BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Iran adalah salah satu negara tertua di dunia. Sejarahnya telah dimulai dari 5000 tahun yang lalu Peradaban awal utama yang terjadi pada daerah yang sekarang menjadi negara Iran, adalah peradaban kaum Elarnit, yang telah bermukim di daerah Barat Daya Iran sejak tahun 3000 S.M. Pada tahun 1500 S.M. suku Arya mulai bermigrasi ke Iran dari Sungai Volga utara Laut Kaspia dan dari Asia Tengah. Akhirnya dua suku utama dari bangsa Arya, suku Persia dan suku Medes, bermukim di Iran. Satu kelompok bermukim di daerah Barat Laut dan mendirikan kerajaan Media. Kelompok yang lain hidup di Iran Selatan, daerah yang kemudian oleh orang Yunani disebut sebagai Persis yang menjadi asal kata nama Persia. Meski di dalam negeri negara ini telah dikenal sebagai Iran sejak zaman kuno, hingga tahun 1935 Iran masih dipanggil Persia di dunia Barat. Pada tahun 1959, Mohammad Reza Shah Pahlavi mengumumkan bahwa kedua istilah tersebut boleh digunakan. Nama Iran adalah sebuah kognat perkataan "Arya" yang berarti "Tanah Bangsa Arya".
1.
Namun Pada tahun 1979, sebuah Revolusi Iran yang dipimpin Ayatollah Khomeini mendirikan sebuah Republik Islam teokratis sehingga nama lengkap Iran saat ini adalah Republik Islam Iran1 Dari segi geopolitik, Iran berada disuatu lokasi yang sangat strategis. Dengan luas wilayah sekitar 1.648.195 kilometer (636.296 mil) persegi, menjadikan Iran sebagai Negara terluas ke-16 di dunia. Iran dikelilingi Negaranegara penting di kawasan benua Asia dan Eropa, seperti Turki, Rusia (dahulu Uni Soviet), Afghanistan, Pakistan dan Irak. Batasan-batasan Iran dengan Negara tetangga terdiri dari 5.70 km persegi garis batas daratan dan 2.510 km garis batas air. Garis batas terpanjang hamper seluruhnya ada di seluruh utara, yaitu berbatasan dengan (bekas) Uni Soviet, sepanjang 1.740 km sebagai daerah perbatasan bersama termasuk 630 km batas air. Daerah perbatasan Iran dengan Irak, disebalah barat daya, sepanjang 1.280 km, dan perbatasan dengan Turki di barat laut sepanjang 470 km. Dengan Afganistan di timur laut, Iran bertapal batas sepanjang 850 km, sedangkan dengan Pakistan sepanjang 830 km. Teluk Pasri dan laut Oman terletak di selatan, dengan garis tapal batas perairan sepanjang 1.880 km. Kebijakan politik luar negeri Iran yang berseberangan dengan Barat merupakan faktor yang menguatkan posisi Iran dalam diplomasi dunia. Iran merupakan negara yang mayoritas berfaham Syi’ah yaitu Syiah Itsna Asyariah yang terletak di kawasan Timur Tengah dengan menganut system pemerintahan 1
“Iran”, diunduh 20 April 2012 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Iran/
2.
Revolusi Islam Iran yang dipelopori oleh Ayatollah Khomeini. Selain itu Iran dengan faham syi’ahnya di nilai memiliki basis Ideologi Islam garis keras. Bagi AS dan Negara sekutunya, Negara Republik Islam Iran merupakan Negara yang dapat mengancam pengaruhnya di kawasan Timur Tengah karena cenderung anti Barat dan Yahudi. Di kawasan Teluk Persia, politik luar negeri Iran yang lebih aktif dan cerdas ini tidak lain merupakan langkah utama Iran untuk memperluas pengaruhnya di Timur Tengah dalam konteks pertarungan pengaruh dengan AS serta memperkokoh hubungan Iran dengan negara-negara di sekitar Teluk Persia. Revolusi Islam 1979 tampaknya telah merubah perilaku secara mendasar bagi kehidupan bangsa Iran termasuk didalam hubungan Internasionalnya.2 Iran dinilai sebagai motor penggerak bagi kemajuan dan kemandirian sebuah bangsa. Selain itu Posisi strategis Iran di Timur Tengah juga merupakan salah satu pemicu dan penggugah negara Islam lainnya untuk melawan ketidakadilan yang ditimbulkan oleh negara-negara penjajah Timur Tengah. Sikap Iran dengan menunjukkan tidak ingin menerima hubungan dengan kekuatan yang ingin mendikte, kemudian menjalankan kebijakan politik luar negerinya secara cerdas dan realistis menghadapi sistem hegemoni dunia, disertai politik luar negeri dan hubungan internasional Republik Islam Iran berlandaskan syariat Islam. 2
Marjane Satrapi. Revolusi Iran. Buku tersebut berisi kesaksian seorang anak Iran mengenai pengalaman terkait Revolusi Islam 1979 terutama akibat-akibatnya dalam kehidupan masyarakat Iran. (penerj: Tim Resist Books), Yogyakarta. 2005.
3.
Politik luar negeri Iran di kawasan Timur Tengah bertambah besar. Iran berhasil meraih popularitas di Timur Tengah karena Iran, sejak revolusi tahun 1979, memberi daya pikat kuat kepada gerakan-gerakan Islam di dunia Arab serta menunjukan kepeduliannya terhadap negara-negara lemah atau sedang mengalami kekacauan, seperti Lebanon, Afganistan, Irak, dan Palestina. Iran pun selalu mengulurkan tangan memberi bantuan moril ataupun materiil terhadap gerakangerakan Islam, khususnya gerakan bermazhab Syiah. Pada akhirnya Iran mampu menjadi figur bagi negara-negara Muslim di Timur Tengah dan sekitarnya. Bagi mereka, keberhasilan Iran adalah keberhasilan bangsa mereka juga. Dan apabila Iran kuat secara politis dan mampu memfasilitasi sekaligus mengembangkan solidaritas Islam dan penentangan terhadap dominasi AS dan Barat di Timur Tengah, maka akan banyak sekali kepentingan AS yang terancam. Dalam hal inilah yang menjadikan pengaruh Iran semakin kuat di Timur Tengah. Pada bulan Juni 2004, Amerika, bersama Israel, mereka sepakat untuk menekan Iran dengan melakukan langkah diplomatik mendesak IAEA agar membawa Iran kepada Dewan Keamanan PBB. Kali ini IAEA setuju dan mengeluarkan resolusi: bahwa meminta Iran untuk membekukan semua aktifitas pengayaan
uranium,
termasuk
gedung-gedung
dan
instalasi
pemutaran
(centrifuges).
4.
Kemudian pada tanggal 31 Juli DK PBB mengeluarkan Resolusi nomor 1696 yang didukung 14 negara dan 1 menentang dalam Resolusi tersebut memberikan tengat waktu sampai dengan 31 Agustus untuk melaksanakan permintaan dewan. Resolusi tersebut diadopsi di bawah Bab VII Pasal 40 Piagam PBB3 dan tidak memasukkan sanksi tetapi menyampaikan maksud untuk mengadopsi langkah-langkah di bawah pasal 41 dari piagam4 apabila Iran gagal untuk memenuhinya. Ini merupakan Resolusi pertama Dewan Keamanan PBB mengenai Iran dalam menanggapi program senjata nuklirnya. Resolusi DK PBB nomor 1696 mewajibkan Iran untuk mengikuti arahan IAEA tanpa penangguhan lagi dan memberi mandat pada direktur IAEA Mohammad El Baradei untuk memberikan laporan mengenai apakah Iran telah memenuhinya, atau belum pada 31 Agustus 2006. Jika Iran tidak menangguhkan kerja nuklirnya pada tanggal tersebut, Dewan Keamanan PBB kemudian akan bertindak untuk membahas resolusi baru yang dapat menjatuhkan sanksi ekonomi dan politik terhadap Iran. Pada kenyataannya, Iran tidak mematuhi Resolusi 1696 dengan tetap meneruskan proses pengayaan uranium.
3
Pasal yang menyatakan kewenangan DK PBB untuk meminta pihak tertentu yang dianggap mengancam perdamaian dunia untuk melakukan langkah-langkah yang disyaratkan DK PBB. 4 Pasal yang menyatakan kewenangan DK PBB untuk menjatuhkan sanksi.
5.
Pada tanggal 31 Agustus 2006, IAEA melaporkan bahwa Iran telah gagal menghentikan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengayaan dan bahwa masih ada isu-isu luar biasa,5 sehingga pada tanggal 23 Desember 2006, DK-PBB mengeluarkan Resolusi 1737 yang menjatuhkan sanksi terhadap Iran. Resolusi nomor 1737 tahun 2006 ini pada intinya meminta Iran untuk menghentikan program pengayaan uranium pada sejumlah reaktor nuklirnya dalam waktu 60 hari. Resolusi 1737 yang menjatuhkan sanksi terbatas terhadap Iran didasarkan pada Bab VII Piagam PBB.6 Resolusi ini pada dasarnya juga meminta Iran untuk menghentikan program pengayaan uranium pada sejumlah reaktor nuklirnya. Dalam salah satu paragraf dari Resolusi 1737 menyatakan bahwa apabila Iran tidak mematuhi Resolusi tersebut dalam tenggat waktu 60 (enam puluh) hari, maka Dirjen IAEA diminta untuk menyampaikan laporan ke DK PBB. Dalam kaitan ini Dirjen IAEA diharapkan melaporkan apakah Iran telah sepenuhnya menghentikan seluruh kegiatan pengayaan uraniumnya
dan mematuhi segala kewajiban yang telah
ditetapkan dalam beberapa resolusi Dewan Gubernur IAEA.7
5
Lihat Laporan Direktur Jenderal IAEA: GOV/2006/53, IAEA, 31 Agustus 2006, Kamapradipta, Di Balik Resolusi DK-PBB No. 1737, Sinar Harapan diakses pada tanggal 15 Agustus 2012. Dari http://www.iaea.org, 6 Bab VII Piagam PBB adalah aturan PBB yang memberikan kewenangan kepada Dewan Keamanan untuk mengambil tindakan jika terjadi ancaman terhadap perdamaian dan keamanan internasional. 7 Penjelasan Menteri Luar Negeri RI dalam Rapat Kerja dengan Komisi I DPR-RI Mengenai Resolusi Dewan Keamanan PBB No 1747, Deplu RI, 29 Maret 2007.
6
Sebagaimana dimandatkan oleh DK PBB dalam resolusi nomor 1737, pada 22 Februari 2007, Dirjen IAEA kembali mengeluarkan laporan yang antara lain menyatakan bahwa IAEA belum dapat menarik kesimpulan tentang sifat damai dari nuklir Iran karena Iran belum menghentikan kegiatan yang berkaitan dengan pengayaan uranium dan pembangunan pembangkit air berat. Sehubungan dengan penemuan tersebut, anggota tetap DK-PBB (AS, Inggris, Perancis, Rusia, RRC) plus Jerman (P5+1), sepakat untuk mengajukan rancangan resolusi baru terhadap Iran. Atas dasar laporan tersebut, pada tanggal 24 Maret 2007, DK PBB mengeluarkan Resolusi nomor 1747 yang meminta kembali Iran untuk transparan dan bekerja sama dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), dan menghentikan proses pengayaan uraniumnya. Resolusi DK PBB No 1747 itu menjatuhkan sanksi yang lebih berat kepada Iran antara lain dengan melarang ekspor senjata serta membekukan asset 28 orang dan organisasi yang terkait dengan program nuklir Iran. Isi resolusi itu juga menjatuhkan sanksi bidang ekonomi terhadap Iran, yaitu dengan meminta semua negara dan lembaga keuangan internasional untuk tidak membuat komitmen baru dalam rangka hibah, bantuan keuangan dan pinjaman lunak kepada pemerintah Iran.8
8
Demo Cabut Dukungan Resolusi DK PBB Dekat Istana Bogor, , 3 April 2007, diakses pada tanggal 15 Agustus 2012 dari www.antara.co.id
7
Setelah resolusi nomor 1747, DK PBB kembali mengeluarkan resolusi tentang nuklir Iran pada tanggal 3 Maret 2008. Resolusi DK PBB nomor 1803 diadopsi dengan suara 14-0-1. DK PBB mendasarkan keputusannya pada Bab 41 pasal VII dari Piagam PBB, mengharuskan Iran untuk menghentikan dan tidak melanjutkan pengayaan uranium dalam bentuk apapun. Resolusi tersebut juga mengharuskan Iran untuk menghentikan riset dan pengembangan yang berkaitan dengan pengayaan sentrifugal dan uranium. Untuk ketiga kalinya Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang menjatuhkan sanksi tertentu terhadap Iran. Kerja sama dan keterbukaan Iran kepada IAEA dinilai belum memuaskan di mata 14 dari 15 negara anggota DK PBB yang menyetujui penjatuhan sanksi. Resolusi DK PBB 1803 yang didukung 14 anggota DK, sebagaimana ditegaskan Duta Besar Iran untuk PBB Mohammad Khazaee, tidak akan menghalangi Iran untuk mempertahankan hak mengembangkan nuklir bertujuan damai. Meski demikian, resolusi itu menambah panjang catatan pencitraan buruk Iran di mata masyarakat Internasional. Resolusi 1803 menetapkan tambahan sanksi berupa larangan perjalanan terhadap lima pejabat Iran, membekukan aset 13 perusahaan Iran dan 13 pejabat Iran di luar negeri, pelarangan penjualan barangbarang yang bisa berfungsi ganda (untuk tujuan damai dan tujuan militer) ke Iran, pemeriksaan kapal-kapal barang dari dan menuju Iran, memonitor aktifitas dua bank Iran, mendorong para pemerinta untuk menarik dukungan pendanaan terhadap perusahaan-perusahaan yang melakukan perdagangan dengan Iran.
8
Resolusi DK PBB terkait program nuklir Iran sebelumnya yaitu Resolusi 1696 (2006), 1737 (2006), dan 1747 (2007) memang telah meminta Iran pada awalnya menghentikan aktifitas pengayaan uranium. Dalam resolusi-resolusi itu disebutkan bahwa hal itu merupakan upaya untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat dunia atas tujuan damai program nuklir Iran. Aktifitas pengayaan uranium itu, sebagaimana laporan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) kepada DK PBB awal tahun 2008, memang belum dihentikan, bahkan Iran telah memulai pengembangan alat sentrifugal generasi baru dan meneruskan pembangunan reaktor IR-40. Hal inilah yang dijadikan alasan oleh DK PBB untuk menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran. Namun dalam kenyataannya, meskipun DK PBB menjatuhkan beragam sanksi dan Amerika Serikat memberlakukan embargo untuk menjatuhkan Iran. Namun, berbagai sanksi tersebut tidak sedikitpun membuat Iran takut, sebaliknya Presiden Iran Ahmadinejad membalas dengan lebih keras. Ahmadinejad mengatakan, “setiap langkah yang kalian ambil untuk mengembargo, akan membuat bangsa Iran meruncingkan tekad untuk mencapai puncak kemajuan. Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad tidak takut atau bergerak mundur. Dia justru menyatakan, Negaranya akan memotong tangan setiap agresor yang berani menyerang negaranya. Ia juga mengatakan, kekuatan militer Iran harus dilengkapi dengan teknologi modern. Hal itu diungkapkan Ahmadinejad dalam pidatonya pada peringatan hari angkatan bersenjata Iran, Selasa (18/4/06).
9
Ditambahkannya, para musuh bangsa Iran senantiasa berupaya untuk membuat bangsa Iran menyerah, namun para pemuda dan cendikiawan Iran mampu menggapai satu persatu keberhasilan dengan memecahkan embargo” Sikap tegas Iran ini mencerminkan usaha kerasnya untuk menggapai impian sebagai penguasa kawasan yang mampu menebar ancaman bagi Barat. Sanksi terhadap Iran sesungguhnya merupakan wujud ketakutan Barat atas laju gesit Iran menjadi penguasa kawasan. Iran telah menjelma menjadi pusat kekuatan baru di Timur Tengah yang sulit dikendalikan Barat. Meskipun berulang kali disanksi Iran justru menjadi negara yang mandiri Iran tetap mampu memproduksi teknologi dan mengembangkan industri pertahanan nasionalnya. Iran mampu mengembangkan rudal Shihab-3 yang mampu menjangkau Israel dan seluruh pangkalan militer AS di Timur Tengah dan Asia Tengah, selain itu Iran juga membangun tank dan pesawat tanpa awak. Di bidang iptek, Iran telah berhasil meluncurkan satelit ke angkasa luar, mampu mengkloning dan membuat mesin mobil sendiri. Ini adalah segelintir kemajuan yang dicapai oleh Iran dan kemajuan yang ingin di capai Iran sangat tergantung dengan program nuklir yang dikembangkan oleh Iran, karena tenaga nuklir merupakan tenaga alternative dan modern untuk industri-industri yang berkembang di Iran pada saat sekarang ini.9 Itulah sebabnya, Barat sangat khawatir jika Iran kuat dapat menjadi ancaman bagi kepentingan strategis mereka di Timur Tengah. 9
Ibid.
10
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan sebelumnya maka
penulis mencoba untuk meneliti permasalahan yang nantinya akan dibahas, yakni sebagai berikut: Bagaimana Upaya Iran Mengoptimalkan Potensi Geopolitik Untuk Memimpin Kawasan Timur Tengah ?
C.
Kerangka Pemikiran Untuk menjawab pokok permasalahan yang telah di uraikan di atas, maka
penulis perlu mendeskripsikan jawaban dengan menggunakan teori ataupun konsep sebagai kerangka dasar berfikir. Teori dan konsep juga dapat dijadikan sebagai sarana eksplanasi dan juga menjadi dasar bagi prediksi. Karena teori menggambarkan serangkaian konsep menjadi satu penjelasan yang menunjukkan bagaimana konsep-konsep itu berhubungan. Dalam hal ini penulis memilih “Konsep National Power dan Teori Geopolitik Aymeric Chauprade” Sebagai dasar analisa yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas dan tepat.
11
1. Konsep National Power Dalam konteks kajian ilmu hubungan internasional, power dapat digambarkan sebagai sebuah alat atau instrument untuk mencapai suatu tujuan Negara. Namun, lebih jauh lagi power dalam hal ini justru menjadi bagian dari tujuan itu sendiri. Power is man’s control over the heart and actions of other man.10 Menurut Morgenthau, suatu negara yang memiliki power akan lebih leluasa dalam bergerak guna mencapai visi dan misinya. Sebuah negara dikatakan mempunyai National Power apabila memiliki lebih dari jumlah total populasi, bahan mentah, dan faktor-faktor kuantitatif. Potensi gabungan dari sebuah Negara, kesetianegaraan, fleksibilitas institusiinstitusinya, bagaimana institusi tersebut beroperasi, kapasitas untuk menutupi kelemahannya: adalah beberapa dari unsur kuantitatif yang menentukan total kekuatan suatu Negara. Banyak aspek yang mempangaruhi dan berkontribusi dalam meningkatkan National Power suatu negara. Bisa dikatakan bahwa national power adalah kemampuan yang dimiliki oleh suatu Negara atas segala sesuatu yang dimilikinya. Lebih dari aspek fisik seperti geografis dan populasi, unsur-unsur National Power juga meliputi hal-hal yang tidak nyata, berupa kepiawaian bernegosiasi dan lain sebagainya.
10
Hans J. Morgenthau, Politic Among Nations : The Struggle for Power and Peace, 4th ed. (New York : Knopf, 1968), P.25.
12
Ada beberapa faktor yang berkontribusi bagi pondasi National Power. Faktor-faktor tersebut adalah geografi, SDA, Populasi, teknologi karakter dan moral nasional, pengembangan ekonomi, struktur politik elemen ideologi, kepemimpinan, kesiapan militer dan diplomasi. Dalam penelitian ini dibatasi pada geografi, sumber daya alam, populasi dan kesiapan militer. Implementasi dari konsep National Power. 1. Faktor Geografi Letak Geografis mempunyai peranan penting dalam menentukan kekuatan suatu Negara dan dalam menentukan kebijakan politik luar negeri dan dalam negeri Negara tersebut. Misalnya Iran mempunyai letak wilayah yang cukup signifikan baik secara Regional maupun Internasional. Dalam hal ini membuat power Iran semakin kuat dalam kontelasi politik Internasional. 2. Potensi Sumber Daya Alam Suatu Negara dapat di katagoriikan sebagai Negara kuat jika didukung dengan sumber daya alam yang sangat melimpah. Misalnya, Kekayaan sumber daya alam Iran yang berupa minyak dan gas memberikan kontribusi yang cukup penting dalam perekonomian Negara ini. Dengan memanfaatkan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki menjadikan Iran semakin kuat. Selain itu dengan ditemukannya tambang uranium ore dikota Saghand Provinsi Yazd. Menjadikan Iran semakin memiliki“Power”dengan memanfaatkan tambang uraniumnya pemerintah Iran kembali melanjutkan pengembangan teknologi nuklir damai dan sebagai prioritas utama kepentingan Nasionalnya. 13
3. Populasi Populasi jumlah penduduk yang besar dan sumber daya manusia yang berkualitas merupakan salah satu instrumen terpenting dalam menggerakan Power. Semakin besar jumlah populasi penduduk dan meningkatnya kualitas sumber daya manusia maka semakin besar pula kekuatan nasional Negara tersebut, misalnya pasca Revolusi Islam populasi jumlah penduduk Iran bertambah pesat lebih dari dua kali lipat dari 32 juta jiwa menjadi 70 juta jiwa. Meningkatnya jumlah populasi tersebut juga diikuti dengan meningkatnya kualiatas SDA. Hal ini terbukti dengan kemajuan teknologi dalam semua bidang termasuk Penguasaan Sains, Teknologi Nuklir, Antariksa, dan produksi system persenjataan. 4. Militer Ambisi suatu Negara untuk meningkatkan kekuatan nasionalnya yaitu dengan meningkatkan kesiagaan militernya yang bertujuan untuk mencegah negara lain untuk melakukan intervensi. Misalnya ambisi Iran untuk menjadi kekuatan militer terbesar dikawasan Timur Tengah. Usaha ini diwujudkan dalam bentuk sejumlah program militer yang menjadi manifestasi obsesi Iran untuk memodernisasi militernya. Sehingga menempatkan Iran sebagai kekuatan militer utama menurut standar yang berlaku di kawasan Teluk. Oleh sebab itu Iran merasa perlu melakukan modernisasi angkatan darat, laut, udara, dan juga melakukan pengembangan dalam system pertahanannya.
14
2. Teori Geopolitik Aymeric Chauprade Aymeric Chauprade adalah seorang Profesor Geopolitik Internasional dari International College of Defense Paris, dan Universitas Sorbonne, yang memasukkan dua kelompok besar faktor umum yang selama ini seringkali diyakini secara parsial yakni faktor Politik - Ekonomi maupun faktor Identitas. Teori Chauprade menekankan pada multikausalitas dari sebuah fenomena internasional dengan pertimbangan atau strategi geopolitik sebagai landasannya. Geopolitik dalam definisi Chauprade11. Hubungan politik antara tiga Jenis kekuasaan (power/pouvoir), yakni kekuasaan negara (state), kekuasaan intrastate/ dalam negara (seperti gerakan separatis, pemberontakan, dsb.), dan kekuasaan trans-state/lintas negara (jaringan kriminal, jaringan teroris, perusahaan multinasional, dsb.), dengan faktor geografi fisik (situasi wilayah teritori, karakteristik wilayah), dari geografi identitas (atau geografi populasi), serta geografi sumber daya (resource). Ia menegaskan pula bahwa geopolitik dapat digunakan sebagai alat untuk menjelaskan karakter objektif dari geografi fisik dan manusia yang mengkondisikan pilihan-pilihan strategis actor internasional dalam lapangan ideologis, politik dan ekonomi pada skala global.
11
Aymeric Chauprade, Géopolitique, Constantes et changements dans l’histoire, ( Paris: Ellipses,2007),hlm. 16-17.
15
Selanjutnya terdapat tiga dimensi yang harus diperhatikan dalam geopolitik, yakni: Pertama, geopolitik yang berangkat dari realita kekuasaan, secara esensial mengacu pada negara, dan juga para aktor yang seringkali merepresentasikan tantangan terhadap negara: para aktor intra-state seperti gerakan separatis, aktor trans-state, seperti jaringan ekstrimis keagamaan. Acuan utama dalam geopolitik dimensi ini adalah negara dan permasalahannya, dan pemahaman mengenai ancaman terhadap negara, baik dari dalam (yang muncul dari masalah identitas dalam segala bentuknya), dan juga dari luar (tuntutan negara tetangga, atau imperialisme dari- negara adikuasa), atau suatu kondisi yang timbul dari kombinasi faktor eksternal maupun internal (seperti jaringan lintas negara yang memiliki pengaruh dan dampak di dalam maupun luar negeri). Dimensi kedua: pendekatan geopolitik bersifat multi-kausal. Sebuah analisis atas suatu negara maupun sebuah wilayah geografis tidak dapat direduksi hanya pada satu factor belaka: tidak pernah terjadi suatu masalah muncul hanya disebabkan murni oleh factor etnis ataupun agama. Dimensi ketiga: Pendekatan geopolitik yang ditawarkan oleh Chauprade pada dasarnya bersifat kulturalis (memperhatikan faktor kebudayaan/identitas). Itu berarti pendekatan ini menekankan pentingnya faktor budaya dalam mempengaruhi sejarah dan juga fakta bahwa banyak identitas nasional yang pada awalnya merupakan budaya nasional dapat diambil sebagai contoh Iran adalah salah satu negara tertua di dunia.
16
Sejarahnya telah dimulai dari 5000 tahun yang lalu, dan seiring dengan berjalannya sejarah panjang ini, Iran telah mengalami berbagai masa kejayaan Pada tahun 600 S.M. Bangsa Persia yang dipimpin oleh Cyrus menggulingkan kerajaan Medes dan membentuk dinasti mereka sendiri (Kerajaan Achaemenid). Pada masa jayanya di tahun 500 S.M. daerah kekuasaan kerajaan ini membentang ke arah barat hingga ke wilayah yang sekarang disebut Libya, ke arah timur hingga yang sekarang disebut sebagai Pakistan, dari Teluk Oman di Selatan hingga Laut Aral di Utara Lembah Indus Juga merupakan bagian dari Kerajaan Achaemenid. Dengan demikian. Iran sesungguhnya didirikan oleh para pemimpin pemimpin besar. Sejarah Iran yang satu ini, yang mana telah membentuk semangat bangsa Iran saat ini, hingga pada akhirnya membentuk semangat baru yakni Revolusi Islam yang di pimpin oleh Ayatulloh Imam Khomeini pada tahun 1979. Hingga titik tersebut Chauprade memperlihatkan keyakinannya bahwa dimensi identitas, yang dalam hal ini ia rujuk kepada budaya, turut membentuk pola kebijakan suatu negara pada suatu masa. Namun perlu ditekankan sekali lagi bahwa peran identitas dalam pembentukan suatu fenomena tentunya tidaklah sedeterministik apa yang diyakini oleh Huntington.
17
Menurut Chauprade bagian dari geopolitik pada intinya disebabkan oleh tiga sumber mendasar:12 1. Upaya Mengendalikan Sumber Daya Pada abad kedua puluh satu dan sebagaimana sepanjang sejarah, pertarungan memperebutkan hal ini umumnya ditutupi dengan legitimasi ideologi. Sumber daya adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sumber energi untuk menjamin keberlangsungan suatu entitas. Kriteria sumber daya ini berbeda pada setiap masa di setiap tempat. Pada abad-abad terdahulu sebelum revolusi industri, misalnya, sumber daya utama yang diperebutkan bangsa-bangsa adalah tanah yang subur, produksi langsung dari tanah tersebut seperti bahan pangan utama (staple food) hingga rempah-rempah (spices), yang pada saat itu merupakan komoditi primadona di pasar internasional. Seiring dengan hal itu, barang-barang tambang yang berfungsi sebagai alat tukar (emas, perak dan perunggu) melengkapi daftar sumber daya yang diperebutkan bangsa-bangsa. Pasca revolusi industri, dunia menyadari bahwa minyak dan gas adalah sumber energi utama yang dapat memajukan perekonomian dan kekuatan militer suatu negara yang pada gilirannya akan meningkatkan Bargaining Power negara tersebut dalam konstelasi internasional. Semenjak itu pula kontestasi atas pengendalian kedua sumber daya utama ini dimulai.
12
EHL-FORUM, No 5, Février 2005, Ecole Hôtelière de Lausanne (Switzerland), hlm. 3.
18
Berbagai perang memang terjadi dengan melibatkan alasan ini, dan sebaliknya sering pula terjadi, pemastian atas pengendalian sumber-sumber daya ini menjadi bagian dalam upaya mencapai supremasi dalam peperangan. Pada Perang Dunia II misalnya, Jepang berupaya penuh menguasai Asia Tenggara, khususnya Indonesia, guna mendapatkan sumber daya yang satu ini agar kemudian dapat menyuplai kebutuhan energi alat-alat perangnya. 2. Upaya Mengendalikan Wilayah Geografis Upaya ini diperlukan untuk mendapatkan akses terhadap sumber daya. Misalnya adalah upaya mengendalikan kontrol atas selat (Selat Hormuz,), Iran mempunyai letak wilayahnya yang sangat strategis sebagai pemegang kendali atas selat hormuz. Iran dapat menutup Selat Hormuz untuk waktu yang cukup lama. Penutupan Selat Hormuz ini dapat menjadi posisi tawar yang cukup tinggi. Dan dampak yang paling signifikan atas penutupan Selat Hormuz adalah naiknya harga minyak dunia. 3. Upaya Mewujudkan Dominasi Ideologis Identitas etnis maupun nasional bagaimanapun, dapat dilihat secara riil timbul akibat sentimen yang muncul pada suatu masyarakat yang sama, baik terkait dengan ide, orang-orang itu sendiri, bangsa, yang berarti adalah identitas kolektif, yang terlepas dari tinggi-rendahnya semangat anggota kelompok sosial tersebut terhadap ia tetap menganggap kelompok tersebut sebagai kelompok yang terbaik.
19
Pasca Revolusi Islam Iran, ambisi utama Iran adalah memperluas wilayah pengaruhnya untuk menjadi Negara paling berpengaruh dikawasan Timur Tengah. Yang bertujuan memperbaiki hubungan Iran dengan Negara Negara disekitar Teluk dan memperkokoh hubungan kerjasama. Hubungan kerjasama antara Iran dan Suriah hampir dalam semua bidang termasuk system pertahanan. Selain itu Iran juga selalu menunjukan kepeduliannya terhadap Negaranegara lemah atau sedang mengalami kekacauan seperti Afghanistan, Irak, Lebanon dan Pelestina. Dengan memanfaatkan segala kemampuan yang dimiliki tujuan Iran adalah berusaha mempengaruhi Negara-negara disekitar kawasan untuk melawan dominasi AS dan barat dikawasan Timur Tengah. Selain itu Iran juga berupaya melakukan hubungan kerjasama yang lebih luas sebagai upaya untuk memperluas pengaruhnya. Iran melihat pentinganya suatu wadah yang dapat menghimpun kekuatan-kekuatan Negara maju dengan merujuk pada kerjasama internasional antara Iran dengan China dan Rusia. Selain kepentingan ekonomi, Iran juga berkeinginan untuk mengurangi pengaruh AS yang semakin meluas. Iran mendapatkan dukungan penuh dari China dan Rusia dalam hal ini menjadikan pengaruh Iran semakin kuat dikawasan Timur Tengah
20
D.
Hipotesis Upaya Iran untuk mengendalikan Geopolitik dan Geografis di Timur
Tengah yaitu : 1. Upaya Iran mengendalikan sumber daya alam. Dengan didukung sumber daya alam terutama tambang uraniumnya Iran kembali melanjutkan pengembangan teknologi Nuklir dengan lebih progresif sebagai salah satu upaya Iran untuk meningkatkan posisi power di Kawasan Timur Tengah. 2. Upaya Iran untuk mengendalikan wilayah geografis. Yaitu dengan mengendalikan control atas Selat Hormuz ini menjadi lokasi paling strategis Iran mampu menutup Selat Hormuz dalam sekejap ini akan berdampak luas secara global terhadap perekonomian Dunia. 3. Upaya lain, Iran menyertakan Kekuatan sumber daya alam seperti minyak dan gas digunakan sebagai bahan kerjasama Diplomatik dengan Negara-negara maju termasuk dengan China dan Rusia yang dinilai mampu mengimbangi kekuatan Amerika dan sekutunya di dunia Internasional.
21
E.
Metode Penulisan Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa studi literatur
yang dilakukan dengan cara menghimpun data sekunder dalam hal ini diwakili oleh informasi-informasi
dari literatur-literatur yang relevan dengan masalah yang
diteliti, dengan pertimbangan pengumpulan data dalam penelitian ini secara kualitatif didasarkan pada penelitian kepustakaan (Library Research) yang meliputi buku,makalah ilmiah, surat kabar dan situs internet serta sumber lain yang terkait dengan permasalahan. F.
Jangkauan Penulisan Demi menghindari pembahasan yang terlalu luas, Skripsi ini akan
memfokuskan pada pembahasan mengenai Potensi Geopolitik dan Geostrategi Iran di kawasan Timur Tengah dibawah kepemimpinan Ahmadinejad pada tahun 2005 2012 G.
Tujuan Penelitian
1. Memberikan sumbangan bagi studi Geopolitik dan Geostrategis dalam Ilmu Hubungan Internasional. 2. Berusaha menjelaskan secara lebih mendalam mengenai pengaruh Geopolitik terhadap hubungan internasional. Serta strategi cita-cita suatu bangsa untuk kepentingan nasional.
22
H.
Sistematika Penulisan Dalam penulisan penelitian ini menjadi sebuah karya tulis, penulis
membagi dalam beberapa bab dimana antara bab-bab tersebut saling berkaitan sehingga menjadi satu kebulatan yang utuh. Adapun sistematika yang terdapat dalam skripsi ini adalah: Bab I adalah Bab Pendahuluan. Bagian ini terdiri Latar Belakang, Rumusan Permasalahan,
Kerangka
Pemikiran,
Hipotesis,
Metode
Penulisan,
Jangkauan Penulisan, Tujuan Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Bab II merupakan penjabaran mengenai sejarah Iran sebagai Negara super power pada massanya, serta sepak terjang politik luar negeri Iran dikawasan Timur Tengah dan Peran Iran di kawasan timur tengah sebagai upaya Iran untuk menguatkan Posisinya di Timur Tengah semua ini merupakan Faktor penting karena kawasan teluk memiliki posisi strategis dan kuat. Bab III berisikan tentang tekanan-tekanan dari dunia Internasional yang di alami Iran Khusunya Tekanan-tekanan AS. Bab IV berisikan pembahasan mengenai sumber kekuatan SDA Iran yang menjadi dasar Negara Iran untuk memperluas wilayah pengaruhnya di kawasan timur tengah. Serta tujuan pengembangan Nuklir Iran sebagai alat untuk menguatkan posisi Iran dan hubungan kerjasama Iran dengan Negara-negara maju seperti Rusia dan China. Bab V akan memberi analisis gabungan / kesimpulan dari semua bagian pendahulunya
23