BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Tiap-tiap individu memiliki suatu citra tertentu yang didapatkan melalui suatu pengalaman. Pengalaman ini dapat diperoleh, baik secara langsung atau dengan cara tatap muka maupun secara tidak langsung, misalnya melalui bacaan, film, atau cara visual lainnya. Citra memiliki arti gambar, angan-angan, atau pikiran. Jadi, citra adalah suatu gambaran yang muncul dalam pikiran seseorang atau sekelompok orang yang disebabkan oleh perilaku ataupun keadaan tertentu. Citra artinya wujud ataupun gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi atau kesan mental mengenai pribadi tersebut, yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frasa, atau kalimat (Pradopo, 1997:12). Citra wanita merupakan wujud gambaran mental dan tingkah laku keseharian yang diekspresikan oleh wanita dalam berbagai aspek, yaitu aspek fisis dan psikis sebagai citra diri wanita. Unsur-unsur yang lazim untuk membentuk dan membangun citra diri seorang wanita, antara lain pendidikan, pekerjaan, kepribadian, kehidupan keluarga, kehidupan sosial, lingkungan, dan gaya hidup. Terdapat pula citra sosial berupa aspek keluarga dan masyarakat. Citra wanita dalam aspek sosial dibagi lagi menjadi dua peran, yaitu peran wanita dalam keluarga dan peran wanita dalam masyarakat (Sugihastuti, 2000:7). Di Jepang citra wanita yang sering muncul dalam masyarakat adalah seorang wanita hanya bekerja dalam bidang domestik, yaitu bekerja di dapur,
1
2
mengurus rumah tangga, mengurus suami, dan mengurus anak-anaknya. Citra wanita tradisional ini mulai mengalami perubahan pascaperang dunia II. Hal ini terjadi karena adanya perubahan pada peranan wanita dalam keluarga. Perubahan ini menyebabkan pula perubahan citra wanita yang terdapat dalam masyarakat Jepang pada zaman modern ini. Penyebab perubahan citra wanita Jepang dapat dilihat dari beberapa segi kehidupan, yaitu pengaruh dari segi pemerintahan, kesehatan atau biomedis, industri, dan perubahan dari segi aturan dasar ekonomi yang diberlakukan di rumah tangga yang ada di Jepang (Iwao, 1993:24). Di Jepang sejak awal tahun 1990 muncul empat tipe wanita yang sudah menikah, yaitu sebagai ibu rumah tangga yang bekerja paruh waktu, wanita karier, ibu rumah tangga, dan networker atau ibu rumah tangga yang bekerja menggunakan internet di rumah masing-masing (Sugimoto, 1997:160--165). Munculnya empat tipe wanita tersebut menunjukkan bahwa banyak wanita yang memilih untuk bekerja di samping pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Banyaknya wanita yang memlih untuk bekerja menandakan bahwa kondisi sosial pada tahun 1990-an telah memungkinkan wanita untuk mandiri secara finansial, yang diikuti pula dengan mandiri dalam mengambil keputusan. Salah satu contoh adalah bila dalam suatu pernikahan wanita merasa tidak puas dengan pasangannya, maka wanita berhak untuk mengambil keputusan untuk bercerai. Paham ini banyak diterima oleh kaum muda. Meskipun terdapat stigma yang melekat dalam wanita yang telah bercerai sehingga sulit untuk menikah lagi, hal ini tidak menjadi masalah karena wanita telah mampu mandiri dalam segi finansial (Sugimoto, 1997:172). Kondisi sosial inilah yang juga memengaruhi perubahan citra wanita
3
yang ada di Jepang. Citra wanita Jepang yang memakai kimono, membawa payung bambu, dan berjalan tiga langkah di belakang suaminya telah berubah menjadi wanita yang lebih bebas dalam memilih jalan hidupnya (Iwao, 1993:1). Perubahan citra wanita dapat terjadi karena adanya pergeseran peran, yaitu dari seorang pengurus rumah tangga menjadi seorang pekerja. Salah satu di antaranya dapat ditunjukkan oleh kurva yang merupakan hasil pendataan oleh biro statistik Jepang mengenai tenaga kerja pada tahun 1975 dan 1990 sebagai berikut. Tabel 1.1 Survei Mengenai Pekerja Wanita Tahun 1975 dan 1990 80 70 60 50 40
1990
30
1975
20 10 0 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65+
(Sumber: Bureau of statistic, Management and Coordination Agency labor Force Survey) Berdasarkan kurva di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 1975 terdapat 66,2% pekerja wanita berusia 20--24 tahun, pada usia 25--29 tahun mengalami penurunan menjadi 42,6%, dan kembali menunjukkan peningkatan menjadi 51,7% pada rentang usia pekerja 35--49 tahun. Jika dibandingkan dengan kurva pada tahun 1975, dapat dilihat bahwa pada kurva tahun 1990 terjadi perubahan yang cukup besar. Pada kurva tahun 1990 pekerja wanita berusia 20--24 tahun mencapai 75,1% meskipun pada usia 30--34 tahun mengalami penurunan
4
sebanyak 31%, pada pekerja usia 35 tahun ke atas dapat dilihat kembali mengalami peningkatan menjadi 71,7%. Peningkatan jumlah pekerja ini membentuk kurva berbentuk M. Pada usia 35 tahun biasanya wanita Jepang telah berkeluarga dan anaknya telah mencapai usia untuk dapat mandiri sehingga para ibu rumah tangga dapat kembali bekerja. Hal inilah yang menyebabkan kembali naiknya angka jumlah pekerja pada usia 35 tahun. Kurva ini menunjukkan bahwa pada tahun 1990 banyak wanita yang memutuskan untuk bekerja dibandingkan dengan hanya mengurus keperluan rumah tangga. Kurva ini juga menunjukkan bahwa dibandingkan dengan tahun 1975 telah terjadi perubahan peran pada wanita Jepang. Perubahan ini tentu saja menyebabkan adanya perubahan citra pada wanita Jepang ke depannya. Dengan adanya berbagai hal yang telah memengaruhi berubahnya citra wanita di Jepang maka hal ini menarik untuk diteliti. Salah satu cara untuk mengetahui citra tersebut adalah melalui karya sastra. Salah satu karya sastra yang menggambarkan citra wanita Jepang adalah kumpulan cerpen Kami No Kodomotachi Wa Minna Odoru karya Haruki Murakami. Dalam kumpulan cerpen ini terdapat enam judul cerpen, yaitu UFO Ga Kushiro Ni Oriru, Airon No Aru Fuukei, Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru, Thailand, Kaerukun Tokyo wo Sukuu, dan Hachi Mitsu Pai. Tiap-tiap cerpen tersebut menceritakan hal yang berbeda dan tidak saling berhubungan satu sama lain. Kumpulan cerpen ini berlatar tahun 1995, yaitu pascagempa Kobe. Tahun 1995 merupakan era Showa, yang merupakan era baru dan modern dengan begitu banyak perubahan di
5
masyarakat, yaitu perubahan dari hal tradisional ke hal
modern, termasuk
perubahan citra wanita Jepang. Dari keenam judul cerpen yang ada di dalam kumpulan cerpen Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru, terdapat empat cerpen yang menonjolkan sisi wanita dengan pencitraannya masing-masing, yaitu UFO Ga Kushiro Ni Oriru, Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru, Thailand, dan Hachi Mitsu Pai. Tokoh wanita yang muncul dalam tiap-tiap cerpen tersebut menggambarkan citra yang berbeda satu sama lain. Misalnya, pada cerpen Hachi Mitsu Pai dan Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru terdapat citra seorang single mother, pada cerpen Thailand dan UFO Ga Kushiro Ni Oriru ditunjukkan citra wanita pekerja dan masih dimungkinkan untuk muncul citra yang lainnya. Haruki Murakami menampilkan sosok wanita Jepang yang memiliki citra modern pada tahun 1995 yang ditampilkan dalam kumpulan cerpen tersebut. Adapun pemilihan citra wanita modern sebagai permasalahan dalam penelitian ini karena dua alasan. Pertama, seperti dipaparkan di atas bahwa telah terjadi perubahan dalam citra seorang wanita di Jepang, yaitu perubahan dari wanita tradisional menjadi wanita modern. Wanita yang dulunya hanya mengerjakan hal-hal domestik kini mampu mandiri dan menentukan jalan hidupnya. Citra wanita modern menjadi menarik untuk diteliti karena melalui penelitian ini diharapkan dapat digambarkan citra wanita modern yang ada dalam pandangan masyarakat Jepang. Kedua, citra wanita juga menarik untuk diteliti karena penting untuk mengetahui posisi wanita di masyarakat dan kondisi sosial yang memengaruhinya, khususnya pada zaman modern. Wanita telah memiliki
6
citra atau gambaran lain mengenai dirinya, bukan hanya sebagai pengurus bidang domestik. Adapun alasan pemilihan keempat judul cerpen di atas sebagai objek penelitian
adalah
karena
keempat
judul
cerpen
ini
dianggap
dapat
menggambarkan citra wanita modern yang muncul dalam kumpulan cerpen tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah citra wanita modern yang tercermin dalam UFO Ga Kushiro Ni Oriru, Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru, Thailand, dan Hachi Mitsu Pai dalam kumpulan cerpen Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru karya Haruki Murakami? 2. Bagaimanakah kondisi sosial masyarakat Jepang yang membentuk citra wanita modern dalam UFO Ga Kushiro Ni Oriru, Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru, Thailand, dan Hachi Mitsu Pai dalam kumpulan cerpen Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru karya Haruki Murakami? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua. Kedua tujuan diuraikan seperti di bawah ini.
7
1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memahami karya sastra secara umum dan menambah khazanah penelitian pada bidang kritik sastra feminis sehingga berguna bagi pembaca pada umumnya di samping menambah sumber kepustakaan penelitian kritik sastra feminis. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi penelitian selanjutnya.
1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui citra wanita modern yang tercermin dalam UFO Ga Kushiro Ni Oriru, Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru, Thailand, dan Hachi Mitsu Pai dalam kumpulan cerpen Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru karya Haruki Murakami. 2. Mengetahui kondisi sosial masyarakat yang membentuk citra wanita modern dalam UFO Ga Kushiro Ni Oriru, Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru, Thailand, dan Hachi Mitsu Pai dalam kumpulan cerpen Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru karya Haruki Murakami
1.4 Manfaat Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Kedua manfaat tersebut diuraikan sebagai berikut.
8
1.4.1 Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah
wawasan dan
memperkaya pengetahuan mengenai penelitian karya sastra, khususnya dengan pendekatan sastra feminis. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, sebagai bahan pembanding maupun sebagai acuan, bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dalam memahami citra wanita dan kondisi sosial yang membentuk citra tersebut dalam empat cerpen. Adapun keempat cerpen itu adalah UFO Ga Kushiro Ni Oriru, Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru, Thailand, serta Hachi Mitsu Pai dalam kumpulan cerpen Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru
karya Haruki
Murakami.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ini dibatasi agar tidak menyimpang dari pokok bahasan. Ruang lingkup penelitian ini terbatas dalam pembahasan mengenai citra wanita modern yang tercermin dalam UFO Ga Kushiro Ni Oriru, Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru, Thailand, dan Hachi Mitsu Pai dalam kumpulan cerpen Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru tersebut. Di samping itu juga dibahas mengenai kondisi sosial masyarakat yang membentuk citra wanita tersebut.
9
1.6 Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kumpulan cerpen Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru karya Haruki Murakami. Kumpulan cerpen ini terdiri atas 237 halaman dan diterbitkan pada tahun 2000 oleh Shinchosya, Tokyo.
1.7 Metode dan Teknik Penelitian Metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan. Adapun tahapan tersebut adalah pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data.
1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah metode kepustakaan, yaitu metode untuk penelitian yang secara khusus meneliti teks, baik lama maupun modern (Ratna, 2006:39). Teknik yang dilakukan pada pengumpulan data adalah sebagai berikut. 1. Membaca sumber data, yaitu empat cerpen berjudul UFO Ga Kushiro Ni Oriru, Kami No Kodomotachi Wa Mina Odoru, Thailand, dan Hachi Mitsu Pai dalam kumpulan cerpen
Kami No Kodomotachi Wa Mina
Odoru. 2. Mencatat data yang terkait dengan masalah yang diteliti. 3. Mengklasifikasikan data-data yang diperlukan.
10
1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data Metode yang digunakan dalam tahap analisis data adalah metode dialetik, yaitu metode analisis yang dilakukan dengan cara mencari hubungan-hubungan antara faktor-faktor sosial yang terdapat dalam teks sastra dan faktor-faktor sosial yang ada dalam masyarakat. Adapun teknik yang diperlukan untuk menjalankan metode dialetik adalah seperti di bawah ini. 1. Analisis faktor-faktor sosial yang terkandung dalam karya sastra yang diteliti. 2. Analisis faktor-faktor yang ada dalam masyarakat atau dalam buku-buku yang menjelaskan kondisi masyarakat tempat karya yang diteliti lahir. 3. Menghubungkan hasil analisis sehingga menghasilkan kesesuaian antara faktor-faktor sosial yang terdapat di dalam karya sastra dan faktor-faktor sosial yang ada dalam masyarakat (Sangidu, 2005: 28--29).
1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Setelah data selesai dianalisis, maka tahap selanjutnya yang dilakukan adalah menyajikan hasil analisis data. Penyajian hasil analisis dalam penelitian ini menggunakan metode informal, yaitu penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa, bukan dalam bentuk angka-angka, bagan, atau statistik (Ratna, 2006:50). Teknik yang digunakan dalam menyajikan hasil analisis adalah dengan teknik narasi, yaitu menarasikan fakta-fakta atau hasil
11
penganalisisan data yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil analisis data dideskripsikan dengan kata-kata biasa, bukan dalam bentuk angka atau bagan.