BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latarbelakang
1.1.1. Perkembangan
Pariwisata
Pulau
Bali
sebagai
Generator
Pengembangan Fasilitas Pariwisata Pulau Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia yang memiliki ragam kesenian budaya dan tradisi yang masih terjaga. Tak dapat dipungkiri, Pulau Bali juga dikarunai dengan kondisi alam yang indah dan bervariasi. Tak heran jika saat ini Pulau Bali menyandang peringkat kedua dari Top 10 Islands 2012 versi Majalah Travel+Leisure yang berbasis di New York. Keragaman budaya dan pesona alam Pulau Bali inilah yang mampu menarik perhatian wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Tabel 1.1. Data Jumlah Wisatawan Mancanegara Provinsi Bali Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah Wisman (orang) 1285842 995272 1460420 1388984 1262537 1668531 2085084 2385122 2576142 2826709
Jumlah pertumbuhan (orang) -70932 -290570 465148 -71436 -126447 405994 416553 300038 191020 250567
Prosentase pertumbuhan (%) -5,23% -22,60% 46,74% -4,89% -9,10% 32,16% 24,97% 14,39% 8,01% 9,73%
Sumber: www.bali.bps.go.id dan Analisis Penulis
Tak lepas dari ingatan peristiwa yang mencengangkan masyarakat Indonesia bahkan khalayak internasional yaitu peristiwa bom di Kuta pada tahun 2002 serta peristiwa bom di Jimbaran dan Kuta pada tahun 2005. Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa jumlah wisatawan mancanegara yang mengunjungi Pulau Bali menurun drastis selama rentang waktu setahun setelah peristiwa bom yaitu pada tahun 2003 dan tahun 2006. Namun pada tahun kedua setelah peristiwa tersebut, jumlah wisatawan mancanegara meningkat drastis dari tahun ke tahun. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, laju pertumbuhan wisatawan mancanegara tahun 2007-2011
mengalami
peningkatan
sebanyak
1.158.178
wisatawan
mancanegara. Jika Pulau Bali mampu mempertahankan keamanannya maka dalam jangka waktu 5 tahun ke depan maka jumlah wisatawan akan semakin meningkat. Pesatnya perkembangan jumlah wisatawan Pulau Bali menarik perhatian pengusaha untuk menyediakan fasilitas bagi para wisatawan seperti hotel dan
1
restoran. Saat ini, ketika mengunjungi daerah Double Six, Legian, dan Kuta, dapat dipastikan kita akan menemukan hotel-hotel baru yang telah terbangun maupun dalam proses konstruksi. Bahkan sepanjang Pantai Kuta-Legian saat ini sudah berubah menjadi deretan hotel berbintang seperti Sheraton Bali Kuta Resort, Harris Hotel Sunset Road dan Kuta Seaview Boutique Resort and Spa. 1.1.2. Fenomena Sampah yang Memperburuk Citra Pulau Bali Pada tahun 2011, citra Pulau Bali yang memukau secara mendadak berubah buruk akibat pemberitaan salah satu media internasional yang mengungkapkan fenomena Pantai Kuta yang dipenuhi sampah. Dalam artikel berjudul “Holiday in Hell: Bali’s Ongoing Woes”
1
karya Andrew Marshall, menilai infrastruktur Pulau
Bali kurang cepat mengantisipasi perkembangan wisata yang pesat. Fenomena banjir sampah di Pantai Kuta yang menjadi pemberitaan media internasional diperkirakan berasal dari wilayah Tabanan dan Pulau Jawa. Fenomena ini rutin terjadi setiap tahunnya akibat pengaruh angin musim barat yang membawa sampah di perairan Pulau Jawa menuju bagian barat Pulau Bali. Banjir sampah tidak hanya melanda Pantai Kuta saja tetapi juga pantai-pantai yang terletak di bagian barat Pulau Bali seperti Pantai Dreamland dan Pantai Seminyak. Jumlah sampah kiriman ini bisa mencapai 100 truk per harinya. Angka ini menunjukkan bahwa masalah sampah khususnya sampah kiriman harus mendapat penanganan yang serius dari pemerintah Bali. “Sampah dan Wisata, Masalah Klasik Tak Bertepi”2 kutipan ini rasanya tepat untuk menggambarkan Pulau Bali saat ini. Peningkatan jumlah wisatawan setiap tahunnya disertai pula dengan peningkatan jumlah produksi sampah. Jumlah produksi sampah juga semakin bertambah dengan maraknya pembangunan hotel, pusat perbelanjaan, dan restoran di daerah wisata khususnya Legian dan Kuta. 1.1.3. Pengolahan Sampah yang Kurang Maksimal di TPA Suwung, Bali Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung seluas ±28 ha merupakan tempat pembuangan akhir terbesar di Bali yang terletak di Jalan By Pass Ngurah Rai. Sumber sampah berasal dari wilayah yang termasuk dalam radius 9 km dari TPA Suwung. Volume sampah yang masuk ke TPA Suwung tahun 2011 mencapai kisaran 918.205 m3 per tahun.
1
2
Dikutip dari majalah TIME edisi 1 April 2011 Dikutip dari www.wisata.kompasiana.com diakses 19 September 2012
2
Tabel 1.2. Data Volume Sampah yang Terangkut ke TPA Suwung tahun 2010-2011 Tahun Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2010 Kota DKP Denpasar Badung 3 3 (m ) (m ) 71.048 7.884 63.178 7.095 80.020 7.560 76.624 7.308 84.350 7.676 77.394 7.548 77.194 7.482 67.366 7.554 64.293 7.302 67.059 7.664 65.250 7.638 73.050 7.794 Jumlah sampah 2010
Jumlah 3 (m ) 78.932 70.273 87.580 83.932 92.026 84.942 84.676 74.920 71.595 74.723 72.888 80.844 957.331
2011 Kota DKP Denpasar Badung 3 3 (m ) (m ) 72.382 7.764 61.986 7.062 65.527 7.548 65.920 7.638 68.110 7.836 65.313 7.644 70.813 7.776 69.237 7.872 66.049 7.512 70.268 7.740 72.328 7.632 78.430 7.818 Jumlah sampah 2011
Jumlah 3 (m ) 80.146 69.048 73.075 73.558 75.946 72.957 78.589 77.109 73.561 78.008 79.960 86.248 918.205
Sumber: www.bankdata.denpasarkota.go.id
Badan Pengelola Kebersihan Sarbagita (BPKS), lembaga yang mengurus TPA Suwung, menyadari jika sampah dibiarkan tertimbun maka area TPA Suwung ini tidak akan mampu menampungnya lagi. Oleh karena itu BPKS menerapkan teknik pengolahan sampah yang disebut Galfad yaitu gasification, landfill gas, and anaerobic digestion. Teknik pengolahan sampah ini merupakan sebuah teknik
untuk mengolah sampah menjadi energi listrik.
Dalam
menjalankan teknik ini, BPKS bekerja sama dengan PT Navigat Organic Energy Indonesia (NOEI). Proyek ini diresmikan di Bali pada pertengahan Desember tahun 20073. Namun pada kenyataannya, metode yang diterapkan hingga saat ini sebagian besar menggunakan metode open dumping yaitu sampah hanya diletakkan di lapangan terbuka tanpa ada proses lebih lanjut. Pengolahan sampah dengan open dumping tentunya bukan penyelesaian yang tepat karena setiap hari sampah kian menumpuk dan akhirnya membutuhkan ruang yang lebih luas lagi. Pengolahan sampah yang kurang maksimal saat ini terbukti dengan banyaknya gunungan sampah di TPA Suwung yang menjulang bahkan dapat terlihat dari Jalan By Pass Ngurah Rai. Gunungan sampah ini menimbulkan bau tak sedap yang tercium hingga jalan utama dan permukiman di sekitarnya. Selain itu gunungan sampah memperburuk citra sepanjang Jalan By Pass Ngurah Rai
3
Dikutip dari majalah GATRA edisi 10 September 2008
3
yang selalu dilalui wisatawan karena jalan ini merupakan jalan utama yang menghubungkan antar obyek wisata pantai terutama Pantai Kuta dan Pantai Sanur.
Gambar 1.1. Kondisi TPA Suwung Sumber : www.fotokita.net
Sistem open dumping ini juga sangat membahayakan lingkungan karena menghasilkan gas metan (CH4) dari pembusukan sampah. Gas CH4 yang memiliki daya rusak 21 kali lipat dari CO2 berperan dalam pemanasan global. Selain itu gas CH4 juga memiliki karakteristk mudah meledak jika terkena percikan api. Hal ini terbukti dari salah satu pemberitaan media elektronik pada bulan Februari 2012 yang menyebutkan terjadinya ledakan di TPA Suwung akibat percikan berasal dari korek api salah satu pekerja yang hendak merokok. Akibat ledakan ini dua orang pekerja mengalami luka bakar yang serius. 1.1.4. Potensi Hasil Pengolahan Sampah Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sampah memiliki pengertian barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi. Berdasarkan sifatnya, jenis sampah dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik adalah sampah yang mudah terurai secara alami seperti sisa makanan, sayuran, dan daun-daun kering. Sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang tidak mudah terurai secara langsung seperti plastik, kaca, logam, dan kayu. Walaupun menurut KBBI, sampah merupakan benda yang tidak terpakai lagi, pada hakikatnya sampah masih dapat diolah menjadi produk yang bermanfaat. Seiring perkembangan teknologi, sampah dapat diolah menjadi kompos, pakan ternak, energi (biogas dan listrik), bahan campuran aspal, bijih plastik, dan bentuk lainnya. Dengan mengetahui banyaknya manfaat hasil pengolangan sampah, sudah saatnya mengubah paradigma sampah sebagai barang yang tidak terpakai menjadi sebuah aset yang dapat diolah guna mengembalikan nilai ekonominya. 1.1.5. Menuju Bali Green Province Pada tahun 2006, sebuah film dokumenter berjudul “An Inconvenient Truth” karya Al Gore telah menyentak publik dengan gambaran dan fakta-fakta kondisi 4
bumi pada saat ini. Melalui film ini, Al Gore berusaha menyadarkan publik akan buruknya dampak pemanasan global. Selama beberapa tahun terakhir, isu pemanasan global menjadi isu yang penting dan seringkali diangkat sebagai topik dalam pengembangan berbagai bidang. Dampak pemanasan global ini melanda seluruh permukaan bumi tanpa terkecuali. Provinsi Bali pun tak luput dari dampak tersebut antara lain terjadinya pergeseran musim, abrasi pantai, berkembangnya berbagai jenis penyakit tropis, menurunnya debit air permukaan, dan meningkatnya suhu udara. Selain itu pulau-pulau kecil yang termasuk wilayah Provinsi Bali akan mengalami dampak yang signifikan akibat naiknya muka air laut. Sebagai provinsi yang berperan sebagai daerah penopang terbesar devisa dari
sektor
pariwisata
Indonesia,
Pemerintah
Provinsi
Bali
menyadari
keterbatasan akan ketersediaan sumber daya alamnya. Saat ini Provinsi Bali telah menghadapi berbagai permasalahan lingkungan hidup antara lain pendangkalan sungai dan danau, kerusakan terumbu karang, kerusakan hutan, serta menurunnnya kualitas dan kuantitas sumber daya air. Dalam upaya menyeimbangkan pembangunan dan pemanfaatan sumber daya alam, Pemerintah Provinsi Bali menetapkan visi “Bali Mandara” yang memiliki makna Bali yang Agung, Bali yang Besar dan Suci, Bali yang Maju, Aman, Damai dan Sejahtera masyarakatnya sepanjang masa. Visi “Bali Mandara” ini diwujudkan dengan pencanangan Bali Green Province oleh Gubernur Bali pada tanggal 22 Februari 2010 bertepatan dengan pembukaan Konferensi UNEP ke- 11 di Nusa Dua. Bali Green Province adalah komitmen Pemerintah Provinsi Bali bersama Pemerintah Kabupaten/Kota se-Bali, swasta, LSM, Perguruan Tinggi, sekolah, Desa Pekraman, dan seluruh komponen masyarakat Bali, dengan segala daya dan upaya untuk mewujudkan Bali yang bersih, sehat, nyaman, lestari, dan indah bagi generasi kini dan akan datang menuju tercapainya Bali yang maju, aman, damai, dan sejahtera (Bali Mandara). Demi tercapainya Bali Green Province, Pemerintah Provinsi Bali menetapkan 3 strategi dasar yaitu green culture, green economy, serta clean and green. Berdasarkan ketiga strategi Bali Green Province yang ditetapkan Pemerintah Bali, salah satu strategi yang berkaitan dengan pengembangan fisik adalah Bali Clean & Green. Bali Clean & Green memiliki sasaran sebagai berikut4:
4
Dikutip dari www.birohumas.baliprov.go.id
5
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Mewujudkan Bali bebas sampah plastik 2013, melalui pemilahan, komposting, dan penyaluran sampah plastik/anorganik. Meningkatkan tutupan vegetasi lahan melalui reboisasi dan penghijauan. Pelestarian kawasan sekitar danau, waduk, dan mata air. Pengembangan program kali bersih (PROKASIH). Pengembangan program peringkat kinerja perusahaan (PROPER). Pengembangan laut dan pantai lestari (ICM). Pengembangan pelabuhan bersih (Bandar Indah) Pengembangan/pelestarian flora dan fauna langka. Peningkatan daerah resapan air hujan melalui sumur resapan dan biopori. Perluasan ruang terbuka hijau. Penataan dan perluasan sistem drainase. Optimalisasi instrumen lingkungan (AMDAL, UKL-UPL, dan SPPL) Pengendalian kawasan rawan bencana (banjir dan tanah longsor). Pengendalian tata ruang. Penegakan hukum lingkungan. Penataan tempat pengolahan akhir (TPA) sampah Pemantapan kelembagan lingkungan hidup di Kabupaten/Kota Pengembangan sistem managemen informasi lingkungan hidup.
Berdasarkan program Bali Green Province tersebut, dapat terlihat bahwa penataan tempat pengolahan akhir sampah merupakan bagian dari program tersebut. Dalam hal ini, revitalisasi TPA Suwung relevan terhadap isu yang ada di Provinsi Bali. Pada dasarnya, revitalisasi TPA Suwung ini mampu mengurangi permasalahan degradasi lingkungan hidup khususnya pengolahan sampah. 1.2.
Rumusan Permasalahan
Lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini meliputi permasalahan umum (non arsitektural) dan permasalahan khusus (arsitektural) antara lain sebagai berikut: 1.2.1. Permasalahan Umum Permasalahan umum (non arsitektural) merupakan tanggapan terhadap kebutuhan kawasan akan fasilitas pengolahan sampah yang tepat sehingga berperan dalam pengembangan lingkungan
binaan, sosial, ekonomi, dan
pariwisata. 1.
Bagaimana revitalisasi TPA Suwung mampu menangani kekhawatiran masyarakat akan permasalahan jumlah produksi sampah di Bali yang kian meningkat.
2.
Bagaimana revitalisasi TPA Suwung mampu menanggapi keberadaan pelaku ekonomi sekitar TPA seperti pemulung dan peternak.
3.
Bagaimana
revitalisasi
TPA
Suwung
mampu
berkontribusi
dalam
pembiayaan sehingga mengurangi beban pemerintah.
6
1.2.2. Permasalahan Khusus Permasalahan khusus (arsitektural) merupakan tanggapan terhadap isu-isu terkait revitalisasi TPA Suwung sebagai fasilitas pengolahan sampah yang mampu memenuhi kriteria perancangan arsitektur yang baik. 1.
Bagaimana revitalisasi TPA Suwung dapat mewadahi aktivitas pelaku serta menanggapi kebutuhan ruang dengan baik.
2.
Bagaimana
mengatasi dampak
buruk
yang
dihasilkan
dari
proses
pengolahan sampah. 3.
Bagaimana mengintegrasikan fungsi pokok TPA dengan fungsi baru yang akan dikembangkan.
1.3.
Tujuan Pembahasan
1.3.1. Tujuan Umum 1.
Merevitalisasi TPA Suwung sebagai fasilitas pengolahan sampah sehingga penanganan sampah tidak hanya melalui open dumping.
2.
Melibatkan pelaku ekonomi sekitar dalam perencanaan TPA Suwung.
3.
Merevitalisasi TPA Suwung melalui pengembangan fungsi baru yang mampu memberikan kontribusi ekonomi.
1.3.2. Tujuan Khusus 1.
Menentukan fungsi-fungsi yang akan dikembangkan dalam TPA Suwung.
2.
Menghasilkan konsep perancangan TPA Suwung yang ramah lingkungan.
3.
Menentukan perwujudan hubungan antar fungsi yang dikembangkan tanpa mengabaikan fungsi pokok.
1.4.
Sasaran Pembahasan
1.4.1. Sasaran Umum 1.
Mengkaji berbagai jenis pengolahan sampah yang kontekstual dengan lingkungan sekitar.
2.
Mengobservasi kegiatan pelaku ekonomi yang berada di sekitar TPA.
3.
Menganalisis potensi sekitar tapak sebagai salah satu faktor penentuan fungsi yang akan dikembangkan di TPA Suwung.
1.4.2. Sasaran Khusus 1.
Mengkaji alur kegiatan atau proses produksi yang berlangsung pada fasilitas pengolahan sampah.
7
2.
Mengkaji dampak-dampak yang ditimbulkan dari proses pengolahan sampah beserta penanganannya.
3.
Melakukan studi preseden terhadap bangunan yang mengintegrasikan beberapa fungsi yang berbeda serta bentuk penerapan desain yang bertujuan menghubungkan antar fungsi atau ruangan.
1.5.
Lingkup Pembahasan
1.5.1. Arsitektural Lingkup pembahasan arsitektural meliputi analisis permasalahan yang muncul pada daerah perencanaan, jenis perencanaan revitalisasi TPA Suwung sebagai fasilitas pengolahan sampah dan sarana rekreasi edukatif, serta konsep awal perancangan yang kontekstual dengan lingkungan sekitar tapak. 1.5.2. Non Arsitektural Lingkup pembahasan non arsitektural meliputi isu-isu yang terkait dengan permasalahan sampah di Bali, urgensitas kebutuhan fasilitas pengolahan sampah di Bali, pengamatan terhadap kondisi sosial dan ekonomi yang terdapat pada daerah perencanaan, sistem pengolahan sampah, dan proses produksi barang hasil olahan sampah. 1.6.
Metode Pembahasan
1.6.1. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data terbagi menjadi dua metode yaitu: a. Pengumpulan Data Primer Pengumpulan data primer mencakup keadaan lahan, kondisi bangunan eksiting, alur kegiatan yang berlangsung, serta permasalahan yang ada. Data primer diperoleh dari observasi langsung dan diskusi dengan pihak atau instansi yang terkait. b. Pengumpulan Data Sekunder Pengumpulan data sekunder mencakup studi kasus, standar bangunan, teori penunjang, dan data normatif seputar perencanaan pengembangan tempat pembuangan akhir sampah. Data sekunder diperoleh penulis dengan melakukan studi literatur melalui media buku dan internet.
8
1.6.2. Metode Pengolahan Data Data yang diperoleh akan melalui proses sebagai berikut: a. Analisis Proses analisis diterapkan dengan mengemukakan data-data standar, tipologi, dan morfologi. b. Sintesis Proses sintesis diterapkan
dengan mengolah data keadaan lahan,
kondisi bangunan eksisting, permasalahan yang ada, studi kasus, serta teori dan standar menjadi rumusan konsep awal perencanaan dan perancangan. c. Penyusunan Konsep Hasil dari poses analisis dan sintesis akan diolah menjadi rumusan konsep dasar perencanaan dan perancangan TPA Suwung. 1.7.
Sistematika Penulisan
Penulisan ini terdiri dari beberapa bagian: a. Bab I Pendahuluan Memuat latar belakang pemilihan kasus, permasalahan kasus, tujuan dan sasaran, ruang lingkup pembahasan, metode dan sistematika penulisan yang digunakan. b. Bab II Tinjauan Pustaka Memuat
tinjauan
pengolahannya,
umum
tentang
sampah
beserta
sistem
tinjauan fungsional fasilitas pengolahan sampah, dan
tinjauan sarana rekreasi edukatif. c. Bab III Tinjauan Empiris Memuat tinjauan peraturan yang berlaku pada lokasi perancangan, deskripsi lokasi perancangan, dan tinjauan studi kasus. d. Bab IV Analisis Memuat hasil analisis penulis terkait dengan hubungan antara fungsi, teori, dan konsep. e. Bab V Konsep Dasar Perancangan Memuat konsep dasar perancangan yang ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan sehingga mampu menyelesaikan permasalahan yang ada dengan optimal.
9
1.8.
Keaslian Penulisan
Penulisan pra tugas akhir dengan judul “TPA Suwung Kota Denpasar, Bali dengan Landasan Teori Simbiosis : Eco-Waste Exhibition Park”, dalam beberapa hal memiliki persamaan tema dengan beberapa judul pra tugas akhir berikut: 1.
Judul
Fasilitas Pengolahan dan Pengelolaan Sampah UGM sebagai Sarana Produksi dan Rekreasi Edukatif Terpadu di Berbah Sleman
2.
Oleh
Diko Midian (04/177212/TK/29877)
Tahun
2011
Judul
Eco Recycler di Piyungan Bantul Fasilitas Industri Pengolahan Sampah Berbasis Ekologi
3.
Oleh
M. Aditia Candra Dewa (99/129163/TK/23986)
Tahun
2004
Judul
Fasilitas Daur Ulang Sampah dan Kompos di Yogyakarta
Oleh
Sintha Prima Widowati Gunawan (99/128893/TK/23876)
Tahun
2004
Hal-hal yang membedakan antara ketiga karya tersebut antara lain pembahasan mengenai lokasi, tingkat kekompleksan fungsi yang diwadahi, dan sistem pengolahan sampah yang diterapkan. Persamaan
karya ini dengan
beberapa judul karya terdahulu terletak penekanan fasilitas pengolahan sampah yang ramah lingkungan. Judul pra tugas akhir ini memiliki tingkat kesamaan paling dekat dengan karya Diko(2011) yang menekankan pada integrasi fasilitas pengolahan sampah dan sarana rekreasi edukatif. Perbedaan dengan karya Diko(2011) terletak pada lingkup sumber sampah dan lokasi perencanaan. Karya terdahulu menekankan pada pengolahan dan pengelolaan sampah yang berasal dari kawasan Universitas Gadjah Mada saja. Selain itu, lokasi perencanaan menempati lahan baru yang terletak di bantaran Sungai Opak. Sedangkan perencanaan TPA Suwung menekankan pengolahan sampah yang berasal dari beberapa kawasan di Bali. Lokasi perencanaan memanfaatkan lahan eksisting yang memiliki fungsi awal sebagai tempat penimbunan sampah. Perencanaan TPA Suwung
bertujuan meningkatkan kualitas tata ruang
tempat pengolahan sampah yang telah ada. Perencanaan fasilitas pengolahan sampah diharapkan mampu mengurangi jumlah timbunan sampah yang kian menggunung. Selain itu keberadaan TPA Suwung
kelak diharapkan mampu
10
menjadi sarana rekreasi edukatif bagi masyarakat umum khususnya anak-anak guna menanamkan kesadaran akan lingkungan. 1.9.
Kerangka Pemikiran
Diagram 1.1. Kerangka Pemikiran Penulisan Sumber : Penulis, 2012
11