BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Imunitas merupakan suatu mekanisme untuk mengenal suatu zat atau bahan yang dianggap sebagai benda asing terhadap dirinya, selanjutnya tubuh akan mengadakan tanggapan (respon imun) dengan berbagai cara, seperti netralisasi atau melenyapkan, dengan akibat tidak selalu menguntungkan bagi tubuh yaitu terjadinya kerusakan jaringan tubuh sendiri (Subowo, 2009). Respon imun adalah respon tubuh berupa satu urutan kejadian yang kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Respon imun ini dapat melibatkan berbagai macam sel dan protein, terutama sel makrofag, sel limfosit, komplemen, dan sitokin yang saling berinteraksi secara kompleks. Mekanisme pertahanan tubuh terdiri atas mekanisme pertahanan non spesifik dan mekanisme pertahanan spesifik (Akip, dkk., 2010). Respon imun non spesifik (innate immunity) merupakan imunitas alamiah yang telah ada sejak lahir. Imunitas ini tidak ditujukan hanya untuk satu jenis antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen, jadi bukan merupakan pertahanan khusus untuk antigen tertentu. Respon imun spesifik merupakan mekanisme pertahanan yang ditujukan khusus terhadap satu jenis antigen, karena itu tidak dapat berperan terhadap antigen jenis lain. Imun spesifik mampu mengenali kembali antigen yang pernah dijumpainya (memiliki memory), sehingga paparan berikutnya akan meningkatkan efektifitas mekanisme pertahanan tubuh (Kresno, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Pada beberapa kondisi, salah satu efek samping imunitas yang penting adalah timbulnya alergi atau hipersensitivitas imun lainnya. Ada beberapa tipe alergi dan hipersensitivitas lainnya, beberapa diantaranya hanya terjadi pada orang yang mempunyai kecenderungan alergi yang spesifik (Hall, 2007). Bila suatu alergen spesifik disuntikkan secara langsung ke dalam sirkulasi, maka alergen tersebut dapat bereaksi dengan basofil dalam darah dan mastosit pada jaringan yang terletak di luar pembuluh darah kecil, jika basofil dan mastosit tersebut telah disensititasi oleh pelekatan reagin IgE. Oleh karena itu terjadilah reaksi alergi yang luas di seluruh pembuluh darah dan jaringan yang berkaitan erat. Hal ini disebut anafilaksis. Basofil dan mastosit yang teraktivasi juga melepaskan suatu campuran leukotrien substansi anafilaksis bereaksi-lambat. Leukotrien-leukotrien dapat menyebabkan spasme otot polos bronkiolus, sehingga menimbulkan serangan seperti asma dan kadang-kadang menimbulkan kematian akibat mati lemas (Hall, 2007). Mastosit berisi simpanan histamin tubuh dan terdapat pada hampir seluruh jaringan. Dalam mastosit, histamin berikatan dengan heparin pada granula sitoplasma. Secara normal pelepasan histamin melibatkan influks ion Ca2+, permebilitas membran sel terhadap ion Ca 2+ berkurang ketika kadar adenosin monofosfat siklik (cAMP) intraseluler meningkat, obat-obat yang menstimulasi sintesis cAMP (agonis adrenoseptor β 2) mengurangi pelepasan histamin (Neal, 2006). Menurut Kaliappan dan Viswanathan (2008) dan Mangathayaru (2008), daun bangun-bangun merupakan tanaman daerah tropis yang daunnya memiliki aroma tertentu sehingga dikenal sebagai tanaman aromatik. Tanaman ini
Universitas Sumatera Utara
banyak ditemukan di India dan Ceylon dan Afrika Selatan, memiliki bunga yang bentuknya tajam dan mengandung minyak atsiri sehingga disebut juga Coleus aromaticus. Daun tanaman ini juga telah dibuktikan sebagai antiinflamasi karena bekerja menghambat respon inflamasi yang diinduksi oleh siklooksigenase, juga terbukti sebagai anti kanker dan anti tumor (Anonim a, 2013). Manfaat lain dari tumbuhan bangun-bangun adalah sebagai obat asthma dan bronchitis, dan khasiat lainnya yang perlu diteliti lebih lanjut (Dalimartha, 2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Santosa dan Hartiani (2005), yang menguji ekstrak air daun bangun-bangun terhadap sel netrofil tikus putih, menyatakan daun bangun-bangun mengandung senyawa polifenol, saponin, glikosida, flavonol dan minyak atsiri. Daun bangun-bangun memiliki efek anti alergi dengan cara pemberian ekstrak daun bangun-bangun terhadap tikus dengan dosis sebesar 19,0 g/kg BB dan 13,5 g/kg BB, mampu memberikan efek fagositosis sel netrofil sebesar 80% pada pengamatan hari ke60. Selanjutnya dijelaskan oleh Choudhary (2010) bahwa tumbuhan yang mengandung flavonoid telah dilaporkan mempunyai efek antihistamin dan berperan dalam proses penghambatan degranulasi mastosit. Berdasarkan uraian di samping, peneliti tertarik untuk melakukan uji aktivitas penghambatan degranulasi mastosit yang tersensitisasi aktif secara in vitro terhadap ekstrak etanol daun bangun-bangun sehingga dapat digunakan sebagai anti alergi.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ekstrak etanol daun bangun-bangun dapat menghambat degranulasi mastosit yang tersensitisasi aktif secara in vitro pada mencit jantan.
1.3 Hipotesis Hipotesis pada penelitian ini yaitu ekstrak etanol daun bangun-bangun dapat menghambat degranulasi mastosit yang tersensitisasi aktif secara in vitro pada mencit jantan.
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek anti alergi ekstrak etanol daun bangun-bangun melalui penghambat degranulasi mastosit yang tersensitisasi aktif secara in vitro pada mencit jantan.
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Mengembangkan daun bangun-bangun menjadi suatu sediaan herbal terstandar dengan efek anti alergi. b. Menambah inventaris tanaman obat yang berkhasiat sebagai anti alergi.
Universitas Sumatera Utara
1.6 Kerangka Pikir Penelitian Adapun kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut:
Variabel Bebas Daun bangunbangun
Variabel Terikat Skrining fitokimia simplisia
Karakteristik ekstrak
Alkaloid Flavonoida Tanin Saponin Triterpen/Steroida 6. Glikosida
1. kadar air
Pembuatan ekstrak Skrining fitokimia ekstrak
Larutan DMSO 1%
1. 2. 3. 4. 5.
1. kadar air 2. kadar abu total 3. kadar abu tidak larut asam 4. kadar sari yang larut dalam air 5. kadar sari yang larut dalam etanol
Karakteristik simplisia
Ekstrak etanol daun bangu-bangun (EEDBB) Dosis 2, 3, 4, 5, dan 6µg/mL ditambah antigen 50% ditambah larutan biru toluidin
Parameter
1. 2. 3. 4. 5.
Alkaloid Flavonoida Tanin Saponin Triterpen/Steroida 6. Glikosida
Variabel terikat
Parameter
Jumlah sel mastosit yang terdegranulasi
Larutan aminofilin 100µg/mL
Persen penurunan jumlah degranulasi mastosit
Gambar 1.1 Diagram kerangka pikir penelitian
Universitas Sumatera Utara