Bab I Pendahuluan
I.1
Latar Belakang
PT PLN (Persero) merupakan perusahaan satu-satunya yang menyediakan listrik bagi kebutuhan negara Indonesia. Pada tahun 1972, melalui Peraturan Pemerintah No.17, status Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai perusahaan umum listrik negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 27 Oktober 1945 yang dibentuk oleh Presiden Soekarno dengan nama Jawatan Listrik dan Gas. Sebagai perusahaan penyedia listrik nasional, PT PLN memiliki banyak pembangkit listrik untuk melayani pasokan listrik di seluruh daerah di Indonesia.
Dalam melayani ketersediaan tenaga listrik di seluruh Indonesia, PT PLN dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2013-2022, menargetkan tahun 2022 penduduk dapat menikmati energi listrik di rumah-rumah dengan rasio elektrifikasi mendekati 100%. Pada Tabel I.1 ditunjukkan perkembangan dan prakiraan rasio elektrifikasi sebagai wujud PT PLN dalam menargetkan seluruh wilayah Indonesia terpasang listrik.
Tabel I.1 Perkembangan dan Prakiraan Rasio Elektrifikasi Wilayah Indonesia Tahun Rasio Elektrifikasi
2008 62.3
2009 65
2010 67.5
2011 71.2
2012 75.9
2013 79.6
2014 82.6
2016 88.9
2018 93.7
2020 96.8
Menjaga keberlangsungan operasional dari pembangkit listrik di Indonesia dan penambahan kapasitas listrik nasional menjadi hal yang sangat penting dalam menunjang ketersediaan pasokan listrik nasional. PT PLN Pusat Pemeliharaan Ketenagalistrikan merupakan salah satu unit penunjang di lingkungan PT PLN, yang memiliki tugas utama untuk melaksanakan penanganan Maintenance, Repair dan Overhaul (MRO) ketenagalisrikan untuk daerah di luar Jawa Bali, dengan berdasarkan penugasan dari PLN Pusat serta unit-unit PLN.
1
2022 97.7
Pusat Pemeliharaan Ketenagalistrikan (Pusharlis) terbagi dari tujuh unit kerja, salah satunya adalah unit workshop I yang berlokasi di Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung. Unit ini menangani Maintenance, Repair, dan Overhaul (MRO) peralatan ketenagalistrikan pembangkit listrik dengan kapasitas listrik dibawah 10.000 MW. Pada umumnya unit ini menangani pembuatan PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro) yang merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan energi potensial air sebagai tenaga penggerak dengan kapasitas listrik yang dihasilkan antara 5 kW sampai dengan 100 kW.
PT PLN Pusat Pemeliharaan Ketenagalistrikan unit workshop I untuk departemen teknik terdiri dari empat bagian, yaitu bagian permesinan (bertugas dalam membuat komponen-komponen listrik dari bahan mentah menjadi barang jadi), bagian listrik (bertugas dalam instalasi listrik), bagian konstruksi sipil (bertugas dalam konstruksi pembangkit listrik), dan bagian perencanaan dan pengendalian workshop (bertugas dalam perencanaan elektrikal, mekanikal, sipil dan konstruksi, gambar teknik, dan logistik). Bagian listrik, konstruksi sipil, dan perencanaan dan pengendalian workshop saling bekerja sama guna mendukung bagian permesinan. Hal ini dikarenakan core business dari unit workshop ini memproduksi komponen-komponen pembangkit listrik, yang secara tidak langsung menjadikan bagian permesinan menjadi hal yang sangat diperhatikan.
Dalam menangani Maintenance, Repair, dan Overhaul (MRO), mesin-mesin yang digunakan memiliki peranan yang sangat penting agar komponen-komponen yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan. Hal ini juga melihat akan sistem back to order yang digunakan (kegiatan proses produksi berdasarkan pesanan), sangat penting dalam menjaga mesin agar dapat memenuhi pesanan yang sudah ditetapkan.
Unit workshop I pada bagian permesinan terdiri dari 37 mesin. Berdasarkan hasil wawancara ( Za’imuddin Labibi, Asisten Manajer Teknik Unit Workshop I PLN), Mesin Marufuku merupakan salah satu mesin yang berpengaruh besar terhadap pemenuhan order komponen-komponen pembangkit listrik terutama komponen
2
listrik untuk PLTMH. Hal ini dikarenakan Mesin Marufuku mempunyai peranan fungsilitas penting yang tinggi yaitu drilling, boring, dan milling dengan tingkat presisi yang tinggi. Pada umumnya setiap komponen-komponen yang dibuat oleh unit workshop I akan melewati proses yang ada pada Mesin Marufuku, sehingga Reliability Mesin Marufuku harus tetap dijaga. Komponen-komponen yang diproduksi pada Mesin Marufuku umumnya untuk pembuatan komponen PLTMH seperti: flange, stay vane, stay ring, fan blade. PLTMH merupakan salah satu Energi Baru dan Terbarukan (EBT) skala kecil yang dicanangkan oleh PT.PLN dalam mencapai target sesuai dengan RUPTL 2013-2022. PTMH mempunyai potensi kapasitas sumber daya energi di Indonesia sebesar 500 MW dibandingkan energi terbarukan yang lain seperti biomass, tenaga surya, tenaga angin, dan kelautan.
Mesin Marufuku menggunakan sistem CNC (Computer numerically controlled), yaitu sistem otomatis pada mesin yang dilengkapi dengan sistem mekanik dan kontrol berbasis komputer yang mampu membaca instruksi kode, dimana kode tersebut menginstruksikan ke Mesin CNC agar bekerja sesuai dengan benda kerja yang dibuat. Fungsi CNC dalam hal ini lebih banyak menggantikan pekerjaan operator dalam mesin konvensional, misalnya: mengatur gerakan pahat sampai pada posisi siap memotong, kecepatan potong, kedalaman pemotongan. Berdasarkan jenis Mesin CNC, Mesin Marufuku termasuk dalam jenin Mesin CNC 3A, yaitu Mesin CNC dengan tiga axis atau mesin yang memiliki gerakan sumbu utama kearah sumbu koordinat X, Y, dan Z. Dengan menggunakan tiga axis memungkinkan pada Mesin Marufuku bergerak kiri kanan, depan belakang, dan atas bawah, dimana sumbu X digerakkan oleh meja mesin, sumbu Y digerakkan oleh cross rail upper, dan sumbu Z digerakkan oleh saddle. Pada Gambar I.2 memperlihatkan hirarki dari sistem dan subsistem pada Mesin Marufuku berdasarkan pada karakteristik operasional.
3
Mesin Marufuku
Table
Spindle
Cross Rail Upper
Saddle
Coolant System
Operation
Gambar I.1 Breakdown Structure Mesin Marufuku Dengan melihat core business pada unit ini yaitu sistem produksi back to order yang digunakan oleh PT PLN, maka fokus penelitian pada tugas akhir ini adalah Mesin Marufuku. Mesin Marufuku merupakan mesin yang penting dalam pembuatan komponen-komponen pembangkit listrik, sehingga diperlukan rencana pemeliharaan mesin yang tepat agar mesin dapat beroperasi dengan optimal. Mesin ini sudah beroperasi dari tahun 2000 dengan umur mesin 14 tahun. Adapun dalam pengoperasiannya mesin ini pernah mengalami kerusakan dikarenakan penurunan keandalan dari mesin tersebut.
Tabel I.2 Data Downtime Mesin Marufuku Downtime Mesin Marufuku (jam) Tahun Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agst
Sept
Okt
Nov
Des
TOTAL
2012
-
-
-
4
0
0
0
1,5
16
16
3,5
0
41
2013
0
16
2
5
20
5
16
0
16
4
0
0
84
2014
16
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
16
Berdasarkan data Tabel I.2 dapat dilihat bahwa data downtime untuk Mesin Marufuku rata-rata berada di atas batas standar downtime (nol jam) yang telah ditetapkan oleh unit ini. Shift kerja produksi pada unit ini Hari Senin sampai dengan Hari Jumat yang dibagi atas tiga shift, yaitu shift 1 dari jam 08.00-16.00, shift 2 dari jam 16.00-24.00, shift 3 dari jam 24.00-08.00. Usaha perusahaan yang dilakukan dalam pemeliharaan mesin yang sudah dilakukan unit workshop I yaitu dengan menggunakan instruksi kerja pemeliharaan mesin seperti yang dapat dilihat pada Tabel I.3. Kegiatan ini masih bersifat konvensional dimana bagian
4
dari permesinan melakukan kegiatan maintenance mesin berdasarkan instruksi yang ada tanpa adanya peninjauan kembali dan keadaan data lama, sehingga jadwal perawatan sekarang dinilai belum efektif dan berdampak pada downtime Mesin Marufuku yang dihasilkan. Downtime mesin ini berdampak pada meningkatnya risiko perusahaan yang ditanggung akibat dari kegagalan mesin yang menyebabkan proses produksi menjadi tidak berjalan dengan baik. Adapun tujuan keseluruhan dari proses pemeliharaan adalah untuk meningkatkan profitabilitas operasi dan mengoptimalkan biaya siklus hidup dari mesin.
Tabel I.3 Instruksi Kerja Pemeliharaan Mesin Urutan Kerja
Standard
Pelaksanaan
Bersihkan Seluruh body mesin Peralatan bantu lainnya Spindle chuck drill Penampungan gram Slideway/ bed Box power supply Panel komputer
Harus Bersih Dari debu dan kotoran Dari debu dan gram Dari debu dan gram Dari debu dan gram Dari debu dan kotoran Dari debu dan kotoran Dari debu dan kotoran
Dilakukan Setiap hari Setiap hari Setiap hari Setiap hari Setiap hari Setiap hari Setiap hari
Tambahkan/ Isi Oli Tank oli hydraulic Slide way/ table dan base Arbor dan support Spindle head dan column Feed gearbox Oil lubrication
Pengisian oli Sampai batas maksimum Sampai batas maksimum Secukupnya Secukupnya Secukupnya Sampai batas maksimum
Ditambah/ diisi 1 minggu sekali 1 minggu sekali 1 minggu sekali 1 minggu sekali 6 bulan sekali 6 bulan sekali
Stempet/ Grease Swilhead Bearing Screw bearing
Pengisian stempet/ grease Dilakukan Secukupnya/ 5 gram 6 bulan sekali Secukupnya/ 30 gram 6 bulan sekali Secukupnya/ 5 gram 6 bulan sekali
Coolant/ Air Pendingin Dilakukan Kuras/ ganti air oli Bersih tidak berbau/ kotor 3 Hari Sekali/ Bila Perlu Tambahkan oli coolant 1 ltr Metasol : 20 ltr air bersih 2 Hari Sekali/ Bila Perlu
5
Metode RBM (Risk-based Maintenance) yang diperkenalkan oleh Faisal I. Khan dan Mahmoud R. Haddara (Memorial University of Newfoundland, Kanada), merupakan metode yang bertujuan untuk mengurangi besarnya probabilitas terjadinya kegagalan pada sistem dalam menjalankan fungsinya dan risiko kegagalan yang mungkin dapat terjadi, dengan mengoptimalkan waktu perawatan.
Metode yang akan digunakan pada penelitian ini dengan melihat kepada data downtime Mesin Marufuku adalah RBM (Risk-based Maintenance). Dengan RBM yang bersifat kuantitatif, maka nantinya akan dapat memberikan usulan perencanaan perawatan mesin yang optimal, dengan mempertimbangkan kemungkinan risiko-risiko yang dapat terjadi akibat kegagalan fungsi dari Mesin Marufuku.
I.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun rumusan masalah yang akan diteliti pada tugas akhir ini adalah: 1. Apa saja kegagalan yang dapat terjadi dan penyebab kegagalan pada Mesin Marufuku? 2. Berapa besar risiko yang ditanggung oleh PT PLN Pusat Pemeliharaan Ketenagalistrikan Unit Workshop I ketika Mesin Marufuku tidak dapat menjalankan fungsinya? 3. Berapa waktu optimal yang dibutuhkan dalam melakukan perawatan overhaul pada Mesin Marufuku? 4. Berapa besar perbandingan risiko yang ditanggung perusahaan sebelum dan sesudah dilakukan perawatan overhaul pada Mesin Marufuku?
I.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari tugas akhir ini adalah: 1. Mengetahui kegalan dan penyebab terjadinya kegagalan pada Mesin Marufuku dengan menggunakan FTA (Fault Tree Analysis).
6
2. Mengetahui besar risiko yang ditanggung oleh PT PLN Pusat Pemeliharaan Ketenagalistrikan Unit Workshop I ketika terjadi kerusakan pada Mesin Marufuku dengan menggunakan metode RBM. 3. Menentukan waktu optimal dalam melakukan perawatan Overhaul pada Mesin Marufuku dengan metode RBM. 4. Mengetahui besar perbandingan risiko yang ditanggung perusahaan sebelum dan sesudah dilakukan perawatan overhaul pada Mesin Marufuku dengan menggunakan metode RBM.
I.4
Batasan Penelitian
Batasan masalah yang digunakan pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Data historis yang digunakan adalah data April 2012 sampai dengan bulan Januari 2014. 2. Tidak membahas hal-hal teknis mengenai mesin. 3. Penentuan gaji lembur per jam yang digunakan mengikuti aturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. 4. Consequence assessment yang dilakukan berfokus pada system performance loss. 5. Tugas akhir ini dibatasi hingga pada pengajuan usulan, sedangkan implementasi dan penerapan usulan tidak termasuk dalam pembahasan.
I.5
Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini, manfaat yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Membantu unit ini dalam mengetahui besarnya risiko yang terjadi ketika Mesin Marufuku mengalami downtime. 2. Membantu unit ini dalam memberikan usulan dalam menentukan kebijakan perencanaan perawatan Overhaul pada Mesin Marufuku dengan menentukan waktu perawatan yang optimal dengan menggunakan metode RBM.
I.6
Sistematika Penulisan
Tugas akhir ini diuraikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
7
Bab I
Pendahuluan Pada bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, dan manfaat dari penelitian ini.
Bab II
Tinjauan Pustaka Pada bab ini berisi mengenai teori yang digunakan sebagai acuan dalam
melakukan
penelitian
ini
yaitu
RBM
(Risk-based
Maintenance). Bab III
Metodologi Penelitian Pada bab ini menjelaskan secara sistematis langkah-langkah penelitian dalam merumuskan masalah penelitian, merumuskan tujuan penelitian, pengumpulan dan pengolahan data, melakukan uji data dan merancang pengolahan data.
Bab IV
Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada bab ini berisi data-data berupa data historis maupun data hasil wawancara dengan teknisi yang terkait. Selanjutnya data-data tersebut akan diolah untuk menjawab tujuan dari penelitian ini berupa interval waktu perwatan optimal dan tindakan perawatan.
Bab VI
Analisis Pada bab ini dilakukan analisis terhadap hasil pengolahan data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya.
Bab VI
Kesimpulan dan Saran Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran bagi perusahaan dan penelitian selanjutnya.
8