudut pandang yang didasari oleh nilai keyakinan, ide-ide, dan pandangan yang mendukung pemerintah. Keberpihakan pers pada pemerintah dengan mengadvokasi kepentingan pejabat pemerintah baik yang ada di lembaga eksekutif, yudikatif, dan militer. (5) Tragedi Trisakti masih merupakan misteri dan belum bisa disimpulkan siapa yang memberondongkan tembakan ke sekitar kampus yang menyebabkan gugurnya empat mahasiswa Trisakti. Sebelum uji balistik ke Kanada telah dilakukan uji balistik di Pindad, ITB, dan Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Mabes Polri dengan kesimpulan berbeda. Uji balistik di ITB menyimpulkan senjata yang digunakan jenis stayer dab SS-1. Sedangkan di Puslabfor Polri senjata yang digunakan adalah SS-1 dan M-16 A2. Senjata stayer biasa digunakan oleh Unit Rreaksi Cepat (URC) atau Brimod (brigadir mobil), SS-1 digunakan Gegana (brimob) dan M-16 digunakan Kopassus dan lembaga Abri. Pihak militer yang sedang bertugas di lapangan bersikeras tidak memakai peluru tajam dan beberapa aparat UC mengaku menembak ke Pos Jaga Usakti. Itupun peluru karet. (Republika, Jumat 14 Mei 1999 via Suroso (2002: 171)) Wartawan memutuskan menggunakan satuan linguistik “sebelum uji balistik
ke
Kanada”
untuk
pengungkapan
tragedi
di
Trisakti
yang
memperlihatkan adanya sikap positif kepada pemerintah yang mempunyai niat baik untuk menyelidiki kasus penembakan empat mahasiswa Trisakti setelah
20
pemerintah memperoleh bukti uji balistik di Kanada. Fokus perhatian dari contoh (5) adalah sumber-sumber yang berasal dari pemerintah seperti Pindad dan Puslabfor Mabes Polri. Hal ini berarti, wartawan mendukung sikap pemerintah melalui aparat penyelidiknya (Puslabfor) Mabes Polri dan Pindad. Berikut contoh wacana berita yang menggunakan perspektif pro pemerintah dalam bahasa Prancis. (6) Gironde: Un gendarme renversé par un véhicule, le chauffard en fuite Le conducteur d'un véhicule en fuite était activement recherché après avoir renversé dans la nuit de samedi à dimanche à Saint-André-deCubzac, en Gironde, au nord de Bordeaux, un gendarme qui a été blessé et transporté à l'hôpital, a-t-on appris auprès de la gendarmerie. L'accident s'est produit vers 1H10, lors d'un contrôle routier classique. Le conducteur du véhicule, "activement recherché", a refusé de s'arrêter, percutant un gendarme de la Brigade motorisée de SaintAndré-de-Cubzac.[...] (http://www.bfmtv.com/societe/gironde-un-gendarme-renverse-unvehicule-chauffard-fuite-767519.html) Gironde: Seorang polisi tertabrak kendaraan, sopir yang ngawur melarikan diri Pengemudi kendaraan yang melarikan diri di Sabtu malam dicari dengan giat pada hari Minggu setelah menabrak di Saint-André-deCubzac, Gironde, utara Bordeaux, seorang polisi yang terluka dan dibawa ke rumah sakit, setelah mendengar berita menurut polisi. Kecelakaan terjadi pukul 1.10, ketika patroli. Pengemudi kendaraan, “giat dicari”, menolak berhenti, menabrak polisi dari Brigade bermotor dari Saint-André-de-Cubzac.[...] Dari contoh (6) dapat diketahui bahwa fokus dari wacana di atas berasal dari pemerintahan yaitu un gendarme (polisi) yang menjadi korban tabrak lari. Wartawan memarjinalkan le conducteur d'un véhicule (pengemudi kendaraan) dengan kalimat le conducteur d'un véhicule en fuite était activement recherché après avoir renversé (pengemudi kendaraan yang melarikan diri dicari dengan giat setelah menabrak). Kalimat tersebut menunjukkan bahwa pengemudi kendaraan menjadi buron karena menabrak seorang polisi dan tidak mau
21
bertanggung jawab atas perbuatannya. Oleh karena itu, dalam wacana di atas wartawan berpihak pada polisi yang menjadi korban tabrak lari. Jadi, kalimat (7) di atas mengandung perspektif pro pemerintah. 3. Perspektif Netral Perspektif netral ialah sudut pandang yang didasari oleh sikap jurnalis dalam memberitakan atau menginformasikan suatu wacana yang ditulisnya dengan netral terhadap semua pihak yang terlibat dalam wacana, yakni masyarakat satu dan masyarakat yang lainnya. Berikut contoh penggunaan perspektif netral dalam bahasa Indonesia (Suroso, 2002: 34) (7) Presiden BJ.Habibie menegaskan kemenangan maupun kekalahan merupakan hal yang wajar, alamiah, dan tak terpisahkan dalam pemilihan umum (Pemilu). Yang kalah harus bisa menerima dengan lapang dada dan berjiwa besar. Sebaliknya, bagi yang menang, diharapkan tidak sampai pongah, dan melupakan behwa Indonesia merupakan keluarga besar. (Kompas, Senin 7 Juni 1999 via Suroso (2002: 174-175)) Dari teks (7) mencerminkan bahwa wartawan bersikap netral. Wartawan tidak memvonis partai tertentu lebih baik dari partai lain. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada kalimat “Presiden BJ.Habibie menegaskan kemenangan maupun kekalahan merupakan hal yang wajar, alamiah, dan tak terpisahkan dalam pemilihan umum (Pemilu)”. Dalam pemilu, semua orang memiliki hak yang sama dan tanpa paksaan untuk menentukan pilihan sesuai dengan aspirasi yang mungkin terwakili oleh wakil pemilih di partai tertentu. Partai-partai yang berkompetisi pun memiliki peluang yang sama untuk menang dan kalah.
22
Berikut contoh penggunaan perspektif netral dalam bahasa Prancis. (8) Ecosse : les pour et les contre l'indépendance font jeu égal dans un nouveau sondage Dimanche, le sondage qui a donné pour la première fois le «oui» à l'indépendance écossaise gagnant a fait planer pour de bon le spectre d'une sécession qui semblait jusqu'alors improbable. Deux jours plus tard, mardi 9 septembre, un nouveau sondage confirme la poussée des indépendantistes, et place « oui » et « non » au coude-à-coude : le premier recueillerait 38 % des voix, le second 39 %, tandis que 23 % des sondés ne se proncent pas. [...] (http://www.lemonde.fr/europe/article/2014/09/09/ecosse-les-pour-etles-contre-l-independance-font-jeu-egal-dans-un-nouveau-sondage_ 4484118_3214.html) Skotlandia: pro dan kontra kemerdekaan sama kuatnya dalam sebuah angket baru Minggu, angket yang diberikan untuk pertama kalinya “persetujuan” pada Kemerdekaan Skotlandia yang memenangkan kemerdekaan melayangkan bayanganp dari adanya pemisahan diri yang sebenarnya tidak mungkin sampai saat ini. Dua hari kemudian, selasa 9 September, angket baru menguatkan desakan orang-orang yang menghendaki untuk merdeka, dan menempatkan “ya” dan “tidak” berdampingan: yang pertama mendapat 38% suara, yang kedua 39%, sedangkan 23% diduga tidak menyatakan. [...] Pemakaian kosakata les pour et les contres (pro dan kontra) pada judul menunjukkan bahwa adanya dua pihak yang berlawanan. Pada kalimat le premier recueillerait 38 % des voix, le second 39 %, tandis que 23 % des sondés ne se proncent pas (yang pertama mendapat 38% suara, yang kedua 39%, sedangkan 23% diduga tidak menyatakan), wartawan berusaha untuk melaporkan suatu peristiwa secara netral dengan menyajikan persentase dari pihak pro, kontra, maupun golput. Sikap wartawan yang menyajikan tulisan yang tidak mencerminkan sikap mendukung ataupun tidak mendukung terhadap peristiwa yang terjadi di Skotlandia tersebut. Oleh karena itu, wacana tersebut memperlihatkan perspektif netral.
23
4. Perspektif Pro Lain Perspektif pro lain didasari sikap wartawan yang pro dengan golongan atau kelompok tertentu selain pemerintah dan masyarakat (rakyat) dalam melihat dan melaporkan suatu peristiwa dalam wacana. Berikut adalah contoh dari perspektif pro lain. (9) Empat tokoh partai kemarin bertemu untuk membicarakan apa yang oleh deklarator Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdurrahman Wahid (Gusdur) sebagai “buah simalakama Mega”. Keempat tokoh itu adalah Gusdur, Ketua PAN Amien Rais, Presiden Partai Keadilan Nniurmahmudi Ismail, dan Ketua PPP Hamzah Haz. [...] “Kalau Megawati terpilih menjadi presiden, gerakan Islam tak akan mau menerimanya. Tetapi kalau Megawati terpilih keadaan juga belum tentu baik. Ini buah simalakama. Makanya kami berkonsultasi mencari jalan keluar, kata Gus Dur seusai bertemu Hamzah haz di kantor Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU). [...] Sedangkan Hamzah Haz menegaskan bahwa partainya sudah terikat fatwa ulama yang melarang wanita menjadi presiden.”Kalau Megawati terpilih, PPP tidak akan bersedia diajak dalam pemerintahannya, katanya. (Republika, Minggu, 27 Juni 1999 via Suroso (2002: 174-175)) Dari teks (9) di atas diketahui bahwa wartawan pro terhadap partai yang berbasis massa Islam yaitu PKB, PAN, dan Partai Keadilan. Kalimat “Empat tokoh partai kemarin bertemu untuk membicarakan apa yang oleh deklarator Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdurrahman Wahid (Gusdur) sebagai “buah simalakama Mega”.” menunjukkan bahwa wartawan memarjinalkan Mega. Wartawan juga hanya melihat dari golongan tertentu yaitu partai berbasis massa Islam dan tidak melihat lagi bahwa Megawati memiliki peluang untuk menjadi presiden. Padahal Megawati dan partainya telah berhasil memenangkan Pemilu walaupun tidak secara mutlak. Berikut contoh penggunaan perspektif pro lain dalam bahasa Prancis.
24
(10) Belgique :Une mère au chômage noie ses deux enfants Elle confesse avoir "réfléchi à cet acte depuis trois ans". Une mère de famille au chômage de la région de Namur, en Belgique, a avoué lundi avoir noyé ce week-end ses deux fils de 2 et 6 ans dans une baignoire en raison de ses difficultés financières, a indiqué le parquet. "Elle était angoissée par une situation financière difficile. C'est la seule solution qu'elle ait trouvée pour que ses enfants ne soient pas malheureux quand ils seraient adultes, a-t-elle dit", a expliqué le procureur de Namur, Philippe Dulieu, cité par l'agence Belga.[...] (http://www.bfmtv.com/societe/belgique-une-mere-chomage-noiedeux-enfants-768309.html) Belgia: Seorang ibu pengangguran menenggelamkan kedua anaknya Dia mengakui “telah memikirkan perbuatannya sejak tiga tahun lamanya”. Seorang ibu yang pengangguran dari keluarga di daerah Namur, di Belgia, pada hari Senin mengakui telah menenggelamkan dua anak laki-lakinya yang berumur dua dan enam tahun ke dalam bak mandi pada akhir pekan dikarenakan kesulitan finansialnya, kata Dewan magistratur pengadilan. “Dia dicemaskan oleh keadaan finansial yang sulit. Itulah satu-satunya solusi yang ia temukan agar anak-anaknya tidak sengsara ketika mereka dewasa nanti, katanya.”, jelas jaksa dari Namur, Philippe Dulieu, dikutip oleh kantor Belga. [...] Dalam contoh (10) di atas, wartawan memarjinalkan une mère (seorang ibu) dengan menunjukkan hubungan relasi di antara partisipan. Wacana di atas menekankan pada pemikiran yang salah dari seorang ibu atas perbuatannya kepada anak-anaknya. Hal tersebut ditunjukkan pada kalimat “Elle était angoissée par une situation financière difficile. C'est la seule solution qu'elle ait trouvée pour que ses enfants ne soient pas malheureux quand ils seraient adultes” (Dia dicemaskan oleh keadaan finansial yang sulit. Itulah satu-satunya solusi yang ia temukan agar anak-anaknya tidak sengsara ketika mereka dewasa nanti). Oleh karena itu, dalam wacana di atas tersirat bahwa wartawan bersimpati atas peristiwa yang terjadi pada korban yaitu ses deux fils de 2 et 6 ans (anak-anaknya yang berumur 2 dan 6 tahun). Jadi, contoh tersebut mengandung perspektif pro anak.
25
E. Bentuk Ekspresi Bahasa Bentuk ekspresi bahasa merupakan istilah yang mengacu pada struktur bahasa, unsur-unsur bahasa atau pembentuk bahasa, seperti leksikon (kosakata), sintaksis, tindak tutur, dan gaya bahasa. Penggunaan bahasa dalam perspektif suatu ideologi dipengaruhi oleh pemilihan bentuk ekspresi linguistik, seperti pemakaian kosakata, sistem ketransitifan, transformasi sintaksis: pasivasi dan struktur nominalisasi, modalitas, tindak tutur, metafora, dan struktur informasi (Fowler, 1996: 68-90). Namun, bentuk ekspresi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah kosakata dan modalitas. 1. Kosakata Kata atau kosakata, kalimat, dan proposisi merupakan pilihan linguistik yang mencerminkan ideologi tertentu. Hal ini berarti, dalam pemakaian kosakata atau kata, kalimat, dan struktur atau bentuk kalimat oleh penulis atau wartawan tidak hanya dipandang sebagai persoalan tata bahasa atau linguistik, tetapi juga sebagai ekspresi dari ideologinya. Karena pemakaian kosakata yang berbeda akan menghasilkan realitas yang berbeda pula ketika diterima oleh khalayak. Kosakata mempunyai peran pada suatu pemberitaan di media yang diungkapkan oleh Fowler, dkk. (1979, 8) sebagai berikut. a. Kosakata: membuat klasifikasi Pada dasarnya bahasa menyediakan klasifikasi. Realitas yang kompleks membuat seseorang memberikan penyederhanaan dan abstraksi mengenai realitas dari suatu peristiwa. Klasifikasi menyediakan tempat untuk mengontrol informasi dan pengalaman. Klasifikasi tersebut bermakna peristiwa yang seharusnya dilihat
26
dari sisi yang satu bukan yang lain. Sistem klasifikasi ini berbeda antara satu orang dengan orang lain karena setiap orang mempunyai pengalaman budaya, sosial, dan politik yang berbeda. Berikut ini contoh kosakata: membuat klasifikasi mengenai peristiwa yang terjadi di Timor Timur yang diberikan oleh Eriyanto (2012: 135). (11) Tabel 1: Klasifikasi Kata Tindakan Interfet Klasifikasi (Anti-Interfet) Masalah dalam negeri Intervensi, konspirasi internasional Menambah kekerasan Nasionalisme
Klasifikasi (Pro-Interfet) Masalah internasional Bantuan kemanusiaan Menghentikan kekerasan Hak asasi manusia, hukum internasional, nilai kemanusiaan
Interfet (International Force for East Timor) adalah pasukan penjaga perdamaian multinasional yang dibentuk untuk mengatasi krisis kemanusiaan dan situasi keamanan di Timor Timur. Kata “Interfet” telah memberi klasifikasi bahwa peristiwa yang terjadi di Timor Timur adalah masalah internasional. Diperjelas dengan pemakaian kosakata “intervensi” yang memberikan makna pada masalah Timor Timur sebagai masalah internasional, bukan masalah Indonesia saja. Kosakata “intervensi” juga membatasi pandangan khalayak pembaca atas pengklasifikasian persoalan tersebut hanya semata sebagai persoalan kehadiran pasukan asing di Timor Timur. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 di atas yang tidak terdapat fakta tentang tindakan kekerasan dan kerusuhan yang tengah terjadi. Dari klasifikasi kosakata dalam tabel di atas dapat dipahami bahwa wartawan ingin mengarahkan pandangan khalayak pembaca pada kehadiran pasukan interfet di Timor Timur.
27
Berikut adalah kata kunci dari kosakata yang membuat klasifikasi dalam bahasa Prancis mengenai tindakan yang dilakukan oleh Mourad Fares di Prancis 1. (12) Tabel 2: Klasifikasi Kata Tindakan Mourad Fares Klasifikasi Anti-Mourad Fares Principaux recruteurs de Français (perekrut utama Prancis)
Klasifikasi Pro-Mourad Fares Aucun élément ne permet de soupçonner Mourad Fares d'avoir voulu rentrer en France pour y mener une action terroriste. (Tidak ada bukti untuk menduga Mourad Fares ingin pergi ke Prancis untuk melakukan tindakan teroris) Se faisant le propagandiste du jihad Fuir l'Etat islamique (EI) en Syrie et appelant les musulmans (menghindari negara Islam (EI)) français à le rejoindre (membuat propaganda jihad di Suriah dan menyerukan Muslim Perancis untuk bergabung dengannya) Pemakaian
kosakata
“recruteurs”
yang
bermakna
perekrut
mengklasifikasikan pada tindakan Mourad Fares di Prancis. Dengan memberi kosakata tersebut untuk mendeskripsikan Mourad Fares, wartawan telah membentuk klasifikasi dan realitas bahwa Moured Fares adalah seseorang yang tidak baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya rasa tidak suka (anti) pada Mourad Fares. Klasifikasi pada pemakaian kosakata tersebut memperlihatkan bahwa teks mengacu pada tindakan yang dilakukan oleh Mourad Fares.
1
sumber: http://www.sudouest.fr/2014/09/12/soupconne-de-recruter-des-jihadistes -en-france-ilest-arrete-en-turquie-1669472-4803.php
28
b. Kosakata: membatasi pandangan Bahasa membatasi pembaca untuk memahami sesuatu seperti apa yang dikatakan oleh penulis bukan yang lain. Pemilihan kosakata yang dipakai penulis berpengaruh terhadap pemahaman dan penafsiran pembaca dari suatu peristiwa. Hal ini dikarenakan pembaca tidak mengalami atau mengikuti suatu peristiwa secara langsung. Oleh karena itu, ketika khalayak membaca suatu berita, akan dihubungkan pada suatu realitas tertentu. Peristiwa yang sama dibahasakan oleh media massa yang berbeda dapat menghasilkan judul berita yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dalam buku Eriyanto (2012: 137) mengenai kasus Tobelo, Galela, dan Jailolo (Maluku) yang bermula pada 26 Desember 1999 dari tiga media yang berbeda yaitu Republika, Kompas, dan Suara Pembaruan, sebagai berikut. (13) Tabel 3: Kosakata: Membatasi Pandangan Kosakata Perang (dari Republika) Perang, pembunuhan, pembantaian, pembasmian, pertempuran, pembumihangusan, pembersihan Perang antara Islam Kristen, pertempuran laskar Islam dan Kristen, pembantaian pasukan Kristen terhadap mujahidin Islam
Kosakata Penghalusan (dari Kompas dan Suara Pembaruan) Tragedi, insiden, kasus, masalah
Kerusuhan berbau SARA, konflik berbau SARA, pertikaian bernuansa SARA, pertikaian antaragama
Dalam tabel di atas dapat dilihat perbedaan antara Republika dengan Kompas dan Suara Pembaruan dalam menggambarkan peristiwa yang terjadi di Tobelo, Galela, dan Jailolo (Maluku). Republika menyebut peristiwa tersebut sebagai “pembantaian”. Pembantaian yang dimaksud adalah pembantaian yang dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, Kompas dan Suara pembaruan menyebut
29
peristiwa tersebut sebagai “konflik” dan “pertikaian”. Pemakaian kosakata yang berbeda ini dapat menimbulkan pemaknaan dan pandangan tertentu terhadap peristiwa tersebut. Berikut adalah contoh kosakata: membuat pandangan dalam bahasa Prancis. (14) Judul I: Des parents réclament l'arrêt des soins pour leur bébé prématuré. (lemonde.fr) (Orang tua meminta dengan sangat penghentian perawatan untuk bayi prematur mereka) Judul II: Un couple demande l'arrêt de la réanimation de son bébé. (lefigaro.fr) (Pasangan meminta penghentian kesadaran anaknya.) Judul I menggunakan kosakata l'arrêt des soins (penghentian pengobatan). Kosakata tersebut bermakna halus dibandingkan dengan kosakata l'arrêt de la réanimation (menghentikan penyadarannya) pada judul II. Hal ini menyebabkan bahwa kedua kosakata tersebut memberi pandangan pada khalayak bagaimana peristiwa tersebut dipahami. c. Kosakata: pertarungan wacana Dalam suatu pemberitaan, setiap pihak mempunyai pendapat masingmasing atas suatu masalah. Setiap pihak berusaha pendapatnya dianggap paling benar dan lebih menentukan dalam mempengaruhi opini publik. Dalam upaya memenangkan opini publik tersebut, masing-masing pihak berusaha memaksakan agar kosakata yang mereka pakai lebih diterima oleh publik. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut yang memuat beberapa kosakata tentang masalah Aceh dalam buku Eriyanto (2012:141).
30
(15) Tabel 4: Pertarungan Wacana Masalah di Aceh Peristiwa Kreung Geukuh
Versi militer Militer terpaksa melakukan penembakan karena massa yang telah diprovokasi GAM hendak menyerang Detasemen Rudal 001. Akibat bentrok antara massa dan militer, 31 orang tewas.
Pulo Rungkem
Kelompok tak dikenal, yang diidentifikasi sebagai GAM, secara membabibuta menyerang dan melemparkan granat ke Detasemen Rudal 001.
Versi GAM Tidak ada kontak senjata dalam peristiwa tersebut. Militer secara membabibuta melakukan penembakan kepada massa. Akibatnya, sebanyak 31 masyarakat tewas. Pelemparan granat itu dilakukan sendiri oleh militer untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari kasus Kreung Geukuh. Terbukti tidak ada kerusakan serius. [...]
Dalam tabel 4 di atas dapat diketahui adanya pertarungan wacana antara dua pihak yaitu TNI dan GAM. Masing-masing pihak mempunyai gambaran yang berbeda mengenai kasus yang terjadi di Kreung Geukuh dan Pulo Rungkem (Aceh). Gambaran mereka berbeda baik dari terjadinya konflik, penyebab, situasi, dan proses konflik, korban maupun pelaku. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4 dalam peristiwa di Pulo Rungkem menyebutkan bahwa menurut versi militer terjadi serangan dan pelemparan granat yang dilakukan oleh GAM secara membabi buta. Di sisi lain, versi GAM menyebutkan bahwa pelemparan granat dilakukan oleh pihak militer sendiri. Perbedaan-perbedaan tersebut memperlihatkan pertarungan wacana.
31
Berikut adalah contoh dari pertarungan wacana dalam bahasa Prancis mengenai pelarangan memakai cadar di ruang publik di Prancis2: (16) Tabel 5: Pertarungan Wacana Masalah Pemakaian Cadar Les Juristes (Para Ahli Hukum) Le législateur est seul compétent pour réglementer l'exercice d'une liberté publique, en l'occurrence le droit de se vêtir librement. (Legislatif memiliki yurisdiksi eksklusif untuk mengatur pelaksanaan kebebasan sipil, yaitu hak untuk berpakaian bebas.)
Les Universitaires (Para Akademisi) La liberté individuelle peut être limitée au nom du respect de la pudeur d'autrui. C'est à ce titre que le naturisme est interdit dans les rues. (Kebebasan individu dapat dibatasi atas nama menghormati kesopanan orang lain. Hal tersebut adalah naturisme yang tidak diperbolehkan di jalan-jalan.)
Dari tabel (5) dapat diketahui bahwa ada dua pendapat yang berbeda dari dua pihak, yaitu les juristes dan les universitaires mengenai pemakaian cadar di ruang publik. Menurut les juristes, pemakaian cadar merupakan une liberté publique, en l’occurence le droit de se vêtir librement (kebebasan sipil yaitu hak untuk berpakaian bebas). Di sisi lain, les universitaires berpendapat bahwa pemakaian cadar yang merupakan la liberté individuelle peut être limitée au nom du respect de la pudeur d'autrui (kebebasan individu tersebut dapat dibatasi untuk
menghormati kesopanan orang
lain).
Pendapat-pendapat
tersebut
merupakan pertarungan wacana untuk mempengaruhi cara pandang publik terhadap masalah tersebut. Masing-masing pihak berusaha agar pendapat mereka lebih diterima oleh publik.
2
sumber: http://www.lefigaro.fr/actualite-france/2010/01/25/01016-20100125ARTFIG00505burqa -les-juristes-conseillent-la-voie-legislative-.php?cmtpage=0#comments20100125ARTFIG00505
32
d. Kosakata: marginalisasi Pemilihan kata, kosakata, kalimat, atau klausa dalam penulisan pemberitaan oleh wartawan atau jurnalis dipandang bukan sebagai sesuatu yang netral tetapi membawa implikasi atau nilai ideologis tertentu. Ideologi yang tersirat pada suatu pemberitaan merupakan upaya untuk membentuk pendapat umum, meneguhkan, dan membenarkan pihak sendiri dan mengucilkan pihak lain. Hal ini dapat dilihat bagaimana mendeskripsikan partisipan dan bagaimana peristiwa digambarkan yang berpengaruh terhadap pemaknaan ketika diterima oleh khalayak. Misalnya pada berita mengenai pemerkosaan yang digambarkan pada tabel berikut dalam buku Eriyanto (2012: 150). (17) Tabel 6: Marginalisasi pada Tindakan Pemerkosaan Aktor (Korban) Gadis Seorang wanita Gadis kecil
Keterangan Aktor Peristiwa (Korban) Cantik Diperkosa Yang bekerja di Digagahi bar Yang masih Dinodai ingusan
Aktor (Pelaku) Pemuda Pemuda Pemuda
Keterangan Aktor (Pelaku) Pengangguran Yang sedang mabuk Dari keluarga broken home [...]
Pemakaian kosakata yang berbeda dalam memberitakan peristiwa pemerkosaan dapat dilihat pada tabel 6 di atas. Pemilihan kosakata baik dari korban (wanita), pelaku (pemuda) maupun dari peristiwa pemerkosaan yang dipakai bukan hanya persoalan teknis kebahasaan semata, tetapi sangat berkaitan dengan ideologi. Ideologi tersebut dapat dilihat dari bagaimana wartawan mempresentasikan pemuda dan wanita dalam teks. Dengan menyebut wanita “bekerja di bar”, secara tidak langsung wartawan mengasosiasikan wanita tersebut bukan wanita baik-baik sehingga tidak aneh jika diperkosa.
33
Pemakaian kosakata tersebut secara tidak langsung menyudutkan wanita sebagai korban pemerkosaan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya merginalisasi terhadap wanita sebagai korban. Berikut adalah contoh kosakata yang membuat marginalisasi yang diambil dari wacana berita mengenai pembunuhan3. (18) Tabel 7: Marginalisasi pada Tindakan Pembunuhan Aktor (Pelaku) Le mari (suami)
Keterangan (Pelaku)
Peristiwa
37 ans (37 tahun), Visiblement sous l’emprise de l’alcool et très excité (dengan jelas di bawah pengaruh alkohol dan sangat lupa diri)
Coups de couteau (menusuk dengan pisau)
Aktor (Korban) Son épouse (isterinya)
Keterangan (Korban) 40 ans (40 tahun)
Tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa wartawan memberi keterangan visiblement sous l’emprise de l’alcool et très excité pada pelaku. Keterangan tersebut mengasosiasikan bahwa peristiwa penusukan yang terjadi pada sang isteri disebabkan oleh suami yang tengah mabuk. Hal ini menyudutkan suami yang tidak bisa mengontrol emosi dan jiwanya. Oleh karena itu, keterangan di atas menunjukkan adanya marginalisasi terhadap le mari (suami). Pilihan kosakata dalam suatu wacana menandai secara sosial dan ideologis bidang pengalaman yang berbeda dari penulisnya. Perspektif pemberitaan dapat dilihat melalui pilihan kosakata berdasarkan nilai eksperiensial, nilai relasional, dan nilai ekspresif (Fairclough, 2001: 93-99).
3
sumber: http://www.bfmtv.com/societe/un-homme-garde-a-vue-meurtre-a-coups- couteauepouse-647172.html
34
1) Nilai Eksperiensial Nilai ekperiensial berkaitan dengan isi, pengetahuan dan keyakinan yang dibawakan dengan kata-kata tertentu dari pembuat teks (dalam hal ini wartawan). Terjadinya pilihan-pilihan kata yang beragam berdasarkan pengalaman wartawan. Pilihan kata tersebut dapat berupa kosakata atau sinonim atas kata-kata tersebut untuk mempresentasikan suatu realitas di dunia alam maupun di dunia sosial. Contoh : (19) Just 23 vital steps to success How to claim your heritage of constant, radiant health How to increase your vocabulary How to boost your powers of concentration How to develop your memory How to cultivate positive emotions How to develop an attractive voice and clear speech [...] (Twenty-Three Steps to Success and Achevement, R.Lumsden (1984) dalam Fairclough (2001: 95)) Hanya 23 langkah penting menuju sukses Bagaimana mempertahankan kesehatan Anda Bagaimana menambah kosakata Anda Bagaimana menajamkan kekuatan berkonsentrasi Anda. Bagaimana mengasah ingatan Anda Bagaimana menghasilkan emosi positif Bagaimana mengeluarkan suara yang menarik dan tutur yang jelas [...] Wacana di atas melibatkan banyak kata yang berdekatan dengan sinonim yaitu verba increase, boost, develop, cultivate. Daftar di atas tidak hanya sebuah kumpulan langkah menuju sukses. Namun, sebuah skema yang menggambarkan dimensi psikis dari seseorang yang tengah melakukan pengembangan diri antara lain: (kekuatan) berkonsentrasi, ingatan, emosi (positif), horison mental, (kuasa) berpikir, imajinasi. Dari skema tersebut dapat diketahui adanya pengetahuan
35
penulis dalam melakukan pengembangan diri seperti yang sudah tertera sehingga dapat mengungkapkan bagaimana menjadi orang yang sukses. Berikut contoh penggunaan nilai eksperiensial dalam bahasa Prancis. (20) A l'arrivée des policiers et des pompiers, l'enfant a été retrouvé inanimé, très grièvement blessé. (http://www.leparisien.fr/toulouse-31000/toulouse-un-pere-arreteapres-la-mort-de-son-fils-de-4-ans-25-11-2013-3348335.php) Setelah kedatangan polisi dan petugas pemadam kebakaran, anak itu ditemukan tak sadarkan diri, terluka parah. Penggunaan pilihan kata a été retrouvé inanimé, très grièvement blessé (ditemukan tak sadarkan diri, terluka parah) menunjukkan pengetahuan wartawan dalam memberitakan suatu peristiwa yang terjadi. Wartawan dapat memberitakan keadaan sang anak yang tak sadarkan diri dan terluka parah pastinya atas pengetahuannya di lapangan pada saat meliput berita tersebut. 2) Nilai Relasional Nilai relasional berkaitan dengan interaksi dan hubungan sosial. Sebuah tanda atau isyarat yang menunjukkan hubungan sosial yang dipresentasikan pada wacana. Hubungan tersebut dapat berupa hubungan antarpenguasa, penguasa dengan rakyat, ataupun hubungan antara pemimpin dengan bawahannya, dan sebagainya. Contoh : (21) Q : Mr.Ehrlichman, prior to the luncheon recess you stated that in your opinion, the entry into the Ellsberg psychiatrist’s office was legal because of national security reasons. I think that was your testimony? (New York Times, 1973: 512 dalam Fairclough (2001: 98)) Q : Tuan Eberlichman, menjelang istirahat makan siang Anda menyatakan dalam pendapat Anda bahwa memasuki kantor psikiatris Elliberg adalah tindakan legal karena alasan keamanan nasional. Saya kira itu adalah pembelaan Anda?
36
Fairclough (2001: 98) mengatakan bahwa struktur formal yang tergambar dalam percakapan tersebut membutuhkan formalitas yang terlihat dalam kosakatanya. Keformalitas tersebut bertujuan untuk menghormati status dan kedudukan partisipan. Oleh karena itu, pada penggalan percakapan tersebut terdapat nilai relasional. Berikut contoh penggunaan nilai relasional dalam bahasa Prancis. (22) Les policiers sont restés sur les lieux lundi jusqu'en fin de matinée, fouillant l'appartement du père au premier niveau de l'immeuble "l'Arbousier",.... (http://www.bfmtv.com/societe/toulouse-un-pere-arrete-apres-mortfils-4-ans-653686.html) Polisi tetap tinggal di TKP sampai menjelang tengah hari, menggeledah apartemen sang ayah di lantai 1 apartemen "l'Arbousier",.... Kalimat (22) di atas menunjukkan bahwa les policiers (polisi) lebih berkuasa dibandingkan dengan le père (sang ayah). Pihak kepolisian dapat memeriksa tempat kejadian perkara (TKP). Pilihan kata tersebut menunjukkan adanya nilai relasional yang menandakan hubungan sosial antarpartisipan. Sementara itu, terdapat pula kata fouillant (menggeledah) yang menunjukkan kekuasaan. Pilihan kata-kata tersebut secara langsung mencerminkan perspektif pemberitaan karena terlihat bahwa wartawan mendukung salah satu partisipan. 3) Nilai Ekspresif Nilai ekspresif berkaitan dengan pemilihan atau evaluasi tentang sesuatu atau peristiwa yang dicerminkan oleh kata tersebut. Fungsi ekspresif adalah untuk memberikan (mengungkapkan) gambaran, maksud, gagasan, dan perasaan. Perasaan sering dikaitkan dengan rasa yang dialami oleh hati. Rasa dalam hati menurut Suwadji, dkk (1995, 132-165) terdiri dari rasa marah, susah, takut,
37
senang atau gembira, kecewa, enak dalam hati, enggan, heran, kasih sayang, dan rasa frustasi. Rasa marah dapat ditunjukkan dengan leksem marah, marah sekali, sirik hati, mendongkol, jengkel, marah dalam hati. Rasa susah dapat berupa leksem susah, susah sekali, sedih, bingung, menyadari kemalangannya, selalu bersedih. Rasa takut terdiri dari leksem takut, agak takut, khawatir, jera, gamang, malu, enggan. Rasa senang atau gembira ditunjukkan dengan leksem senang, gembira, puas, lega, bangga, girang hati. Rasa kecewa meliputi leksem kecewa, menyesal. Rasa enak dalam hati dapat berupa leksem tenteram, tidak merasa takut dan khawatir, tidak mempunyai perasaan sedih, tenang, tidak gelisah, kerasan. Rasa enggan ditunjukkan dengan leksem enggan, tidak sudi, segan, tidak bernafsu, malas. Rasa heran meliputi leksem heran dan heran sekali. Rasa kasih sayang dapat ditunjukkan dengan leksem cinta, kasih, sayang, senang (kepada). Rasa frustasi terdiri dari leksem putus asa, frustasi, hilang semangatnya, berserah, tidak bersemangat lagi. Berikut adalah contoh penggunaan nilai ekspresif: (23)
LEFT .... AFTER A FASHION Fashion is propaganda in clothing-it tells you about who people are, what they want to be and their politics. The fashion industry is in constant flux, pumping out new images: street fashions meet haut couture-offspring-high street fashion. With personal politics and style high on the left’s political agenda should fashion consciousness be part of political consciousness, or is it just an excuse for consumerism? What’s radical about a radical look? Left Unlimited is proud to present the first ever left fashion show. They very latest designers from college will present their work, followed by some of the old favourites.: Ken Living stone’s flares and Safari jacket; the trot skyite flat top; the workerist donkey jacket and badges; ageing Marxism Today, Euro-chic, and much more.[...] (Left Unlimited, 1986 dalam Fairclough (2001: 99))
38
SAYAP KIRI.... TENTANG SEBUAH MODE “Mode merupakan propaganda dalam berpakaian. Mode mencerminkan siapa orang-orang itu, ingin menjadi apa mereka dan politiknya. Industri mode berada dalam perubahan terus menerus yang konstan, menghadirkan citra baru: dari mode jalanan hasil modiste-beranak cucu menjadi-mode kelas atas. Dengan adanya politik personal dan gaya berkelas pada agenda politik sayap kiri akankah kesadaran bermode menjadi bagian dari kesadaran berpolitik, atau itu hanya alasan demi konsumerisme? Apa yang salah dengan penampilan yang radikal? Sayap kiri yang tidak terbatas (Left Unlimited) dengan bangga mempersembahkan pertunjukkan mode yang pertama bagi sayap kiri. Perancang-perancang baru dari sekolah mode akan menampilkan karyanya dengan mengikutsertakan favorit lama: jaket tahan api Ken Living stone dan jaket safari; jaket pekerja, dan lencana; dimuat dalam Marxism Today, Eurochic, dan banyak lagi. [...]” Wacana (23) di atas memperlihatkan bahwa penulis memberikan evaluasi dengan cara menggambarkan mode masa kini. Penulis menggunakan kosakata yang mengandung persuasif dalam penggambaran kesadaran bermode. Kata proud (bangga) yang dipakai oleh penulis untuk menunjukkan sebuah nilai rasa senang terhadap mode yang ditunjukkan oleh sayap kiri (Left Unlimited). Berikut contoh penggunaan nilai ekspresif dalam bahasa Prancis. (24) Plusieurs voisins, alarmés par les cris de l'enfant alors que son père n'était pas encore passé à l'acte, ont alerté les policiers. (http://www.bfmtv.com/societe/toulouse-un-pere-arrete-apres-mortfils-4-ans-653686.html) Beberapa tetangga memberitahu polisi karena merasa khawatir dengan teriakan sang anak yang ayahnya belum datang menghampirinya. Nilai ekspresif ditunjukkan dari pemilihan kata alarmés (khawatir) dalam pemberitaan (24) di atas. Kata tersebut menunjukkan adanya rasa takut dari para tetangga di sekitar tempat kejadian. Hal ini menunjukkan nilai ekspresif yang lebih kepada nilai rasa.
39
Fairclough (2001: 94) telah menyimpulkan, nilai-nilai aspek formal dalam perspektif pemberitaan ke dalam tabel berikut: Tabel 8: Aspek-Aspek Formal: Nilai-Nilai Eksperiensial, Relasional, Ekspersif. Dimensi makna Isi Hubungan Subyek
Nilai-nilai Eksperiensial Relasional Ekspresif
Efek-efek struktural Pengetahuan/keyakinan Hubungan sosial Identitas sosial
2. Modalitas Menurut Alwi (2001: 751) modalitas merupakan cara pembicara menyatakan sikap terhadap suatu situasi dalam suatu komunikasi pribadi. Di samping itu, Fowler (1979: 85) juga berpendapat bahwa modalitas dapat diartikan sebagai komentar atau sikap yang berasal dari teks, baik secara eksplisit atau implisit yang diberikan oleh penulis. Dari pengertian tersebut dapat dilihat bahwa penulis dapat memasukkan komentar atau opininya ke dalam tulisannya. Oleh karena itu, pemilihan modalitas dapat mengarah pada suatu perspektif. Modalitas berbeda dengan modus. Modus merupakan kategori gramatikal sedangkan modalitas termasuk kategori semantis. Namun, konsep-konsep semantis pada modalitas dapat diwujudkan melalui modus. Modalitas dalam bahasa Prancis menurut Gosselin (2010: 309-370) terdiri dari modalitas aletik, epistemik, apresiatif, aksiologik, bulik, dan modalitas deontik.
40
a. Modalitas Aletik (La Modalité Aléthique) Modalitas aletik berkaitan dengan kebenaran objektif. Dapat diartikan bahwa modalitas aletik pada dasarnya dimaksudkan untuk menandakan suatu penilaian deskriptif (dimana fakta sudah ada sebelumnya dan memiliki penjelasan atasnya), yang mengacu pada realitas. Modalitas ini juga menyatakan suatu pernyataan mengenai suatu kemungkinan (possibilité) atau ketidakmungkinan (impossibilité), sesuatu yang akan terjadi (nécessité) maupun kapasitas (capacité). Modalitas
ini
ditandai
dengan
konstruksi
probable/heureux/souhaitable/nécessaire
que...,
impersonel kata
seperti
keterangan
il
est
seperti
nécessairement tous, quantificateurs seperti certains, aucun. Selain itu, modalitas aletik juga dapat diungkapkan melalui kosakata table, inoxydable, nécessité, possibilité, capacité, sporadicité, dan sebagainya. Contoh : (25) L'autopsie de la victime sera effectuée mercredi à l'Institut médicolégal de Montpellier afin, a ajouté le parquet de Narbonne, de "préciser les circonstances du décès du jeune homme". (http://www.bfmtv.com/societe/un-pere-tue-fils-23-ans-jouaitlordinateur-759891.html) Otopsi korban akan dilaksanakan pada hari Rabu di l'Institut médico-légal di Montpellier untuk menjelaskan penyebab kematian pemuda itu, tambah jaksa. Satuan lingual sera effectuée berasal dari konjugasi effectuer pada kala le futur passif. Sera merupakan bentuk kala le futur dari être , digunakan untuk menyatakan sebuah tindakan yang akan dilakukan. Di sisi lain, effectuée berbentuk participe passé mempunyai makna faire (Robert, 1993: 809) yang berarti melakukan. Oleh karena itu, sera effectuée digunakan wartawan untuk menunjukkan suatu kemungkinan atas tindakan
yang dilakukan untuk
41
menjelaskan kematian korban. Jadi, sera effectuée dalam kalimat (25) termasuk ke dalam modalitas aletik. b. Modalitas Epistemik (La Modalité Épistémique) Modalitas epistemik menggambarkan suatu kebenaran subjektif. Modalitas ini juga pada dasarnya berupa penilaian deskriptif yang tidak mengacu pada realita di luar subjek yang melihatnya tetapi mengacu pada evaluasi subjektif dari suatu realita. Melalui modalitas epistemik, penutur dapat mengungkapkan suatu kepercayaan (croyance), kepastian (certitude), keraguan (doute), dan pengetahuan (savoir) terhadap realitas yang dimaksud. Dalam bahasa Prancis, modalitas epistemik dapat dipaparkan dengan penggunaan coverbes modaux seperti devoir dan pouvoir (dalam konteks epistemik) atau juga dengan penggunaan kata keterangan seperti probablement, sûrement, certainement, peut-être. Selain itu juga sering ditandai dengan éspérer, craindre, regretter, sembler, délibérément, exprès, décider de, se résigner à.., perifrasa verba être censé, tenter de..., dan penggunaan metapredikat seperti je croyais que, Pierre sait que, il doute que dan konstruksi impersonal seperti il est vraisembable/probable/douteux que, il (me) semble que, dan sebagainya. Contoh : (26) Le père, qui selon ce voisin vivait dans cette résidence depuis au moins deux ans, semblait “normal” et n’était pas asocial. (http://www.leparisien.fr/toulouse-31000/toulouse-un-pere-arreteapres-la-mort-de-son-fils-de-4-ans-25-11-2013-3348335.php) Menurut tetangga, ayahnya terlihat normal dan tidak asosial selama tinggal di rumah itu kurang lebih dua tahun. Satuan lingual semblait menjadi penanda modalitas epistemik. Semblait berasal dari konjugasi sembler pada kala l’imparfait. Sembler yang mempunyai makna avoir l’air (Robert, 1993: 2.317) yang berarti kelihatan seperti. Sembler
42
menunjukkan adanya kesan atau pandangan dari tetangga (le voisin) atas sikap dari sang ayah yang terlihat normal. Selain itu, kata selon (Robert, 1976: 1.631) yang bermakna d’après (menurut) juga menunjukkan suatu subjektivitas. Oleh karena itu, semblait dan selon dalam kalimat (26) termasuk ke dalam modalitas epistemik. c. Modalitas Apresiatif (La modalité Apréciative) Modalitas apresiatif berkaitan dengan penilaian subjektif berupa kesenangan (plaisir), kebahagiaan (bonheur), dan ketidakbahagiaan (malheur). Modalitas tersebut dapat dipaparkan dengan penggunaan verba apprécier, détester, raffoler de dan konstruksi adjectival seperti bon, agrèable, desagrèable, mauvais, bon/mouvais pour... Selain itu, dapat melalui kosakata seperti utile, salutaire, néfaiste, indispensable, savoureux, juste, immoral, coupable, plaisir, souffrance, bonheur, se promener, s’amuser, divertissant, fête, cadeau, ennui; kata sifat seperti généreux, réussir à/échouer à risquer de..., adverb appréciatif seperti heureusement, malhereusement, dommage (que); locutions prépositives seperti par chance, par malheur; interjeksi seperti ouf!, chouette!, hélas!, zut!, selain itu se rejouir que/de, regretter que/de, se féliciter que/de, être déçu que/de, être heureux/satisfait que/de, il est heureux/regrettable que, dan sebagainya. Contoh : (27) Selon les gendarmes, des membres de leurs familles respectives inquiets de ne pas les voir au travail lundi matin. (http://www.bfmtv.com/societe/trois-jeunes-morts-un-accident-routedecouverts-famille-755127.html) Menurut keterangan polisi, para anggota keluarga merasa cemas tidak melihatnya di tempat kerjanya pada hari Senin pagi.
43
Satuan lingual inquiets menjadi pananda modalitas apresiatif. Hal tersebut ditunjukkan dengan makna dari inquiets yaitu qui ne peut trouver le repos, la tranquillité (Robert, 1993: 1.323) yang berarti “yang tidak dapat menemukan ketenangan”. Dari makna tersebut menunjukkan sebuah penilaian subjektif yang mengandung sebuah ketidakbahagiaan (malheur) dari para anggota keluarga korban. Selain itu, kata selon (Robert, 1976: 1.631) yang bermakna d’après (menurut) juga menunjukkan sudut pandang subjektif. Oleh karena itu, inquiets dan selon termasuk ke dalam modalitas apresiatif. d. Modalitas Aksiologik (La Modalité Axiologique) Modalitas aksiologik berkaitan dengan konvensi sosial yang dapat berupa nilai moral, ideologi, agama, hukum, dan lain-lain yang berorientasi pada tindakan seperti perilaku terpuji atau tak terpuji bahkan situasi yang dikendalikan oleh seseorang. Modalitas aksiologik dapat dipaparkan dengan périphrases verbales seperti avoir le courage de.., avoir le culot de..., kostruksi impersonnal seperti il est juste que/de.... Selain itu, dapat berupa kosakata seperti le bien, le mal, louable, courageux, lâche, généreux, récompense, punir, punition,dan lain-lain. Contoh: (28) C'est une punition un peu spéciale dont a été victime le petit Lucas. (http://www.bfmtv.com/societe/un-eleve-cm1-victime-dune-punitionhumiliante-547148.html) Ini adalah hukuman sedikit khusus yang diderita oleh Lucas kecil. Satuan lingual une punition menjadi pananda modalitas aksiologik. Hal tersebut ditunjukkan dengan makna dari punition yaitu action de punir (Robert, 1993: 1.425) yang berarti “tindakan untuk menghukum”. Kata une punition
44
tersebut menunjukkan sanksi hukum atas tindakan yang dilakukan oleh Lucas. Oleh karena itu, une punition termasuk ke dalam modalitas aksiologik. e. Modalitas Bulik (La Modalité Bulique) Modalitas bulik digunakan untuk mengekspresikan keinginan (volonté), kemauan (désir), pengharapan (souhait), dan kebencian (aversion). Modalitas bulik dapat dipaparkan melalui verba désirer, souhaiter, volonter, coverbes seperti essayer de, périphrases verbales seperti renoncer à, kata keterangan être tenté de, je veux que, je demande que, actions typiquement intentionnelles se promener, lire un livre, dan lain-lain. Contoh: (29) Abdelhakim Dekhar, un homme en colère. (http://www.bfmtv.com/societe/portrait-abdelhakim-dekhar-unhomme-colere-651270.html) Abdelhakim Dekhar, pria yang sedang marah. Satuan lingual en colère menjadi pananda modalitas bulik. Hal tersebut ditunjukkan dengan makna dari en colère yaitu se fâcher (Robert, 1993: 452) yang berarti “menjadi marah”. Kata en colère menunjukkan sebuah kebencian (aversion) dari Abdelhakim Dekhar. Oleh karena itu, en colère termasuk ke dalam modalitas bulik. f. Modalitas Deontik (La Modalité Déonthique) Modalitas deontik disebut juga dengan modalitas izin karena dibentuk oleh perihal yang berkenaan dengan keharusan (obligation), larangan (interdiction), dan perizinan (permission). Modalitas deontik „izin‟ dapat diungkapkan melalui coverbes modaux seperti devoir dan pouvoir, périphrases verbales seperti être dans l’obligation de, avoir le droit de, kostruksi impersonal seperti il est obligatoire/permis
que,
verbes
illocutoires
directifs
seperti
je
vous
45
permets/interdis de, kosakata berupa consigne, droit, obligation, interdire, dan lain-lain. Contoh: (30) Pour Valls, les Roms doivent rester dans leur pays.4 Bagi Valls, Roma harus tinggal di negara mereka. Satuan lingual doivent menjadi pananda modalitas bulik. Hal tersebut ditunjukkan dengan makna dari doivent yang berasal dari verba devoir. Devoir mempunyai makna être dans l’obligation de (faire quelque chose) (Robert, 1993: 711) yang berarti dipaksa untuk melakukan sesuatu. Dari makna tersebut dapat diketahui bahwa adanya suatu keharusan (obligation) yang dilakukan oleh bangsa Roma. Oleh karena itu, doivent termasuk ke dalam modalitas bulik. F. BFM TV BFM TV adalah saluran televisi swasta di Prancis yang merupakan anak perusahaan NextRadioTV, secara resmi diluncurkan pada tanggal 28 November 2005. BFM TV menayangkan berbagai macam informasi sepanjang harinya yang secara aktual. i>Télé, anak perusahaan dari Chanel+ yang terlebih dahulu diluncurkan pada tanggal 4 November 1999 menjadi saingan utama dari BFM TV. Kedua televisi tersebut mempunyai kesamaan misi yaitu menghadirkan informasi kepada khalayak umum. Namun, berdasarkan hasil riset jumlah penonton terhadap BFM TV dan i>Télé yang diberikan oleh l’Institut Médiamétrie, sebuah perusahaan riset pemasaran, akhirnya pada tahun 2008 menetapkan BFM TV menjadi saluran informasi pertama di Prancis. Apresiasi tersebut menginspirasi BFM TV untuk mengganti slogannya dari tahun 2005-2007 dengan « La nouvelle
4
Sumber: http://video-streaming.orange.fr/actu-politique/zapping-de-13h-de-bfmtv-24-09-pourvalls-les-roms-doivent-rester-dans-leur-pays-deuil-national-au-kenya-ask-fm-preoccupeVID00000018asD.html
46
chaîne de l'info », kemudian 2007-2010 berganti « Priorité au direct », dan yang terakhir pada tahun 2011 berganti menjadi « Première chaîne d'info de France» Televisi swasta ini juga mengemas informasi atau berita dalam situsnya, yakni www.bfmtv.com yang menyajikan berita politique, société, international, economie, sport (politik, sosial, berita internasional, ekonomi, olahraga), dan lainlain. Berikut ini adalah gambar tampilan bfmtv.com pada halaman depan (gambar 1).
Gambar 1: Tampilan Halaman Depan pada bfmtv.com
G. Penelitian yang Relevan Ajeng Udayani (2011) telah melakukan penelitian yang membahas tentang analisis wacana kritis dengan judul “Analisis Wacana Kritis Berita Hukum dan Kriminal pada Situs Metrotvnews”. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mendeskripsikan perspektif berita kriminal dan hukum; (2) mendeskripsikan bentuk ekspresi bahasa wacana berita hukum dan kriminal pada situs
47
Metrotvnews yang meliputi pemakaian kosakata, modalitas, dan metafora. Dari penelitian yang dilakukan Udayani tersebut ditemukan bahwa dalam wacana berita hukum dan kriminal pada situs Metrotvnews memiliki perspektif yang meliputi perspektif pro masyarakat, perspektif pro pemerintah, perspektif netral, dan perspektif pro yang lain. Namun, kecenderungan pemberitaan dalam situs Metrotvnews lebih banyak mengarah kepada perspektif pro masyarakat dan netral. Hal ini menunjukkan bahwa pers mendukung salah satu pihak, tetapi seharusnya pers bersikap netral dalam memberitakan suatu peristiwa. Selain itu, Udayani menemukan beberapa ekspresi bahasa pada wacana berita dalam situs yang ia teliti yaitu kosakata, modalitas, dan metafora yang digunakan untuk mewakili pandangan, nilai-nilai, ide, dan keyakinan wartawan pada situs metrotvnews yang dapat menentukan perspektif pemberitaan. Selain itu, penelitian yang dilakukan Suroso, M.Pd. yang berjudul Bahasa Perspektif Jurnalistik Perspektif Berita Utama Politik Surat Kabar Indonesia pada Awal Era Reformasi (1999), bertujuan untuk mendeskripsikan ihwal pemberitaan surak kabar Indonesia pada awal era reformasi dan bentuk manifestasinya dalam bahasa, yaitu (1) jenis perspektif pemberitaannya, (2) manifestasi perspektif pemberitaan di dalam strategi penyajian informasi dalam teks berita surat kabar pada awal era reformasi, (3) manifestasi perspektif pemberitaan di dalam bentukbentuk ekspresi bahasa dalam teks berita surat kabar pada awal era reformasi. Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa perspektif pemberitaan surat kabar Indonesia pada awal era reformasi adalah (a) perspektif pro masyarakat, (b)
48
perspektif pro pemerintah, (c) perspektif netral, (d) perspektif pro yang lain. Surat kabar Suara Pembaruan dan Kompas menggunakan perspektif pro masyarakat dan netral karena secara institusi tidak berhubungan dengan pemerintah. Sementara surat kabar Republika dan Media Indonesia menggunakan perspektif pro masyarakat, pro pemerintah, netral, dan pro yang lain, karena memiliki hubungan ideologis dan budaya pemerintah BJ.Habibie. Di samping itu, ditemukan manifestasi perspektif pemberitaan surat kabar Indonesia yang diklasifikasikan ke dalam dua hal yaitu wujud strategi penyajian informasi yang berupa judul berita, tema berita, struktur tema berita, dan penahapan berita; dan wujud bentuk-bentuk ekspresi bahasa yang meliputi kosakata, metafora, modalitas,
struktur
informasi,
struktur
nominalisasi,
tindak
tutur,
dan
ketransitifan. Penelitian ini juga akan meneliti mengenai perspektif pemberitaan yang merupakan teori dari hasil penelitian Suroso (2002) dan bentuk ekspresi bahasa pada suatu berita. Adapun perbedaan dengan penelitian yang relevan di atas yaitu pada fokus penelitiannya. Bentuk ekspresi bahasa pada penelitian yang dilakukan oleh Udayani terfokus pada kosakata, modalitas, dan metafora dalam bahasa Indonesia untuk mewakili pandangan, nilai-nilai, ide, dan keyakinan wartawan. Sedangkan penelitian ini terfokus pada bentuk ekspresi bahasa yang meliputi kosakata dan modalitas dalam bahasa Prancis saja. Penelitian Udayani dilakukan terhadap situs metrotvnews yang berbahasa Indonesia. Sedangkan penelitian ini dilakukan terhadap situs www.bfmtv.com dalam bahasa Prancis.