BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menunjukkan prestasi dan bersaing dengan bangsa yang lain. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kemajuan, kecerdasan dan prestasi suatu bangsa di tingkat regional maupun internasional. Indonesia adalah salah satu negara yang terletak di Asia tenggara yang termasuk ke dalam negara berkembang di segala bidang, baik bidang sosial, ekonomi, budaya termasuk bidang olahraga (Surya, 2011). Kemajuan bidang olahraga sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan prestasi bangsa secara nasional maupun internasional. Indonesia terus memajukan olahraga demi memujudkan suatu tujuan utama. Tujuan dari pencapaian tersebut adalah prestasi. Prestasi di bidang olahraga adalah salah satu cara memajukan suatu bangsa untuk dikenal oleh bangsa lain dan disegani dalam setiap penampilan atletnya. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan dan sebagainya (Burhanudin, 2012). Mendapatkan suatu prestasi adalah suatu kebanggaan dari seorang atlet, untuk mendapatkannya tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu sistem pembinaan, keadaan sarana prasarana dan peralatan olahraga, termasuk keadaan psikologis atlet, percaya diri, motivasi, disiplin, maupun rutinitas latihan. Bidang olahraga prestasi yang sedang berkembang diantaranya adalah olahraga futsal. Olahraga futsal adalah olahraga yang dimainkan dengan dua tim dan masing ± masing beranggotakan 5 orang, tujuannya adalah memasukkan bola ke gawang
lawan, dengan memanipulasi bola dengan kaki (Ali, 2006). Olahraga futsal sebenarnya olahraga yang mirip dengan sepak bola meskipun dilakukan didalam ruangan dan beberapa pemain saling bekerja sama untuk memasukkan bola ke dalam gawang yang dijaga oleh seorang kiper. Ukuran bolanya lebih kecil, gawangnya pun juga lebih kecil. Namun, bila dicermati ada beberapa perbedaan yang harus dipahami seorang pemain futsal. Oleh karena lapangan lebih kecil, pemain harus terus bergerak. Tidak Cuma itu, lapangan yang kecil menyebabkan pemain dekat dengan lawan, sehingga pemain futsal harus rajin bergerak. Pergerakan tanpa bola juga harus terus-terus dilakukan, sehingga setiap pemain dituntut untuk memiliki kondisi fisik yang prima. Permainan futsal membutuhkan stamina, skill dan konsentrasi tinggi dilapangan di bandingkan sepakbola (Widodo, 2010) Ada beberapa teknik dasar dalam olahraga futsal diantaranya running, ball control, passing, dribbing maupun shooting. Running / berlari adalah suatu gerakan dengan phase yang hampir sama dengan berjalan, bedanya adalah berjalan tidak ada fase melayang, sedangkan berlari ada fase melayang dimana kedua kaki tidak menumpu. Pada berlari ada fase menapak sebesar 40 % dan fase melayang 60 %. Pada saat berlari semua anggota gerak tubuh bekerja, dimana saat melangkah posisi panggul selalu fleksi dan lebih besar dari fleksi panggul saat berjalan, kemudian posisi lutut tidak pernah lurus selalu dalam keadaan fleksi dan pergelangan kaki selalu terdapat gerakan supinasi dan pronasi. Control Ball atau Kontrol bola adalah teknik mengontrol bola dalam permainan futsal dapat dilakukan dengan menggunakan kaki dalam, kaki luar dan telapak kaki sebelah depan memanfaatkan sol sepatu. Teknik mengontrol bola dengan sol dalam futsal sangat penting sehingga harus dikuasai oleh setiap pemain.
Alignment kontrol bola yang paling baik adalah ketika postur sedikit kiposis. Teknik yang lainnya adalah passing. Passing dalam olahraga futsal adalah suatu gerakan memberikan bola kepada teman 1 tim. Pada gerakan passing, yang terjadi adalah salah satu panggul / hip dalam keadaan diam / stabil lalu panggul lainnya dalam keadaan fleksi siap untuk mengumpan. Sedangkan lutut dalam keadaan semi fleksi dan ankle dalam posisi inversi. Dribbling adalah suatu gerakan menggiring bola dengan salah satu kaki. Tahapan gerak dribbling hampir sama dengan running bedanya saat dribbling posisi ankle plantar fleksi penuh untuk dapat menggiring bola. Sedangkan shooting adalah suatu gerakan menendang bola dengan sekuat ± kuatnya. Gerakan pada shooting dimulai dari salah satu kaki melangkah sebagai tumpuan terjadi perpindahan berat badan kemudian kaki lainnya bersiap untuk menendang bola dengan posisi panggul fleksi dari ekstensi penuh, lutut fleksi dan plantar fleksi pada pergelangan kaki. Semua teknik dasar futsal tersebut membutuhkan kestabilan yang prima agar gerakan tersebut menjadi efektif dan efisien, otot yang menjaga kestabilan tersebut adalah otot ± otot core stability yang terdiri dari m. transverse abdominalis, m. diagfragma, m. multifidus dan pelvic floor muscle yang terletak di lumbopelvic. Otot ± otot ini juga dikenal sebagai kekuatan tubuh dan memberikan dasar yang kokoh ketika semua otot bekerja untuk memulai gerakan sehingga postur tubuh tetap stabil meskipun dalam keadaan bergerak. Permainan futsal adalah permainan bola dengan Speed & Agility (Murhananto 2006). Speed dan Agility mutlak dimiliki pemain futsal sebelum masuk latihan skill (Tanang, 2010). Kecepatan adalah kemampuan berpindah pindah badan secepat ±
cepatnya dalam waktu yang singkat, sedangkan kelincahan adalah kemampuan mengubah secara cepat arah tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan. Kelincahan biasanya dapat dilihat dari pergerakan atlet di lapangan dimana memiliki kemampuan bergerak dengan cepat, mengubah arah dan posisi, menghindari benturan antar pemain dan kemampuan berkeliat pemain dilapangan. Kemampuan bergerak mengubah arah dan posisi tergantung pada situasi yang dihadapi dan dalam waktu yang relatif singkat. Kelincahan yang dilakukan oleh atlet futsal saat berlatih atau bertanding tergantung oleh kemampuan mengkoordinasikan sistem gerak tubuh dengan respon terhadap situasi dan kondisi yang dihadapi. Kelincahan ditentukan oleh kecepatan bereaksi, kemampuan mengendalikan situasi dan mampu mengendalikan gerakan secara tiba ± tiba. Sedangkan kecepatan terdiri dari tiga unsur yaitu waktu reaksi, kemampuan akselerasi, dan kemampuan mempertahankan kecepatan. Pemain futsal membutuhkan waktu reaksi yang cepat untuk dapat menghasilkan gerakan mulai yang cepat untuk dapat meningkatkan performa dalam setiap pertandingannya. Waktu reaksi adalah waktu yang dibutuhkan bagi seseorang untuk memberikan reaksi terhadap suatu stimulus (Railsu 2010). Waktu reaksi adalah jarak waktu antara pemberian stimulus kepada seseorang sampai terjadinya gerakan (Bompa 2008). Stimulus yang diberikan didapat dari perjalanan sistem saraf. Sistem saraf merupakan sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantaran impuls saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf dan perintah untuk memberi tanggapan rangsangan. Stimulus waktu reaksi sangat dipengaruhi oleh reseptor alat indera visual berupa mata. Waktu reaksi tergantung pada jenis stimulus : visual
(pandangan), auditory (suara) atau nyeri (pain) (Hersa, 2010). Proses perjalanan alat indera visual adalah ada suatu cahaya / benda yang dilihat oleh mata sebagai reseptor dan mata juga harus dalam keadaan sehat dan normal kemudian pantulan cahaya / benda tersebut masuk kedalam mata melalui kornea, pupil, lensa mata dan akhirnya menuju retina. Setelah sampai di retina, lalu dikirim ke pusat penglihatan di otak dan diterjemahkan apa yang dilihat, lalu otak mengirimkan suatu rangsangan ( motorik) untuk menggerakkan alat gerak sesuai dengan yang diperintahkan oleh otak untuk melakukan suatu kecepatan reaksi waktu. Rangsangan yang diterima oleh otak dari sistem saraf ini berlangsung sangat cepat dan sangat mempengaruhi proses gerak reaksi waktu. Reaksi yang cepat akan menghasilkan sebuah gerakan respond yang cepat, dengan meningkatnya sebuah respond maka secara umum akan meningkatkan kualitas permainan seorang atlet. Kualitas permainan atlit akan semakin meningkat bila waktu reaksi bagus karena waktu reaksi adalah kualitas untuk menghasilkan gerak secepat mungkin dan benar (Agus, 2011). Bidang olahraga futsal membutuhkan waktu reaksi tersebut. Fisioterapi sebagai tenaga profesional yang sempurna untuk mempromosikan, membimbing, memberikan resep, dan mengupayakan serta mengelola kegiatan olahraga (WCPT, 2010) dapat berperan aktif dalam memberikan program latihan untuk meningkatkan kemampuan atlet dalam berolahraga terutama waktu reaksi, salah satunya adalah atlet pemain futsal. Adapun di dalam lampiran posisi fisioterapi sebagai ahli dalam bidang olahraga yang telah ditentukan oleh WCPT, di dalamnya terdapat teknik-teknik latihan yang meliputi: latihan aerobik dan anaerobik, kelas aerobik (low impact, high impact, dance, step),
latihan kekuatan dan pelatihan
kemampuan yang terdiri dari: aktif (konsentrik, eksentrik, isometrik, isokinetik, open
chain, closed chain, provioceptive neuromuscular facilitation), resistif, core atau latihan stabilisasi postural, prinsip SAID (Specific Adaptation, to Imposed Demands), latihan postural, latihan fleksibilitas (elastis stretch, plastic stretch, static, ballistic, cybernetic stretch, propioceptive neuromuscular facilitation), keseimbangan dan latihan vestibular, koordinasi, kecepatan, dan ketangkasan latihan, latihan pernapasan, relaksasi latihan, program latihan air, pelengkap latihan (Tai Chi, Yoga, Pilates, Feldenkrais, Alexander). Dengan adanya latihan - latihan tersebut fisioterapi olahraga dapat menentukan latihan yang tepat untuk peningkatan waktu reaksi. Program latihan yang diberikan adalah suatu program untuk meningkatkan kekuatan otot ± otot abdomen, kecepatan dan kelincahan. Program latihan tersebut diantaranya adalah core stability dan cone drills. Latihan tersebut dilakukan secara terprogram selama 30 hari untuk membantu meningkatkan waktu reaksi atlet pemain futsal. Core Stability adalah program latihan untuk meningkatkan keseimbangan, control postur dan stabilisasi dimana memfokuskan pada kekuatan core muscle. Core stability dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk mengontrol posisi dan gerakan pada bagian pusat tubuh, target utamanya adalah otot yang letaknya lebih dalam (deep muscle) pada abdomen dan lumbal (Irfan, 2010). Otot ± otot yang termasuk terdiri dari m. transverse abdominalis, m. multifidus, m. diagfragma dan pelvic floor muscle. Kelompok
otot
tersebut
memegang
peranan
dalam
stabilisasi
dan kontrol posisi saat akan melakukan gerakan. Kelompok otot tersebut tidak hanya stabilisasi dan control posisi, latihan core stability juga dapat meningkatkan keseimbangan. Core stability dapat dilakukan dimana saja misalnya di matras, tempat
tidur, atau dimana saja dan dapat diaplikasikan dengan ball swiss. Tidak hanya latihan core stability, waktu reaksi dapat ditingkatkan dengan program latihan cone drills yang terlatih dan disiplin. Cone drills adalah suatu program latihan dengan menggunakan sebuah cone (kerucut) atau biasa disebut latihan dengan menggunakan rintangan ± rintangan berupa kerucut tersebut. Tujuan dari latihan ini adalah meningkatkan kecepatan, dan kelincahan gerak. Jika kecepatan dan kelincahan meningkat otomatis waktu reaksi pasti berubah, terbukti melalui penelitian meningkatkan kelincahan secara bermakna memperpendek waktu reaksi (Mardianto, 2011). Latihan cone drills yang dilakukan secara continous akan memberikan suatu gerak respon yang bagus pada pemain futsal yang dapat mempengaruhi reaksi waktu pemain futsal. Latihan cone drills yang diberikan untuk meningkatkan reaksi waktu adalah dengan menggunakan 4 cone dengan bentuk gerakan sprint, back paddle, side sprint, carioca, skipping dan zigzag run. Sesuai dengan uraian di atas, pada penelitian ini akan diteliti waktu reaksi kaki melalui nelson reaction test pada anak atlet pemula futsal sebelum dan sesudah pemberihan latihan core stability dan latihan cone drills pada peningkatan waktu reaksi sebelum dan sesudah latihan fisik terprogram selama 30 hari. Diharapkan penelitian tersebut akan memberikan manfaat kepada pemain futsal.
B. Identifikasi Masalah Dalam permainan futsal, terdapat gerakan-gerakan penting yang selalu dilakukan yaitu running, ball control, dribbling, passing, dan shooting. Semua gerakan tersebut harus dilakukan dengan benar dan cepat. Untuk melakukannya
tersebut memerlukan komponen diantaranya kecepatan dan kelincahan. Kecepatan dan kelincahan dipengaruhi oleh waktu reaksi, dimana setiap akan memulai melakukan gerakan membutuhkan waktu reaksi yang cepat. Banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan waktu reaksi yaitu jenis kelamin, umur,
jenis
rangsangan, kondisi fisik, tingkat keterlatihan, intensitas perhatian serta konsentrasi (Novita, 2009). Waktu reaksi merupakan gerak yang disadari untuk menjawab suatu rangsangan yang datang. Ransangan yang datang tersebut berupa stimulus yang berasal dari alat indera. Alat indera merupakan alat untuk menerima stimulus (Walgit 2002). Alat indera sebagai reseptor mengirimkan ransangan tersebut ke otak melalui system saraf sensorik dan mengembalikannya melalui system saraf motorik untuk memberikan suatu tanggapan / reaksi gerak. Ransangan akan mempengaruhi waktu reaksi, semakin meningkatnya rangsangan akan meningkatan waktu reaksi. Untuk meningkatkan waktu reaksi tersebut diperlukan ransangan yang cepat. Ransangan yang cepat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya alat indera yang sehat dan normal, system saraf yang bekerja dengan baik dan kecepatan system saraf mengirimkan suatu stimulus. Waktu reaksi tidak hanya di pengaruhi oleh suatu ransangan tetapi juga tingkat kelatihan yang dapat memberikan efek peningkatan kekuatan otot, kontrol postur dan tubuh, keseimbangan, kecepatan, dan stamina, Program latihan yang dapat meningkatkan waktu reaksi tersebut diantaranya adalah core stability dan cone drills. Pada latihan core stability merujuk kepada peningkatan keseimbangan, control postur dengan meningkatkan kekuatan core muscle, dimana pada latihan ini dapat dilakukan dengan posisi terlentang dan tenlungkup. Latihan core stability dapat
dilakukan di area dalam ruangan dan tidak membutuhkan area yang luas untuk latihan. Core stability membentuk otot ± otot core sebagai kekuatan tubuh dan memberikan dasar yang kokoh sehingga memudahkan otot lain bekerja dengan mudah. Sedangkan latihan cone drills, latihan dengan menggunakan beberapa cone (kerucut atau rintangan) merujuk kepada peningkatan respond, kecepatan, kekuatan dan kelincahan.
Latihan cone drills dilakukan di lapangan terbuka karena
membutuhkan area yang agak luas. Cone drills sendiri tidak hanya dilakukan di olahraga futsal tetapi hampir semua olahraga yang sangat membutuhkan kecepatan, kekuatan dan koordinasi. Cone drills juga diberikan kepada atlet yang mengalami masa recovery terhadap penyembuhan cideranya untuk mempersiapkan kembali bergabung bersama team. Begitu pentingnya latihan core stability dan cone drills pada peningkatan waktu reaksi. Untuk mengukur waktu reaksi tersebut, maka dilakukan latihan tersebut akan dilakukan untuk mengetahui waktu reaksi atlet futsal dengan nelson reaction test.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan keterbatasan waktu yang ada, maka pembatasan penelitian ini hanya dibatasi pada perbedaan efek latihan cone drills dan latihan cone drills kombinasi latihan core stability terhadap peningkatan waktu reaksi pemain futsal.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang tersebut diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah latihan cone drills dapat meningkatkan waktu reaksi pemain futsal? 2. Apakah latihan kombinasi cone drills dan core stability dapat meningkatkan waktu reaksi pemain futsal? 3. Apakah penambahan latihan core stability pada latihan cone drills dapat meningkatkan waktu reaksi lebih baik pada pemain futsal? E. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum a. Untuk mengetahui penambahan latihan core stability pada latihan cone drills dapat meningkatkan waktu reaksi lebih baik pada pemain futsal. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui peningkatan waktu reaksi latihan cone drills pada pemain futsal. b. Untuk mengetahui peningkatan waktu reaksi latihan kombinasi cone drills dan core stability pada pemain futsal. F. Manfaat Penulisan 1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi fisioterapi sehubungan dengan manfaat penambahan latihan cone drills pada latihan core stability terhadap peningkatan waktu reaksi pada atlet futsal. b. Untuk melihat efek penambahan cone drills pada latihan core stability terhadap peningkatan waktu reaksi pada atlet futsal. 2. Bagi institusi pelayanan a. Sebagai referensi tambahan untuk mengetahui intervensi fisioterapi
dengan penambahan latihan cone drills pada latihan core stability terhadap peningkatan waktu reaksi pada atlet futsal. b.
Agar fisioterapis dapat memberikan pelayanan fisioterapi yang tepat berdasarkan ilmu pengetahuan fisioterapi.
3. Bagi institusi pendidikan a. Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan informasi untuk program fisioterapi. b. Sebagai bahan pembanding penelitian selanjutnya. 4. Bagi peneliti a. Penelitian ini sangat berguna untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan kesempatan bagi penulis untuk mempelajari manfaat penambahan latihan cone drills pada latihan core stability terhadap peningkatan waktu reaksi pada atlet futsal. b. Sebagai suatu kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan. 5. Bagi Klub Futsal Memberi masukan akan pentingnya terapi latihan penambahan latihan cone drills pada latihan core stability terhadap peningkatan waktu reaksi pada atlet futsal. 6. Bagi Peserta Penelitian Menambah pengetahuan dalam meningkatkan prestasi diri dalam bermain futsal dan cara-cara mengolah potensi prestasi diri tersebut dengan terapi latihan fisik yang telah diberikan.