BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai analisa produktivitas yang berlangsung di PT. Schott Igar Glass (SIG), mulai dari menganalisa perbedaan-perbedaan yang ada antara mesin Spami dan mesin Ambeg, analisa tingkat kecacatan hasil produksi vial injection 10 ml, analisa kapasitas proses produksi, analisa output proses produksi serta analisa input proses produksi.
5.1 Analisa Perbedaan Antara Mesin Spami dan Mesin Ambeg PT. Schott Igar Glass (SIG) dalam lini produksinya terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu mesin Spami, mesin Ambeg, dan mesin AK-2000. Namun peneliti hanya akan melakukan penelitian spesifik pada mesin Spami dan mesin Ambeg saja. Dimana pada mesin Spami dan mesin Ambeg, level kualitas yang akan dihasilkan adalah standardline, sedangkan level kualitas pada mesin AK-2000 adalah topline. Adapun perbedaan-perbedaan yang terdapat antara mesin Spami dengan mesin Ambeg dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Universitas Mercu Buana
73
Tabel 5.1. Perbandingan Antara Mesin Spami dengan Mesin Ambeg Faktor Operator
Input Bahan Baku
Buangan Produk Kapasitas Output
Tenaga yang Dikeluarkan Operator
Tingkat Kelelahan
Spami
Ambeg
Unggul
1 Operator menghandle 3 mesin
1 Operator menghandle 6 mesin
Spami
Berupa tubing yang ditata ke dalam loader. Sekali input (3x12) 36 tubing
Spami
Berupa tubing yang akan dimasukkan ke dalam sleeve drum. 1 drum loader ada 5 sleeve drum. Jadi sekali input (5x24) 120 tubing Lebih banyak Lebih banyak karena jalan 2 sisi
Lebih sedikit Lebih sedikit karena hanya jalan 1 sisi Lebih ringan karena Lebih berat karena harus dapat langsung memasukkan tubing satu memasukkan tubing ke per satu ke sleeve drum loader dan posisi mesin dan harus naik ke lebih pendek sehingga tangga karena posisi mudah terjangkau mesin lebih tinggi tangan Operator Lebih tinggi karena Lebih rendah karena tubing yang dimasukkan tubing yang dimasukkan ke dalam loader tidak ke dalam sleeve drum dapat sekaligus banyak. sekaligus banyak. Sehingga Operator harus Sehingga Operator dapat sering-sering menunggu tubing habis memasukkan lagi tubing dalam waktu yang dalam waktu yang cukup lama singkat
Energi Yang Dipakai
Tingkat Resiko Kecacatan
Universitas Mercu Buana
Ambeg Spami
Ambeg
Spami
302.4 KWH
44.4 KWH
Ambeg
Lebih rendah karena mesin yang di handle sedikit, Operator dapat sering mengecek kecacatan produk dan cenderung fokus terhadap masalah yang ada
Lebih tinggi karena mesin yang dihandle banyak, Operator kurang fokus terhadap kecacatan produk dan kurang fokus terhadap masalah yang ada
Spami
74
5.2 Analisa Tingkat Kecacatan Hasil Produksi Vial Untuk mengetahui berapa tingkat kecacatan yang terjadi antara mesin Spami dan mesin Ambeg, maka QC Inspector melakukan sampling terhadap produk yang kan di periksa. Pengambilan jumlah sample untuk diperiksa berdasarkan General Testing Level 3 (ISO 2859-1:2004-01). Jenis vial injection yang akan diteliti adalah vial bervolume 10 ml dengan identitas sebagai berikut: Artikel
: V.010111030B
Deskripsi
: 10 ml vial clear, injection F-20
Jumlah Order : -
Spami
: 1.807.920 pcs (810 MB)
-
Ambeg
: 803.520 pcs (360 MB)
Dimana dalam tiap 1 MB terdiri dari 9 trays, dan tiap trays berisi 248 pcs. Perhitungan sampling berdasarkan General Testing Level 3: =
=
= 2,469 pcs ≈ 3 pcs / trays =
=
= 5,55 pcs ≈ 6 pcs / trays
Sedangkan untuk mengetahui apakah cacat produk yang dihasilkan masih dalam batas wajar yang disyaratkan oleh perusahaan, maka bersama ini dibuat peta pengendali proporsi kesalahan (p-chart).
Universitas Mercu Buana
75
Tabel 5.2. Peta Pengendali Proporsi Kesalahan (p-Chart) Pada Mesin Spami Nomor Pengamatan (Hari)
Ukuran Sample
Banyaknya Sample Yang Ditolak
Proporsi Kesalahan (p)
CL
UCL
LCL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
729 729 729 729 729 729 729 729 729 729 729 729 729 729 729 729 729 729 729 729 729 729 729 729 729 729 729 729 729 729
45 43 46 41 41 55 43 29 39 39 44 49 41 53 47 38 58 46 36 25 51 30 39 36 35 40 56 39 43 51
0.062 0.059 0.063 0.056 0.056 0.075 0.059 0.040 0.053 0.053 0.060 0.067 0.056 0.073 0.064 0.052 0.080 0.063 0.049 0.034 0.070 0.041 0.053 0.049 0.048 0.055 0.077 0.053 0.059 0.070
0.0584 0.0584 0.0584 0.0584 0.0584 0.0584 0.0584 0.0584 0.0584 0.0584 0.0584 0.0584 0.0584 0.0584 0.0584 0.0584 0.0584 0.0584 0.0584 0.0584 0.0584 0.0584 0.0584 0.0584 0.0584 0.0584 0.0584 0.0584 0.0584 0.0584
0.0844 0.0844 0.0844 0.0844 0.0844 0.0844 0.0844 0.0844 0.0844 0.0844 0.0844 0.0844 0.0844 0.0844 0.0844 0.0844 0.0844 0.0844 0.0844 0.0844 0.0844 0.0844 0.0844 0.0844 0.0844 0.0844 0.0844 0.0844 0.0844 0.0844
0.0323 0.0323 0.0323 0.0323 0.0323 0.0323 0.0323 0.0323 0.0323 0.0323 0.0323 0.0323 0.0323 0.0323 0.0323 0.0323 0.0323 0.0323 0.0323 0.0323 0.0323 0.0323 0.0323 0.0323 0.0323 0.0323 0.0323 0.0323 0.0323 0.0323
Universitas Mercu Buana
76
Berdasarkan uraian tabel diatas, maka didapat:
=
Dimana, p = proporsi kesalahan dalam setiap sample x = banyaknya produk yang salah dalam setiap sample n = banyaknya sample yang diambil dalam setiap inspeksi
=
=
= .
∑
Dimana, p = garis pusat peta pengendalian proporsi kesalahan pi = proporsi kesalahan dalam setiap sample n = banyaknya sample yang diambil dalam setiap observasi g = banyaknya observasi yang dilakukan
=
= . =
+
=
−
= .
ṕ(
ṕ)
+ ṕ(
= .
Universitas Mercu Buana
.
(
.
)
.
(
.
)
=
.
ṕ)
−
= . 77
0.090
0.070
Nomor Pengamatan (Hari) 1
0.060
CL
0.080
0.050 UCL
0.040 0.030
LCL
0.020 0.010 0.000 1
3
5
7
9
11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Gambar 5.1. Peta Pengendali Proporsi Kesalahan (p-Chart) Pada Mesin Spami
Sedangkan untuk mesin jenis Ambeg, batas pengendalian proporsi kesalahannya adalah sebagai berikut:
Universitas Mercu Buana
78
Tabel 5.3. Tabel Peta Pengendali Proporsi Kesalahan (p-Chart) Pada Mesin Ambeg Nomor Pengamatan (Hari)
Ukuran Sample
Banyaknya Sample Yang Ditolak
Proporsi Kesalahan (p)
CL
UCL
LCL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
648 648 648 648 648 648 648 648 648 648 648 648 648 648 648 648 648 648 648 648 648 648 648 648 648 648 648 648 648 648
21 15 15 16 20 14 18 12 21 26 17 22 22 12 14 18 21 17 23 12 26 15 21 18 28 14 20 16 18 30
0.032 0.023 0.023 0.025 0.031 0.022 0.028 0.019 0.032 0.040 0.026 0.034 0.034 0.019 0.022 0.028 0.032 0.026 0.035 0.019 0.040 0.023 0.032 0.028 0.043 0.022 0.031 0.025 0.028 0.046
0.0289 0.0289 0.0289 0.0289 0.0289 0.0289 0.0289 0.0289 0.0289 0.0289 0.0289 0.0289 0.0289 0.0289 0.0289 0.0289 0.0289 0.0289 0.0289 0.0289 0.0289 0.0289 0.0289 0.0289 0.0289 0.0289 0.0289 0.0289 0.0289 0.0289
0.0486 0.0486 0.0486 0.0486 0.0486 0.0486 0.0486 0.0486 0.0486 0.0486 0.0486 0.0486 0.0486 0.0486 0.0486 0.0486 0.0486 0.0486 0.0486 0.0486 0.0486 0.0486 0.0486 0.0486 0.0486 0.0486 0.0486 0.0486 0.0486 0.0486
0.0092 0.0092 0.0092 0.0092 0.0092 0.0092 0.0092 0.0092 0.0092 0.0092 0.0092 0.0092 0.0092 0.0092 0.0092 0.0092 0.0092 0.0092 0.0092 0.0092 0.0092 0.0092 0.0092 0.0092 0.0092 0.0092 0.0092 0.0092 0.0092 0.0092
Universitas Mercu Buana
79
Berdasarkan uraian tabel diatas, maka didapat:
=
Dimana, p = proporsi kesalahan dalam setiap sample x = banyaknya produk yang salah dalam setiap sample n = banyaknya sample yang diambil dalam setiap inspeksi
=
=
= . ∑
Dimana, p = garis pusat peta pengendalian proporsi kesalahan pi = proporsi kesalahan dalam setiap sample n = banyaknya sample yang diambil dalam setiap observasi g = banyaknya observasi yang dilakukan
=
= . =
+
ṕ(
=
−
ṕ(
= .
= .
ṕ)
+
Universitas Mercu Buana
.
(
.
)
=
.
.
(
.
)
=
.
ṕ)
−
80
0.060
0.040
Nomor Pengamata n (Hari) 1 CL
0.030
UCL
0.020
LCL
0.050
0.010 0.000 1
3
5
7
9
11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Gambar 5.2. Peta Pengendali Proporsi Kesalahan (p-Chart) Pada Mesin Ambeg
Dari uraian kedua gambar grafik diatas, maka tampak bahwa seluruh sampel masih berada dalam batas pengendali.
5.3 Fishbone Defect Pada Vial 10 ml di Mesin Spami Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan menganalisa 5 (defect) paling dominan yang sering muncul. Berdasarkan dari data IBT dari perusahaan, berikut merupakan presentase jumlah cacat produk vial injection pada mesin Spami dan mesin Ambeg:
Universitas Mercu Buana
81
Jumlah Cacat Vial Injection 10 ml, Pada Mesin Spami
Rocky bottom, 120
Fold on neck, 145
Pressure on neck, 248
t > max, 32 r2 < min, 173
Crack on body, 291
d4 > max, 197 Notches on lip, 72
Gambar 5.3. Jumlah Cacat Vial Injection 10 ml Pada Mesin Spami
Jumlah Cacat Vial Injection 10 ml, Pada Mesin Ambeg Chip on lip, 20
Notches on lip, 52
Rocky bottom, 57 a2 > max, 196
Contamination, 82
Pressure on neck, 65 Fold on neck, 61
s2 < min, 33
Gambar 5.4. Jumlah Cacat Vial Injection 10 ml Pada Mesin Ambeg
Untuk mengetahui apakah penyebab terjadinya masing-masing jenis defect, berikut akan digambarkan melalui diagram fishbone beserta tindakan perbaikan dari kelima penyebab kecacatan utama pada produk yang diteliti.
Universitas Mercu Buana
82
1.
Crack on Body Manusia Mengecek oli plug Mengecek pendingin api
Mengecek lengstop Mengecek gauging
Crack on Body
Gambar 5.5. Fishbone Defect Crack on Body Tindakan yang dapat dilakukan, antara lain: Operator harus sering mengecek kelancaran oli plug dengan memperhatikan apakah oli plug sudah mulai berkurang, apakah tercampur air atau tidak. Operator mengecek apakah fungsi pendingin api sudah sesuai. Operator mengecek lengstop agar tidak kering. Operator mengecek gauging total length, mungkin terlalu kencang pada saat menekan. 2.
Pressure on Neck Manusia Mengecek oli plug Mengecek posisi api Mengecek tekanan tool
Pressure on Neck
Gambar 5.6. Fishbone Defect Pressure on Neck Tindakan yang dapat dilakukan antara lain: Operator harus sering mengecek oli plug agar tidak kurang pada saat digunakan. Operator mengecek apakah tekanan pada tool telah sesuai. Operator memperhatikan posisi api.
Universitas Mercu Buana
83
3.
d4 (id lip) > max Manusia Mengecek Pendingin
Cleaning / Ganti plug
D4 (Id Lip) > Max
Gambar 5.7. Fishbone Defect d4 (id lip) > max Tindakan yang dapat dilakukan antara lain: Pendingin yang terdiri dari air dan angin, harus selalu di cek kondisinya: - Air, agar plug selalu dingin dengan dialiri air menggunakan selang - Angin, agar plug tetap dingin dan tidak berasap dengan ditip angin Operator harus sering membersihkan atau mengganti plug yang kotor. 4.
r2 (radius bottom) < min Mesin Menaik/turunkan bottom pad Menaik/turunkan burner chuck bottom no.2
R2 (Radius Bottom) < Min
Gambar 5.8. Fishbone Defect r2 (radius bottom) < min Tindakan yang dapat dilakukan antara lain: Dengan dibantu Operator, burner chuck bottom no.2 yang ada pada salah satu bagian mesin, selalu dikontrol. Jika chuck bottom no.2: - Dinaikkan, maka nilai radius bottom semakin kecil - Diturunkan, maka nilai radius bottom semakin besar Dengan dibantu Operator, bottom pad (tool untuk setting concave) yang ada pada salah satu bagian mesin, selalu dikontrol. Jika bottom pad: - Dinaikkan, maka nilai radius bottom semakin kecil Universitas Mercu Buana
84
- Diturunkan, maka nilai radius bottom semakin besar 5.
Fold on Neck Manusia Mengecek oli plug
Mengecek posisi api
Mengecek tekanan tool
Fold on Neck
Gambar 5.9. Fishbone Defect Fold on Neck Tindakan yang dapat dilakukan antara lain: Operator harus sering mengecek oli plug agar tidak kurang pada saat digunakan. Operator mengecek apakah tekanan pada tool telah sesuai. Operator memperhatikan posisi api. 6.
a2 > max (Slanty Bottom) Mesin Mengecek chuck bottom
Mengecek chuck bottom dan chuck atas
Mengecek api burner bottom
Slanty Bottom
Gambar 5.10. Fishbone Defect a2 > max (Slanty Bottom) Tindakan yang dapat dilakukan antara lain: Dengan dibantu Operator, karbon tip pada chuck bottom harus selalu dikontrol, apakah sudah rusak atau patah. Sehingga pingger chuck bottom dapat menjepit dengan sempurna. Api burner bottom pada mesin harus sering di cek oleh Operator agar bentuk bottom sesuai dengan spesifikasi yang diminta.
Universitas Mercu Buana
85
Chuck bottom dan chuck atas sudah tidak center lagi, untuk itu Operator harus mengeceknya agar hasil cutting sempurna. 7.
Contamination on Body Manusia Membersihkan plug Mengecek oli
Membersihkan pick up Membersihkan conveyor
Outside Contamination on Body
Gambar 5.11. Fishbone Defect Outside Contamination on Body Tindakan yang dapat dilakukan antara lain: Operator harus sering membersihkan plug yang digunakan pada mesin. Operator mengecek oli yang digunakan, mungkin oli sudah kotor dan harus diganti dengan oli yang baru. Operator membersihkan pick up yang digunakan. Operator sesering mungkin membersihkan conveyor untuk mentransfer proses perpindahan vial dari production area menuju clear room area. 8.
Rocky Bottom Mesin Menaik/turunkan bottom pad
Rocky Bottom
Gambar 5.12. Fishbone Defect Rocky Bottom Tindakan yang dapat dilakukan antara lain:
Universitas Mercu Buana
86
Dengan dibantu Operator, bottom pad (tool untuk setting concave) dinaikkan, agar nilai concavity bottom semakin besar, sehingga tidak rocky.
5.4 Analisa Kapasitas Proses Produksi Untuk mengetahui berapa produktivitas proses produksi, pertama-tama perlu diketahui kapasitas produksi yang ada. Pihak perusahaan telah menetapkan berapa besarnya target yang harus dicapai pada tiap-tiap proses produksinya. Target perusahaan per mesin tentunya berbeda-beda, tergantung dari speed mesin. Berikut adalah rumus yang telah ditetapkan oleh PT. Schott Igar Glass (SIG) untuk target produksinya: ( (
.
)=
)=
Jadi, untuk produksi mesin Spami maka target yang harus dicapai adalah sbb: ( (
.
)=
= 8.70 trays per jam
)=
= 72 trays per shift
Sedangkan untuk produksi mesin Ambeg target yang harus dicapai adalah sbb: (
)=
(
)=
Universitas Mercu Buana
.
= 4.35 trays per jam
= 32 trays per shift 87
Berikut adalah data yang diperoleh penulis dari proses produksi vial 10 ml yang diproduksi dimesin Spami dan mesin Ambeg: Tabel 5.4. Kapasitas Total Produksi Per Shift Jumlah
Spami
Ambeg
Shift 1
Shift 2
Shift 3
Shift 1
Shift 2
Shift 3
Trays
72
90
81
24
45
36
Pcs
17.856
22.320
20.088
6.696
11.160
8.928
Dalam 1 (satu) hari PT. Schott Igar Glass (SIG) melakukan proses produksi selama 24 jam, yang terbagi menjadi 3 shift. Shift 1 atau shift malam dimulai dari pukul 00.00 – 07.30 (7.5 jam), shift 2 atau shift pagi dimulai dari pukul 07.30 – 16.00 (8.5 jam), dan shift 3 atau shift sore dimulai dari pukul 16.00 – 24.00 (8 jam). Berdasarkan target yang telah ditetapkan oleh perusahaan, maka pada mesin Spami target dapat terpenuhi pada di ketiga shift. Sedangkan pada mesin Ambeg target hanya terpenuhi pada shift 2 dan shift 3. Rata-rata dari tiap mesin, kapasitas produksi yang dihasilkan lebih kecil pada shift 1. Hal ini dikarenakan pada shift 1 atau shift malam, jam kerjanya hanya 7.5 jam. Dan untuk total kapasitas yang dihasilkan selama 2 (dua) bulan dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 5.5. Kapasitas Total Produksi Selama 1 Bulan Shift
Spami
Ambeg
Shift 1
17.856
6.696
Shift 2
22.32
11.16
Shift 3
20.088
8.928
Total / Hari
60.264
26.784
Total 1 Bulan
1.807.920
803.520
Universitas Mercu Buana
88
5.5
Analisa Output Proses Produksi Berdasarkan data yang didapatkan dari Map Order Produksi, maka dapat
diketahui berapa output produksi yang dihasilkan selama 1 (satu) bulan. Output produksi yang dimaksud adalah segala produk yang dihasilkan dari proses produksi yang ada. Tabel 5.6. Output Produksi Selama 1 Bulan Mesin
Kapasitas (pcs)
Harga Per pcs
Spami
1,807,920
Rp
1,300
Rp
2,350,296,000
Ambeg
803,520
Rp
1,300
Rp
1,044,576,000
Rp
3,394,872,000
Total
5.6
Total Output
Analisa Input Proses Produksi Untuk melakukan analisa produktivitas, selain output produksi perlu
diketahui juga berapa input produksi yang dihabiskan selama 1 (satu) bulan. Input produksi yang dimaksud adalah segala faktor penting yang dibutuhkan untuk melakukan suatu proses produksi. Di dalam penelitian, penulis hanya menghitung 3 (tiga) macam input produksi yaitu, biaya sumber daya manusia, biaya energi dan biaya bahan baku. 5.6.1 Analisa Kebutuhan Sumber Daya Manusia Pada tabel dibawah (tabel 5.7) dapat dilihat berapa biaya gaji yang harus dibayarkan kepada pekerja masing-masing mesin untuk proses produksi selama 1 (satu) bulan. Mengenai besarnya biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk membayar gaji pekerja adalah sama, baik itu pada mesin Spami atau mesin Ambeg. Hanya saja tidak sesuai jika melihat dari insentif
Universitas Mercu Buana
89
yang didapat oleh pekerja pada mesin Ambeg. Insentif yang diterima oleh pekerja (khususnya Operator) pada mesin Ambeg jumlahnya sama dengan besarnya insentif pekerja di mesin Spami. Padahal jika dilihat dari jenis pekerjaannya, mesin Ambeg lebih berat dan memerlukan tenaga ekstra dalam proses bekerjanya. Dimana pada mesin Ambeg, seorang Operator menghandel 6 mesin, sedangkan Operator pada mesin Spami hanya menghandle 3 mesin. Tabel 5.7. Analisa Biaya SDM No.
Uraian
1
Banyak Pekerja
2
Gaji Per Jam
3
Insentif Per Jam
3
Banyak Shift
4
Lama jam produksi
5
Biaya Total
Mesin Spami
Mesin Ambeg 3
3
9,913.29
9,913.29
3,125
3,125
90
90
720
720
1,629,786
1,629,786
Dari tabel dibawah (tabel 5.8) di bawah dapat dilihat bahwa untuk penggunaan sumber daya manusia, mesin Spami memiliki produktivitas parsial terbesar yaitu sebesar 1.442.09 jauh lebih besar dibandingkan mesin Ambeg yag memiliki produktivitas parsial sebesar 640.93. Hal ini wajar karena mesin Spami memiliki pendapatan yang lebih besar. Tabel 5.8. Analisa Produktivitas Parsial SDM No
Uraian
1
Output Produksi
2
Biaya SDM
3
Produktivitas Parsial SDM
Universitas Mercu Buana
Mesin Spami
Mesin Ambeg
2,350,296,000
1,044,576,000
1,629,786
1,629,786
1,442.09
640.93
90
5.6.2 Analisa Kebutuhan Energi Tabel 5.9. Analisa Biaya Energi No
Uraian
Mesin Spami 12.6
Mesin Ambeg 1.85
1
Daya per jam (Kwh)
2
Total jam Shift 1 (Senin - Minggu)
8.5
8.5
3
Total jam Shift 2 (Senin - Minggu)
8
8
4
Total jam Shift 3 (Senin - Minggu)
7.5
7.5
5
Total Energi
9072
1332
6
Biaya per Kwh
730
730
7
Biaya Total
6,622,560
972,360
Tabel diatas (tabel 5.9) menunjukkan besarnya biaya energi yang dibutuhkan untuk melakukan produksi selama 1 (satu) bulan. Untuk mesin Spami membutuhkan daya sebesar 12.6 kW per jam, sedangkan untuk mesin Ambeg membutuhkan daya sebesar 1.85 kW per jamnya. Proses produksi yang berlangsung di PT. Schott Igar Glass berjalan selama 24 jam penuh. Mesin hanya dimatikan pada hari libur nasional saja. Namun jika keadaan mesin sedang mengalami rusak berat maka mesin hanya mengalami proses perbaikan dengan menggantungkan mesin sementara. Dalam hal ini yang dimaksud menggantungkan mesin sementara adalah hanya tidak meletakkan material (tubing) kedalam tiap chuck, baik itu di mesin Spami ataupun di mesin Ambeg. Karena jika mesin dimatikan total maka settingan mesin dapat berubah dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengembalikan panas.
Universitas Mercu Buana
91
Tabel 5.10. Analisa Produktivitas Parsial Energi No
Uraian
1
Output Produksi
2
Biaya Energi
3
Produktivitas Parsial Energi
Mesin Spami
Mesin Ambeg
2,350,296,000
1,044,576,000
6,622,560
972,360
354.89
1074.27
Dapat dilihat pada table 5.10 bahwa produktivitas parsial energi pada mesin Ambeg lebih besar yaitu sebesar 1074.27 dibandingkan dengan produktivitas pada mesin Spami yang hanya 354.89. Hal ini disebabkan karena besarnya daya per jam yang dikeluarkan oleh mesin Spami .
.
5.6.3 Analisa Kebutuhan Bahan Baku Untuk menghitung berapa kebutuhan bahan baku proses, harus diperhitungkan juga berapa tingkat kecacatan dari tiap mesin. Sebab tingkat kecacatan mempengaruhi banyaknya bahan yang harus disiapkan, semakin banyak kecacatannya maka bahan yang harus disiapkan pun semakin banyak. Tingkat kecacatan masing-masing telah dihitung di bagian sebelumnya dan hasilnya dapat dilihat pada bab 4.9. Setelah diketahui berapa tingkat kecacatan dari proses tiap-tiap mesin maka dapat diketahui berapa bahan baku yang harus disiapkan pada proses awal. Tapi karena produk yang akan dihasilkan adalah produk yang sama, yaitu vial 10 ml, maka bahan baku yang dipakai juga sama yaitu tubing yang berdiameter 24.00 dan memiliki berat per piecesnya 253.49 gram.
Universitas Mercu Buana
92
Tabel 5.11. Analisa Biaya Bahan Baku
No
Mesin
Diameter Tubing
1
Spami
24.00
Berat Bahan per Item (gram) 253.49
2
Ambeg
24.00
253.49
Total Berat Bahan (kg) 16 16
Pemakaian Tubing (pcs)
Biaya
120
1,794,000
36
1,076,400
Total
2,870,400
Tabel 5.12. Analisa Produktivitas Parsial Bahan Baku No
Uraian
1
Output Produksi
2
Biaya Bahan Baku
3
Produktivitas Parsial Bahan Baku
Mesin Spami
Mesin Ambeg
2,350,296,000
1,044,576,000
1,794,000
1,076,400
1,310.09
970.43
Dapat dilihat pada tabel 5.12 bahwa produktivitas bahan baku pada mesin Spami lebih besar bila dibandingkan dengan produktivitas parsial pada mesin Ambeg. Pada mesin Spami terlalu banyak buangan jika terdapat defect, sehingga kemungkinan besar produk akan dibuang semua. 5.7
Analisa Total Produktivitas 3 Faktro Input Produksi Tabel 5.13. Analisa Total Produktivitas 3 (Tiga) Faktor Input Produksi No 1
Uraian Output Produksi
Mesin Ambeg
2,350,296,000
1,044,576,000
10,046,346
3,678,546
a. Biaya Bahan Baku
1,794,000
1,076,400
b. Biaya Energi
6,622,560
972,360
c. Biaya SDM
1,629,786
1,629,786
233.95
283.96
2,340,249,654
1,040,897,454
Input Produksi 2
Mesin Spami
3
Total Produktivitas
4
Selisih Output dan Input
Universitas Mercu Buana
93
5.8
Waktu Baku Produksi Setelah diketahui berapa besarnya tingkat produktivitas masing-masing
mesin Spami dengan mesin Ambeg, langkah berikutnya adalah mengecek berapa lama waktu produksi masing-masing mesin untuk membandingkan apakah kapasitas hasil produksi dapat ditingkatkan lagi. 5.8.1 Perhitungan Waktu Baku Proses di Mesin Spami Setelah dilakukan pengamatan, maka didapatkan data lama produksi vial injection 10 ml di mesin Spami. Dari data tersebut dapat dilakukan perhitungan waktu baku produksi di mesin Spami. 5.8.1.1 Perhitungan Waktu Baku Proses Setup Produksi di Mesin Spami a. Kenormalan Data Sebelum diolah data tersebut harus diuji apakah data sudah berdistribusi normal. Data diolah menggunakan Kolmogorof Smirnov Normality Test.
Gambar 5.13. Uji Kenormalan Data Lama Proses Setup di Mesin Spami dengan Menggunakan SPSS Universitas Mercu Buana
94
H0
: Data berdistribusi normal
H1
: Data tidak berdistribusi normal
Tolak H0 jika P Value < 0.10 Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa P Value < 0.10 maka H0 diterima. Sehingga data waktu dapat dikatakan berdistribusi normal. b. Keseragaman Data 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Nomor Pengamata n (Hari) 1 Mean
1
3
5
7
9
11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Dari grafik diatas terlihat bahwa ada 6 (enam) kali pengamatan yang datanya melewati BKA, maka ke-enam data tersebut dibuang / dihilangkan, sehingga menjadi: 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Nomor Pengamata n (Hari) 1 Mean BKA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324
BKB
Gambar 5.14. Uji Keseragaman Data Lama Proses Setup di Mesin Spami
Universitas Mercu Buana
95
c. Kecukupan Data /
=
(∑
(∑
) (∑ )
)²
²
Tingkat kepercayaan yang dipilih adalah 95% dan tingkat ketelitian 5%. Dari tabel distribusi normal didapat: Harga k
= 1.96 ≈ 2
Dimana s
= 0.05
Jadi nilai k/s = 2 / 0.05 = 40
=
/
(∑
=
) (∑
.
(
.
√
=
.
.
)²
)
(
= =
(∑
.
.
) (
²
. ) ²
) ( ²
.
.
) ²
Karena N’ > N, maka data yang telah dikumpulkan dinyatakan kurang, sehingga harus dilakukan lagi pengamatan pada penelitian ini. Peneliti melakukan pengamatan lagi, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut: = = = Universitas Mercu Buana
/
(∑ ( (
. .
) − (∑ (∑ ) ) (
.
) ( .
)² .
²
) ² .
) ²
96
√
=
.
=
.
²
Nilai N’ < N yaitu sebesar 54, maka data bisa dikatakan cukup. d. Waktu Siklus
=
=
=
∑ . .
= 1353 detik
e. Performance Rating Skill
: Excellent
B1 → + 0,11
Effort
: Excellent
B1 → + 0,10
Condition
: Average
D → 0.00
Consistency
: Excellent
B1 → + 0,03
f. Waktu Normal Wn = Ws x Performance Rating = 22.33 x 1.24 = 27.68 menit = 1644 detik g. Allowance a. Tenaga yang dikeluarkan: Sedang
→ 12
b. Sikap kerja: Berdiri di atas 2 kaki
→ 1
c. Gerakan kerja: Normal
→ 0
d. Kelelahan Mata: Pandangan terus menerus dengan fokus
Universitas Mercu Buana
97
berubah-ubah
→ 6
e. Keadaan temperatur tempat kerja: Tinggi (28o - 38oC)
→ 38
f. Keadaan atmosfer: Cukup
→ 3
g. Keadaan lingkungan yang baik: Sangat bising → 3 h. Kelonggaran pribadi
→ 2 + 65 %
h. Waktu Baku = =
.
%−%
%
% %−
= 78.88 menit = 4768 detik
Universitas Mercu Buana
98