BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Tingkat penampilan atlet dapat dilihat dari beberapa faktor seperti teknik, taktik, fisik dan mental. Secara fisik, dapat dilihat dengan kemampuan biomotor yang dimiliki oleh cabang olahraga tersebut. Pencak silat memiliki komponen biomotor yang terdiri dari kekuatan, kecepatan, daya tahan, power, kelincahan dan fleksibilitas. Secara keseluruhan tingkat kemampuan biomotor yang dimiliki antara atlet satu dengan yang lainnya sangat berbeda. Gerakan pencak silat merupakan gerakan yang didominasi oleh gerak non siklus, meskipun ada sedikit gerak siklus yaitu pada saat menghampiri atau mendekati lawan. Oleh karena itu gerakan dalam pencak silat merupakan kombinasi dari gerak siklus dan non siklus yang dilakukan secara bergantian. Kemampuan teknik, taktik dan mental memang diperlukan namun kemampuan secara fisik juga sangat berpengaruh apalagi pencak silat termasuk cabang olahraga individu dan body contac. Jika dibandingkan dengan peraturan sebelumnya maksimal pesilat melakukan 4 kali serangan maka dengan peraturan yang baru merujuk pada Munas XII IPSI 2012 pesilat boleh melakukan serangan maksimal 6 kali serangan. Sehingga, hal ini mempengaruhi tingkat penampilan atlet secara keseluruhan.
1
Latihan merupakan suatu proses berlatih yang dilakukan dengan sistematis dan berulang-ulang dengan pembebanan yang diberikan secara progresif. Dalam istilah fisiologisnya, latihan adalah upaya seseorang dalam meningkatkan perbaikan sistem organisme dan fungsinya untuk mengoptimalkan prestasi dan penampilan olahraga (Bompa, 1994: 3). Latihan juga merupakan proses penyempurnaan berolahraga melalui pendekatan ilmiah, khususnya prinsip-prinsip pendidikan secara teratur dan terencana sehingga mempertinggi kemampuan dan kesiapan olahragawan (Harre dalam Nossek, 1982). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa latihan merupakan proses yang sistematis untuk meningkatkan kualitas fisik dan penampilan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan pembebanan secara progresif. Pada awalnya pencak silat merupakan seni beladiri yang masih bersifat adat. Zaman dahulu pencak silat sudah ada pada masa zaman kerajaan-kerajaan serta menjadi alat untuk membela diri maupun melawan penjajahan pada kependudukan penjajahan Belanda. Terdapat 4 (empat) utama dalam pencak silat yaitu: (1) Aspek mental
spiritual:
pencak
silat
membangun
dan
mengembangkan
kepribadian dan karakter mulia seseorang, (2) Aspek seni budaya: budaya dan permainan “seni” pencak silat ialah salah satu aspek yang sangat penting. Istilah pencak pada umumnya menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat, dengan musik dan busana tradisional, (3) Aspek beladiri:
2
kepercayaan dan ketekunan diri ialah sangat penting dalam menguasai ilmu bela diri dalam pencak silat. Istilah silat, cenderung menekankan pada aspek kemampuan teknis bela diri pencak silat, (4) Aspek olah raga: ini berarti bahwa aspek fisik dalam pencak silat ialah penting. Pesilat mencoba menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh. Kompetisi ialah bagian aspek ini. Aspek olahraga meliputi pertandingan dan demonstrasi bentuk-bentuk jurus, baik untuk tunggal, ganda atau regu. Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman, pencak silat menjadi ladang prestasi bagi atlet. Pencak silat menjadi olahraga prestasi di Indonesia. Berbagai kejuaraan selalu diselenggarakan mulai dari tingkat daerah, nasional maupun internasional. Pencak silat Indonesia telah membawa juara umum pada SEA Games, kejuaraan dunia maupun kejuaraan-kejuaraan internasional lainnya. Melihat dalam beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami kemunduran dalam prestasi pencak silat khususnya kategori tanding dan ini menjadi lecutan untuk kita semua. POMNAS merupakan kejuaraan multieven tingkat nasional yang kemudian mengarah ke POM ASEAN. Melalui POM ASEAN atlet menjadi pantauan dari Pengurus Besar (PB IPSI) guna menyaring atlet utnuk mewakili Indonesia di SEA Games. POMNAS sendiri menjadi kejuaraan yang sangat populer dikalangan mahasiswa meskipun masih ada kejuaraan-kejuaraan lain yang antar mahasiswa maupun perguruan tinggi seperti Kejuaraan Nasional PPLM, Kejuaraan Nasional Antar Perguruan Tinggi Piala Presiden yang setiap 2 tahun sekali diselenggarakan oleh
3
UPN “Veteran” Yogyakarta, Kejuaraan Nasional Antar Perguruan Tinggi Piala Menpora yang penyelenggaraannya bergilir dari satu Universitas ke Universitas lain dan pada kejuaraan selanjutnya di selenggarakan oleh Universitas Gajah Mada (UGM) sedangkan untuk kejuaraan tingkat daerah ada POMDA. Pada kejuaraan ini setiap daerah berlomba-lomba mempersiapkan atletnya dengan sebaik mungkin untuk mengukir prestasi di tingkat nasional tidak terkecuali DIY yang menjadi tuan rumah dalam kejuaraan ini. Sebagai tuan rumah tentu saja DIY tidak mau dianggap remeh oleh provinsi manapun dari segi sumber daya manusia (SDM) DIY tidak kalah dengan provinsi manapun. Gaungnya POMNAS ditelinga mahasiswa sangatlah tidak asing bahkan seluruh provinsi di Indonesia telah mempersiapkan atletnya dari jauh-jauh hari sebelumnya. Partisipasi seluruh mahasiswa dari berbagai universitas dan fakultas, dari berbagai wilayah di seluruh penjuru Nusantara. Animo yang sangat besar di kalangan mahasiwa termasuk DIY. Dalam mempersiapkan atlet yang akan berlaga di POMNAS ada beberapa tahap sebelum menentukan siapa yang akan mewakili DIY. Dimulai dari hasil pantauan Kejuaraan Nasional Invitasi Piala Rektor yang diselenggarakan oleh UPN “Veteran” Yogyakarata serta hasil pantauan yang lainnya. Kemudian seluruh atlet di Puslatda dan masih ada tahapan selanjutnya. Sehingga pada akhirnya akan diperoleh tim POMNAS XIII Pencak Silat DIY.
4
Sebagai gambaran, POMNAS yang akan diadakan di DIY tahun 2013 ini akan diikuti oleh seluruh provinsi yang ada di Indonesia meskipun tidak semua provinsi menurunkan atletnya dengan full class. Jika kita tinjau ulang hasil POMNAS sebelumnya yaitu POMNAS XI di Palembang 2009 DIY hanya mampu memperoleh 1 emas dan 2 perunggu, POMNAS XII 2011 di Batam dengan perolehan 1 perak dan 3 perunggu, terjadi penurunan dalam perolehan medali emas dibandingakan POMNAS di Banjarmasin 2007 yang memperoleh 3 emas. Sebagai kesiapan tuan rumah dalam ajang POMNAS ke XIII ini, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “penampilan biomotor atlet PUSLATDA POMNAS XIII pencak silat DIY”. B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut : 1. Belum
diketahuinya
penampilan
biomotor
atlet
PUSLATDA
POMNAS XIII DIY cabang olahraga pencak silat. 2. Belum diketahuinya penampilan teknik atlet PUSLATDA POMNAS
XIII DIY cabang olahraga pencak silat. 3. Belum diketahuinya penampilan taktik atlet PUSLATDA POMNAS
XIII DIY cabang olahraga pencak silat.
5
4. Belum diketahuinya penampilan mental atlet PUSLATDA POMNAS
XIII DIY cabang olahraga pencak silat. C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan jelas, maka penulis membatasi luas ruang lingkup penelitian. Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada Penampilan Biomotor Atlet PUSLATDA POMNAS XIII DIY Cabang Olahraga Pencak Silat. D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana Penampilan Biomotor Atlet PUSLATDA POMNAS XIII DIY Cabang Olahraga Pencak Silat? E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Penampilan Biomotor Atlet PUSLATDA POMNAS XIII DIY Cabang Olahraga Pencak Silat. F.
Manfaat Penelitian 1. Bagi atlet, agar atlet mengetahui penampilan biomotornya dan
menjadikannya sebagai motivasi untuk meningkatkan kemampuannya sebelum kejuaraan. Sehingga pada saat kejuaraan POMNAS atlet ada pada penampilan puncak atau biasa disebut peak performance.
6
2. Bagi pelatih hasil tes dapat dijadikan rekomendasi dalam melanjutkan
program latihan yang diberikan sehingga tidak mempengaruhi program yang sudah berjalan.
7