BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kontrol diri merupakan hal yang penting bagi setiap individu, termasuk dan terutama bagi individu yang sedang menjalani proses rehabilitasi narkoba. Kontrol diri menurut Borba (2014) menyadarkan individu akan adanya konsekuensi bahaya atas tindakan yang dilakukan. Individu yang memiliki kontrol diri tinggi, menurut Mahoney dan Thoresen sangat memperhatikan cara-cara yang tepat untuk berperilaku dalam situasi yang bervariasi, memiliki perilaku yang lebih responsif terhadap petunjuk-petunjuk yang muncul dalam setiap situasi, dan lebih fleksibel. Sebagaimana dikutip oleh Steketee (Aviyah & Farid, 2014), remaja-remaja yang terlibat dalam tindakan kenakalan/delinkuensi, termasuk di dalamnya adalah Narkoba, memiliki kontrol diri yang cenderung rendah. Keberhasilan seseorang dalam pemulihan ketergantungan dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya adalah keluarga sedangkan salah satu karakteristik personal yang menurut peneliti dapat membantu para pecandu menghadapi berbagai tantangan yang sedang dihadapi selama proses rehabilitasi adalah kontrol diri. Kontrol diri dipahami sebagai sumber daya mental yang penting dan dasar untuk menghindari dan menahan diri dari perilaku yang dapat merugikan dirinya sendiri (Tangney, Roy & Boone, 2004). Ketika individu memiliki kontrol diri rendah maka akan sulit untuk menghindari dan menahan diri dari godaan yang
1
2
dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, seperti penyalahgunaan NAPZA (Gibson, 2004). Permasalahan yang ditemukan peneliti di rehabilitasi yang akan peneliti lakukan penelitian yaitu hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 10% pecandu yang memiliki disiplin diri selama menjalani proses rehabilitasi, hanya 7,5% dari pecandu memikirkan tiap tindakan yang akan mereka lakukan dengan pemikiran yang matang, 27,5% pecandu memiliki sikap melanggar kebiasaan selama menjalankan proses rehabilitasi, hanya 13,75% pecandu mampu memberikan perhatian penuh pada pekerjaan yang mereka lakukan dan hanya 13,75% pecandu yang dapat menilai dirinya dalam melaksanakan rancangan jangka panjang untuk penilaian tertentu. Dalam mempertahankan dan memperkuat kontrol diri perlu dukungan dari keluarga, dari beberapa studi menyebutkan bahwa dukungan keluarga terhadap anak dapat membantu untuk menentukan kualitas kontrol diri pada anak (Hay & Walter, 2006). Keluarga memiliki pengaruh besar dalam menentukan perilaku utamanya menentukan kualitas kontrol diri pada anak. Pertumbuhan fisik dan perkembangan emosional anak akan senantiasa dipengaruhi oleh keluarga karena lebih banyak waktu kebersamaan mereka dan memiliki ikatan emosional yang lebih dekat (Wikstrom & Kyle, 2007). Gottfredson dan Hirschi mengemukakan bahwa tingkat dan kualitas pengendalian diri individu sebagian besar ditentukan oleh keluarga (Beaver, 2008). Keluarga yang terlibat dalam pengasuhan seharusnya memberikan dukungan baik pada anaknya, seperti memperhatikan dan peduli pada anak,
3
mengenali dan mencari tahu penyebab kenapa anaknya memiliki perilaku tidak baik, menghargai atau memuji anak, dan memberikan arahan serta bimbingan ketika anak melakukan kesalahan. Dengan dukungan tersebut maka dapat menentukan kualitas kontrol diri pada anak mereka. Sebaliknya, keluarga yang cuek tidak memberikan dukungan dan tidak mau terlbat dalam pengasuhan, maka keluarga cenderung membersarkan anak-anaknya dengan tingkat kontrol diri yang rendah (Malatras & Allen, 2013). Dukungan keluarga bukan hanya berperan dalam menentukan kualitas kontrol diri anak, namun dukungan keluarga mampu menentukan dan membatasi perilaku anak seperti menghindarkan perilaku yang menyimpang dan tindak kriminal. Beberapa studi telah mengemukakan bahwa dukungan keluarga kepada anak secara konsisten terkait dengan perilaku yang baik dan positif termasuk akan menghindarkan perilaku penyalahgunaan NAPZA (Ward & Pamela, 2008). Keluarga bukan hanya sebagai penentu perilaku yang baik namun dapat menentukan kualitas kontrol diri pada individu. Dukungan keluarga yang diberikan
pada
individu
maka
akan
mampu
untuk
membangun
dan
mempertahankan kontrol diri yang baik. Dengan kontrol diri yang baik, maka individu akan memiliki kemampuan untuk mengarahkan dan menghambat perilaku yang tidak diinginkan serta memiliki kemampuan untuk menahan diri dari perilaku impulsif yang dapat merugikan dirinya dan orang lain termasuk mampu menghindari penyalahgunaan NAPZA (Baharuddin, 2015). Dukungan keluarga yang baik tidak terlepas dari keberfungsian keluarga yang baik pula.
4
Menurut Smith, Elliot & Lach (2004) mengartikan keberfungsian keluarga adalah suatu istilah luas yang digunakan untuk menggambarkan karakteristik yang bermacam-macam pada lingkungan keluarga seperti kesejahteraan orang tua, kualitas perkawinan, hubungan antara orang tua dan anak, kohesi (kepaduan), pernyataan perasaan, konflik, dan sebagainya. Lingkungan
keluarga
terutama
orangtua
menentukan
bagaimana
kemampuan mengontrol diri seseorang. Bila orangtua menerapkan disiplin kepada anaknya sikap disiplin secara intens sejak dini, dan orangtua tetap konsisten terhadap semua konsekuensi yang dilakukan anak bila ia menyimpang dari yang sudah ditetapkan, maka sikap konsisten ini akan diinternalisasi oleh anak dan kemudian akan menjadi kontrol diri baginya (Ghufron & Rini, 2010). Individu yang berasal dari keluarga yang tidak berfungsi dengan sebagaimana semestinya, minimnya dukungan terhadap anak, minim kontrol dan pengawasan, serta orangtua yang menerapkan pola disiplin secara tidak efektif akan tumbuh menjadi individu dengan kontrol diri lemah dan memiliki kecenderungan untuk terlibat dalam perilaku kenakalan pada individu tersebut (Aroma & Suminar, 2012). Gottfredson & Hirschi (1990) juga berpendapat bahwa kontrol diri yang rendah, yang didirikan pada tahap awal kehidupan individu sebagai akibat dari kurangnya pengasuhan dari orangtua adalah penyebab utama dari perilaku menyimpang. Jika keluarga tidak berfungsi sesuai dengan sistem yang baik dan tiap anggotanya tidak memiliki perhatian yang lebih akan timbul beberapa dampak yang terjadi diantara anggota keluarga, salah satunya yaitu individu tidak dapat
5
mengendalikan diri dan emosinya secara baik. Hal ini dapat menyebabkan individu
melakukan
perilaku-perilaku
menyimpang
seperti
tidak
dapat
berinteraksi dengan lingkungan sekitar, gangguan makan, rendahnya prestasi akademik, terjadinya agresivitas yang berlebihan dan penyalahgunaan NAPZA. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada beberapa responden penelitian, ditemukan perbedaan antara responden yang sering dikunjungi oleh keluarganya berinisial ME dan responden yang tidak pernah dikunjungi oleh keluarga yang berinisial I. Pada responden yang sering dikunjungi oleh keluarga ME memiliki semangat dalam menjalani masa rehabilitas dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam menjalani sisa hukuman yang responden dapatkan. Responden mengatakan, setiap orangtuanya datang mengunjunginya selalu memberikan semangat agar tetap kuat dan ikhlas dalam menjalani masa rehabilitasi ini. Semangat yang diberikan oleh keluarga ini yang menjadikan beban responden menjadi ringan selama menjalani masa rehabilitasi. Berbeda dengan I, responden yang tidak pernah dikunjungi oleh keluarganya mengatakan bahwa selama menjalani masa rehabilitasi ini responden merasa tidak nyaman dan merasakan beban yang sangat berat dalam menjalani hari-hari di rehabilitasi. Kurangnya dukungan dari keluarga ini yang menyebabkan proses rehabilitasi yang dijalankan oleh responden menjadi berat. Responden mengatakan selama menjalani rehabilitasi, responden merasa bahwa tidak banyak perubahan yang terjadi pada dirinya. Berdasarkan uraian di atas tentang permasalahan yang ada dan dengan tinjauan pustaka yang relevan, maka peneliti merumuskan masalah penelitian
6
sebagai berikut: Bagaimana keberfungsian keluarga berperan terhadap tinggi rendahnya kontrol diri mantan pecandu NAPZA yang sedang melakukan proses rehabilitasi? B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empirik hubungan antara keberfungsian keluarga dan kontrol diri pada pengguna NAPZA yang sedang menjalani rehabilitasi.
C. Manfaat Penelitian Secara praktis maupun teoritis, studi ini memiliki beberapa manfaat diantaranya adalah: 1.
Manfaat Teoritis Penelitian ini berguna untuk menambahkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu pengetahuan psikologi pada khususnya. Secara teoritis manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang psikologi klinis.
2.
Manfaat Praktis Penelitian ini memiliki kegunanaan untuk keluarga korban yang ingin mengetahui adanya upaya meningkatkan kontrol diri pecandu yang berguna untuk meningkatkan cara pecandu merespon stimulus yang ada. Hal ini dinilai sebagai salah satu cara untuk mempertahankan dan mengembangkan pengendalian diri di dalam rehabilitasi yang dapat
7
membantu pecandu menjalani proses rehabilitasi dan menjadi pribadi yang lebih positif. D. Keaslian Penelitian Berdasarkan pengamatan peneliti, sejauh ini masih belum banyak dilakukan penelitian mengenai keberfungsian keluarga dan kontrol diri pada pengguna NAPZA dipublikasikan. Walau kedua aspeknya sudah banyak yang meneliti, akan tetapi keduanya belum pernah diteliti secara bersama-sama. Di Indonesia penelitian mengenai kontrol diri pernah dilakukan oleh Rohilah dan Mubarak (2006) dengan judul hubungan religiusitas dan kontrol diri dengan sikap terhadap penyalahgunaan NAPZA. Selain itu Baharuddin (2015) meneliti tentang pengaruh dukungan orang tua dan kontrol diri terhadap sikap penyalahgunaan alkohol pada remaja dan penelitian dari Aroma dan Suminar (2012) yang berjudul hubungan antara tingkat kontrol diri dengan kecenderungan perilaku kenakalan remaja. Persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan adalah sama-sama menjadikan kontrol diri sebagai variabel tergantung yang membutuhkan solusi dari variabel bebas. Solusi yang ditawakan dalam penelitian ini yaitu keberfungsian keluarga yang dimiliki oleh pecandu yang sedang menjalani rehabilitasi. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai keberfungsian keluarga dan kontrol diri pengguna NAPZA yang sedang menjalani rehabilitasi dapat dikategorikan sebagai penelitian yang
8
orisinil dan belum pernah dilakukan sebelumnya. Adapun keaslian penelitian ini dapat dilihat dari empat hal, yaitu: 1.
Keaslian Topik Topik dalam penelitian ini adalah hubungan antara keberfungsian keluarga dan kontrol diri pada pengguna NAPZA yang sedang menjalani rehabilitasi, yang dimana keberfungsian keluarga merupakan variabel bebas dan kontrol diri merupakan variabel tergantung.
2.
Keaslian Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori Tangney, Baumeister dan Boone (2004) untuk variabel kontrol diri dan untuk variabel keberfungsian keluarga penelitian ini mengacu pada McMaster Model of Family Assessment Device, oleh Epstein (1983).
3.
Keaslian Alat Ukur Keaslian alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah adaptasi dari skala kontrol diri oleh Tangney, dkk (2004) dan alat ukur yang digunakan untuk keberfungsian keluarga adalah adaptasi dari Epstein dan Bishop The McMaster Family Assessment Device (1983).
4.
Keaslian Subjek Penelitian Subjek yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pengguna NAPZA yang sedang menjalani rehabilitasi.