BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001
Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business) minyak dan gas serta usaha non inti (non core business). Kegiatan usaha inti migas meliputi usaha hulu dan usaha hilir. Kegiatan usaha hulu (upstream business) adalah kegiatan yang bertumpu pada kegiatan eksplorasi dan eksploitasi; sedangkan, kegiatan usaha hilir (downstream business) adalah kegiatan yang bertumpu pada kegiatan usaha pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan/atau niaga. Salah satu komoditas unggulan Indonesia di sektor energi adalah gas bumi. Potensi gas bumi dalam negeri dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Cadangan Gas Bumi Indonesia
Sumber: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (2013)
1
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, cadangan terbukti gas bumi Indonesia sebesar 103,35 TSCF dan cadangan potensial gas bumi Indonesia sebesar 47,35 TSCF sehingga terdapat total cadangan gas bumi sebesar 150,70 TSCF. Cadangan tersebut akan lebih besar jika memperhitungkan sumber gas bumi non konvensional seperti coal bed methane (“CBM”), shale gas maupun bio gas. Cadangan gas bumi dari CBM berdasarkan data BP Migas diperkirakan mencapai 453,3 TCF sehingga prospek industri gas bumi di Indonesia memiliki peluang yang sangat besar. Di Indonesia, sektor migas ini semakin strategis karena kontribusinya dalam mendukung perekonomian dan pembangunan nasional sangatlah besar. Industri migas hingga saat ini masih menjadi salah satu tulang punggung penerimaan negara yang sangat signifikan. Tiap tahun, industri ini menyumbang sekitar Rp 400 triliun sebagai penerimaan negara atau sekitar Rp 1 triliun per hari. Gas bumi saat ini telah menjadi salah satu andalan pendapatan negara dari sektor migas. Dulu, ketika Indonesia pertama kali mengembangkan gas bumi, harga ekspornya hanya sekitar US$ 3 per MMBTU namun saat ini harga gas di pasar dunia telah mencapai sekitar US$ 12 hingga US$ 18 per MMBTU. Keberadaan gas bumi sebagai energi pengganti minyak bumi semakin penting dan memiliki posisi strategis dalam menekan emisi karbondioksida (CO2) atau menghadapi perubahan iklim (climate change) dan pemanasan global (global warming). Tujuan kebijakan alokasi gas yang lebih besar sesungguhnya dimaksudkan untuk mengurangi impor minyak mentah dan BBM dari luar negeri serta mengurangi
2
ketergantungan pada BBM menyusul semakin menurunnya tingkat produksi minyak secara alamiah. Sumber daya minyak yang semakin menipis, mendorong diversifikasi energi serta mendukung penggunaan energi yang lebih bersih seperti gas bumi. Diversifikasi
BBM
ke
bahan
bakar
gas
juga
bertujuan
meminimalkan
penyalahgunaan BBM subsidi dan efisiensi anggaran pemerintah serta mengurangi beban biaya bahan bakar pemilik kendaraan. Pada intinya, konversi BBM ke bahan bakar gas dilakukan untuk meningkatkan ketahanan energi nasional, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dapat dipastikan bahwa permintaan energi gas bumi di Indonesia pada masa mendatang akan tumbuh dengan pesat. Berdasarkan hal tersebut, maka infrastruktur jaringan pipa gas bumi akan dibangun secara besar-besaran. Selain itu, sehubungan dengan prospek pasokan Liquid Natural Gas (”LNG”) yang besar dari pasar internasional, maka dibangun pula beberapa terminal terapung atau biasa disebut Floating Storage and Regasification Units (”FSRU”) serta pembangunan instalasi pencairan dan pemurnian LNG untuk keperluan dalam negeri. Selain untuk mengatasi terbatasnya jaringan pipa distribusi gas di daerah-daerah yang memiliki aktivitas transportasi tinggi, pembangunan infrastruktur ini juga bertujuan agar gas bumi dapat menjangkau
daerah-daerah
yang
membutuhkannya
sehingga
dapat
menciptakan ketahanan pasokan gas untuk mendorong pertumbuhan industri dan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin terakselerasi dengan pengembangan dan perbaikan infrastruktur jaringan pipa gas bumi.
3
Seiring dengan perkembangan ekonomi Indonesia, gas bumi telah menjadi andalan pendapatan negara dari subsektor migas. Mulai tahun 2013, pendapatan dari gas bumi masuk dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (”APBN”). Sebelumnya, hanya minyak bumi saja yang masuk dalam perhitungan APGN. Selain tetap mengekspor gas untuk memperoleh pendapatan negara, sebagian produksi gas bumi dialokasikan untuk domestik. Dalam rangka memenuhi konsumsi gas dalam negeri, pemerintah terus mengembangkan gas bumi baik secara konvensional maupun non konvensional seperti CBM dan shale gas. Proyeksi atas kegiatan produksi, konsumsi dan ekspor gas bumi di Indonesia, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.2.
Gambar 1.2 Proyeksi Produksi, Konsumsi dan Ekspor Gas Indonesia
Sumber: Biro Riset Lembaga Manajemen FEUI (2013)
Berdasarkan proyeksi dalam kajian energi Indonesia yang dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (”BPPT”) tahun 2011, produksi gas Indonesia akan mengalami penurunan. Penurunan tersebut dikarenakan faktor-faktor yang tidak
4
berhubungan secara langsung dengan kegiatan produksi diduga lebih banyak memberikan hambatan pertumbuhan produksi gas alam Indonesia, namun kegiatan konsumsi gas dalam negeri diprediksikan akan meningkat sehingga volume ekspor akan menurun. Peningkatan jumlah kebutuhan gas bumi berkorelasi positif dengan semakin luasnya konsumsi gas bumi, baik untuk kebutuhan industri maupun kebutuhan rumah tangga. Perkiraan total permintaan kebutuhan energi final yang memperlihatkan adanya prediksi peningkatan kebutuhan gas bumi pada periode 2009 – 2030, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.3.
Gambar 1.3 Proyeksi Total Permintaan Energi Final Berdasarkan Jenis Energi
Sumber: Biro Riset Lembaga Manajemen FEUI (2013)
Dalam rangka memenuhi kebutuhan gas bumi dalam negeri yang terus meningkat, pemerintah telah menetapkan kebijakan pengalokasian gas bumi ke
5
depan, antara lain pemanfaatan gas bumi diprioritaskan untuk kebutuhan dalam negeri dengan tetap mempertimbangkan keekonomian pengembangan lapangan. Kebijakan lainnya adalah alokasi pemanfaatan cadangan gas bumi yang baru ditemukan, diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan setempat. Apabila terdapat kelebihan, pemerintah memiliki kewenangan untuk menetapkan pemanfaatan gas bumi untuk ekspor, akan tetapi mensyaratkan komitmen investor untuk berkontribusi dalam pengembangan infrastruktur atau pengembangan migas domestik. Dengan adanya kebijakan pemerintah terkait dengan pemanfaatan gas bumi, maka tingkat persaingan pada kegiatan usaha hilir migas khususnya niaga dan pengangkutan gas bumi menjadi semakin kompetitif. Perusahaan yang telah memiliki izin usaha niaga dan/atau pengangkutan gas bumi, dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Perusahaan Dengan Izin Usaha Niaga dan/atau Pengangkutan Gas Bumi NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
NAMA PERUSAHAAN PT Energasindo Heksa Karya PT Bayu Buana Gemilang PT Sadikun Niagamas Raya PT Odira Energy Persada PT Krakatau Daya Listrik PT Pelangi Cakrawala Losarang PT Pertagas Niaga PT Pertiwi Nusantara Resources PT Mitra Energi Buana PT Perusahaan Gas Negara Persero Tbk PT Banten Inti Gasindo PT Transportasi Gas Indonesia PT Pertamina Gas PT Majuko Utama Indonesia PT Surya Cipta Internusa Sumber: Direktorat Gas Bumi BPH Migas (2012)
6
Salah satu hal yang paling penting bagi setiap perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis adalah perumusan dan pengimplementasian strategi bisnis. Dalam merumuskan strategi bisnis, perusahaan perlu mempertimbangkan lingkungan eksternal dan internal untuk menciptakan keunggulan bersaing. Hal tersebut pula yang dilakukan oleh PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (”PGN”) sejak awal berdiri hingga saat ini, yaitu terus menerapkan strategi yang efektif dalam persaingan pada kegiatan usaha hilir migas. Sebagai perusahaan yang membangun infrastruktur sekaligus menyediakan energi, kinerja PGN sejak berdiri pada tanggal 13 Mei 1965 hingga saat ini menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik. Hal ini menegaskan kekuatan, kemampuan dan keahlian PGN di sepanjang rantai nilai gas bumi. Secara umum, kinerja keuangan dan kinerja operasional PGN selama tahun 2011 hingga 2012 dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Ikhtisar Keuangan, Operasional dan Saham IKHTISAR Pendapatan Neto Laba Operasi EBITDA Laba Bruto Total Laba yang Dapat Diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk Laba Per Saham Dasar Volume Penyaluran Gas Bumi Jumlah Pelanggan Panjang Jaringan Pipa
TAHUN 2011 USD 2.230,40 juta USD 898,16 juta USD 1.078,30 juta USD 1.341,93 juta
2012 USD 2.576,49 juta USD 1.018,48 juta USD 1.188,71 juta USD 1.472,39 juta
USD 681,36 juta
USD 890,86 juta
USD 0,03 1.640,76 MMScfd 89.053 5.883 Km
USD 0,04 1.684,13 MMScfd 90.364 5.912 Km
Sumber: Laporan Tahunan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk 2012
7
Pencapaian kinerja PGN selama tahun 2011 hingga 2012 menunjukkan adanya peningkatan jumlah pelanggan, volume gas bumi yang disalurkan dan infrastruktur jaringan pipa yang berdampak pada peningkatan pendapatan dan laba di tahun 2011 sampai dengan 2012. Namun ke depannya, PGN menghadapi tantangan yang cukup berat untuk dapat merealisasikan kembali pencapaian kinerja yang terus meningkat pada tahun-tahun mendatang. Saat ini, PGN menghadapi beberapa permasalahan strategik. Permasalahanpermasalahan tersebut diantaranya berasal dari faktor eksternal, yaitu: (1) PGN dihadapkan pada persaingan yang cukup kompetitif dengan para kompetitornya yang memiliki kemampuan setara maupun lebih kuat serta menawarkan harga gas yang kompetitif untuk memperebutkan pangsa pasar; (2) volume penyaluran gas dari pemasok yang tidak stabil; (3) adanya perubahan regulasi pemerintah; dan ditambah dengan (4) dimulainya pengembangan atas energi alternatif lainnya sebagai produk substitusi gas bumi. Dalam menghadapi permasalahan-permasalahan strategik tersebut, PGN saat ini menerapkan strategi transformasi melalui Accelerated Transformation Program dengan melakukan perbaikan secara berkelanjutan guna beradaptasi terhadap perubahan, seperti menyusun program transformasi yang selaras dengan visi, misi dan tujuan perusahaan, memulai pengelolaan implementasi program transformasi, membangun kemampuan organisasi untuk merespon terhadap perubahan internal dan eksternal secara efektif, memperkuat daya inovasi/kreativitas sumber daya manusia, serta mengembangkan entrepreneurship
perusahaan
8
(cost/profit consciousness) dikarenakan peluang bisnis masih cukup bagus namun tantangan yang dihadapi perusahaan cukup signifikan. Menyadari akan peluang dan tantangan bisnis yang ada, maka PGN membutuhkan suatu strategi kompetitif yang tepat untuk terus bertahan dalam kondisi persaingan pasar yang sangat kompetitif guna keberlanjutan bisnisnya. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dilakukan penelitian mengenai strategi kompetitif yang dilakukan
PGN
dengan
judul,
“ANALISIS
STRATEGI
KOMPETITIF
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA (Persero) Tbk DALAM KEGIATAN USAHA HILIR MIGAS DI INDONESIA”.
B.
Rumusan Masalah Penurunan produksi minyak mentah, kenaikan harga bahan bakar minyak
(“BBM”), dan terus meningkatnya subsidi BBM telah mendorong pemerintah untuk melakukan beberapa langkah strategik dalam pemanfaatan gas bumi yang meliputi: 1.
Mekanisme harga dan pemisahan kegiatan usaha gas bumi melalui pipa Guna mendukung eksplorasi pencarian cadangan gas baru, maka Pemerintah melakukan tinjauan terhadap nilai keekonomian dengan melakukan penyesuaian harga gas dari produsen gas. Sedangkan terhadap sektor niaga gas (pengguna gas di hilir, terutama industri), dilakukan secara business to business, sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM No.19 tahun 2009. Selanjutnya diatur pula pemisahan
9
kegiatan pengangkutan dan niaga gas bumi, sebagai upaya untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur dan menciptakan iklim investasi yang sehat. 2.
Alokasi gas bumi Untuk memenuhi kebutuhan gas bumi di dalam negeri, sejak tahun 2010 Pemerintah mewajibkan setiap kontraktor Kontrak Kerja Sama (“KKS”) di sektor hulu menyediakan minimal 25% dari produksi atau kontrak baru dialokasikan untuk kebutuhan konsumsi domestik. Selain itu, untuk mengatur pemenuhan terhadap permintaan gas di dalam negeri, Pemerintah melalui Peraturan Menteri ESDM No. 3 tahun 2010, menetapkan prioritas alokasi gas dalam negeri untuk peningkatan produksi migas, industri pupuk, sektor kelistrikan dan industri lainnya.
3.
Regulasi terkait otonomi daerah Melalui Peraturan Pemerintah No.35/2004 KKS diwajibkan menawarkan 10% penyertaan kepada BUMD. Ketentuan ini merupakan peluang bisnis bagi BUMD untuk menjalankan kegiatan usaha di bidang energi gas bumi. Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat diketahui permasalahan dalam
penelitian ini adalah persaingan bisnis dalam kegiatan usaha hilir migas di Indonesia yang semakin kompetitif dan lebih banyak disebabkan oleh faktor-faktor eksternal di luar perusahaan sehingga PGN harus menyikapi dan menjawab tantangan bisnis dengan melakukan evaluasi terhadap strategi bersaingnya agar dapat terus bertahan dan bersaing dalam kegiatan usaha hilir migas di Indonesia sehingga tujuan PGN
10
untuk menjadi perusahaan energi kelas dunia dalam bidang pemanfaatan energi gas bumi dapat terwujud sesuai dengan visi perusahaan.
C.
Pertanyaan Penelitian Sesuai dengan pokok permasalahan di atas, maka pertanyaan penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.
Bagaimana kondisi lingkungan eksternal makro serta lingkungan industri dan persaingan dalam kegiatan usaha hilir migas? Apa yang menjadi faktor-faktor sukses kunci (key success factors) dalam kegiatan usaha hilir migas di Indonesia?
2.
Bagaimana kondisi internal dan apa yang menjadi keunggulan-keunggulan kompetitif (competitive advantages) PGN terutama keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (sustained competitive advantages)?
3.
Apa strategi kompetitif alternatif untuk PGN agar tetap dapat mempertahankan dan sekaligus meningkatkan posisi bersaing pada kegiatan usaha hilir migas di Indonesia?
D.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Menganalisis kondisi lingkungan eksternal makro serta lingkungan industri dan persaingan dalam kegiatan usaha hilir migas serta mengidentifikasi faktor-faktor sukses kunci (key success factors) dalam kegiatan usaha hilir migas di Indonesia.
11
2.
Menganalisis kondisi internal dan mengidentifikasi berbagai keunggulan kompetitif (competitive advantages) yang dimiliki PGN, terutama keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (sustained competitive advantages).
3.
Memformulasikan strategi kompetitif alternatif yang tepat bagi PGN dalam bersaing pada kegiatan usaha hilir migas di Indonesia.
E.
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan manajemen PGN dalam perumusan dan penerapan strategi kompetitif untuk dapat mengembangkan bisnisnya pada sektor kegiatan usaha hilir migas di Indonesia.
2.
Bagi akademisi, dapat digunakan sebagai referensi untuk menambah wawasan dan memberi gambaran mengenai perumusan dan perencanaan strategi kompetitif yang sesuai dengan kondisi lingkungan eksternal dan internal pada sektor kegiatan usaha hilir migas di Indonesia.
F.
Batasan Penelitian Mengingat bahwa PGN merupakan perusahaan yang bergerak dalam kegiatan
usaha hilir migas, maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada kegiatan usaha hilir migas khususnya kegiatan usaha niaga dan pengangkutan gas bumi. Peneliti juga
12
membatasi penelitian ini pada analisis strategi kompetitif yang dilakukan PGN, khususnya strategi kompetitif untuk segmen pasar selain pelanggan rumah tangga guna mempertahankan keunggulan kompetitif sekaligus meningkatkan posisi bersaing dalam kegiatan usaha hilir migas Indonesia pada masa mendatang.
G.
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada tesis ini adalah sebagai berikut:
BAB I
: PENDAHULUAN
Berisi penjelasan tentang latar belakang permasalahan, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Berisi penjelasan beberapa teori dan kajian literatur serta hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN Berisi penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan, terdiri dari desain penelitian, objek penelitian, pengumpulan data, metode analisis data serta pemaparan profil perusahaan yang menjadi objek penelitian.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
13
Berisi penjelasan terkait analisis data yang telah didapatkan dengan metode analisis yang telah dijelaskan serta pembahasan hasil penelitian secara mendalam.
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN Berisi simpulan hasil penelitian, keterbatasan hasil penelitian beserta implikasi hasil penelitian yang dilakukan termasuk rekomendasi untuk manajemen perusahaan pada objek penelitian.
14