BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini semakin banyak cara yang digunakan untuk mengetahui keadaan di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi bagi kita. Sudah banyak di antara kita yang telah mempelajari bahasa asing untuk mempermudah berkomunikasi dengan negara asing. Pengaruh globalisasi yang kian berkembang, mengakibatkan banyaknya buku atau literatur asing yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia. Hal tersebut dengan dijumpainya buku atau literatur asing di berbagai toko buku maupun perpustakaan yang ada di Indonesia. Adanya interpreter
maupun translator sangat membantu pemenuhan
kebutuhan masyarakat Indonesia untuk mendapatkan informasi perkembangan negara asing dengan cara membaca berbagai sumber- sumber tertulis dari negara asing tersebut. Terdapat berbagai macam buku yang dialihbahasakan, salah satunya adalah buku cerita anak. Buku cerita anak memang banyak yang berasal dari negara asing, misalnya buku dengan judul Akai Rousoku To Ningyo karya Ogawa Mimei yang berasal dari Jepang. Pada tugas akhir ini penulis ingin menerjemahkan isi dari buku cerita anak yang berjudul Akai Rousoku To Ningyo karya Ogawa Mimei. Berisi tentang seekor ikan duyung perempuan yang menginginkan kebahagiaan untuk anaknya kelak jika dapat hidup dalam kelompok manusia. Namun, keinginannya sirna
1
2
ketika anaknya yang telah dapat hidup di dalam kelompok manusia, ditukarnya dengan sejumlah uang oleh kakek dan nenek yang telah mengasuhnya selama ini. Ketertarikan penulis terhadap buku tersebut karena isi cerita yang bersifat menghibur dan alur cerita tidak komplek sehingga mudah untuk dipahami oleh anak-anak.
1.2 Pokok Bahasan Pokok bahasan yang diangkat adalah cara menerjemahkan cerita anak berbahasa asing kedalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta bahasa yang mudah dipahami oleh anak-anak tanpa mengubah arti dari bahasa aslinya.
1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan berupa menerjemahkan bacaan berbahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia yaitu: Menghasilkan teremahan cerita anak Akai Rousoku To Ningyo ke dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar serta mudah dipahami oleh anak-anak.
1.4 Metode Penerjemahan Terjemahan adalah pengalihan pesan dalam bahasa tertulis dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan syarat pesan yang disampaikan pada bahasa sasaran sama dengan pesan dalam bahasa sumber dari sudut pandang
3
makna, gaya, dan struktur. Berikut definisi terjemahan mnurut, Birsilin ( via Suryawinata, 1989: 1-2 ) mendefinisikan terjemahan sebagai berikut : “Translation is the general trem referring to the transfer of thoughts and ideas from one language ( source ) to another ( target ), whether the languages are written or oral from; whether the languages have estabilished orthographies or do not have such standardization or whether one or both languages are based on signs, as with of the deaf.” Diterjemahkan : “Terjemahan adalah istilah umum yang mengacu pada proses pengalihan bahasa ( transfer ) buah pikir dan ide dari satu bahasa ( bahasa sumber ) ke bahasa lain (bahasa sasaran ), baik dalam bentuk tulisan maupun bentuk lisan; baik kedua bahasa tersebut telah mempunyai sistem ortografi yang telah baku ataupun belum; baik salah satu atau keduanya didasarkan pada isyarat-isyarat sebagaimana bahsa isyarat orng tuli.” Metode terjemahan yang dapat dijadikan pedoman untuk memudahkan pelaksanaan penterjemahan ada bermacam-macam. Menurut Newmark ( via Hartono, 2003 : 82 ) metode terjemahan dapat dititikberatkan kepada dua penekanan pada Bahasa Sumber ( bahasa yang diterjemahkan ) dan pada Bahasa Sasaran ( bahasa hasil terjemahan ). Penekanan pada bahasa sumber melahirkan empat metode terjemahan, yaitu terjemahan demi kata adalah , terjemahan literal, terjemahan setia, dan terjemahan sematik. Penerjemahan kata demi kata ini penerjemah yang paling dekat dengan bahasa sumber. Disini urutan kata dalam teks bahasa sumber tetap dipertahankan,
4
kata-kata diterjemahkan dengan maknanya yang paling dasar diluar konteks. Kata-kata yang bermuatan budaya diterjemahkan secara harfiah. Kegunaan terjemahan kata demi kata adalah untuk memahami mekanisme bahasa sumber atau untuk menafsirkan teks yang sulit sebagai proses awal penerjemahan. Penerjemahan harfiah (literal translation) atau disebut juga penerjemahan lurus (linear translation). Kontruksi gramatikal bahasa sumber dikonversikan ke dalam padanannya (bahasa sasaran), sedangkan kata-kata diterjemahkan di luar konteks. Sebagai proses penerjemahan awal penerjemahan harfiah dapat membantu melihat masalah yang harus diatasi. Dengan
menggunakan
metode
penerjemahan
setia
ini
mencoba
menghasilkan kembali makna kontekstual dengan masih dibatasi oleh struktur gramatikal bahasa sumber. Di sini kata-kata yang bermuatan budaya dialihbahasakan, tetapi penyimpangan dari segi tata bahasa dan pilihan kata tetap dibiarkan. Penerjemahan ini berpegang teguh pada maksud dan tujuan bahasa sumber, sehingga terlihat sebagai terjemahan yang kaku dan sering kali asing. Ini dapat dilakukan dalam proses awal pengalihan. Penerjemahan secara semantik berbeda dengan penerjemahan setia, karena harus lebih memperhitungkan unsur estetika (keindahan bunyi) teks bahasa sumber dengan mengkompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran. Selain itu, kata yang hanya sedikit mengandung muatan budaya dapat diterjemahkan dengan kata yang netral atau istilah yang fungsional. Empati penerjemahan terhadap teks bahasa sumber dalam penerjemahan semantis dibolehkan. Jika dibandingkan dengan penerjemahan setia, penerjemahan
5
semantik lebih fleksibel, sedangkan penerjemahan setia lebih terikat oleh bahasa sumber. Sedangkan penekanan pada bahasa sasaran melahirkan empat jenis metode juga, yaitu terjemahan saduran, terjemahan bebas, terjemahan idomatik, dan terjemahan komunikatif. Penerjemahan adaptasi atau saduran adalah bentuk terjemahan yang paling bebas dan paling dekat ke bahasa sasaran. Penerjemahan ini biasa digunakan untuk drama dan puisi. Tema, karakter, dan alurnya tetap dipertahankan. Kebudayaan bahasa sumber dikonversikan ke dalam kebudayaan bahasa sasaran dan teksnya ditulis kembali. Dalam bahasa karangan ilmiah, logikanya diutamakan, sedangkan contoh-contoh dikurangi atau ditiadakan sesuai dengan keperluan. Penerjemahan bebas adalah penulisan kembali tanpa melihat bentuk aslinya. Biasanya merupakan paraphrase yang dapat lebih pendek atau lebih panjang dari aslinya. Dapat juga terjadi paraphrase dalam bahasa yang sama, sehingga dapat disebut penerjemahan ”Intra-lingual”. Metode ini sering disebut metode “oplosan”. Disebut demikian karena biasanya “bentuk” (baik bentuk retorik, misalnya alur ataupun bentuk kalimat) teks bahasa sasaran sudah berubah sama sekali. Penerjemahan idiomatik merupakan penerjemhan dari bahasa sumber yang disampaikan kembali tetapi ada
penyimpangan nuansa makna karena
mengutamakan kosakata sehari-hari dan idiom yang tidak ada di dalam bahasa sumber, tetapi biasa dipakai di dalam bahasa sasaran.
6
Penerjemahan komunikatif berusaha menyampaikan makna konstektual dari bahasa sumber sedemikian rupa, sehingga isi dan bahasanya berterima dan dapat dipahami oleh dunia pembaca bahasa sasaran. Dalam menerjemahkan cerita Akai Rusoku To Ningyo karya Ogawa Mimei ini penulis menggunakan metode penerjemahan komunikatif. Penulis berusaha mengolah makna kontekstual yang tepat dari bahasa sumber sedemikian rupa sehingga baik isi maupun bahasanya langung dapat diterima dan dipahami oleh pembaca. Artinya, penulis ingin agar pembaca dapat memahami cerita hasil terjemahan tanpa menghilangkan keaslian dari bahasa sumbernya.
1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan Tugas Akhir ini adalah:
Bab 1 Pendahuluan Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah atau
pokok bahasan, tujuan penulisan, metode penerjemahan dan sistematika penulisan.
Bab II Isi Bab ini berisi tentang hasil terjemahan cerita anak Akai Rousoku To
Ningyo yaitu teks bahasa sumber, teks hasil terjemahan per kalimat dan teks hasil terjemahan secara keseluruhan.
Bab III Penutup Bab ini berisi tentang kesimpulan dan jawaban dari pokok bahasan yang
terdapat dalam Bab I.