BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan
memiliki
peranan
yang
sangat
penting
dalam
pembangunan kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadipribadi manusia yang berkualitas. Masyarakat sekarang telah sampai pada taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan kemampuan manusia dalam dunia pendidikan. Hal ini diwujudkan dalam bentuk perhatian dan peningkatan kualitas pendidikan. Salah satu contoh kualitas pendidikan tercermin pada kemajuan teknologi modern sebagai salah satu faktor yang turut menunjang usaha pembaharuan pembangunan. Pendidikan dalam hal ini dipandang sebagai suatu cara yang tepat untuk membentuk sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas untuk mendukung terciptanya tujuan pembangunan nasional. Dalam dunia pendidikan, manusia mendapatkan pengetahuan, ketrampilan, nilai-nilai dan sikap sehingga dapat berfikir lebih sistematis, lebih rasional, dan lebih kritis terhadap segala permasalahan yang dihadapi. Salah satu upaya pemerintah dalam pembaharuan dunia pendidikan dengan cara pengembangan kurikulum baru oleh Departemen Pendidikan Nasional, yang diberi nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa sedangkan strategi pelaksanaan kurikulum ialah cara bagaimana melaksanakan kurikulum sebagai
1
2
program belajar, agar program tersebut dapat mempengaruhi para siswa sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan. Menurut Nana Sudjana (2010: 7), komponen kurikulum menyangkut operasionalisasi kurikulum di sekolah ada empat yakni kegiatan pengajaran mengenai pelaksanaan proses belajar mengajar, kegiatan administrasi supervisi, kegiatan bimbingan penyuluhan mengenai upaya pemberian bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar, dan kegiatan penilaian. Kurikulum dapat dilaksanakan dengan baik jika ada kerjasama dari berbagai pihak, salah satunya adalah melalui peran guru. Guru merupakan komponen dalam belajar
yang sangat penting terhadap terciptanya proses
pembelajaran sehingga dapat mengantarkan siswa ke tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Selama ini dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah masih banyak guru yang mendesain siswa untuk menghafal seperangkat fakta yang diberikan oleh guru. Seolah-olah guru sebagai sumber utama pengetahuan. Pada hakikatnya tugas guru dalam proses pembelajaran adalah menjadi mitra aktif yang bertanya, merangsang pikiran siswa, memotivasi siswa, menciptakan persoalan yang mengandung berbagai alternatif jawaban, membiarkan dan mendorong siswa menguraikan ide-idenya, memaparkan konsep yang diyakininya, kemudian akhirnya secara kritis menguji konsep siswa (Suyono dan Hariyanto, 2011: 185).
3
Penilaian pembelajaran akuntansi tidak hanya didapatkan dari hasil tes siswa saja, melainkan pada proses belajar mengajar. Menurut Nana Sudjana (2009: 1) ”Sasaran penilaian mencakup tiga sasaran pokok, yakni program pendidikan, proses belajar mengajar dan hasil-hasil belajar”. Penilaian proses belajar mengajar dan hasi belajar merupakan sasaran penilaian yang lebih ditekankan pada perbaikan dan pengoptimalan kegiatan-kegiatan belajar mengajar. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa penilaian proses belajar mengajar, salah satunya adalah keaktifan siswa. Keaktifan Siswa merupakan kegiatan atau aktivitas oleh siswa yang dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik pada diri siswa karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan. Hasil-hasil belajar dapat diperoleh dari pelaksanaan tes yang dilakukan oleh siswa setelah menyelesaikan beban belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila pelaksanaan penilaian siswa dilaksanakan dengan baik, maka dapat mencapai tujuan pembelajaran yang optimal. Menurut (Nana Sudjana, 2010: 39-40) secara garis besar, terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Disamping kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, social ekonomi, faktor fisik, dan faktor psikis. Faktor
4
dari luar diri siswa salah satunya adalah lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah. Lingkungan belajar yang dimagsud adalah kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran. Model pembelajaran merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Model pembelajaran adalah salah satu cara yang dipergunakan guru dalam menyampaikan materi kepada siswa dengan maksud untuk mencapai tujuan belajar yang disepakati. Model pembelajaran juga dapat memacu proses pembelajaran untuk selalu menerapkan pengajaran antara guru dengan siswa secara dua arah, tidak hanya dari guru kepada siswa saja. Dengan mengajak, merangsang, dan memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut serta mengemukakan pendapat, belajar mengambil keputusan, bekerja dalam kelompok, membuat laporan, dan lain sebagainya, berarti guru membawa siswa pada suasana belajar yang sesungguhnya. Terdapat beberapa model pembelajaran inovatif yang bisa diajarkan pada pembelajaran akuntansi antara lain model pembelajaran jigsaw, kooperatif, kontekstual, proyek, realistik, problem solving, problem posing, problem terbuka. Menurut Slavin (2010: 11), dalam model pembelajaran kooperatif ada berbagai tipe antara lain tipe Student TeamsAchievement Divisions (STAD), Team Assisted Individualization (TAI), Team Game Turnament (TGT), Cooperative Integreted Reading and
5
Composition (CIRC), dan lain-lain. Pemilihan dan pelaksanaan model pembelajaran yang tepat oleh guru dapat membantu guru untuk menyampaikan mata pelajaran akuntansi dengan cermat agar sesuai dengan meteri yang disampaikan dan akhirnya akan mampu membuat proses belajar mengajar menjadi lebih optimal dan mencapai keberhasilan dalam tujuan pendidikan. Peran guru dalam menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sangatlah besar. Dalam pembelajaran diperlukan guru yang harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai jenis-jenis model pembelajaran, kondisi internal dan eksternal peserta didik, kreatif, profesional dan menyenangkan agar mampu menciptakan iklim
pembelajaran
yang kondusif dengan suasana
pembelajaran yang menarik siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru (Mulyasa, 2009: 191). Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan model pembelajaran yang lain. Model pembelajaran kooperatif tidak hanya dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, akan tetapi model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Robert Slavin dan pakar lain telah berusaha untuk mengembangkan pembelajaran kooperatif dengan hasil yang optimal. Disamping mengubah hasil belajar siswa, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama
6
menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah yang dasarnya siswa kelompok bawah mendapatkan bantuan dari teman sebaya yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Menurut Depdiknas, Dirjen Dikdasmen (2005: 18) terkait dengan hal di atas “Pembelajaran kooperatif mengupayakan seorang siswa mampu mengajarkan kepada siswa lain (mengajar teman sebaya) sehingga memberi kesempatan kepada siswa untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu bersamaan dan menjadi nara sumber bagi teman lain”. Dalam proses pembelajaran kooperatif, siswa kelompok atas juga akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor sehingga membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi tertentu. Para ahli mengembangkan keunggulan pembelajaran kooperatif dikombinasikan dengan keunggulan pembelajaran individu. Model pembelajaran kooperatif tersebut adalah Tipe Team Assisted Individualization, di mana pembelajaran tersebut dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual yang pada dasarnya setiap kondisi belajar berangkat dari perbedaan individu yang
berkaitan dengan kemampuan siswa maupun pencapaian hasil
belajar. Keberhasilan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization terbukti dengan adanya penelitian yang dilakukan sejak tahun 1983 oleh Slavin, Madden, Oishi, dan Leavey. Penelitian yang
7
mereka lakukan di sekolah menengah daerah suburban distrik Maryland. Penelitian ini dilakukan di 18 kelas pada 9 sekolah menengah yang berbeda. Pemilihan sekolah dilakukan secara acak dengan membaginya menjadi 3 kelompok perlakuan: grup I menggunakan metode TAI, grup II menggunakan metode seperti TAI namun siswa tidak bekerja dalam kelompok,
dan
grup
III
merupakan
kelompok
kontrol
dengan
menggunakan metode tradisional. Hasil dari tes yang dilakukan, didapatkan bahwa pada tes awal maupun tes akhir dari grup I memperlihatkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan grup III dan hasil grup II juga memperlihatkan hasil yang lebih tinggi daripada hasil grup III. Dari skala tingkah laku yang diamati di kelas diperoleh bahwa : perilaku siswa di kelas, rasa percaya diri, rasa pertemanan dari siswa grup I mempunyai skala lebih tinggi dari grup II dan grup III, sedangkan perilaku negatif di kelas dari siswa grup I mempunyai skala yang lebih rendah dibanding siswa grup II dan III. Dapat kita simpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif TAI mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dan juga perilaku siswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas serta mengurangi perilaku negatif siswa di kelas (Slavin, 2010: 14-16). SMA Negeri 1 Banjarnegara merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Banjarnegara yang memiliki prestasi akademik yang unggul. Setiap tahun prestasi akademik ataupun non akademik dapat diraih baik tingkat kabupaten, provinsi maupun nasional. SMA Negeri 1 Banjarnegara mempunyai dua jurusan yaitu Ilmu Pengetahuan Alam dan
8
Ilmu Pengetahuan Sosial. Sekolah ini merupakan SMA Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) dan terfavorit di Kabupaten Banjarnegara. Meskipun SMA Negeri 1 Banjarnegara memiliki prestasi akademik yang unggul, namun terdapat mata pelajaran yang dirasakan siswa sulit dan masih memerlukan peningkatan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada bulan Oktober 2011 di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Banjarnegara terhadap kegiatan antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran akuntansi. Terlihat pada proses pembelajaran guru dalam penyampaian materi masih menggunakan metode ceramah dan latihan. Hal ini menyebabkan siswa merasa bosan, pasif, dan cenderung meremehkan penjelasan guru pada saat pembelajaran, bahkan ada beberapa siswa yang mengerjakan tugas mata pelajaran lain pada saat pembelajaran akuntansi berlangsung. Proses pembelajaran akuntansi yang bersifat (teacher centered), guru tidak berusaha mengajak berfikir siswa sehingga pembelajaran bersifat searah dan tidak ada timbal balik antara siswa dan guru. Siswa cenderung hanya menerima penjelasan dari guru tanpa adanya usaha untuk mengembangkan kemampuan berfikirnya. Dalam proses pembelajaran akuntansi ini belum ada kerjasama kelompok atau diskusi antar siswa ataupun dengan guru. Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang aktif dalam proses pembelajaran akuntansi. Hasil Belajar Akuntansi siswa kelas XI IPS 1 masih rendah, akibat proses pembelajaran kurang optimal. Terbukti dengan persentase tinggi
9
siswa yang masih remidi. Persentase Hasil Belajar Akuntansi kelas XI IPS 1 dapat dilihat dengan hasil ulangan harian semester pertama kelas XI IPS 1 terdapat 55,26% siswa yang remidi, ulangan harian kedua mengalami hal sama masih banyak siswa remidi dengan mendapatkan 76,32% siswa yang remidi, dan hasil ulangan akhir semester yang didapatkan pada bulan Januari 2012, siswa yang masih remidi terdapat 47,37%. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran akuntansi di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Banjarnegara belum optimal untuk materi akuntansi secara keseluruhan, terlihat pada hasil ulangan yang masih rendah baik pada ulangan harian pertama, kedua, ataupun ulangan akhir semester. Pemilihan kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Banjarnegara atas dasar pertimbangan guru akuntansi. Kelas XI IPS 1 dirasa lebih unggul berdasarkan peringkat pararel pada hasil kanaikan kelas X dibandingkan kelas XI IPS 2, namun mempunyai masalah Hasil Belajar Akuntansi dengan masih banyak siswa yang remidi dibandingkan kelas XI IPS 2. Berdasarkan hasil observasi pra penelitian dan paparan di atas, pembelajaran akuntansi di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Banjarnegara dirasa perlu untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization yang dimungkinkan mampu meningkatkan Keaktifan Siswa dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa. Pembelajaran dengan menggunakan model ini akan lebih meningkatkan kerja sama antar siswa, Keaktifan Siswa dalam proses pembelajaran di kelas dan meningkatkan Hasil Belajar Akuntansi Siswa. Menurut Nana Sudjana (2010: 73) “setiap
10
proses pembelajaran di kelas sebaiknya terdiri atas kegiatan belajar klasikal, kelompok dan kegiatan belajar mandiri”. Dari pernyataan tersebut membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization efektif digunakan dalam proses pembelajaran akuntansi. Langkah-langkah dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization, yaitu kegiatan pembelajaran dimulai dengan guru menjelaskan materi mata pelajaran secara garis besarnya (kegiatan belajar klasikal), setiap siswa akan bertanggungjawab baik pada dirinya sendiri maupun pada kelompoknya. Masing-masing siswa sebelumnya diberi tugas individu berupa soal oleh guru dengan materi yang sudah ditentukan (belajar mandiri) kemudian siswa dibagi dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan dari hasil tugas individu (belajar kelompok). Tujuan dari kegiatan tersebut adalah melatih kerja sama dalam memecahkan masalah, mengurangi sifat egois, belajar menghargai pendapat teman, melatih bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas. Melalui
penerapan
model
pembelajaran
Team
Assisted
Individualization ini diharapkan siswa lebih mudah memahami materi, jika ada materi yang sulit dapat diselesaikan bersama-sama. Permasalahan yang sudah diuraikan diatas dapat diatasi dengan penelitian tindakan kelas dengan judul “Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dalam Meningkatkan Keaktifan Siswa dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Banjarnegara Tahun Ajaran 2011/2012”.
11
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka perlu diadakan identifikasi masalah. Adapun dalam penelitian ini terdapat identifikasi masalah, antara lain: 1. Pembelajaran akuntansi kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Banjarnegara yang saat ini digunakan, yaitu metode ceramah dan latihan belum mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. 2. Pembelajaran akuntansi kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Banjarnegara masih bersifat searah (teacher centered). 3. Pembelajaran akuntansi kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Banjarnegara terdapat banyak siswa yang masih remidi.
C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan mendalam serta dapat mencapai sasaran yang ditentukan maka harus ada pembatasan masalah. Masalah dibatasi pada peningkatan Keaktifan Siswa dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Banjarnegara dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization pada Kompetensi Dasar membuat ikhtisar siklus akuntansi perusahaan jasa, materi Jurnal Penyesuaian.
12
D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah dapat dirumuskan permasalahan peneliti sebagai berikut: 1. Bagaimanakah implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization dalam meningkatkan keaktifan siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Banjarnegara Tahun Ajaran 2011/2012? 2. Bagaimanakah implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization dalam meningkatkan hasil belajar akuntansi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Banjarnegara Tahun Ajaran 2011/2012?
E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization dapat meningkatkan Keaktifan Siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Banjarnegara tahun ajaran 2011/2012. 2. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization dapat meningkatkan Hasil Belajar Akuntansi Siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Banjarnegara tahun ajaran 2011/2012.
13
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran akuntansi, umumnya kepada peningkatan Keaktifan Siswa dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Siswa mendapatkan suasana pembelajaran baru yang berbeda dari metode ceramah dan latihan untuk meningkatkan Keaktifan Siswa sehingga Hasil Belajar Akuntansi meningkat. b. Bagi Guru 1) Penelitian ini mampu memberikan masukan kepada guru pada umumnya dan guru akuntansi pada khususnya, tentang Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization. 2) Penelitian ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dan acuan guru dalam usaha meningkatkan proses pembelajaran akuntansi. c. Bagi Peneliti Penelitian ini digunakan sebagai tambahan wawasan dan pengalaman bagi peneliti dalam tahap pembinaan diri sebagai calon pendidik.
14
d. Bagi Peneliti Lainnya Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan, pertimbangan, dan pengembangan penelitian ilmu yang sejenis.