BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5
5.1 Data Umum Perusahaan
5.1
Data Umum Perusahaan
5.1.1 Data Akumulasi Jumlah Peserta per Quarter per Vendor Berikut adalah data persebaran pelanggan dan vendor Inixindo pada tahun 2008 Q1 Q2 Q3 Q4 TOTAL VENDOR
SUN JAVA 50 43 118 28 239 496
SOLARIS 31 49 109 68 257
MICROSOFT DATABASE 5 12 31 62 110 353
DEVELOPER 7 5 17 69 98
OS 13 28 32 72 145
Tabel 1 : Data jumlah peserta materi Sun dan Microsoft Tahun 2008
Q1 Q2 Q3 Q4 TOTAL VENDOR
ORACLE DATABASE 36 19 15 7 77 91
DEVELOPER 0 0 12 2 14
Inixindo OS DEVELOPER 84 95 75 45 50 61 48 82 257 283 1091
DATABASE 39 8 6 24 77
DEKSTOP 8 92 129 93 322
MANAGEMENT 31 26 14 81 152
Tabel 2 : Data jumlah peserta materi Oracle dan Reguler Tahun 2008
Q1 Q2 Q3 Q4 TOTAL VENDOR
CISCO CCNA 87 120 80 112 399 550
CCNP 17 49 38 47 151
EC COUNCIL 0 0 5 6 11 11
Tabel 3 : Jumlah peserta materi Cisco dan EC Council pada tahun 2008
Q1 Q2 Q3 Q4 TOTAL VENDOR
TOTAL 503 571 717 801 2592
Tabel 4 : Jumlah peserta total pada tahun 2008
Seperti halnya Authorized Training Center yang lainnya, Inixindo memiliki hubungan kerjasama dengan beberapa vendor IT terkemuka di dunia dalam pelaksanaan trainingnya. Materi-materi yang didukung penuh dan langsung oleh vendor tersebut kami sebut sebagai Authorized Training. Selain itu Inixindo juga menyediakan materi sendiri yang menggunakan bahasa Indonesia yang dapat di kostumisasi sesuai dengan keinginan para pelanggan. Dari simpulan data diatas per kwartalnya kita dapat menarik kesimpulan bahwa pada tahun 2008, peminatan terhadap materi lokal/materi buatan Inixindo sendiri memilki rating penjualan yang
tertinggi yaitu 1091 peserta dari seluruh 2592 peserta yang mengikuti pelatihan di Inixindo selama tahun 2008.
Persentase Total Peserta Inixindo Tahun 2008 berdasarkan jenis materi 0%
21%
19% SUN MICROSOFT ORACLE 14%
INIXINDO CISCO EC COUNCIL
4% 42%
Gambar 1 : Persentase Total Peserta Inixindo tahun 2008 berdasarkan jenis materi
Dapat dilihat disini bahwa materi lokal/materi Inixindo dapat merebut posisi tertinggi dalam penjualan materi dan kelas dibandingkan dengan materi-materi authorized yang sudah disediakan oleh vendor. Materi kelas Inixindo mampu meraih 42% dari total penjualan yang ada. Ini menandakan bahwa materi buatan sendiri dapat bersaing dan juga dapat dijadikan komoditi utama yang dapat diberdayakan di Inixindo. Selanjutnya mengenai utilisasi materi Inixindo akan dibahas di bab selanjutnya. Berikut ini adalah data penjualan yang spesifik hanya pada durasi Low Season (Kwartal 1) yaitu Januari – Maret 2008.
Q1 Q1 Total
SUN JAVA 50
Q1 Q1 Total
Inixindo CISCO OS DEVELOPER DATABASE DEKSTOP MANAGEMENT CCNA 84 95 39 8 31 87
CCNP 17
EC COUNCIL 0
104
0
SOLARIS 31
MICROSOFT DATABASE 5
DEVELOPER 7
ORACLE OS DATABASE DEVELOPER 13 36 0
81
25
257
36
Tabel 5 : Jumlah peserta per jenis materi pada Low Season tahun 2008
Dapat juga kita lihat pada durasi Low Season ini bahwa materi/kelas dengan materi Inixindo memiliki jumlah penjualan yang lebih tinggi ketimbang materi authorized yang lainnya. Jika kita perluas ruang lingkup datanya menjadi jumlah peserta saja maka dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 Inixindo memiliki pola kenaikan terhadap jumlah peserta yang training di Inixindo, dimana memuncak di Kwartal akhir yaitu kwartal 4, dan juga dimana kwartal 1 adalaha kwartal dengan jumlah peserta yang paling sedikit. Siklus ini sudah terjadi selama kurang lebihnya 10 tahun di dalam berjalannya Inixindo.
Jumlah Peserta Inixindo tahun 2008 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 Jumlah Peserta
Q1
Q2
Q3
Q4
503
571
717
801
Gambar 2 : Jumlah Peserta Inixindo tahun 2008
Perbedaan yang terjadi cukup signifikan dimana pada kwartal 1 (Low Season) Inixindo memiliki total 503 peserta, sedangkan pada kwartal 4 Inixindo memiliki total 801 peserta. Maka jumlah peserta dan utilisasi kelas pada Low Season pada tahun 2008 lebih rendah 37.2% dibandingkan dengan pada Kwartal 4.
5.1.2 Data Persebaran jenis peserta pada durasi Low Season Berikut adalah data proporsi jenis peserta yang mengikuti training pada durasi low season (Januari-Maret 2008) di Inixindo.
Gambar 3 : Perbandingan jenis peserta pada durasi Low Season
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa pada durasi Low Season, peserta dari kalangan perusahaan swasta jauh lebih banyak ketimbang peserta dari BUMN dan pemerintahan. Jenis materi yang dijualpun masih lebih tinggi materi lokal Inixindo dibandungkan dengan materi authorized dan kelas yang berbasis proyek. Secara keseluruhan performa Inixindo pada durasi Low Season lebih lengang daripada Kwartal-kwartal yang lain. Rendahnya partisipasi peserta dari kalangan pemerintahan/BUMN yang sebenarnya adalah salah satu jenis klien Inixindo yang memberikan kontribusi profit paling besar dapat dikarenakan oleh beberapa hal, yaitu:
a. Umumnya pada durasi Low Season (Januari –Maret) instansi pemerintah dan BUMN masih meramu anggaran/ belum ada alokasi dana untuk melaksanakan program training bagi para karyawan-karyawannya. b. Program pelatihan yang diambil oleh kalangan pemerintah/BUMN umumnya bebentuk Proyek bukan ritel. Karena itu realisasi proyek biasanya baru terlaksana pada Mei – November tahun tersebut. Proyek dalam hal ini memang memberikan kontribusi pendapatan yang cukup signifikan pada pendapatan total Inixindo, namun proyek juga memiliki kesulitan dan ciri khas tersendiri dalam pelaksanaanya. Peserta dari kalangan swasta pun juga memiliki beberapa kendala dalam mengikuti training pada durasi Low Season. Hal-hal ini terlihat dari peserta dari perusahaan swasta memiliki jumlah terendah pada durasi Low Season jika dibandingkan dengan kwartal-kwartal yang lain. Hal ini dapat diakibatkan dari beberapa hal berikut ini, yaitu: a. Walaupun perusahaan swasta umumnya tidak terikat anggaran yang sudah ditetapkan dari pemerintah layaknya BUMN atau departemen. Namun, perusahaan swasta umumnya pada awal-awal tahun mengalokasikan dananya untuk proyek-proyek teknis yang bersifat lebih urgent ketimbang proyek pelatihan. Proyek-proyek itu pun biasanya dimulai (kickoff) pada awal tahun, yang diketahui bahwa pada kick-off proyek, komitmen dari seluruh pihak sangatlah dibutuhkan, baik dari Project Manager dan juga Project Staffnya tersebut. Karena itu beberapa perusahaan swasta lebih memilih untuk mendaya-gunakan karyawan-karyawan teknisnya dalam pelaksanaan proyek tersebut, ketimbang melibatkan mereka dalam program pelatihan. Namun jumlah kejadian hal ini tidak seburuk dari kalangan pemerintahan. Karena itu jumlah dari kalangan swasta lebih banyak ketimbang dari pemerintahan pada durasi Low Season.
5.1.3 Persebaran pendapatan kelas ritel dalam rupiah di Inixindo pada tahun 2008
Total penjualan kelas ritel (dalam rupiah) pada Low Season tahun 2008 250,000,000
200,000,000 Cisco
150,000,000
Oracle Microsoft
100,000,000
Reguler Sun
50,000,000
‐ Januari
Februari
Maret
Gambar 4 : Total penjualan kelas ritel pada Low Season tahun 2008
Gambar diatas menunjukkan bahwa dari bulan ke bulannya yaitu januari sampai maret Inixindo terus mengalami peningkatan pendapatan dari penjualan kelas yang ada walapun figure pada kwartal Low Season ini relatif lebih kecil ketimbang pada kwartal-kwartal lainnya. Penjualan yang tercatat pada grafik ini adalah penjualan kelas yang berbasis ritel (non-proyek). Dapat dilihat disini bahwa penjualan kelas Reguler atau Materi Inixindo dapat melebihi jumlah penjualan kelas authorized lainnya, kecuali pada bulan februari. Ini dapat digunakan sebagai sinyal bahwa materi regular Inixindo masih sangat diminati oleh para peserta training.
Total penjualan kelas ritel pada tahun 2008 450,000,000 400,000,000 350,000,000 300,000,000 250,000,000
Cisco Oracle
200,000,000
Microsoft 150,000,000
Reguler Sun
100,000,000 50,000,000 ‐
Gambar 5 : Total penjualan kelas ritel pada tahun 2008
Dari data di atas dapat kita lihat bahwa pendapatan kelas ritel di Inixindo pada tahun 2008 umumnya mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Jika dibandingkan dengan Low Season, kwartal‐kwartal selanjutnya mengalami kenaikan yang berkesinambungan dimana puncak tertinggi penjualan terjadi di bulan Juni pada materi Cisco. Dapat juga kita lihat disini diluar materi authorized Cisco, materi regular Inixindo umumnya berada di posisi kedua pada total penjualan tiap bulannya kecuali pada bulan Februari, Juni, dan Agustus; lagi-lagi hal ini dapat menunjukkan bahwa interest dari peserta masih tinggi untuk materi regular lokal yang notabene buatan sendiri dan berbahasa Indonesia.
Total akumulasi penjualan kelas ritel (dalam rupiah) tahun 2008 1,200,000,000 1,000,000,000 800,000,000 600,000,000 total
400,000,000 200,000,000 ‐
Gambar 6 : Total akumulasi penjualan kelas ritel tahun 2008
Jika kita perhatikan dari data di atas dapat kami simpulkan bahwa puncak penjualan terjadi pada bulan Juni dimana Inixindo mampu meraih gross earning lebih dari 1 milyar rupiah. Dapat juga kita perhatikan disini bahwa dalam ruang lingkup kelas ritel, bulan Januari adalah bulan kedua terendah dari pemasukan pendapatan Inixindo. Akan tetapi data yang kita analisa pada point ini baru kelas berbasis ritel saja. Inixindo memiliki 2 buah jenis kategori kelas yang berjalan yaitu kelas ritel, kelas yang berjalan independen dan umumnya dalam satuan kecil, dan kelas berbasis proyek, kelas yang dibuat sebagai paket di kostumisasi khusus sesuai dengan keinginan pihak penyelenggara proyek training.
5.1.4 Persebaran pendapatan kelas proyek dalam rupiah di Inixindo pada tahun 2008
Pendapatan kelas berbasis Proyek dalam rupiah di Inixindo tahun 2008 700,000,000 600,000,000 500,000,000 400,000,000 300,000,000 Project‐Based 200,000,000 100,000,000 ‐
Gambar 7 : Pendapatan kelas berbasis Proyek di Inixindo tahun 2008
Data diatas memperilhatkan total penjualan kelas berbasis proyek pada tiap bulannya pada tahun 2008. Puncak penjualan terjadi pada bulan-bulan Juni dan Juli, sehingga pola pendapatan kelas berbasis proyek menyerupai pola pendapatan kelas berbasis ritel. Di grafik ini kita juuga perhatikan, layaknya kelas ritel, kelas berbasis proyek juga mengalami penjualan yang relatif rendah dibandingkan dengan bulan / kwartal yang lain pada durasi Low Season. Diharapkan dengan mengimplementasi strategi ini, Inixindo dapat mendayagunakan dan meningkatkan utilisasi yang terjadi pada durasi Low Season yaitu Januari sampai Maret.
5.2 Kelas Ritel dan Kelas Proyek Pada umumnya Inixindo memiliki dua buah jenis kelas yang berjalan bersamaan pada operasional bisnisnya, yaitu kelas berbasis ritel dan kelas berbasis proyek. Dimana keduanya adalah dua komponen terpenting sebagai sumber pemasukkan Inixindo. Pada bagian ini kami akan menjelaskan apa yang dimaksud dengan kelas berbasis ritel dan kelas berbasis proyek serta pro dan kontra dari kelas‐kelas tersebut.
5.2.1 Kelas Berbasis Ritel Kelas berbasis ritel adalah kelas di Inixindo yang sudah memiliki jadwal tetap. Jadwal tetap tersebut dibuat tiap semester (6 bulan) untuk menentukan jenis-jenis training apa saja yang akan dilaksanakan pada semester tersebut. Sehingga proses mendapatkan peserta untuk mengisi bangku kelas ritel sepenuhnya bergantung pada tim marketing dan tim sales. Marketing berupaya untuk mempromosikan jadwal kelas ritel yang ada melalui media promosi, event, gathering, dan lain sebagainya. Sedangkan sales berupaya untuk menjual bangku kepada pelanggan yang berminat untuk mengisi bangku kelas ritel tersebut. Sehingga mereka berusaha untuk memenuhi quota kapasitas kelas yang ada di Inixindo. Jenis peserta yang mengikuti kelas ritel bisa bervariasi dan bermacam-macam dalam satu kelasnya. Ini dikarenakan para peserta dikirim oleh instansi mereka secara individu untuk dilatih, bukan dalam bentuk kelompok. Jenis peserta yang mengikuti training tipe ritel di Inixindo umumnya ada 3 macam, yaitu pegawai pemerintahan/BUMN, pegawai perusahaan swasta, atau personal. PRO: •
Cash & Carry, siklus perputaran uang untuk kelas ritel di Inixindo relatif jauh lebih cepat dibandingkan dengan kelas tipe proyek. Tidak seperti proyek yang melakukan pebayaran
per termin, ritel umumnya melaksanakan pembayaran selambat-lambatnya 1-2 minggu setelah kelas berakhir. Hal ini sangat memudahkan Inixindo untuk meghasilkan cashflow untuk dimasukkan kedalam kas pendapatan dalam waktu yang singkat. Karena itu prioritas pemenuhan quota kelas ritel cukup tinggi. •
Mudah untuk di atur, kelas berbasis ritel umumnya lebih mudah untuk di rencanakan dan diatur pengadaan instrukturnya. Ini dikarenakan kelas ritel semuanya berdasar pada penjadwalan yang sudah ada yang dibuat tiap 6 bulan sekali. Jika terjadi penambahan atau pengurangan peserta secara mendadak, asal masih memenuhi quota, tidak akan menyebabkan terlalu banyak masalah.
•
Stabil, karena terprogram dengan rinci dan bersiklus tetap, kelas ritel bersifat stabil. Stabil berarti tidak ada perubahan materi yang signifikan dan dadakan, sehingga memudahkan seluruh pihak dari Inixindo, umumnya Instruktur, untuk bersiap menghadapi kelas yang akan berjalan.
•
Mudah dihitung, kelas berbasis ritel mudah untuk dihitung margin profitnya, karena kelas ritel menggunakan daftar harga yang fixed, sehingga Inixindo dapat dengan mudah menghitung berapa net profit dari masing-masing peserta. Inixindo juga diberikan kemudahan penghitungan jika ingin menerapkan diskon dan potongan harga bagi beberapa peserta tertentu karena mereka tidak terikat dalam kelompok besar layaknya proyek.
KONTRA: •
Karena kelas ini terikat oleh jumlah quota, kegiatan sales atau marketing yang tidak efektif dapat mengakibatkan tidak terpenuhinya quota kelas ritel yang ada di Inixindo.
Hal ini diperuncing dengan tidak efektifnya kegiatan marketing di Inixindo untuk 2 tahun terakhir ini. Quota dasar adalah minimal 3 peserta per kelas. •
Jika quota belum dapat terpenuhi, kelas bisa saja tetap dilaksanakan karena sudah terikat janji dengan peserta yang sudah mendaftar pada jauh hari sebelumnya. Dalam hal ini Inixindo bisa saja mengalami kerugian karena memaksakan kelas berjalan walau hanya dengan satu orang peserta saja.
•
Kelas berbasis ritel sangat rentan terhadap penjadwalan ulang atau dikenal di Inixindo dengan istilah Rescheduled. Kelas-kelas ini bisa saja tergeser dari jadwal semula dikarenakan berbagai macam hal, mulai dari adanya kelas proyek yang fixed, peserta tiba-tiba membatalkan, peserta sakit, dan lainnya. Kelas yang terkena proses penjadwalan ulang akan disesuaikan lagi pelaksanaanya secepat-cepatnya 1 minggu setelah tanggal pelaksanaan aslinya. Yang mebuat hal ini cukup kompleks adalah bisa saja kelas Rescheduled
yang
dijadwalkan
kembali
menyebabkan
kelas
lainnya
menjadi
Rescheduled.
5.2.2 Kelas Berbasis Proyek Kelas berbasis proyek adalah kelas yang pada umumnya terlaksana diluar schedule/jadwal 6 bulanan yang sudah ditetapkan Inixindo sebelumnya. Kelas berbasis proyek umumnya para pesertanya berasal dari satu perusahaan yang sama. Kelas berbasis proyek ini bisa berasal dari tender yang diikuti dan dimenangkan oleh Inixindo atau bisa juga berasal dari penunjukkan langsung Inixindo sebagai tempat pelatihan proyek mereka. Pembayaran yang digunakan pada kelas berbasis proyek mayoritas berupa pembayaran bertermin (bertahap), ini dikarenakan kelas proyek biasanya mengikuti lebih dari satu kelas yang ada di Inixindo. Pada kelas berbasis proyek, pihak penyelenggara proyek dapat meminta Inixindo untk merubah/mengkostumisasi
materi yang akan diajarkan agar sesuai dengan kebutuhan para karyawan mereka yang akan ditraining. Tanggal pelaksanaan kelas pun juga fix atau tetap karena kelas berbasis proyek memiliki durasi awal dan penutupan latihan, sehingga bisa saja kelas berbasis proyek dimulai dan selesai tiap harinya diluar jam kerja normal Inixindo. Inixindo pun juga harus lebih berhatihati dan memiliki kesiapan lebih tinggi karena kelas berbasis proyek selalu terikat dengan kontrak proyek yang terselenggara antara Inixindo dan pemilik proyek tersebut. Para peserta yang
biasa
mengikuti
kelas
berbasis
proyek
datang
dari
dua
kalangan,
yaitu
pemerintahan/BUMN dan swasta baik nasional maupun multinasional. PRO: •
Fix customer, karena terikat kontrak, kelas umumnya pasti jalan dan terlaksana sehingga amat jarang terjadi kasus kelas tertunda karena pembatalan kontrak, peserta sakit, dan sebagainya.
•
Menjaring peserta dengan jumlah yang banyak hanya dengan sekali usaha, ini dikarenakan proyek umumnya melibatkan banyak peserta yang akan ditraining oleh Inixindo. Sehingga satu hal yang menarik dari proyek adalah dengan mendapatkan peserta yang banyak hanya dengan satu kali transaksi atau market approach.
•
Mengandalkan customer loyalty dan komunikasi, proyek yang terjadi di Inixindo umumnya berasal dari repeat order, yaitu pelaksana proyek yang sudah pernah melatih staf-staffnya memutuskan untuk melatih kembali staffnya di Inixindo murni karena unsur kepercayaan dan keyakinan yang dimiliki terhadap Inixindo. Sehingga dapat dikatakan untuk menjaring proyek, kegiatan marketing seperti promosi, event dan lain sebagainya tidak terlalu dibutuhkan.
KONTRA: •
Biaya dimuka, profit dibelakang. Dalam kelas berbasis proyek, Inixindo selalu mengeluarkan biaya terlebih dahulu untuk menjamin berjalannya kelas, mulai dari biaya tender, pengadaan materi, pengadaan hardware tambahan jika dibutuhkan. Sedangkan pembayaran yang dilakukan oleh penyelenggara proyek dilakukan per termin dan memuncak pada pembayaran terakhir sehingga hal ini menyebabkan Inixindo untuk meng-cover segala biaya pelaksaan kelas proyek tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan terganggu arus kas / cash flow karena banyaknya kas yang terpakai sementara untuk biaya persiapan dan pelaksanaan kelas proyek.
•
Dapat mengubah jadwal ritel, karena kelas proyek terikat kontrak, waktu dan durasi pelaksanaannya bisa saja berbentrokan dengan jadwal pelaksanaan kelas ritel. Hal tersebut dapat menyebabkan berubahnya jadwal ritel atau yang lebih dikenal dengan istilah Rescheduled. Ini dikarenakan karena jadwal proyek harus sesuai dengan kontrak yang sudah disetujui oleh kedua belah pihak.
•
Perhitungan margin laba lebih sulit, karena proyek itu umumnya memiliki peserta yang berkelompok/satu grup sehingga perhitungan biaya tidak lagi dilakukan per individu peserta namun harus dihitung secara kelompok atau borongan dengan menggunakan patokan biaya yang flat. Sehingga amat memungkinkan keuntungan yang didapat dari proyek lebih kecil dari keuntungan yang didapat dari ritel.
5.3
Kuesioner
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada para peserta training. Kuesioner ditujukan untuk mendapat gambaran lebih jelas mengenai demografi para peserta/konsumen, tingkat kepuasan, dan preferensi mereka dalam mencari referensi ilmu Teknologi Informasi.
Apa jenis kelamin anda ? 16%
Laki‐Laki Perempuan
84%
Gambar 8 : Hasil Kuesioner Jenis Kelamin
Dapat kita perhatikan disini bahwa mayoritas peserta training adalah dari kaum laki-laki. Hal ini memang sudah ada dari dulu dimana lebih banyak peserta training laki-laki ketimbang peserta training perempuan
Berapa usia anda sekarang? 4%
0%
16% 36%
17‐25 tahun 26‐35 tahun 36‐45 tahun 46‐55 tahun > 55 tahun
44%
Gambar 9 : Hasil Kuesioner Usia Peserta
Dari chart diatas, kami menganalisa bahwa mayoritas peserta yang training di Inixindo berumur diantara 17 sampai 35 tahun, yaitu dimana merupakan umur-umur produktif di dalam dunia pekerjaan. Sekitar 80% dari total peserta Inixindo berusia antara 17 sampai 35 tahun.
Di perusahaan apakah anda bekerja? 2% 2%
Departemen / Pemerintahan
10%
BUMN Swasta Nasional Swasta Multinasional 55% 29%
Profesi Sendiri (Dokter, Pengacara, dsb) Wiraswasta
2%
Tidak / Belum Bekerja
Gambar 10 : Hasil Kuesioner perusahaan asal peserta
Pada waktu survey ini diambil datanya, yaitu pada 4 – 9 Oktober 2009, lebih dari setengah dari total peserta berasal dari kalangan pemerintahan, yaitu sebesar 55%. Ini menggambarkan bahwa instansi pemerintah adalah market yang cukup besar di Inixindo. Selain itu peserta dari kalangan swasta baik nasional maupun multinasional juga tidak kalah banyaknya yaitu sebesar 39%. Sehinnga dapat dikatakan major customer dari Inixindo adalah dari kalangan pemerintahan dan swasta.
Di kantor anda, anda bekerja pada bidang apa? 2%
4% 2% Teknologi Informasi / Komputer Manajemen Marketing / Pemasaran Sales Public Relation Umum SDM Administratif Lain‐lain 92%
Gambar 11 : Hasil kuesioner bidang profesi peserta
Disini dapat kita perhatikan bahwa mayoritas peserta Inixindo berasal dari bidang IT. Hal ini sudah tentu lumrah bagi sebuah IT training center. Sebanyak 92% dari responden survey yang merupakan peserta adalah pekerja di bidang Teknologi Informasi di kantornya masing-masing.
Bagi anda yang menjawab A pada pertanyaan nomor 4. Apa bidang spesifik yang menjadi tanggung jawab anda di kantor? Pemrograman / Programmer
8% 2%
System Analyst 21%
10%
Network / Jaringan Database 4%
8%
10%
Technical Support / IT Help Desk System Administrator / System Engineer Graphic Designer / Webmaster IT Audit Lain‐lain
37%
Gambar 12 : Hasil Kuesioner Demografi profesi IT para peserta
Dari mereka yang menjawab A atau bekerja pada bidang IT, 37% diantaranya bekerja di bidang Jaringan/Network. Selain itu proporsi cukup signifikan juga terlihat pada Programmer, Database, dan System Administrator, dengan besaran masing-masing 21%, 10% dan 10%. Ini menggambarkan proporsi sepadan karena memang kategori utama pelatihan di Inixindo dapat dibedakan menjadi Jaringan, Pemrograman, Database, dan Operating System.
Apa posisi/jabatan anda di kantor anda sekarang? 2% 4%
Setingkat Staff
8%
Setingkat Asisten Manajer
6% Setingkat Manajer Setingkat General Manajer Setingkat Direksi 80%
Lain‐lain
Gambar 13 : Hasil Kuesioner demografi jabatan para peserta
80% dari peserta responden bekerja sebagai staff atau pegawai setingkat staff di kantor mereka masing-masing. Ini menunjukkan Inixindo umumnya memang melatih pegawai dengan level staff untuk memperkaya dan memperdalam ilmu IT mereka.
Apa alasan utama anda mengikuti training di Inixindo pada saat ini? Untuk menambah khazanah pengetahuan IT secara umum
2% 15%
Untuk memperdalam suatu bidang pengetahuan IT Untuk menambah ilmu IT yang akan dipakai dalam pekerjaan sehari‐hari Untuk persiapan ujian sertifikasi 28% 55%
Untuk mengisi waktu luang
Gambar 14 : Hasil kuesioner alasan peserta training di Inixindo
Menurut data diatas, lebih dari separuh peserta di Inixindo mengikuti training di Inixindo dengan tujuan untuk menambah ilmu IT yang nantinya akan dipakai dalam pekerjaan sehari-hari. Inixindo dipercaya sebagai IT provider yang mampu menyelesaikan masalah dan menambah wawasan mereka dalam bekerja lebih baik di bidang IT mereka masing-masing.
Sejauh ini bagaimana relevansi materi yang diajarkan dengan kebutuhan anda pribadi? 16%
19% Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
65%
Gambar 15 : Hasil kuesioner relevansi materi
Mayoritas peserta responden merasa bahwa materi pembelajaran yang mereka terima sesuai dengan kebutuhan pribadi mereka, baik untuk meperdalam ilmu IT maupun memperbaiki kinerja mereka dalam bekerja di bidangnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa materi yang diajarkan oleh Inixindo dapat memenuhi kebutuhan dunia Professional IT dan sesuai dengan kondisi iklim dunia IT yang ada.
Secara keseluruhan bagaimana tanggapan anda dengan keseluruhan pelayanan yang diberikan Inixindo ? 10%
14% Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
76%
Gambar 16 : Hasil kuesioner keseluruhan pelayanan Inixindo
Mayoritas dari responden survey mengaku puas dengan keseluruhan pelayanan yang diberikan oleh Inixindo. Ini adalah merupakan indicator baik yang menunjukkan bahwa level kepuasan pelanggan cukup baik dan respon mereka menunjukkan bahwa mereka menghargai jasa pelayanan yang sudah diberikan oleh Inixindo.
Aspek manakah yang memuaskan anda selama proses pelatihan di Inixindo (Boleh pilih lebih dari 1) 9%
1% Pengajaran 25%
Mutu Materi
13% Pelayanan Umum Fasilitas dan Prasarana Lab 12%
Makanan dan Coffe Break Kemudahan Mendapatkan Informasi 25%
Lain‐lain
15%
Gambar 17 : Hasil kuesioner aspek kepuasan peserta terhadap Inixindo
Separuh dari total responden mengakui bahwa hal yang memuaskan mereka dalam belajar di Inixindo adalah pengajaran dan mutu materi yang diberikan kepada peserta. Masing-masing memperoleh proporsi 25% dibandingkan dengan aspek-aspek pelayanan yang lainnya. Ini berarti sebagian dari peserta menganggap bahwa pengajaran dan mutu materi masih dianggap aspek yang paling penting dan aspek yang terkuat yang dimiliki oleh Inixindo.
Darimana anda mengenal Inixindo ? 8%
Sales
6% 11%
23%
Program Promosi / Marketing Teman / Kolega / Atasan Website Iklan
52%
Lain‐lain
Gambar 18 : Hasil kuesioner pengenalan Inixindo di peserta
52% dari responden menjawab bahwa mereka mengenal Inixindo dari teman, kolega, atau atasan mereka di kantor. Ini menunjukkan bahwa di dalam bisnis jasa, kepuasan seorang pelanggan bisa menarik pelanggan lainnya berdasarkan kesaksian atau pengalaman mereka selama training di Inixindo. Ini dikarenakan dalam bisnis murni jasa tidak ada barang atau komoditi tangible yang dapat dibawa. Besarnya nilai ini menujukkan juga bahwa komunikasi dan viral marketing dapat menjadi media yang baik untuk pemasaran Inixindo. Rendahnya nilai
Program Promosi /
Marketing menunjukkan masih lemahnya kinerja marketing sehingga masih belum banyaknya peserta yang mengenal Inixindo melalui program-program tersebut.
Seberapa seringkah frekuensi anda untuk mencari referensi tambahan ilmu IT dalam bentuk e‐book ataupun video tutorial sebelum anda mengikuti training di Inixindo ? Sering, saya selalu mencari resource tambahan dalam bentuk e‐book maupun video
20% 31%
Kadan‐kadang, saya hanya mencari e‐ book ataupun video yang benar‐ benar saya butuhkan saja 4% Tidak Pernah, saya lebih suka membaca buku cetak (printed materials) yang saya beli daripada mencari ebook di internet Tidak Pernah, saya lebih suka untuk training langsung seperti di Inixindo ini, dengan contoh praktek langsung yang aplikatif Lain‐lain 45%
Gambar 19 : Hasil kuesioner ebook dan video tutorial
Lebih dari separuh responden mengakui bahwa mereka mencari resource diluar Inixindo sebelum mereka memutuskan / menjalankan training di Inixindo. Bahan-bahan pembelajaran tersebut umumnya hadir dalam bentuk ebook dan video tutorial yang ada di Internet dan dapat diperoleh secara gratis. Ini menunjukkan bahwa media alternative seperti ebook dan video tutorial telah menjadi trend dan dapat dijadikan juga sebagai bahan referensi oleh peserta maupun calon peserta. Ini akan membuka peluang bagi Inixindo untuk menjadikan bahan-bahan tersebut sebagai media promosi alternative. Selengkapnya akan dibahas pada bab selanjutnya.
Bagi anda yang menjawab A atau B pada nomor 12, apakah menurut anda ketersediaan dan kualitas resource ebook atau video tutorial yang ada di internet sudah cukup memuaskan bagi anda untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran anda pribadi ? 7% 15%
Sangat Puas Puas Cukup 50% 28%
Kurang Sangat Kurang
Gambar 20 : Hasil kuesioner kualitas ebook dan video tutorial
Separuh dari responden mengaku puas atas kualitas dan ketersediaan ebook maupun video tutorial yang ada di Internet dan mampu memenuhi kebutuhan pembelajaran secara pribadi.
Menurut anda apa kekurangan dari ebook atau video tutorial yang ada di Internet (boleh pilih lebih dari 1)? 9%
Ilmunya terlalu teoritis / Kurang aplikatif
8%
24% Bahasanya kurang dimengerti / Berbahasa Asing Terlalu Kompleks
19% Tidak tahu dimana untuk mencari e‐book / video tutorial di internet Lain‐lain 40%
Gambar 21 : Hasil kuesioner aspek kekurangan dari ebook dan video tutorial
Jika diperhatikan, 40% dari peserta mengaku bahasa adalah kendala bagi mereka untuk dengan sempurna mempelajari ebook dan juga video tutorial. Ini dikarenakan masih jarangnya ebook dan video tutorial IT yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia.
Seberapa seringkah anda mengakses blog‐blog IT baik lokal maupun internasional untuk menambah pengetahuan IT anda? 6%
6%
Sangat Sering ( > 7 kali seminggu)
16%
Sering ( 3‐7 kali seminggu) 29%
Cukup (1‐3 kali seminggu) Jarang (1‐2 kali sebulan) Sangat Jarang (1 kali dalam 3 bulan)
43%
Tidak Pernah
Gambar 22 : Hasil kuesioner akses blog IT peserta Inixindo
Pada grafik ini dapat dilihat bahwa lebih dari 70% peserta mengakses blog-blog IT baik lokal maupun internasional secara rutin, Ini menujukkan bahwa blog juga dapat dijadikan referensi sebagai wadah untk menambah pengetahuan IT baik secara umum maupun spesifik disiplin ilmu IT tertentu.
5.4
Porter’s Five Forces
Analisa strategi kompetitif Porter dilakukan untuk dapat menentukan dan menganalisa suatu Industri sebagai satu kesatuan dan untuk memperkirakan masa depan industri tersebut.
Bargaining Power of Customers: Peserta Training (Pemerintah. Swasta, Personal)
Bargaining Power of Suppliers:
Competitive Rivalry Witihin an Industry:
Microsoft, Sun, Oracle, Cisco
Metrodata, Training Partner, Iverson, Datacraft
Threat of Substitute Product: Ebook, Video Tutorial, Self‐help Book Gambar 23 : Five Forces Analisis dari Inixindo
Analisa variabelnya adalah sebagai berikut: 1. Bargaining Power of Suppliers
Threat of New Entrants: TELKOM SOLUSI
Supplier dari Inixindo dalam hal ini adalah partner-partner vendornya
yang
mensuplai materi dan kurikulum pembelajaran. Vendor-vendor tersebut adalah Microsoft, Sun, Oracle, Cisco, dan EC-Council. Agar dapat bekerja-sama dengan para vendor tersebut, Inixindo harus memenuhi beberapa syarat kualifikasi yang berbeda-beda oleh tiap vendornya. Vendor dalam operasi bisnis Inixindo sangatlah berpengaruh, sebagai contoh jika salah satu vendor memutuskan untuk menaikkan harga materi yang dikeluarkan oleh mereka, maka Inixindo juga harus secara langsung melakukan rekalkulasi harga biaya pelatihan kursus tersebut. Demikian juga dengan promo-promo yang dilakukan oleh vendor maka Inixindo sebagai Learning Partnernya harus mengikuti dan melaksanakan segala promo yang dicanangkan oleh vendor tersebut. Untuk dapat melanjutkan kerjasama Inixindo dengan masing-masing vendor, Inixindo harus dengan aktif membeli materi dari mereka untuk setiap kelas authorized yang dijalankan, sehingga semakin banyak pembelian materi oleh Inixindo maka semakin baik pula Inixindo dimata vendor tersebut. Inixindo juga harus membayar annual partnership fee setiap tahunnya untuk terus mendapatkan support dari masing-masing vendor.
2. Bargaining Power of Customers Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa, kepuasan pelanggan selalu menjadi perhatian utama Inixindo. Ini dikarenakan kepuasan pelanggan dalam mengikuti program di Inixindo dapat mempengaruhi banyak hal, mulai dari repeat order, rekomendasi kepada rekan, testimony, sampai ke corporate image. Perlu diketahui juga
karena Inixindo memiliki peserta dari berbagai kalangan mulai dari pemerintahan, swasta, sampai mahasiswa; dan mereka semua memiliki tendensi dan preferensi yang berbeda-beda. Customer Loyalty juga merupakan salah satu aspek yang sangat diupayakan untuk terus dinaikkan oleh Inixindo karena kepercayaan pelanggan atas kualitas Inixindo dapat mempengaruhi berjalannya bisnis Inixindo ke depan, Hal ini benar adanya terutama untuk kelas yang berbasis Proyek. Pelanggan pun kini bebas memilih untuk alternative-alternatif lain di dalam proses pembelajarannya, yaitu mulai dari sumber-sumber gratis seperti ebook sampai ke perusahaan yang merupakan rivalrival Inixindo. Karena itu Inixindo harus berusaha extra keras untuk menjaring pelanggan baru sembari mempertahankan market share yang sudah ada. 3. Threat of New Entrants Walaupun Inixindo didirikan sejak tahun 1991 yang juga tergolong sebagai pemain lama dalam bisnis pelatihan IT, Inixindo masih dapat terancam dengan adanya pendatang baru yang bergerak di bisnis ini. Suatu inovasi, konsep pengajaran yang tepat dan mampu menjaring banyak pelanggan dapat membahayakan posisi Inixindo di mata market sekarang jika kemampuan tersebut dimiliki oleh pendatang baru tersebut. Salah satu New Entrant yang cukup signifikan keberadaannya dan pergerakan bisnisnya adalah Telkom Solusi. Telkom Solusi merupakan anak perusahaan Telkom Indonesia yang bergerak di bidang Training IT layaknya Inixindo. Telkom Solusi mencoba merebut pangsa pasar terutama pada kalangan pemerintahan dan BUMN dikarenakan adanya tendensi bahwa instansi pemerintah lebih cenderung untuk melaksanakan training di sesama instansi pemerintahan juga dalam hal ini Telkom Solusi yang merupakan anak perusahaan Telkom Indonesia. Sepak terjangnya juga sudah mulai dirasakan Inixindo
terutama pada proses-proses tender yang melibatkan pemerintahan/BUMN sebagi kliennya. Namun sejauh ini Inixindo masih leading di market ketimbang para pesaing barunya. 4. Threat of Substitute Product Terdapat banyak produk-produk yang dapat menggantikan fungsi pelatihan Teknologi Informasi di Inixindo, diantaranya adalah ebook, video tutorial, buku-buku ilmu terapan IT, dan lain sebagainya. Hal yang cukup mencolok adalah dengan keberadaannya ebook dan video tutorial yang pada tahun-tahun belakangan ini tumbuh pesat dan mudah dicari, sehingga banyak orang memilih untuk belajar sendiri dahulu untuk menguasai suatu bidang ilmu IT dengan membaca ebook atau menonton video tutorial yang ada di Internet. Jika orang tersebut merasa cukup dengan hanya membaca ebook dan menonton video tutorial, maka ada kemungkinan orang tersebut tidak akan mengikuti kelas pelatihan tradisional yang dibimbing langsung oleh instruktur.
5. Competitive Rivalry Within an Industry Dalam bisnis training IT ini, Inixindo memiliki banyak rival. Ini dikarenakan Inixindo adalah satu-satunya multiple authorized learning partner yang juga mengajar dan mengeluarkan materi lokal buatan sendiri. Sehingga rival-rival Inixindo banyak bermunculan dari salah satu bidang bisnis yang spesifik, baik authorized learning partner maupun materi buatan sendiri. Beberapa contoh rival yang dihadapi Inixindo adalah: Untuk Authorized Learning Partner •
ASABA
•
Iverson
•
Training Partners
•
Metrodata
Untuk jenis materi buatan sendiri •
Binus Center
•
NF Learning
•
Linuxindo
Oleh karena luasnya market dan cakupan bidang pendidikan IT yang diajarkan Inixindo, Inixindo memiliki banyak rival yang kapan saja bisa merenggut pangsa pasar Inixindo. Karena itulah Inixindo selalu berupaya untuk berinovasi untuk menciptakan pelayanan yang dapat memuaskan para pelanggannya, dan berupaya sebisa mungkin agar pelayanan tersebut bersifat unik, customer oriented, dan sulit ditiru oleh para kompetitor. Ini dikarenakan materi, fasilitas kelas, dan kualifikasi instruktur bisa saja sama dengan apa yang dimiliki oleh para kompetitor lainnya, akan tetapi pelayanan yang diterima masing-masing pelanggan di kompetitor dan di Inixindo bisa jauh berbeda. Sehingga pelayanan tersebutlah yang dapat membedakan Inixindo dengan para pesaingnya.
5.5
SWOT Analysis
Umumnya sebuah perusahaan harus terus memantau sejauh mana kekuatan yang telah dia himpun sembari memanfaatkan peluang yang anda menjadi profit atau expansi bisnis. Selain itu perusahaan juga harus sediakala mewaspadai segala ancaman yang terjadi yang dapat juga menambah atau memperburuk kelemahan dari perusahaan tersebut. Karena itu kami
menggunakan SWOT untuk menganalisa variable Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat dari Inixindo.
Strength •
Training yang ditawarkan bervariasi
•
Inixindo memiliki jumlah Instruktur yang memadai dengan kompetensi yang bagus
•
Servis yang ditawarkan unik dibandingkan dengan competitor
•
Memiliki perlengkapan yang memadai untuk setiap jenis training yang ditawarkan
•
Memilki basis customer yang cukup banyak dan bervariasi dengan tingkat loyalitas yang cukup baik
•
Tergolong sebagai first-mover dalam bisnis training IT
•
Berlokasi di kawasan strategis dan lokasi mudah dicapai
Weakness •
Kurang maksimalnya aktifitas promosi yang dilakukan
•
Produk Authorized yang dipasarkan tidak dapat dibedakan dengan competitor
•
Lemahnya aktifitas marketing yang dilakukan 1 tahun belakangan sehingga berkurangnya minat peserta dari kalangan personal
•
Kesempatan terbatas hanya karena penuhnya ruangan kelas yang ada
Opportunity •
Inixindo dapat menawarkan jasa konsultasi, untuk bidang IT Development, selain menawarkan training.
•
Inixindo bisa merangkap sebagai perusahaan pembuat software (software house)
•
Dengan jumlah basis customernya yang banyak, Inixindo bisa menjadi first mover untuk membuat dan menjual materi-materi baru yang belum pernah dibuat oleh para pesaingnya.
•
Peluang untuk membuka kelas berbahasa asing
•
Ekspansi bisnis untuk kelas program training yang non-IT
Threat •
Semakin banyak Authorized training yang bermunculan dengan menawarkan harga yang lebih murah dari Inixindo yang dapat menyebabkan price wars (same things, lower prices)
•
Pendatang baru yang memiliki pengaruh kuat, seperti telkom mulai menjadi pemain di pasar IT training
•
Maraknya sumber-sumber pembelajaran yang dapat diperoleh secara gratis di Internet
Strength
Opportunity
Threat
Dengan basis pelanggan dan
Inixindo dapat mengandalkan
pengalaman yang kuat
keunikannya dalam pelayanan
Inixindo dapat
yang bersifat eksklusif untuk
memberdayakan sumber
membedakan dirinya dengan
dayanya untuk mencari
para kompetitornya dengan
inovasi-inovasi baru dalam
materi, kelas dan kualifikasi
pengajaran dan materi-materi
instruktur yang nyaris serupa
baru yang lebih berkualitas dan tepat sasaran sehingga memperkuat Inixindo di posisinya sekarang Weakness
Lemahnya marketing dan
Inixindo bisa terjebak dalam
brand awareness dapat
perang harga jika tidak
menjadi bumerang terutama
memiliki cirri kahas tersendiri
pada durasi low season
yang dapat membedakan
dikarenakan sulitnya
dirinya dengan para
menjaring pelanggan berbasis
competitor. Pendatang baru
proyek maupun ritel.
seperti Telkom bisa saja
Kelemahan marketing ini
menggerogoti pasar Inixindo
harus diatasi agar Inixindo
terutama dari kalangan
dapat penetrasi ke market-
pemerintahan, dikarenakan
market yang lain seperti
pemerintahan memiliki
mahasiswa, fresh-graduate
tendensi untuk bekerjasama
atau yang lainnya
dengan sesama instansi pemerintah
Tabel 6 : Tabel Analisa SWOT Inixindo
5.6
Prahalad Core Competence
Kekuatan inti dari Inixindo yang dapat membedakan dirinya dari para kompetitor lainnya adalah konsep pelayanan dan penyampaian jasa kepada para pelanggannya. Hal ini sulit untuk ditiru oleh para pesaingnya, karena pendekatan yang diambil oleh Inixindo adalah pendekatan berbasis emosial dan empatis. Beberapa pelayanan yang menjadi perbedaan utama di Inixindo adalah: a. Layanan antar jemput bagi peserta, bila diminta sesuai perjanjian b. Layanan akomodasi/indekost bagi mereka yang berasal dari luar kota c. Layanan Pre-test sebelum kelas dimulai dan Post-test setelah kelas dimulai sebagai bahan perbandingan dan evaluasi baik bagi para peserta maupun bagi pihak penyelenggara training untuk mengevaluasi prestasi dari staff mereka. d. Layanan foto bersama bagi para peserta dan Instruktur sebagai kenang-kenangan bahwa mereka pernah training di Inixindo e. Layanan customer service yang ramah, selalu tersenyum, dan selalu menyapa para peserta yang training di Inixindo sebagai perwujudan rasa atensi Inixindo kepada mereka. f. Layanan pemberian souvenir yang bisa dikostumisasi bagi para peserta, seperti contoh jaket, kaos, dll Salah satu aspek dari diferensiasi adalah keunikan dalam penyampaian servis. Inixindo berusaha semaksimal mungkin untuk memuaskan pelanggannya dan membuat mereka merasa nyaman selama pelatihan. Inixindo mengerti bahwa “paket” pelatihan total tidak hanya terjadi ketika dikelas dimana instruktur menyampaikan materi, tetapi juga setelah kelas atau istirahat. Selain fokus kepada materi pelatihan sama seperti kualitas instrukturnya, Inixindo sangat serius dalam atensinya seperti misalkan apakah peserta menikmati makanan yang disediakan selama makan siang dan coffee breaks, apakah mereka menghadapi kendala dalam lab yang diberikan, apakah
peserta membutuhkan antar jemput untuk bisa dating ke Inixindo, apakah perusahaan membutuhkan pre-test dan post-test untuk menilai kinerja karwayannya yang mengikuti pelatihan, dan sebagainya. Pelanggan yang merasakan keunikan ini telah memberikan input dan saran-saran ke Inixindo. Aspek lain dari diferensiasi adalah implementasi dari moto Inixindo “Continous Learning – Keep up to date”. Inixindo percaya bahwa sebagai lembaga pelatihan, memiliki konsekuensi untuk memperbaru dan meningkatkan materi pengajaran. Hal ini dilakukan dengan selalu menyediakan kelas baru dengan teknologi terkini dari waktu ke waktu. Biasanya Inixindo meluncurkan sekitar tiga topic pelatihan atau revisi topic per quarter. Hal ini membuat Inixindo selalu terdepan dengan kompetitornya dalam hal update teknologi.
5.7
Generic Competitive Strategy
Sebagai IT Education provider, Inixindo menyediakan banyak program training baik menggunakan materi authorized, materi lokal Inixindo sendiri maupun materi kostumisasi. Sehingga program-program yang ditawarkan Inixindo sangat bervariasi dan mampu menjangkau berbagai macam jenis pelanggan baik dari kalangan pemerintahan, swasta, mahasiswa, professional, dan lainnya. Karena itu, Inixindo tidak terfokus dalam satu bidang penjualan saja, dia bisa bertindak sebagai Official Learning Partner, bisa juga bertindak sebagai Lembaga Pendidikan dengan materi khusus buatan sendiri, bisa juga menjadi konsultan pendidikan IT dengan mendesain materi baru sesuai permintaan dari pelanggannya. Berdasarkan uraian diatas Inixindo menerapkan Broad Differentiation Strategy, yaitu strategi yang berusaha melakukan diferensiasi produk yang berbeda dengan rivalnya dengan tujuan
untuk menarik minat dari banyak jenis pelanggan. Faktor yang perlu diperhatikan pada perusahaan yang mengadopsi strategi Broad Differentiation Strategy adalah berusaha untuk memiliki core competitive advantage yang unik dan mampu membedakan dirinya dengan para pesaingnya. Perbedaan tersebut tidak harus berupa harga yang lebih murah, tetapi bisa juga hadir dalam bentuk lainnya seperti value-added service yang diberikan kepada para pelanggannya.
5.8
Consumer Behavior
Inixindo sebagai tempat training IT memiliki banyak varian pelanggan atau dalam hal ini peserta. Pada bagian ini kami akan menjabarkan beberapa hal yang signifikan serta penjabaran mengenai para peserta yang ditinjau dari demografi instansi dimana mereka berasal. Karena perbedaan peserta tersebutlah Inixindo harus mampu mengadaptasikan dirinya dan jasa yang ditawarkan sesuai dengan preferensi pelanggan masing-masing. Inixindo pada dasarnya memiliki 3 buah jenis klien utama yaitu mereka yang berasal dari Instansi pemerintahan, mereka yang berasal dari instansi swasta, dan mereka yang tidak berasal dari instansi manapun atau yang kita sebut personal. 1. Peserta dari instansi pemerintahan Jenis peserta yang pertama adalah mereka yang datang dari kalangan instansi pemerintahan. Peserta jenis ini bisa datang dari kelas berbasis ritel atau kelas berbasis proyek. Peserta jenis ini umumnya tidak membayar sendiri training yang mereka ikuti, training yang mereka ikuti dibayarkan oleh instansi mereka masing-masing yang umumnya berasal dari anggaran pemerintah per instansi. Peserta dari kalangan pemerintah, terutama mereka yang mengikuti kelas proyek, biasanya, walaupun tidak selalu, mendapatkan servis khusus yang memang hanya ada di Inixindo. Beberapa servis
tersebut adalah Pretest dan posttest untuk mengevaluasi performa para peserta yang mengikuti program training tersebut, layanan antar jemput, bahkan sampai layanan hiburan jika memang diperlukan, seperti makan malam bersama. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan level kepuasan mereka, dan untuk menjaga loyalitas pelanggan agar mereka bersedia untuk dilatih lagi di Inixindo di kemudian hari. Tidak jarang juga peserta yang berasal dari instansi pemerintah bukanlah berasal dari latar belakang IT. Beberapa proyek yang diterima Inixindo belakangan ini adalah contoh empowerment project, yaitu dengan istilah ‘Meng-IT-kan orang non IT’. Hal ini diminta oleh penyelenggara proyek dengan beberapa alasan, umumnya adalah karena para staff tersebut akan diberdayakan sebagai staff di bagian IT. Sehingga pendekatan pengajaran dan materi perlu sedikit dibedakan bagi para peserta jenis ini. Untuk kasus yang seperti ini pendekatan yang perlu diambil oleh instruktur yang mengajar adalah pendekatan santai yang tidak membebani para peserta, sehingga sering kali kelas berjalan dengan santai dan tidak terlalu serius, dan bila dibutuhkan dapat diselingi dengan intermezzointermezzo seperti jokes, quiz, dan lain sebagainya. Berikut dibawah ini adalah hasil analisa kualitatif oleh kami yang juga bekerja sebagai Instruktur di Inixindo mengenai gambaran umum, tetapi tidak semua, peserta dari kalangan instansi pemerintah. 2. Peserta dari instansi Swasta Jenis peserta yang kedua adalah peserta yang berasal dari kalangan swasta. Sama halnya dengan peserta dari instansi pemerintah, peserta dari instansi swasta tidak membayar sendiri biaya trainingnya di Inixindo. Peserta swasta umumnya berupa professional yang bekerja di bidang IT atau bidang lainnya yang berkaitan erat dengan IT. Peserta dari
kalangan swasta umumnya tidak terlalu menitikberatkan pada kualitas pelayanan tambahan layaknya peserta dari instansi pemerintahan, akan tetapi mereka umumnya lebih menginginkan kualitas pengajaran dan meteri yang diajarkan berbobot dan mampu menambah ilmu IT mereka. Tidak jarang diantara para peserta dari kalangan swasta ikut training karena urgency untuk mengatasi masalah yang ada di kantor mereka, sehingga mereka dilatih agar dapat memecahkan masalah yang ada di kantornya. Oleh karena itu tidak jarang pula mereka membawa permasalahan kantornya ke dalam kelas untuk dapat didiskusikan bersama. Peserta dari kalangan swasta pun umumnya lebih kritis dan lebih mau bertanya mengenai materi ketimbang peserta dari pemerintahan. Karena itu kemampuan persuasif dan kemantapan materi diharuskan bagi para instruktur yang akan mengajar peserta dari kalangan ini. Jika ekspektasi mereka dalam pembelajaran dapat terpenuhi mereka akan puas dan tidak terlalu menghiraukan pelayanan-pelayanan yang lain, walau tidak semuanya seperti itu. Lain halnya jika kelas berjalan tidak lancar karena inkompetensi instruktur atau materi yang tidak relevan, maka mereka akan komplain dan dapat membahayakan citra Inixindo. Peserta dari kalangan swasta umumnya mempelajari ilmu yang sesuai dengan bidang tanggung jawabnya dikantor. Mereka ditraining agar dapat memperdalam ilmu yang mereka pegang dalam tanggung jawab pekerjaan sehari-hari. 3. Peserta Personal Jenis peserta yang terakhir adalah peserta dari kalangan personal. Tidak seperti dua jenis peserta sebelumnya, peserta personal adalah peserta yang membayar sendiri biaya pelatihan mereka, karena itu mereka sangat mengharapkan mendapatkan kualitas kelas
dan kualitas pelayanan yang sepadan dengan biaya yang mereka telah keluarkan. Walaupun tergolong minoritas dibandingkan dua jenis peserta sebelumnya, peserta personal juga peserta yang keberadaannya dianggap penting di Inixindo. Ini dikarenakan adalah peserta personal adalah satu-satunya jenis peserta yang tidak terkena imbas Low Season di Inixindo. Peserta personal datang dari berbagai jenis mulai dari mahasiswa, fresh-graduate, professional, wirausahawan, dan lain sebagainya. Mereka umumnya adalah jenis peserta yang paling kritis diantara jenis-jenis peserta lainnya yang ada di Inixindo. Ini tentu saja dikarenakan mereka sengaja training di Inixindo untuk memperoleh ilmu IT yang mereka butuhkan dan mereka juga bersedia untuk membayar untuk mendapatkan ilmu tersebut. Sehingga instruktur harus lebih menguasai ilmunya lagi dan harus tampil lebih meyakinkan jika menghadapi peserta personal. Kegiatan marketing yang efektif dibutuhkan untuk menjaring dan menaikkan jumlah peserta personal yang training di Inixindo, tentunya ini berbeda dengan proses mendapatkan peserta dari pemerintah maupun swasta.
5.9 Inixindo
RATER Model sebagai
perusahaan
yang
berorientasi
sepenuhnya
pada
bidang
jasa,
mengimplementasikan pendekatan yang aplikatif kepada para pelanggannya. Pendekatan ini diupayakan untuk dapat menjaga kepuasan mereka dalam berlatih dan bertransaksi dengan Inixindo. Pendekatan yang dimaksud adalah pelayanan total kepada para peserta, dimana sebagian konsep pelayanan tersebut dapat dikaitkan dengan suatu konsep yang dinamakan RATER model. Dibawah ini adalah pelayanan yang sedang dan sudah di implementasikan di Inixindo yang berdasar oleh RATER model. Reliability Inixindo mengimplementasikan beberapa metode pelayanan untuk menciptakan layanan yang dapat diandalkan oleh para pelanggannya. Contohnya adalah, segala materi yang diajarkan di Inixindo selalu sesuai dengan apa yang tertulis di silabus dan brosur yang dibagikan sehingga informasi yang diberikan kepada para peserta maupun calon peserta dapat diandalkan dan terpercaya. Selain itu, Inixindo juga melaksanakan kelas berbasis materi Authorized dari vendorvendor IT kelas dunia yang terpercaya seperti Microsoft, Cisco, Oracle, dan Sun; sehingga kehandalan Inixindo juga diakui oleh vendor-vendor yang mempercayaan Inixindo untuk menjalankan materi yang mereka distribusikan. Sebagai Official Learning Partner, Inixindo pun juga memperoleh bantuan dan dan hak akses dari para vendor tersebut, sehingga Inixindo juga memiliki partner yang dapat diandalkan dalam melayani pelanggan-pelanggannya. Assurance Seluruh instruktur di Inixindo memiliki ilmu pengetahuan dan kemampuan yang sepadan dan sesuai dengan bidang yang mereka ajarkan kepada para peserta dan juga untuk menjawab
pertanyaan atau permasalahan yang dihadapi para peserta. Seluruh instruktur disertifikasi, dilatih, dan dipersiapkan untuk mengajar kelas-kelas yang sesuai dengan bidan ilmunya agar dapat memberikan rasa yakin kepada para pesertanya. Selain instruktur, staff lainnya juga memiliki dasar pengetahuan tentang Product Knowledge yang ada Inixindo, sehingga jika peserta butuh informasi tambahan mereka dapat menanyakannya kepada staff lainnya. Para instruktur juga dapat ditanya diluar jam kelas dan juga setelah program training berakhir, ini digunakan untuk memberikan layanan purna-jual kepada para pelanggan, agar peserta merasa yakin dan puas atas pelayanan Inixindo. Tangibles Inixindo menyediakan fasilitas dan prasarana yang sangat memadai baik untuk proses berjalannya kelas maupun untuk kenyamanana peserta dalam mengikuti kelas yang sedang berjalan. Seluruh perangkat komputer dan peralatan untuk kelas selalu dipersiapkan dan di tes sebelumnya agar nanti kelas dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya gangguan dari sisi perangkat keras (hardware)nya. Kualitas materi cetak yang ditawarkan oleh Inixindo juga merupakan kualitas cetak terbaik karena seluruh materi buku didatangkan langsung dari vendorvendor, bagi para peserta yang mengambil kelas dengan materi authorized. Inixindo juga menyediakan fasilitas untuk memenuhi kepuasan pelanggan diluar berjalannya kelas. Fasilitas tersebut hadir dalam bentuk Coffee Break, Parkir Gratis, Internet Gratis, Suvenir, Sertifikat. Seluruh staff di Inixindo juga hadir dengan tampilan professional, staff laki-laki berpakaian dengan kemeja lengan panjang dan staff perempuan berpakaian dengan blus atau blazer. Empathy
Seluruh staff Inixindo dengan senang hati bersedia membantu dalam pemenuhan kebutuhan peserta, pertanyaan-pertanyaan peserta, sampai ke komplain yang dilayangkan oleh para peserta. Para staff tersebut menyediakan respon yang baik dan simpatik kepada peserta dan juga akan berusaha untuk memberikan solusi yang efektif atas segala permasalahan yang mungkin dihadapi oleh para peserta baik didalam maupun diluar kelas. Seluruh komunikasi antara staff dengan pelanggan dapat dilakukan tidak hanya melalui komunikasi verbal langsung, tetapi juga melalui email, telephone, dan website. Seluruh informasi yang tersedia dapat diakses melalui website Inixindo, termasuk harga, jadwal, dan kelas yang sedang berjalan. Responsiveness Seluruh staff Inixindo akan berupaya untuk cepat tanggap atas segala kendala permasalahan yang mungkin dapat terjadi dalam berjalannya kelas maupun diluar kelas dan berusaha sebaik mungkin untuk dapat menjaga level kepuasan peserta/pelanggan yang ada. Beberapa contoh dianyaranya adalah seperti pemesanan materi ekstra, perbaikan komputer yang tiba-tiba rusak/hang, pengaturan Wi-Fi internet, penambahan/pengurangan durasi kelas, dan lain sebagainya. Instruktur Inixindo pun juga berusaha untuk cepat tanggap atas permasalah atau kendala yang terjadi di tempat bekerja para peserta selama masalah tersebut masih berkaitan dengan materi yang diajarkan.
5.10
Market Intelligence
5.10.1
Market Lokal untuk Training IT
Seperti yang terjadi di setiap Negara, pangsa pasar untuk training IT di Indonesia terpecah-pecah sesuai dengan beberapa aspek seperti tipe kursus, kondisi pasar, durasi, afiliasi, dan sebagainya. Pecahan tipe pertama adalah pelatihan lokal dengan pelatihan authorized. Pelatihan lokal dikembangkan dan dijalankan oleh pemain local yang tidak memiliki hubungan afiliasi sama sekali dengan perusahaan multinasional manapun. Target pasarnya adalah professional IT dari SMB dan perusahaan besar, dan pelatihan ini biasanya memiliki keuntungan dalam hal pricing dan juga fleksibilitas dalam hal topic training dapat disediakan. Bagaimanapun juga, hanya sedikit dari perusahaan pelatihan tersebut yang dapat menjaga kualitasnya secara konsisten. Dimana pelatihan authorized adalah pelatihan yang secara langsung berafiliasi dengan vendor tertentu. Mereka menyediakan materi pelatihan yang bersifat standarisasi dan terstruktur tetapi memiliki kelemahan berupa kurangnya variasi dari topic-topik yang ditawarkan sebagaimana juga fleksibilitas yang ditawarkan. Dalam hal pricing, harga yang ditawarkan relative lebih mahal dan target pasarnya adalah perusahaan besar yang menggunakan teknologi ataupun produk dari vendor-vendor tersebut. Pecahan tipe kedua adalah pelatihan konsumen dengan pelatihan untuk professional IT. Pelatihan konsumen yang 80% yang ditawarkan provider Pelatihan IT, memiliki target pasar seperti pelajar, pengguna komputer rumah, dan beberapa professional. Topic yang ditawarkan seputar office automation tools seperti word processing, spreadsheet atau presentation graphics, dan biasanya waktu pelatihan setelah jam kerja dengan durasi sekitar dua jam per-sesi dan selesai dalam jangka waktu satu sampai tiga bulan. Sebagi pembanding, pelatihan untuk professional IT
menargetkan pada professional yang terkait dengan dunia IT dan profesi lainnya yang membutuhkan keterampilan IT. Materi pelatihan bervariasi dan biasanya mengacu kepada permasalahan IT yang sedang dihadapi saat ini atau topic IT yang bersifat standar. Pelatihan jenis ini berdurasi pendek dan membutuhkan full time, biasanya berkisar dari dua sampai sepuluh hari berturut-turut. Pecahan tipe ketiga adalah pelatihan regular dengan pelatihan costumized. Pada pelatihan regular, sangatlah jelas bahwa jadwal dan topic pelatihan sudah pasti dan mengarah kepada pasar public (public market). Pelatihan customized menargetkan pada perusahaan besar dan juga perusahaan dengan industri yang spesifik. Pada pelatihan ini, baik lembaga pelatihan maupun pelanggan bersama-sama mengembangkan outline dan jadwal, dan biasanya perusahaan besar akan menyesuaikan materi kursus sesuai dengan kebutuhan mereka.
5.10.2
Potential Growth Market
Indonesia dianggap sebagai emerging market di kawasan asia pasifik yang memiliki potensi pertumbuhan dalam pasar pelatihan, khususnya pelatihan IT. Ada beberapa aspek yang menunjukan potensi pasar di Indonesia: Adanya perkembangan jumlah perusahaan berbanding lurus dengan keterampilan di Indonesia. Untuk mengetahuinya, Jakarta dengan populasi penduduk berjumlah 12 juta memiliki lebih dari 500,000 populasi tenaga kerja terampil, dan tidak menyinggung populasi di daerah-daerah yang dekat dengan Jakarta, seperti Tangerang, Bogor, dan Bekasi. Sebagai tambahan, dengan mengetahui potensial ini, semakin banyak perusahaan multinasional yang beroperasional di Indonesia.
Dalam hal awareness, perusahaan-perusahaan di Indonesia mulai menyadari pentingnya peran IT untuk mensupport bisnis mereka khususnya dalam menghadapi era pasar bebas dan permasalahan-permasalahan yang muncul pada Internet dan E-Commerce. Dari aspek regulator, pemerintah mendorong dan bahkan mengharuskan perusahaan-perusahaan untuk membelanjakan dana yang dihasilkan untuk pengembangan SDM. Dengan berasumsi pada semua aspek diatas, dan berdasarkan proyeksi IDC (lembaga interkoneksi Infrastruktur Internet), dimana pertumbuhan pelatihan IT di Indonesia sekitar 30%.
5.10.3
Anticipated Market Share
Inixindo dianggap sebagai lembaga Pelatihan lokal dan pelatihan authorized yang juga menyediakan pelatihan baik untuk regular ataupun pelatihan customized untuk professional IT. Dengan okupansi rata-rata sebesar 4,000 peserta per tahun, diasumsikan Inixindo memegang sebesar 75% pasar pelatihan IT di Indonesia. Inixindo menyediakan lebih dari 40 kelas pelatihan dengan cakupan dari Operating System (UNIX, LINUX, WINDOWS), Networking (Cisco), Database (Oracle dan Microsoft SQL Servers), Development Tools (Visual Basic, .NET framework, Delphi, Java, Perl & CGI, dll) dan topic-topik lain seperti PC Hardware, System Analysis and Design, dan Management Information System. Inixindo saat ini bertindak sebagai Cisco Learning Partner, Oracle Approved Education Center, The XML Academy (Software A.G.), Borland Learning Partner, dan Security Certified Program Training Partner. Aliansi informal lainnya seperti antara Inixindo dengan IBM Indonesia dan IBM Malaysia, PTS Korea, Borland Indonesia, dan lain-lain.
Dengan fakta yang ada dimana Inixindo sudah berkiprah lebih dari 14 tahun dan Microsoft memiliki basis pelanggan yang besar, perusahaan mengantisipasi bahwa Inixindo sebagai CPLS akan mendapatkan 50% - 60% pangsa pasar untuk Operating System, Database, dana Development tools training market.
5.11 Analisa Kompetitor dan Market Share Seperti yang telah dibahas sebelumnya, competitor Inixindo juga terpecah-pecah (fragmented) berdasarkan produk atau servis yang mereka jual. Belum ada competitor yang bersifat apple-toapple yang benar-benar menyediakan variasi training seperti Inixindo, jadi kompetisi berdasarkan produk. Dibawah ini adalah beberapa competitor pada beberapa produk/servis: •
UNIX & LINUX Training
Kompetitor : Metrodata Edukasi Informatika (Solaris), HP Education Center (HP-UX), Perkom (AIX), AGIT (Digital UNIX), e-LINUX dan Linuxindo (LINUX). Inixindo dikenal sebagai market leader dalam pelatihan UNIX sejak tahun 1992. Tidak ada kompetisi yang besar-besaran dalam segmen ini. Kompetitor seperti Metrodata Edukasi Informatika dan HP Education Center, telah menggunakan servis yang dimiliki Inixindo sebagai subcontractor. Inixindo adalah SCO Authorized Education Center (AEC), dan sudah lama sebagai partner bisnis IBM dengan spesialisasi pelatihan AIX. Jadi untuk pasar ini, Inixindo menclaim memiliki pangsa pasar sebesar 80%
•
Internetworking (Cisco) Training
Competitor : Training Partners Ltd. (divisi dari Datacraft Ltd,). Perusahaan yang berbasiskan di singapura yang beroperasional di Jakarta. Walaupun perusahaan ini beroperasi sebagai Cisco Learning Partner, tapi kondisi pangsa pasar sekitar Inixindo 80% - Training Partners Ltd 20% •
Oracle Training
Competitor : Sisindosat, ASABA, Metrodata Edukasi Informatika, SKA & MyLearnIT. Tiga nama pertama ditambah Inixindo adalah Oracle Approved Education Center. Bisnis utama dari ketiga perusahaan tersebut adalah sebagai Oracle reseller, jadi bisnis utama mereka adalaha menjual perangkat lunak Oracle dan bukan servis pelatihan. SKA dan MyLearnIT berfokus pada pelatihan, tapi berhubung mereka adalah pemain baru, tampaknya mereka belum memiliki share yang besar dalam pasar. Adalah hal yang sulit untuk menentukan siapa yang memiliki pangsa pasar terbesar, bagaimanapun juga, berdasarkan rate kelas Oracle yang berjalan per bulan di Inixindo adalah dua kelas (sekitar 20 peserta), jadi adalah hal yang wajar bila Inixindo menganggap memiliki market share 30%
•
Microsoft Training
Competitor : Semua Microsoft CPLS (Certified Partners for Learning Solution) dan terdapat sekitar delapan lembaga. Sebagai contoh adalah Intellysis, Execu Train, NetTrain, Iverson, Sarana Solusindo, dan lain-lain Walaupun Inixindo belum menjadi CPLS, Inixindo menyediakan hamper semua pelatihan Microsoft, seperti Windows 2003, Visual Basic, dan SQL Server. Seperti halnya kelas UNIX, tingkat okupansi untuk kelas Microsoft adalah 4-6 kelas setiap bulan, atau mendekati 50-60 peserta. •
Kompetitor lainnya
Competitor : Purwadhika (PC Hardware Training), Metrodata Edukasi Informatika (Java), Sisindosat (System Analysis and Design), WWW Institute (Web Aplication), Binus Center (Web Programming), dan lainnya. Tidak ada banyak informasi dari pelatihan-pelatihan tersebut, dan rate kelas berjalan di Inixindo untuk training-training diatas bervariasi. Kelas yang paling banyak diminati pada kategori ini adalah kelas Java, dan rate berjalannya sekitar 2-3 kelas setiap bulan.