BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2013 belum dapat memenuhi target Millenium Depelopment Goals (MDGs) 2015. Dimana angka kematian bayi (AKB) di Indonesia tahun 2013 adalah 34/1000 kelahiran hidup, sedangkan target MDGs 2015 adalah 23/1000 kelahiran hidup. Menurut profil kesehatan provinsi Bali tahun 2013, pada tahun 2012 AKB di provinsi Bali adalah 5,09 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian terjadi peningkatan yang tidak signifikan pada AKB di Provinsi Bali menjadi 5,5 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2013. Dari 5,97% kematian balita per 1.000 kelahiran hidup, sebagian besar (91,87%) disumbangkan oleh umur 0-11 bulan atau bayi, sehingga angka kematian bayi tidak jauh berbeda dengan angka kematian balita (Dinkes Bali, 2014). Berdasarkan Riskesdas 2007, penyebab kematian bayi (usia 29 hari-11 bulan) yang terbanyak adalah diare (31,4%) dan pneumonia (23,8%). Demikian pula penyebab kematian anak balita (usia 12-59 bulan), terbanyak adalah diare (25,2%) dan pneumonia (15,5%) (Depkes RI, 2008a). Pada tahun 2013, insiden diare pada balita adalah 6,7 dan period prevalence pneumonia balita di Indonesia adalah 18,5 per mil (Depkes RI, 2013). Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children
Fund
(UNICEF)
dan
World
Health
Organization
(WHO)
merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan (Depkes RI, 2014). Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/SK/Menkes/VIII/2004 tanggal 7 April 2004 telah menetapkan pemberian ASI 1
2
eksklusif selama 6 bulan pada ibu di Indonesia. ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu saja tanpa tambahan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan. Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi (Infodatin, 2014). ASI perlu diberikan secara eksklusif sampai umur 6 bulan untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013, persentase pemberian ASI eksklusif di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 54,3% (Depkes RI, 2014). Dalam Profil Kesehatan Provinsi Bali tahun 2013, cakupan pemberian ASI eksklusif di provinsi Bali adalah 67,4%. Kabupaten Karangasem memiliki cakupan pemberian ASI esklusif terendah di Provinsi Bali dengan persentase 59,06%. Pada tahun 2014, cakupan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Karangasem meningkat menjadi 68,69%. Akan tetapi cakupan pemberian ASI esklusif ini belum memenuhi target 70% (Dinkes Bali, 2014). Dari hasil rekapitulasi kajian kuantitatif kuesioner survey perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) tatanan rumah tangga sehat di Kabupaten Karangasem tahun 2014, persentase pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Selat merupakan yang terendah yakni 13,2% (Dinkes Karangasem, 2014). Cakupan pemberian ASI esklusif di wilayah kerja Puskesmas Selat tersebut mengalami penurunan persentase sebesar 39,3% dari tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2013 cakupan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Selat adalah 52,5% (Dinkes Karangasem, 2014b). Pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu indikator dari PHBS rumah tangga. Dukungan dan peran aktif yang dilakukan oleh seluruh masyarakat tidak bisa lepas dalam pelaksanaan PHBS rumah tangga termasuk dalam pemberian ASI
3
eksklusif. Salah satu bentuk partisipasi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Selat adalah dengan membentuk kader kesehatan. Definisi kader kesehatan menurut Depkes RI adalah anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh masyarakat, mau dan mampu bekerja bersama dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan secara sukarela (Kesmas, 2014). Sama halnya dengan kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Selat yang dipilih langsung dari desa dan melaksanakan tugasnya di desa masing-masing seperti memberikan penyuluhan kesehatan di masyarakat. Kader kesehatan yang secara langsung berhadapan dengan berbagai permasalahan kemasyarakatan, termasuk masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat, memiliki peran besar untuk mendukung keberhasilan pemberian ASI eksklusif tersebut. Dalam hal ini kader kesehatan memiliki peran dalam upaya meningkatkan pemberian ASI eksklusif di masyarakat dengan mengajak masyarakat mengaplikasikannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Aritonang, 2014). Disamping itu, kader juga dapat berperan sebagai orang yang pertama kali menemukan jika ada masalah kesehatan di daerahnya dan segera melaporkan ke tenaga kesehatan setempat. Jadi kader merupakan penghubung antara masyarakat dengan tenaga kesehatan karena kader selalu berada di tengah-tengah masyarakat (Depkes RI, 2010). Adapun peran kader dalam mendukung keberhasilan pemberian ASI eksklusif antara lain mendata seluruh ibu hamil, ibu menyusui, dan bayi baru lahir yang ada di wilayah kerjanya; memberikan penyuluhan kepada ibu hamil dan menyusui di posyandu tentang pentingnya memberikan ASI eksklusif; dan melakukan kunjungan rumah kepada ibu nifas yang tidak datang ke posyandu dan menganjurkan agar rutin memeriksakan kesehatan bayinya serta mempersiapkan diri untuk memberikan ASI eksklusif (Depkes RI, 2008).
4
Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada seorang staf promosi kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem, diperoleh informasi bahwa evaluasi yang dilakukan terhadap kader baru sebatas evaluasi mengenai jumlah kader dan identitas kader dari masing-masing desa. Belum pernah dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan peran kader dalam upaya meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif. Perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut untuk mengetahui gambaran peran kader di Puskesmas Selat dalam upaya meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan evaluasi peran kader dalam upaya meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Selat, Kabupaten Karangasem.
1.2 Rumusan Masalah Angka kesakitan dan kematian bayi di Indonesia pada tahun 2013 masih tinggi. Cakupan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Selat merupakan yang terendah di Kabupaten Karangasem pada tahun 2013 dan mengalami penurunan persentase sebesar 39,3% pada tahun 2014. Belum pernah dilakukan evaluasi terhadap peran kader dalam upaya meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Selat.
1.3 Pertanyaan Penelitian Bagaimana peran kader dalam upaya meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Selat, Kabupaten Karangasem?
5
1.4 Tujuan Tujuan dari penelitian ini dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut. a.
Tujuan Umum Untuk
mengetahui
gambaran
peran
kader
dalam
upaya
meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Selat, Kabupaten Karangasem. b.
Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui aktivitas kader ketika menjalankan perannya dalam upaya meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Selat. 2. Untuk mengetahui dukungan yang dimiliki kader ketika menjalankan perannya dalam upaya meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Selat. 3. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi oleh kader ketika menjalankan
perannya
dalam
upaya
meningkatkan
cakupan
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Selat.
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini berupa manfaat teoritis dan manfaat praktis. a. Manfaat Teoritis 1. Bagi peneliti adalah untuk menambah wawasan dan pengalaman mengenai peran kader dalam mendukung keberhasilan pemberian ASI eksklusif.
6
2. Data yang diperoleh dapat dijadikan masukan awal penelitian selanjutnya yang lebih mendalam.
b. Manfaat Praktis 1. Sebagai masukan untuk instansi kesehatan yang berwenang terutama Puskesmas Selat dan Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem untuk peningkatan peran kader kesehatan dalam upaya meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif. 2. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat mengenai peran kader dalam mendukung keberhasilan pemberian ASI eksklusif.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat yang berupa evaluasi peran kader dalam upaya meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Selat untuk mengetahui gambaran peran kader dalam mendukung kegiatan tersebut. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Selat, Kabupaten Karangasem dari bulan Januari – Juni tahun 2015, mulai dari tahap persiapan sampai tahap pelaporan hasil.