BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.1.1 Indonesia Membutuhkan Lebih Banyak Kawasan Penunjang Konservasi Indonesia merupakan negara yang menyimpan kekayaan keanekaragaman ekosistem yang terbentang dari Indonesia bagian timur hingga barat, di laut dan di darat serta pada setiap pulau, karena lokasi negara Indonesia sendiri memiliki keunikan pada letak geografis yang mempengaruhi tingginya endemisitas flora, fauna maupun mikroba. Hingga saat ini, tercatat bahwa Indonesia memiliki jumlah algae 1500 spesies, tumbuhan berspora yaitu berupa jamu 80.000 spesies, lumut kerak 595 spesies, paku-pakuan 2197 spesies, tumbuhan berbiji 30.00040.000 spesies flora (15.5% dari total jumlah flora di dunia) dan pada setiap pulau di Indonesia memiliki presentasi endemik rata-rata mencapai 30%.1 Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Indonesia sangat kaya akan keanekaragaman spesies dan genetik. Tabel 1.1 Data Jumlah Spesies dan Endemik Per Pulau
Total Spesies
Endemik
% Endemik
Jawa
6305
2902
46
Kalimantan & Maluku
9956
3936
40
Papua
9518
4380
46
LSI
2442
1343
55
Sulawesi
5972
2225
37
Sumatra
8391
1891
23
(sumber : PUSLIT BIOLOGI LIPI2014)
Sementara di sisi lain, Indonesia menduduki ranking empat di dunia dalam hal jumlah spesies yang terancam kepunahannya, serta dihadapkan tekanan dan ancaman yang tinggi terhadap keanekaragaman tumbuhan di habitatnya. Diperkuat dengan fakta keanekaragaman !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 1
!Kementrian Lingkungan Hidup. Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia, 2014!
1! !
hayati khususnya spesies flora, tercatat terdapat 1172 spesies flora yang terancam punah yang semula hanya dilaporkan 755 spesies (Widjaja dkk). Padahal sebagian besar kekayaan keanekaragaman hayati di Indonesia belum semua sudah tereksplorasi baik mengenai jumlah spesies maupun potensinya di darat dan di laut, bahkan terdapat spesies yang sudah terancam punah sebelum diketahui.2
Gambar 1.1 Grafik Jumlah Kelangkaan Keanekaragaman Flora di Indonesia (sumber : Keanekaragaman Kehati Indonesia)
1.1.2
Kurangnya Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati untuk Masyarakat Indonesia Pemanfaatan keanekaragaman hayati telah berperan besar untuk kebutuhan manusia
maupun untuk tujuan pengelolaan ekosistem. Misalnya sebagai kebutuhan pangan, kesehatan, sumber energi, penyedian air dan udara bersih dsb. Namun keanekaragaman hayati di Indonesia belum secara maksimal memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya sendiri. Hal ini terjadi karena perubahan iklim, polusi yang meyebabkan hilangnya penyerbuk flora yang penting bagi kelangsung hidup flora, spesies invasif yang merajai suatu tempat sehingga punahnya jenis asli dan lebih ironis adalah aktivitas dari manusia sendiri yang menyebabkan fragmentasi habitat keanekaragaman hayati. Kurangnya
kesadaran
masyarakat
dalam
melestarikan
keanekaragaman
hayati
Indonesia menyebabkan keanekaragaman hayati di Indonesia belum berkorelasi secara maksimal dengan tingkat kesejahteraan rakyat. Tanpa adanya tindakan perlindungan, keanekaragaman hayati di Indonesia dapat dipastikan menuju kepunahan dalam waktu yang singkat. !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 2
Kementrian Lingkungan Hidup. Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia, 2014
2! !
1.1.3. Penunjang Konservasi sebagai Strategi Meningkatkan Kepedulian Masyarakat Terhadap Keanekaragam Hayati! Terkait dengan isu kelangkaan keanekaragaman hayati pemerintah telah mengeluarkan peraturan hukum untuk melindungi keanekaragaman hayati Indonesia yaitu, pasal 26 UndangUndang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, bahwa pemanfaatan SDA hayati dan ekosistemnya harus dilakukan melalui kegiatan pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam dan pemanfaatan jenis tumbuhan serta satwa liar.
3
Peran pemerintah dalam melestarikan keanekaragaman hayati di Indonesia
adalah membangun kebun raya yang dijadikan sebagai kawasan konservasi. Saat ini, sudah terdapat 25 kebun raya dan empat diantaranya berada dibawah manajemen LIPI atau negara, dan selebihnya merupakan kebun raya pemerintah daerah dengan pendekatan ekoregion. Pendekatan ekoregion dipilih karena pendekatan ini dianggap komprehensif dengan mempertimbangkan keseluruhan kondisi biofisik lingkungan yang meliputi iklim, tanah, air, tumbuhan dan satwa asli, juga pola interaksi manusia dengan alam yang menggambarkan integritas sistem alam dan lingkungan hidup.
Gambar 1.2 Peta Persebaran Kebun Raya di Indonesia (sumber : Keanekaragaman Kehati Indonesia, TPKR 2013)
Dari 25 kebun raya yang telah dibangun di Indonesia baru merepresentasikan 15 ekoregion dan membutuhkan setidaknya 47 kebun raya untuk menampung dan mengkonservasi spesies-spesies tumbuhan yang khas dan spesifik ekoregion tersebut, juga spesies-spesies langka dan terancam kepunahan serta spesies-spesies yang bernilai ekonomi. Untuk membuka peran serta masyarakat dalam upaya melestarikan keanekaragaman hayati disekitarnya, pemerintah telah mengeluarkan peraturan dalam melaksanakan pencadangan sumber daya !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 3
!Kementrian Lingkungan Hidup. Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia, 2014!
3! !
alam termasuk sumber daya alam hayati, pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota atau perseorangan dapat membangun taman keanekaragaman hayati di luar kawasan hutan, yang diamanatkan dalam Pasal 57 ayat 1 huruf b Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 1.1.4. BSD City Sebagai Salah Satu Penunjang Konservasi Keanekaragaman Hayati Kawasan Bumi Serpong Damai (BSD) City merupakan salah satu kota mandiri yang terletak di Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten. Kota mandiri BSD tidak hanya merupakan sebuah kawasan pemukiman, tetapi juga menyediakan berbagai fasilitas yang terdapat di dalamnya, seperti sekolah, plaza niaga, pasar modern, pusat kawasan bisnis, sarana olahraga, taman kota, dan lain-lain. Dalam masa perkembangan kota BSD, salah satu rencana masterplan pada kawasan BSD tahap dua akan dibangun sebuah Botanical Park yang akan dibangun di sempadan Sungai Cisadane yang melewati kota BSD. Dengan luas lahan ±54 ha dengan harapan Botanical Park tersebut dapat menjadi suatu kawasan konservasi sekaligus sebagai kawasan rekreasi yang berorientasi alam serta sebagai pusat pembelajaran bagi pengembangan perumahan di BSD City.4
Gambar 1.3 Lokasi Proyek (sumber : Hidayat, Rahmat. Proses Perancangan BSD City Botanical Park di PT Sheils Flynn Asia, Bogor, 2009)
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 4
!Hidayat,!Rahmat.!Proses!Perancangan!BSD!City!Botanical!Park!di!PT!Sheils!Flynn!Asia,!Bogor,!2009!
4! !
1.2
Permasalahan Lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini meliputi permasalahan
umum (non arsitektural) dan permasalahan khusus (arsitektural) antara lain sebagai berikut : 1.2.1
Permasalahan Non Arsitektural Permasalahan non arsitektural merupakan tanggapan terhadap kebutuhan kawasan
akan fasilitas yang tepat sehingga berperan dalam pengembangan botanical tropicarium yang berperan dalam pengembangan lingkungan penunjang konservasi dan rekreasi. 1.
Bagaimana kebijakan-kebijakan yang diberikan pemerintah dalam untuk membuat sarana konservasi atau penunjang konservasi sebagai tempat untuk menyadarkan manusia dan berperan dalam pelestarian keanekaragaman hayati
2.
Bagaimana aspek edukasi sebuah botanical tropicarium yang berperan sebagai wadah ilmu pengetahuan serta penelitian untuk dunia pendidikan yang optimal
3.
Bagaimana kelayakan sisi komersial dalam botanical tropicarium sehingga dapat menarik pengunjung
1.2.2
Permasalahan Arsitektural Permasalahan
arsitektural
merupakan
tanggapan
terhadap
isu-isu
terkait
keanekaragaman hayati sehingga botanical tropicarium dapat dijadikan sebagai fasilitas penunjang konservasi sekaligus tempat rekreasi alam yang mampu memenuhi perancangan arsitektur yang baik. 1. Bagaimana fungsi sebuah botanical tropicarium yang berperan dalam desain edukasi 2. Bagaimana aplikasi teori biomimetik merespon permasalahan desain botanical tropicarium 3. Bagaimana tapak terpilih dapat menunjang sebuah desain botanical tropicarium 1.3
Tujuan & Sasaran 1. Mengajarkan kepada masyarakat akan kekayaan keanekaragaman hayati di Indonesia 2. Mengembalikan
kepedulian
dan
respect
akan
pentingnya
pelestarian
keanekaragaman hayati 3. Menghasilkan konsep botanical tropicarium yang dapat menciptakan komunikasi antara manusia dan tanaman 5! !
1.4
Metoda
1.4.1. Metoda Pengumpulan Data 1. Observasi Kegiatan ini meliputi survey lapangan berupa gambar, foto, dan data skematik untuk mendapatkan penjelasan mengenai fungsi botanical tropicarium yang akan dirancang. 2. Studi Literatur Lingkup studi literature terkait botanical tropircarium dengan segala aspeknya dari denah, sirkulasi, program ruang, pencahayaan, hingga tempat parkir. Penjelasan dan penerapannya terkait dalam buku-buku penelitian dan literature lainnya. 3. Wawancara Kegiatan wawancara berguna untuk mengetahui permasalahan yang ada pada bangunan Botanical Tropicarium dalam sudut pandang pengguna dan pengamat. 4. Studi Kasus Kegiatan ini meliputi studi komparasi bangunan botani yang ada di beberapa negara dan beberapa konsep yang mengacu pada metode perancangannya. 1.5
Keaslian Penulisan Dalam penulisan laporan penelitian ini terdapat beberapa laporan yang memiliki
pendekatan teori desain yang serupa namun terdapat beberapa perbedaaan yang menjadi keunikan laporan penelitian penulis. Persamaan yang paling jelas antara laporan penelitian penulis dengan laporan penelitian lainnya adalah pada teori arsitektur biomimetik. Sedangkan untuk perbedaannya terletak pada fungsi bangunan yang dimana pada laporan penelitian penulis merupakan bangunan Botanical Tropicarium sedangkan laporan penelitian lain, fungsi bangunan sebagai Aquaworld Park pada Kebun Binatang Surabaya, yang dimana mangembil analogi struktur dari terumbu karang yang hanya diaplikasikan sebagai penggunaan struktur utama bangunan serta bentuk bangunan. Laporan penelitian yang menggunakan teori biomimetik ini adalah Aquaworld Park Kebun Binatang Surabaya, Karya Holanda Desy Prawitasari (07/250919/TK/32468). Yang kedua adalah Museum Biologi Yogyakarta sebagai Ekspresi dari Keanekaragaman Hayati di Indonesia karya Ardhyasa Fabrian Gusma (07/256820/TK/33403). Bangunan ini merupakan museum biologi dengan koleksi tanaman yang bersifat mati. Persamaan pada laporan ini adalah tujuan dalam memperkenalkan keanekaragaman hayati kepada masyakarat, sedangkan letak perbedaannya pada teori arsitektur yang digunakan, yaitu Ekspresi Arsitektur yang merupakan cabang dari arsitektur kontemporer. 6! !
1.6
Kerangka Pemikiran
Gambar 1.3 Kerangka Berfikir (sumber : analisa penulis)
7! !
1.7
Sistematika Penulisan Dalam penulisan Pra Tugas Akhir ini, sistematika penulisan laporan adalah sebagai
berikut, yang pertama (1) Bab I Pendahuluan, yang berisi latar belakang pemilihan tema, permasalaan yang ada pada tema tersebut, arah dan lingkup pembahasan, serta format sistem dan metodelogi penulisan yang digunakan. Kedua (2) adalah Bab II Kajian Pustaka yang berisi dasar-dasar perancangan Botanical Tropicarium, serta dasar-dasar teori untuk perancangan desain arsitektur bangunan konservasi. Ketiga (3) adalah Bab III Kajian Lapangan yang berisi tentang analisis daerah Kota BSD, area yang diperbolehkan untuk dibangun, serta lokasi yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan botanical tropicarium. Keempat (4) adalah Bab IV Analisis yang berisi hasil penggabungan fungsi terhadap konteks, konteks terhadap tema, tema terhadap fungsi, dan hasil analisa bagaimana ditemukan konsep perancangan yang tepat. Kelima (5) Bab V Konsep adalah berisi tentang deskripsi konsep, dasar-dasar desain yang akan dimasukan, detail desain yang melatar belakangi pengembangan desain di tahap selanjutnya.
8! !