BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Bermain di air menjadi kegiatan yang sangat menyenangkan, tidak hanya
untuk anak-anak, bahkan orang dewasa pun menyukainya. Tempat tujuan utama yang sering dikunjungi dalam wisata air adalah pemandian air panas dan kolam renang, karena biaya yang dikeluarkan untuk wisata ini tidak terlalu mahal. Masyarakat umum menganggap berenang merupakan cara baik untuk meningkatkan dan menjaga kebugaran tubuh (Abdou, et al. 2005). Beberapa kelebihan tersebut mempunyai kekurangan yang mungkin tidak banyak orang mengetahuinya, berbagai penularan penyakit melalui media air serta banyaknya mikroorganisme dan bakteri yang berkembang di dalam air dapat mengganggu kesehatan. Kenyataan yang ada saat ini kualitas air belum memenuhi syarat karena masih mengandung bakteri patogen (Effendi, 2004). Permasalahan itu semua dapat diselesaikan dengan pemberian desinfektan pada air kolam tersebut, tetapi hal ini harus sangat diperhatikan dalam proses penggunaannya. Proses ini biasa disebut dengan klorinasi, karena menggunakan klorin sebagai bahan utama desinfektan. Residu klorin kolam renang adalah jumlah klorin yang tersedia setelah kontak langsung dengan air kolam. Klorin dimasukan kedalam air kolam kemudian bereaksi menjadi desinfektan untuk membunuh mikroorganisme yang berpotensi menyebarkan penyakit dan juga sebagai penjernih air kolam (Swiener, et al. 2007). Klorin merupakan senyawa kimia yang bersifat bakterisidal dan germisidal yang fungsinya dapat mengoksidasi besi, mangan dan hidrogen (Chandra, 2006). Klorin juga bisa mengontrol perkembangan alga dan organisme pembentuk lumut yang dapat mengubah bau dan rasa pada air, serta dapat membantu proses koagulasi
1
2
benda-benda yang berukuran kecil dan terapung pada air. Klorin di dalam air akan berubah menjadi asam klorida. Zat ini kemudian dinetralisasi oleh sifat basa dari air sehingga akan terurai menjadi ion hidrogen dan ion hipoklorit. Klorin sebagai desinfektan terutama bekerja dalam bentuk asam hipoklorit (HOCl) dan sebagian kecil dalam bentuk ion hipoklorit (OCl-). Klorin bekerja dengan efektif sebagai desinfektan ketika berada pada pH air sekitar 7, jika pH air lebih dari 8,5 maka 90% ion hipoklorin akan terionisasi sehingga daya desinfektan klorin akan menurun dan kurang efektif (Chandra, 2006). Menurut Chandra (2006), margin of safety atau batas aman sisa klorin bebas sebesar 0,2 mg/L di dalam air . Smentara itu sisa klorin terikat harus serendah mungkin, WHO mensyaratkan sebaiknya kurang dari 0,2 mg/L. Penggantian air kolam renang juga sangat penting, untuk kolam renang rekreasi umumnya diganti dalam periode waktu tertentu. Setelah air tampak kotor
kemudian dikuras dan
diganti dengan air yang baru dan bersih. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk perenang saat sebelum dan sesudah berenang adalah membilas tubuh menggunakan air bersih yang belum terklorinasi, supaya tidak menambah mikroorganisme dari perenang ke dalam air kolam. APD yang digunakan sebaiknya kaca mata renang, bentuk serta ukuran yang pas di mata membantu mencegah air masuk dan berkontak langsung dengan mata. Penggunaan klorin ini dapat menimbulkan resiko gangguan kesehatan pada mata perenang, yaitu iritasi mata. Iritasi mata adalah gangguan yang disebabkan oleh respon terhadap zat-zat lingkungan, mulai dari padat, gas, cair dan kimia (Willms, Schneiderman & Algranati, 2005). Saat mata mengalami iritasi yang terjadi adalah perubahan pada organ mata seperti warna sklera, konjungtiva pada kelopak mata bawah pucat, sedikit edema dan berlendir. Keadaan ini biasanya disertai dengan keluhan rasa gatal dan sering
3
dihubungkan pada hidung yang berair, bersin juga peningkatan lakrimasi ringan sampai sedang (Willms, Schneiderman & Algranati, 2005). Mata yang merah setelah berenang umumnya akibat dari paparan mikroorganisme, benda asing dan zat kimia yang ada dalam air kolam renang. Penggunaan klorin dalam air tidak berbahaya bagi manusia, tetapi akan berbahaya bila penggunaannya tidak sesuai aturan (Efendi, 2004). Menurut (WHO, 2000) kontak langsung bahan kimia dengan mata dapat mengakibatkan kerusakan pada mata mulai dari tipe tidak nyamanan ringan dan sementara sampai kerusakan permanen pada mata. Menurut penelitian (Cita & Adriyani, 2009) yang dilakukan di Jawa Timur, melaporkan bahwa rata-rata sisa klorin yang ada tidak memenuhi syarat, menyebabkan banyak keluhan dari pengguna kolam renang tentang iritasi mata dan kulit di kolam renang Tirta Krida dan GOR Sendang Delta Sidoarjo. Secara kimia sisa klorin yang dianjurkan 0,2 mg/L sampai 0,5 mg/L. Menurut penelitian lainnya (Permana & Suryani, 2013) keluhan iritasai mata dan kulit akibat sisa klorin yang di alami pengunjung hotel bintang 3 dan 4 di kota Yogyakarta, dimana 58,3% mengalami keluhan iritasi kulit dan mata setelah berenang atau sebanyak 28 orang dari total sampel hampir setengahnya mengalami iritasi. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada 4 kolam renang di Kota Malang, yaitu kolam renang Sengkaling, Dieng, Gajahyana dan Tlogomas. Pengurasan kolam renang dilakukan satu sampai dua minggu sekali, serta pemberian klorin sebagai desinfektan di sebagian kolam renang menggunakan takaran perkiraan oleh pengelola. Dari 18 sampel perenang diperoleh hasil 15 perenang mengalami gangguan seperti mata sedikit kemerah, gatal, perih, dan bengkak setelah berenang, dan 3 perenang tidak mengalami keluhan.
4
Berdasarkan penjelasan diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh residu klorin kolam renang terhadap tertjadinya iritasi mata pada perenang di kota Malang. Untuk mengembangkan pengetahuan bagi perenang dan juga pengelola kolam renang, sehingga kita dapat melakukan rekreasi serta ber olah raga di kolam renang dengan perasaan yang aman dan nyaman.
1.2. Rumusan masalah Adakah pengaruh residu klorin kolam renang terhadap terjadinya iritasi mata pada perenang di Kota Malang.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1.
Tujuan Umum Menganalisis pengaruh residu klorin kolam renang terhadap terjadinya iritasi
mata pada perenang di Kota Malang. 1.3.2.
Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin dan lama berenang 2. Mengidentifikasi kadar residu klorin kolam renang di Kota Malang 3.
Mengidentifikasi kejadian iritasi mata pada perenang di kolam renang Kota Malang.
4.
Menganalisis pengaruh residu klorin terhadap terjadinya iritasi mata di kolam renang Kota Malang.
5
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi peneliti Menambah pengetahuan tentang sifat klorin dan pengaruhnya terhadap iritasi mata pada perenang. 1.4.2. Bagi pengelola kolam renang Sebagai masukan pada pengelola kolam renang tentang penggunaan klorin sebagai desinfektan yang benar serta penggunaan APD seperti masker dan sarung tangan untuk melindungi kesehatan keselamatan kerja karyawan saat pemberian klorin. 1.4.3. Bagi responden atau perenang Sebagai informasi pada perenang tentang pengaruh residu klorin terhadap iritasi mata. 1.4.4. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat dimanfaatkan oleh peneliti selanjutnya yang ingin mengembangkan penelitian tentang pengaruh residu klolrin kolam renang. 1.4.5. Bagi dunia keperawatan Untuk mengembangkan ilmu keperawatan komunitas, yaitu dalam komunitas rekreasi, juga sebagai edukasi kesehatan terhadap perenang dan pengelola kolam renang dalam mencegah terjadinya iritasi mata pada perenang.
6
1.5. Keaslian penelitian Penelitian tentang Pengaruh Residu Klorin Kolam Renang Terhadap Terjadinya Iritasi Mata Pada Perenang di Kota Malang , belum pernah diteliti sebelumnya, adapun penelitian yang telah dilakukan terkait dengan penelitian ini antara lain : 1.
Ika Nining Setyawati (2004), yaitu “Pengaruh Jumlah Pemakai Kolam Renang Terhadap Kadar Sisa Khlor di Kolam Renang Umbang Tirta di Kota Madya Yogyakarta” dengan metode survei dan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah air kolam renang dengan jumlah sampel 12 di mana jumlah keseluruhan titik pengambilan sampel sebanyak 72 titik. Data hasil penelitian dianalisa menggunakan uji korelasi Product Momentdan analisa regresi. Hasil perhitungan korelasi diperoleh nilai r sebesar 0,864 pada taraf signifikasi 0,05 dan dari hasil perhitungan regresi didapat Y=0,072+2,991.10-4X. hasil pengujian hipotesa dengan uji korelasi diperoleh harga r hitung lebih besar dari r tabel sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah pemakai kolam renang dengan kadar sisa khlor air kolam renang. Dari harga r diperoleh koefisiensi determinasi sebesar 0,75 yang berarti bahwa variabel kadar sisa khlor 75 % dipengaruhi jumlah pemakai kolam renang dan 25% dipengaruhi faktor lain, yaitu antara lain : sinar matahari, waktu kontak, suhu air, pH, mikroorganisme dan jumlah khlor aktif yang ada. Perbedaan penelitian saya dengan penelitian diatas adalah dari variabel penelitian
yang digunakan, pada penelitian saya variabel bebasnya residu klorin, sedangkan variabel terikatnya adalah iritasi mata. Tetapi penelitian keduanya sama-sama menganalisis jumlah residu klorin pada kolam renang.
7
2.
Tedy Permana dan Dyah Suryani (2013), yaitu “Hubungan Sisa Klor Dengan Keluhan Iritasi Kulit dan Mata Pada Pemakai Kolam Renang Hotel di Wilayah Kota Yogyakarta” Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
menggunakan
rancangan
cross
sectional.
Sampling
penelitian
menggunakan systematic random sampling dan terdiri dari 48 responden. Alatalat penelitian yang digunakan adalah kuesioner dan tes laboratorium. Analisis data menggunakan univariat dan analisis bivariat dengan uji Chi Square statistik (X2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 28 responden (58,3%) memiliki keluhan dan 20 responden (41,7%) tidak memiliki keluhan. Dari 6 sampel air kolam yang diambil, 4 sampel (66,7%) tidak memenuhi syarat dan 2 sampel (33,3%) yang memenuhi syarat. analisis bivariat menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara residu klorin dengan keluhan kulit dan mata iritasi pengguna kolam renang di hotel Yogyakarta (p = 0,038) lebih kecil dari alpha (α = 0,05), RP = 1,83. Perbedaan penelitian saya dengan penelitian diatas yaitu dari populasi dan kriteria sampel nya. Penelitian ini menggunakan kolam renang umum dan sampel yang diambil yaitu perenang yang tidak menggunakan kaca mata renang, sedangkan penelitian diatas menggunakan kolam renang pada hotel dan sampel yang diambil secara acak, tetapi keduanya sama-sama meganalisis jumlah residu klorin pada kolam renang.