BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Risiko merupakan aspek yang sangat penting untuk dikelola oleh perusahaan. Menurut Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway
Commission
(COSO)
mendefinisikan
Enterprise
Risk
Management (ERM) sebagai berikut: “Enterprise Risk Management is a process, effected by an entity’s board of directors, management and other personnel, applied is strategy setting and across the enterprise, designed to identify potential events that may affect the entity, and manage risk to be within its risk appetite, to provide reasonable assurance regarding the achievement of entity objectives.” Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa ERM adalah proses sistematis yang di formulasikan menjadi sebuah strategi dalam suatu entitas yang dipengaruhi oleh peran dewan direksi, manajemen, dan anggota organisasi lainnya yang dirancang untuk mengelola risiko demi tercapainya tujuan organisasi. Risiko yang dikelola dengan baik akan mampu meningkatkan nilai perusahaan dan menarik investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut.
Akibatnya, banyak perusahaan publik
yang melakukan
pengungkapan terkait manajemen risikonya dalam laporan tahunan agar mendapat kepercayaan yang lebih dari investor dan publik. Terbongkarnya
kasus
kecurangan
yang
berujung
pada
kebangkrutan oleh Enron dan WorldCom serta krisis keuangan global pada
1
2
tahun 2008, menimbulkan babak baru terkait bagaimana seharusnya penerapan Good Corporate Governance (GCG) dapat berfungsi dengan baik pada perusahaan. Dampak dari kasus tersebut berakibat pada berkurangnya kepercayaan stakeholders dan investor terhadap informasi pada laporan keuangan. Perusahaan pun dituntut untuk lebih transparan dalam mengungkapkan informasi yang dimilikinya, tidak hanya informasi keuangan namun juga informasi non keuangan, dalam hal ini contohnya adalah manajemen risiko. Perkembangan ERM di Indonesia berawal dari dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia No.8/4/PBI/2006 tentang penerapan GCG bagi Bank Umum dengan diharuskannya pembentukan komite pemantau risiko. Pembentukan komite pemantau risiko merupakan salah satu prasyarat yang harus dilengkapi oleh Bank Umum, paling lambat dibentuk pada akhir tahun 2007, bagi Bank Umum yang belum membentuk komite pemantau risiko akan dihadapkan oleh sanksi dari Bank Indonesia. Pentingnya disclosure (pengungkapan) terhadap risiko telah dimulai awal tahun 1998 dan fokus pengungkapan semakin meningkat dengan munculnya introduction IFRS 7, pada Januari 2007 (Farahmita, 2012). Pengungkapan ERM pada perusahaan non keuangan juga dinilai sangat penting, mengingat proses bisnis atau aktivitas pada perusahaan non keuangan sangat kompleks sehingga perusahaan dituntut untuk dapat mengatur, mengidentifikasi dan meminimalisir risiko yang mungkin terjadi.
3
Beberapa literatur telah banyak meneliti dan menguji mengenai hubungan antara corporate governance dengan pengungkapan ERM. Sedangkan pengujian mengenai tingkat pengungkapan ERM antar industri pada perusahaan publik di Indonesia masih belum dilakukan, padahal setiap industri memiliki risiko dan cara menyikapi risiko yang berbedabeda, sehingga pengungkapan informasi terkait manajemen risiko pada laporan keuangan perusahaan pun akan cenderung berbeda. Penelitian ini melakukan analisis apakah terdapat perbedaan tingkat pengungkapan ERM bila dilihat dari lintas industri. item checklist digunakan dalam penelitian ini. Item checklist disusun berdasarkan ERM framework yang dikeluarkan oleh Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO). Pada kenyataan bahwa risiko yang dihadapi setiap jenis industri bisnis berbeda-beda dan masih belum adanya penelitian yang meneliti tentang pengungkapan tingkat ERM antar industri di Indonesia maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Pengungkapan Enterprise Risk Management pada Indeks Kompas 100”.
1.2. Rumusan Permasalah Penelitian tentang ERM sebelumnya telah berfokus pada analisis hubungan antara ERM dan CG, seperti penelitian yang dilakukan oleh Meizaroh dan Lucyanda (2010), Anisa (2012), Fathimiyah, Zulfikar, dan
4
Fitriani (2012) yang meneliti pengaruh corporate governance, struktur kepemilikan,
konsentrasi
kepemilikan
pada
pengungkapan
ERM.
Penelitian di wilayah ini juga berfokus hanya pada satu industri saja misalnya penelitian yang dilakukan oleh Hoyt dan Lienberg (2010), Suhardjanto dan Dewi (2011) hanya berfokus pada industri finansial saja. Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Desender (2007) pada industri farmasi serta Paapee dan Spekle (2012) pada UMKM. Tingkat risiko antar industri diperkirakan berbeda-beda karena memiliki aktivitas operasi, unit bisnis yang berbeda sehingga tingkat risikonya pun akan berbeda-beda. Penelian ini akan membandingkan: Apakah terdapat perbedaan tingkat pengungkapan ERM antara industri keuangan dan non keuangan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini
adalah
untuk
melakukan
perbandingan
perbedaan
tingkat
pengungkapan ERM pada perusahaan publik yang masuk ke dalam Indeks Kompas 100.
1.4. Motivasi Penelitian Motivasi yang melandasi dilakukannya penelitian ini adalah untuk melakukan perbandingan dan melihat potensi perbedaan antar industri
5
dalam mengungkapkan ERM, mengingat setiap industri memiliki karakteristik dan ciri khasnya masing-masing baik dari segi tata kelola perusahaan, regulasi, maupun aktivitas operasi, sehingga risiko yang dihadapi perusahaan pun akan berbeda.
1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi praktisi di bidang akuntansi, khususnya dalam topik pengungkapan ERM. Perusahaan yang mengungkapkan ERM lebih banyak dinilai memiliki Good Corporate Governance (GCG) yang baik. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi investor dalam mengambil keputusan investasi karena perusahaan yang mengelola dan mengungkapkan risiko yang dihadapinya dinilai memiliki GCG yang baik. Sehingga perusahaan yang memiliki GCG yang baik tidak hanya memperhatikan aspek pencapaian kinerjanya saja melainkan sejauh mana perusahaan tersebut dapat mengelola risiko yang dihadapinya.
1.6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB 1
PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah sesuai dengan latar belakang
6
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan diuraikan tentang kajian literatur mengenai teori-teori yang relevan dengan penelitian dan hasil penelitian-penelitian terdahulu sebagai dasar untuk pengembangan penelitian.
BAB III
METODA PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang metoda yang digunakan dalam penelitian ini, termasuk sumber dan jenis data, identifikasi, metode analisis yang digunakan.
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang hasil analisis penelitian yang meliputi deskripsi objek penelitian, pengumpulan data, dan pembahasan penelitian.
BAB V
PENUTUP Sebagai bab terakhir dari penelitian ini, diuraikan simpulan yang merupakan penyajian singkat apa yang diperoleh dalam pembahasan, keterbatasan dari penelitian ini, dan saran untuk penelitian selanjutnya.