BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang
Sudah menjadi pemandangan sehari-hari bila jalan protokol di Jakarta dipadati oleh kendaraan bermotor. Kondisi menjadi lebih padat menjelang waktu bekerja di pagi hari, demikian pula yang terjadi pada waktu sore dan malam saat usai kerja. Jakarta sebagai kota metropolitan menjadi tempat yang ideal untuk mencari nafkah bagi warganya, namun realitasnya Jakarta juga menjadi tempat yang ideal bagi warga kota-kota satelitnya seperti Bogor, Bekasi, dan Tangerang sehingga jumlahnya
ada
4,72
juta
orang
menurut
data
BPS.
Dikutip
dari
http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabeknasional/13/05/06/mmdhzt-bps-pekerja-di-jakarta-berkurang-puluhan-ribu-orang. Contohnya masyarakat Sukoharjo mengeluhkan minimnya etika club motor di jalan raya. Mereka menilai mayoritas komunitas pengendara sepeda motor kurang menghargai pengguna jalan lain saat berkendara di jalan raya. Masyarakat sering merasa tidak nyaman saat club motor mengadakan touring di jalan raya, “Kondisi tersebut terutama dirasakan saat berkendara di dua jalur. Club motor seringkali mengabaikan kepentingan pengguna jalan lain saat mereka berjalan beriring-iringan di jalan raya”. Ujar Mujiono (Solopos.com) Komunitas pengendara sepeda motor adalah wadah komunitas yang banyak bermunculan di berbagai kota, seiring dengan pertumbuhan jumlah kepemilikan kendaraan bermotor. Akhir-akhir ini menjadi kabur dan berkonotasi 1
negatif dengan adanya istilah "geng motor". Lazimnya sebuah komunitas, maka di dalam agendanya juga menghidupkan nilai-nilai positif bagi kemaslahatan para anggotanya. Bentuknya bisa bersifat solidaritas, toleransi, dan setiakawan. Sedangkan bagi sebuah komunitas pengendara motor tentu yang menjadi hal utama adalah hal yang menyangkut tertib lalu lintas. 1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut maka untuk mempermudah penulisan penulis akan berpegang pada rumusan-rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana merancang media kampanye yang dapat mengubah perilaku berlalu lintas komunitas pengendara motor Tangerang ? 1.3.
Batasan Masalah 1. Demografi Penulis menetapkan sasaran kampanye sosial pada: • usia dewasa muda 20 – 30 tahun. • Pendidikan mahasiswa dan pekerja. • Kelas ekonomi menengah ke bawah. 2. Geografis Daerah Tangerang Psikografis •
Orang yang menjadi anggota komunitas motor.
•
Orang yang berkakifitas dengan mengendarai motor.
2
3. Konten Menurut Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Metro Kota Tangerang AKBP Pamudji jumlah kendaraan dengan jalan memang sudah jauh tertinggal. "Berasarkan data yang kami miliki jumlah roda empat mencapai 87.027, sedangkan sepeda motor 410.755 unit. Padahal panjang jalan yang ada di Kota Tangerang 555.36 Km dengan jumlah penduduk 1.422.071 jiwa," ujar Pamudji, Senin (5/3). Menurut
wakil
menteri
perhubungan
Bambang
Susanto
mengungkapkan bahwa kecelakaan di indonesia terjadi setiap lima menit. Dan kematian akibat kecelakaan lalu lintas terjadi setiap 20 menit (merdeka.com). 1.4.
Tujuan
Merancang media kampanye yang dapat mengarahkan kembali para anggota komunitas pengendara motor ke aturan sopan santun dan etika berlalu lintas, melalui semangat solidaritas, toleransi dan kesetiakawan. 1.5.
Manfaat
Manfaat tugas akhir ini : 1. Menumbuhkan rasa simpati dan etika berlalu lintas dikalangan umum serta didalam anggota komunitas pengendara sepeda motor Tangerang 2. Menjadikan Universitas Multimedia Nusantara sebagai institusi pendidikan yang ikut berkontribusi dalam menumbuhkan etika berlalu lintas di Tangerang.
3
1.6.
Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kuantitatif. Penulisan berangkat dari teori-teori menuju ke data. Data-data didapat dengan melakukan wawancara dengan pihak terkait, dokumentasi foto kemudian membuat kuisioner lalu menganalisa bentuk promosi. 1.7.
Metode Perancangan
Penulis melakukan perancangan berdasarkan metode: 1. Brainstorming Mencari ide untuk kampanye sosial mengenai geng momtor. 2. Mindmapping Menjabarkan ide dan memecahkannya menjadi beberapa bagian nilai yang menjadi ciri khas dan dapat diangkat ke dalam design. 3. Mencari Referensi Referensi dimaksudkan untuk memberi gambaran yang lebih detail dari hasil mindmapping dan membantu pengaplikasian design tersebut, seperti mencari gesture badan model, gaya visual yang berkembang, layout media promosi pameran, dan lain-lain. 4. Sketsa Setelah mendapatkan referensi yang tepat maka berlanjut ke pembuatan sketsa. Sketsa tersebut merupakan awal pembentukan tatanan layout dalam karya design walaupun bersifat gambaran namun dengan sketsa dapat bentuk serta porsi serta pentingnya peran masing-masing elemen yang terkandung di dalamnya. 4
5. Layout Mengatur estetika gambar dan teks serta informasi yang diletakkan di dalam design dan mengaplikasikan ide gaya visual serta proporsional elemen berdasarkan sketsa yang dirancang. 6. Final Artwork Membuat hasil akhir design atau finishing yang akan siap naik cetak.
5