BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Owa Jawa atau Javan gibbon (Hylobates moloch) merupakan jenis primata endemik pulau Jawa yang dilindungi (Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun 1999). Dalam daftar Red Data Book IUCN tahun 2008, Owa Jawa termasuk dalam kategori endangered species atau terancam punah dan termasuk Appendix I dalam the Convention on International Trade for Endangered Species Flora and Fauna (CITES). Hingga saat ini diketahui bahwa populasi Owa Jawa berkisar 4000 – 4500 individu (Nijman, 2004). Jumlah populasi yang kecil tersebut dikarenakan populasi Owa Jawa di alam mengalami tekanan akibat degradasi habitat (Eudrey et al, 2000), sehingga Owa Jawa telah kehilangan lebih dari 96% habitat aslinya (MacKinnon, 1987). Kehilangan habitat merupakan ancaman terbesar bagi jenis primata ini. Ancaman habitat tersebut berupa pertambahan jumlah penduduk, konversi lahan, ilegal loging, dan kebakaran hutan yang menyebabkan habitat Owa Jawa semakin tertekan dan mengecil. Salah satu habitat tersisa bagi Owa Jawa di Jawa Tengah berada di Hutan Lindung Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan. Hutan Lindung Petungkriyono masih berupa hutan alami yang relatif terjaga dan diduga juga merupakan hutan hujan tropis dan hutan primer (primary forest) yang tersisa di pulau Jawa dengan kekayaan hayati berupa flora dan faunannya yang sangat tinggi. Hutan lindung petungkriyono memiliki ketinggian tempat 500-1300 meter di atas permukaan laut
1
dan terdiri atas hutan produksi terbatas (HPT) dengan tanaman pokok pinus dan hutan alam kayu lain atau hutan alam yang berfungsi sebagai hutan lindung terbatas (HLT) untuk fungsi lindung hidrologis (RPKH Pekalongan Timur, 2003 dalam Niam dan Pertiwi, 2011). Menurut Setiawan et al (2012), Hutan Lindung Petungkriyono memiliki kepadatan populasi Owa Jawa terbesar dari 16 potongan hutan yang merupakan habitat Owa Jawa di Jawa Tengah. Habitat Owa Jawa merupakan kawasan hutan tropika dari dataran rendah hingga pegunungan dengan ketinggian 0 – 1600 meter (Massicot, 2001; CI Indonesia 2000). Owa Jawa merupakan penghuni kawasan hutan yang terspesialisasi dan memiliki persyaratan sebagai berikut : a) Owa Jawa merupakan satwa arboreal, sehingga membutuhkan hutan dengan kanopi yang rapat; b) Owa Jawa menyandarkan sebagian besar hidupnya pada pergerakannya melalui brankhiasi atau bergelantung sehingga untuk memperoleh pergerakan yang leluasa bentuk percabangan dari kanopi haruslah tidak terlalu rapat dan relatif banyak dengan bentuk percabangan yang horizontal; c) Makanan Owa Jawa terdiri atas buah dan daun - daunan dan terpenuhi kebutuhannya sepanjang tahun dan home range, sehingga untuk memastikan persediaan makanan sepanjang tahun, habitat Owa Jawa bukan merupakan hutan semusim atau hutan dengan periode pengguguran daun dan memiliki keragaman jenis tumbuhan yang tinggi (Kappeler, 1984). Jenis primata arboreal ini merupakan pemakan buah yang dalam kehidupannya sangat dipengaruhi oleh kondisi habitat seperti tegakan vegetasi, kerapatan pohon, variasi jenis pakan dan penutupan kanopi (Kakati, 2004).
2
Kondisi
habitat
erat
kaitannya
dengan komponen habitat
yang
menggambarkan keadaan atau karakter suatu habitat yang digunakan oleh satwa. Setiap jenis satwa tidak menggunakan seluruh kawasan hutan yang ada sebagai habitatnya tetapi hanya menempati beberapa bagian secara selektif. Owa Jawa sangat selektif dalam menggunakan habitat sebagai tempat mencari makan, melakukan aktivitas dan berkembang biak (Supriatna dan Tilson 1994; Wahyono dan Supriatna 1999). Sebagian besar aktivitas harian Owa Jawa berada pada lapisan atas kanopi dengan ketinggian 20-25 m (Nijman, 2001). Pemilihan habitat yang disukai merupakan suatu tindakan yang dilakukan satwa liar dalam rangka memperoleh serangkaian kondisi yang menguntungkan bagi keberhasilan reproduksi dan kelangsungan hidupnya (Bolen & Robinson, 1995). Penelitian oleh Khadafi (2011), tentang studi karakteristik habitat preferensial Owa Jawa di Cagar Alam Gunung Tilu Jawa Barat menyebutkan bahwa pohon dengan diameter yang besar merupakan pra syarat bagi habitat preferensial Owa Jawa. Namun pendugaan habitat preferensial tersebut lebih cenderung menggambarkan habitat secara mikro. Habitat secara keseluruhan perlu diketahui apakah juga menyediakan kondisi yang sesuai bagi Owa Jawa. Adanya
populasi
Owa
Jawa
di
Hutan
Lindung
Petungkriyono
menunjukkan bahwa karakter Hutan Lindung Petungkriyono sesuai bagi kehidupan Owa Jawa. Bahkan menurut Setiawan et al (2012), terdapat sekitar 497 individu Owa Jawa yang menempati Hutan Lindung Petungkriyono. Berdasarkan hal tersebut, bagaimana karakter Hutan Lindung Petungkriyono sehingga Owa Jawa menempati hutan tersebut perlu dikaji. Mengingat pentingnya habitat bagi
3
Owa Jawa, maka perlu dilakukan studi mengenai karakteristik habitat Owa Jawa di Hutan Lindung Petungkriyono yang dapat bermanfaat sebagai informasi dasar untuk pengelolaan populasi Owa Jawa. 1.2. Rumusan Masalah Kawasan hutan hujan tropis dataran randah di pulau Jawa sulit ditemui yang masih terjaga kondisinya. Sisa hutan hujan tropis yang masih bertahan akan sangat rentan terhadap kerusakan. Hutan Lindung Petungkriyono masih berupa hutan alami yang relatif terjaga dan merupakan habitat penting bagi Owa Jawa yang merupakan salah satu satwa endemik pulau Jawa. Habitat bagi Owa Jawa memiliki syarat antara lain kanopi yang rapat, percabangan yang tidak terlalu rapat, dan variasi pakan seperti yang dikemukakan Kappeler (1984). Dalam habitatnya, Owa Jawa sangat selektif dalam menggunakan habitatnya. Sebagian besar aktivitasnya berada pada lapisan atas kanopi. Namun, Owa Jawa memiliki ancaman terbesar kehilangan habitat akibat pertambahan penduduk, konversi lahan, illegal logging, dan kebakaran hutan yang dapat menyebabkan habitatnya terfragmentasi. Habitatnya yang sempit dan cenderung semakin menurun, populasi Owa Jawa mampu bertahan di Hutan Lindung Petungkriyono. Dengan adanya populasi tersebut, maka perlu dilakukan kajian untuk mengetahui kondisi habitat Owa Jawa di Hutan Lindung Petungkriyono. Dari pokok permasalahan tersebut muncul beberapa hal yang perlu untuk diketahui, antara lain :
Bagaimana karakteristik habitat Owa Jawa (Hylobates moloch) di Hutan Lindung Petungkriyono ditinjau dari kondisi vegetasi, fisik, dan pakannya?
4
Bagaimana perbedaan habitat yang tersedia (available) dan habitat yang digunakan (used) oleh Owa Jawa (Hylobates moloch) di Hutan Lindung Petungkriyono?
Bagaimana sebaran vertikal Owa Jawa (Hylobates moloch) dalam menggunakan habitatnya di Hutan Lindung Petungkriyono?
1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mendeskripsikan karakteristik habitat Owa Jawa (Hylobates moloch) di Hutan Lindung Petungkriyono ditinjau dari kondisi vegetasi, fisik, dan pakannya. 2. Mengetahui perbedaan habitat yang tersedia (available) dan habitat yang digunakan (used) Owa Jawa (Hylobates moloch) di Hutan Lindung Petungkriyono. 3. Mengetahui sebaran vertikal Owa Jawa (Hylobates moloch) dalam menggunakan habitatnya di Hutan Lindung Petungkriyono.
1.4. Manfaat Penelitian Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak pengelola dalam merencanakan pengelolaan Owa Jawa (Hylobates moloch) baik populasi maupun habitatnya karena : a. Memberikan informasi mengenai habitat Owa Jawa di Hutan Lindung Petungkriyono
5
b. Memberikan informasi mengenai faktor yang mempengaruhi kehadiran Owa Jawa atau penggunaan habitat oleh Owa Jawa di Hutan Lindung Petungkriyono c. Memberikan informasi mengenai sebaran vertikal Owa Jawa dalam menggunakan habitatnya di Hutan Lindung Petungkriyono Selain itu bagi ilmu pengetahuan, data dan hasil yang diperoleh diharapkan dapat menjadi dasar atau acuan bagi penelitian di masa yang akan datang.
6