BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di Indonesia Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) sudah mulai menjadi masalah kesehatan yang membutuhkan perhatian, dimana jumlah penderita PPOK di Indonesia meningkat dari waktu ke waktu. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 1995, di Indonesia PPOK bersama asma bronkial menduduki peringkat kelima.1,2 . Dalam SEAMIC Health Statistic yang diterbitkan maret 2001 tampak bahwa bronkitis, emfisema dan asma merupakan penyebab kematian ke-7 di negara kita (3,6%).1 Dewasa ini lebih dari 30 juta orang Amerika yang menderita PPOK seperti emfisema, asma dan bronkitis kronik dan menghabiskan uang langsung dan tidak langsung sejumlah tidak kurang dari 61,2 milyar dolar setahunnya. Saat ini PPOK adalah penyebab kematian ke-4 di Amerika Serikat dan diperkirakan pada tahun 2020 menjadi penyebab kematian ke-3 pada pria dan wanita .4 WHO memperkirakan pada tahun 2020 prevalensi PPOK akan terus meningkat dari urutan 6 menjadi peringkat ke-3 di dunia dan dari peringkat ke-6 menjadi peringkat ke-3 penyebab kematian tersering. Di seluruh dunia terdapat tiga juta kematian akibat PPOK setiap tahunnya.3,4 Penderita PPOK mengalami penurunan faal paru, penurunan kapasitas fungsional dan akhirnya terjadi penurunan kualitas hidup. Penderita PPOK selain mengalami penurunan faal paru, juga mengalami gangguan ekstrapulmonal. Salah
Universitas Sumatera Utara
satu gangguan ekstrapulmonal adalah gangguan otot-tulang rangka.5 Gangguan otottulang rangka merupakan hal utama yang berperan dalam keterbatasan aktivitas penderita PPOK. Keterbatasan aktivitas merupakan keluhan utama penderita PPOK yang sangat mempengaruhi kualitas hidup. Tujuan penatalaksanaan PPOK terutama suportif, paliatif, meredakan gejala, meningkatkan kapasitas fungsional dan memperbaiki kualiti hidup pasien. Salah satu strategi penatalaksanaan PPOK adalah dengan rehabilitasi paru.6,7 Komponen dari rehabilitasi paru adalah edukasi, terapi fisik ( latihan pernafasan, fisioterapi dada, postural drainase ), latihan rekondisi ( jalan kaki, bersepeda, berlari ) dan bantuan psikososial. Latihan pernafasan merupakan salah satu program rehabilitasi paru yang manfaatnya masih diperdebatkan. Pardy dkk. telah melakukan penelitian tentang latihan pernafasan selama 15 menit 2 kali sehari selama 8 minggu pada 9 orang pasien PPOK. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa latihan pernafasan tidak dapat memperbaiki faal paru tapi meningkatkan uji jalan 12 menit.8 Lioa dkk. melaporkan pada 10 orang penderita PPOK yang dilakukan latihan pernafasan selama 30 menit tiap hari selama 10 minggu, dimana hasilnya tidak ada perubahan faal paru dan uji jalan 6 menit secara bermakna.9 Sanchez dkk telah melakukan penelitian latihan pernafasan dengan alat INSPIRX pada 20 pasien PPOK, didapati hasil bahwa latihan pernafasan dapat mengurangi sesak nafas dan meningkatkan kapasitas fungsional dan kualitas hidup penderita PPOK.10 Raymond dkk melalukan latihan pernafasan dengan pursed lips breathing selama 6 minggu pada 12 pasien PPOK dapat mengurangi sesak nafas dan kapasitas fungsional penderita PPOK.11 Thomas dkk melakukan penelitian latihan
Universitas Sumatera Utara
pernafasan pada 30 orang penderita PPOK dengan alat COACH 2 insentive spirometer selama 15 menit 2x sehari selama 5 hari dalam seminggu selama 8 minggu dapat memperbaiki kapasitas fungsional dan kualitas hidup dan dapat mengurangi sesak nafas.12 Penelitan tentang rehabilitasi paru masih sedikit di Indonesia. Walaupun ada, tetapi tidak menjadikan program latihan pernafasan sebagai salah satu
program
utama rehabilitasi paru dalam penelitian terhadapa penderita PPOK stabil. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek latihan pernafasan terhadap faal paru dengan pengukuran VEP1 dan VEP1/KVP, derajat sesak nafas dengan skala Medical Resecarh Council (MRC) dan kapasitas fungsional dengan uji jalan 6 menit pada pasien-pasien PPOK stabil.
1.2. PERUMUSAN MASALAH Jumlah penderita PPOK semakin meningkat dari waktu ke waktu. WHO memperkirakan pada tahun 2020 prevalensi PPOK akan terus meningkat dari urutan 6 menjadi peringkat ke-3 di dunia dan dari peringkat ke-6 menjadi peringkat penyebab ke-3 kematian tersering, mengakibatkan kematian tiga juta orang setiap tahunnya dan menghabiskan tidak kurang dari 61,2 milyar dolar setiap tahunnya di Amerika Serikat.3,4 Penderita PPOK selain mengalami penurunan faal paru juga mengalami gangguan ekstrapulmonal, yang salah satunya adalah gangguan otot-tulang rangka.6 Sejumlah penelitian rehabilitasi paru telah dilakukan yang mana hasilnya tidak menunjukkan perbaikan dalam faal paru tapi dapat memperbaiki kapasitas
Universitas Sumatera Utara
fungsionalnya. Penelitian terhadap latihan pernafasan sebagai salah satu program utama dari rehabilitasi paru belum dilakukan di Indonesia. Berdasarkan latar belakang diatas perlu diteliti efek latihan pernafasan terhadap faal paru (VEP1 dan VEP1/KVP), derajat sesak nafas dengan skala Medical Research Council (MRC) dan kapasitas fungsional pada penderita PPOK stabil RS.Tembakau Deli Medan RS. Bangkatan Binjai. 1.3. HIPOTESIS 1. Latihan pernafasan dapat meningkatkan faal paru ( VEP1 dan VEP1/KVP) pada penderita PPOK stabil. 2. Latihan pernafasan dapat menurunkan derajat sesak nafas pada penderita PPOK stabil. 3. Latihan pernafasan dapat meningkatkatkan kapasitas fungsional pada penderita PPOK stabil. 1.4. TUJUAN PENELITIAN 1.4.1. Tujuan umum: Menganalisa efek latihan pernafasan terhadap penderita PPOK stabil di RSUP.H.Adam Malik Medan dan RS.Tembakau Deli Medan.. 1.4.2. Tujuan khusus 1. Menganalisa efek latihan pernafasan terhadap faal paru (VEP1 dan VEP1/KVP) terhadap penderita PPOK stabil di RS. Tembakau Deli Medan dan RS. Bangkatan Binjai.
Universitas Sumatera Utara
2. Menganalisa efek latihan pernafasan terhadap derajat sesak nafas pada penderita PPOK stabil di RS.Tembakau Deli Medan dan RS. Bangkatan Binjai. 3. Menganalisa efek latihan pernafasan terhadap
kapasitas fungsional melalui
pemeriksaan tes berjalan 6 menit pada penderita PPOK stabil di RS. Tembakau Deli Medan dan RS. Bangkatan Binjai. 1.5. MANFAAT PENELITIAN 1. Memberi masukan agar latihan pernafasan dapat dipakai untuk penatalaksanaan penderita PPOK stabil yang berobat jalan ke poli paru. 2. Memberi masukan agar latihan pernafasan dapat dimasukkan sebagai bagian dari program rehabilitasi paru pada penderita PPOK stabil. 3. Memberi masukan untuk penelitian selanjutnya tentang rehabilitasi paru pada penderita PPOK stabil.
Universitas Sumatera Utara