BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Di era globalisasi ini dengan semakin canggihnya perkembangan teknologi informasi salah satunya televisi sebagai audio visual yang memanjakan pemirsa dengan berbagai tayangannya. Televisi adalah salah satu bagian teknologi komunikasi (massa), dengan telah mempresentasikan diri sebagai simbol legenda baru, bahkan media televisi bisa dianggap sebagai salah satu media yang paling dominan dalam arus informasi global. Karena televisi sebagai audio visual menjadikan pemirsa mampu menyaksikan beragam peristiwa yang terjadi Karena mudahnya media massa (televisi) diterima oleh masyarakat, oleh para pakar media massa (televisi) dinilai power full (perkasa) sehingga senantiasa mendapatkan perhatian yang seksama untuk diteliti. Televisi secara harafiah artinya “melihat dari jauh”. Namun demikian, dalam pengertian sederhana ini sebenarnya meliputi dua bagian utama, yaitu pemancar televisi yang berfungsi mengubah dan memancarkan sinyal-sinyal gambar (View) bersama-sama dengan sinyal suara sehingga sinyal-sinyal tersebut dapat diterima oleh pesawat televisi penerima pada jarak yang cukup jauh. Kedua televisi penerima dipancarkan oleh transmisi dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pesawat televisi adalah alat yang
1
dapat digunakan untuk melihat dan mendengar dari tempat yang jauh (Setyobudi, 2005: 2). Televisi sangat mudah didapat oleh masyarakat baik dari kalangan atas maupun bawah, dari anak-anak maupun orang tua. Setiap individu ingin menyaksikan acara-acara televisi tidak harus dengan membeli, tetapi mereka bisa saja melihat di rumah tetangga, apalagi sekarang ini banyak sekali stasiun- stasiun televisi swasta yang mudah dijangkau dimana-mana. Itulah sebabnya televisi swasta berlomba-lomba menggelar acara-acara yang menarik peminat penonton mereka (stasiun televisi) bersaing untuk mementingkan bisnis tidak memikirkan akibatnya. Televisi merupakan temuan international karena banyak ilmuwan- ilmuwan yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan teknologi ini (Setyobudi, 2005: 22). Perkembangan yang cukup pesat beberapa tahun belakangan ini awalnya kita hanya punya satu stasiun televisi, itu pun dimiliki oleh pemerintah namanya Televisi Republik Indonesia (TVRI). Pada tahun 1989, lahirnya stasiun televisi Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Stasiun tersebut menjadi televisi swasta pertama di Indonesia. Stasiun televisi swasta yang kemudian berturut-turut lahir adalah Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Indosiar, dan Andalas Televisi (Antv). Sejak era reformasi bergulir, televisi swasta pun semakin ramai bermunculan. Ada Metro TV, Transformasi Televisi (Trans TV), TV 7 yang kini menjadi Trans 7, Lativi yang belakangan memjadi TVOne, serta Global TV (Usman , 2009: 1).
2
Secara umum, stasiun televisi terdiri atas televisi generalis dan televisi spesialis. Televisi generalis menyajikan program atau acara yang beragam, mulai sinetron, musik, film, acara anak-anak, hingga berita. Untuk televisi nasional yang
termasuk dalam kategori televisi generalis adalah
RCTI, SCTV, TPI, Indosiar, Antv, Trans 7, termasuk TVRI. Televisi spesialis menitikberatkan pada program tertentu. Metro TV dan TVOne adalah TV khusus yang cenderung atau menspesialiskan diri pada program berita. Akan tetapi, sebagaimana kita saksikan selama ini, televisi generalis maupun televisi berita, semuanya menyajikan program berita, semuanya menyajikan program berita. Televisi yang sebelumnya cenderung dipandang sebagai media hiburan, kini juga harus dipandang sebagai media informasi. Berita televisi sekarang bisa disebut telah menjadi kebutuhan utama masyarakat (Usman, 2009: 2-3). Tayangan TV yang memperoleh rating pemirsa yang tinggi cenderung menjadi incaran bagi para pengelola stasiun siaran. Rating dalam penyiaran program TV memberi jaminan income atau pemasukan dari iklan yang menyertai program. Pada umumnya tayangan hiburan yang menarik memperoleh rating tinggi sementara tayangan yang bersifat informasi dan pendidikan memperoleh rating yang rendah. Kondisi seperti ini memicu para pengelola stasiun TV untuk lebih banyak menayangkan program hiburan. Sebaliknya, situasi ini menimbulkan kekuatiran bagi mereka yang peduli terhadap perkembangan intelektual dan sikap pemirsa. Sangat disayangkan jika kemampuan yang luar biasa dari media TV yang mampu hadir dekat
3
dengan pemirsa hanya didominasi tayangan yang kurang mendidik. Sejumlah pakar media pendidikan berpendapat bahwa TV adalah sumber yang kaya untuk pendidikan seperti yang dinyatakan oleh Remich (Arsyad, 2009: 24). Salah satu fungsi media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan mendapatkan informasi dengan cara sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim kondisi dan lingkungan belajar yang ditata yang diciptakan oleh guru (Arsyad, 2009: 15). Fenomena ini, bisa saja terjadi lantaran banyak tersedianya televisi yang mudah dijangkau oleh kalayak terutama kepada anak-anak, jadi tidaklah mengherankan apabila di dunia media massa zaman sekarang kasus menyibukkan anak-anak dengan media khususnya (televisi). Media televisi pada anak-anak terutama di SDN Jatisari 01 kecamatan Pakisaji Malang memang mengalami peningkatan, apalagi dengan semakin menambahnya program-program televisi untuk anak-anak hal itu memicu mereka menjadi semakin senang menonton televisi. Media yang sering dikonsumsi adalah televisi, yang dapat mereka konsumsi dengan bebas kapanpun mereka mau, mereka akan lebih sering duduk di depan televisi saat jam- jam acara anakanak bahkan acara lain. Belajar sendiri atau mandiri di rumah adalah tugas paling pokok dari setiap siswa. Syarat utama belajar sendiri di rumah adalah ketentuan belajar seperti memiliki jadwal belajar tersendiri meskipun terbatas waktunya, bukan lamanya belajar yang diutamakan tetapi kebiasaan teratur dan rutin
4
melakukan belajar di rumah. Adapun terbentuknya sikap disiplin belajar dari seorang anak tidaklah bisa terwujud begitu saja melainkan dari sebuah proses yang salah satunya melalui kebiasaan atau aktifitas sehari-hari yaitu mengerjakan apa yang ditugaskan Bapak dan Ibu guru (PR), membaca buku lain yang ada hubungannya dengan pelajaran di sekolah, mempersiapkan atau mempelajari kembali pelajaran yang akan diajarkan besok, melengkapi dan meringkas kembali catatan pelajaran, mengadakan belajar kelompok dengan teman. Keseluruhan permasalahan yang ada sebagaimana tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Intensitas Menonton Program Televisi Yang Bersifat Hiburan Terhadap Kedisiplinan Belajar di Rumah (studi kasus diSDN Jatisari 01 kecamatan Pakisaji Malang)”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang dirumuskan peneliti adalah adakah pengaruh intensitas menonton program televisi yang bersifat hiburan terhadap kedisiplinan belajar di rumah (studi kasus di SDN Jatisari 01 kecamatan Pakisaji Malang) ?
C. Tujuan Penelitian Berpijak pada masalah di atas, maka penelitian ini dimaksudkan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas menonton program televisi yang bersifat hiburan terhadap kedisiplinan belajar di rumah (studi kasus di SDN Jatisari 01 kecamatan Pakisaji Malang). 5
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk lebih disiplin lagi dalam belajar khususnya di rumah. 2. Bagi Guru Ini diharapkan dapat meningkatkan anak dalam disiplin belajar khususnya di rumah. 3. Bagi Orang Tua Penelitian ini diharapkan agar para orang tua dapat lebih aktif dan mendukung dan memotivasi anaknya untuk belajar khususnya belajar di rumah. 4. Bagi Peneliti Dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan kepada peneliti tentang kedisiplinan belajar khususnya di rumah. 5. Bagi Sekolah Memberi sumbangan pemikiran sebagai alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di SDN Jatisari 01 kecamatan Pakisaji Malang. E. Penegasan Istilah 1. Pengaruh WJS Poerwadimanto (2003: 865) mengemukakan Daya yang ada atau yang timbul dari suatu (orang, benda dan sebagainya) yang berkuasa (ghaib dan sebagainya), dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pengaruh adalah akibat atau dampak yang disebabkan oleh daya yang 6
timbul dari suatu perbuatan. Perbuatan yang dimaksud dalam penelitian ini berkaitan dengan kedisiplinan belajar di Rumah. 2. Intensitas Menonton Televisi. Intensitas Menonton Televisi yang dimaksud peneliti ini adalah frekuensi anak dalam menonton televisi, durasi anak menonton televisi, tingkat minat anak terhadap menonton televisi, dan tingkat perhatian anak terhadap acara televisi. 3. Kedisiplinan Belajar di rumah Kedisiplinan berasal dari kata disiplin yang artinya ketaatan (kepatuhan). Mendapat awalan ke dan akhiran an menunjukkan adanya suatu sikap yang ada. Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil dari pengalaman yang lalu (Mustaqim, 2001: 23). Sedangkan belajar di rumah bisa dikenal belajar sendiri atau mandiri adalah adanya ketentuan belajar seperti memiliki jadwal belajar tersendiri meskipun terbatas waktunya. Bukan lamanya belajar yang diutamakan, tetapi kebiasaan teratur dan rutin melakukan belajar.12 Jadi kedisiplinan belajar di rumah yang dimaksud peneliti ini adalah tepat waktu dalam belajar, ketepatan waktu dalam mengerjakan pekerjaan rumah (PR), belajar secara teratur (Tohirina, 2008: 117). 4. Siswa SDN Jatisari 01 kecamatan pakisaji kabupaen malang Siswa yang disebut dengan peserta didik yaitu pihak yang menjadi sampel pokok dari pendidikan. Yang dimaksud sampel pokok dalam
7
penelitian ini adalah pelajar atau peserta didik yaitu siswa-siswi kelas IV dan V SDN Jatisari 01 kecamatan Pakisaji Malang.
8