BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Krisis keuangan di Amerika Serikat yang bermula dari krisis kredit perumahan (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara global. Hal ini dapat dilihat dari kemerosotan yang tajam pada bursa saham dunia sejak awal tahun 2008. Merosotnya bursa saham dunia mengakibatkan pasar modal dalam negeri mengalami kelesuan bahkan investor domestik juga turut terimbas sentimen pasar sehingga harga saham perusahaan-perusahaan go public di Indonesia menurun. Krisis global juga berdampak terhadap perekonomian Indonesia, tidak hanya pada melemahnya nilai tukar rupiah, tetapi juga pada sektor-sektor lainnya seperti sektor perbankan dan properti. Sektor properti merupakan salah satu sektor yang secara signifikan dipengaruhi oleh krisis ini. Perbankan memberhentikan sementara pemberian kredit untuk sektor properti sehingga pengembang properti mengalami kesulitan pendanaan. Tingginya suku bunga bank juga mengakibatkan penjualan di sektor ini menurun karena semakin tinggi suku bunga kredit yang harus dibebankan kepada pembeli rumah. Penurunan penjualan akan menyebabkan penurunan laba dan hal ini akan mempengaruhi harga saham. Sumber pendanaan utama perusahaan real estate dan property berasal dari sumber eksternal, yaitu berupa pinjaman jangka panjang dari kreditor maupun pendanaan yang bersifat penyertaan dalam bentuk saham (equity) oleh investor.
Universitas Sumatera Utara
Pada saat ini, mayoritas perusahaan real estate dan property di Indonesia memperoleh pendanaan melalui penerbitan saham di BEI. Dengan demikian, nilai suatu perusahaan yang telah go public akan tercermin pada harga saham perusahaan tersebut. Menurut Haugen (1990 : 577), “the market value of a common stock is based on the discounted value of expected dividends throughout the life of the firm”. Nilai pasar saham biasa adalah berdasarkan nilai diskonto dividen yang diharapkan sepanjang masa hidup perusahaan. Dalam hal ini, harga saham ditentukan oleh faktor-faktor fundamental perusahaan, yaitu pendapatan, laba, pertumbuhan penjualan, aliran arus kas, dan kinerja keuangan perusahaan. Harga saham juga dipengaruhi oleh kekuatan pasar yaitu kekuatan permintaan dan penawaran. Semakin banyak investor yang berminat terhadap saham suatu perusahaan, semakin tinggi harga saham tersebut. Sebaliknya, jika minat terhadap saham tersebut menurun, maka harga saham tersebut juga akan bergerak turun (Yurico : 2010). Penilaian harga saham dilakukan dengan menghitung nilai intrinsik saham dan membandingkannya dengan harga pasar saham. Apabila nilai intrinsik saham lebih besar daripada harga pasar saham, maka saham tersebut undervalued artinya saham tersebut dinilai terlalu rendah. Sebaliknya, apabila nilai intrinsik saham lebih kecil daripada harga pasar saham, maka saham tersebut overvalued artinya saham tersebut dinilai terlalu tinggi. Ada dua jenis pendekatan untuk menganalisis dan memprediksi harga saham, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental.
Universitas Sumatera Utara
Informasi keuangan perusahaan merupakan pertimbangan utama para investor ketika akan melakukan investasi. Informasi keuangan akan disajikan secara lengkap dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan sarana yang penting bagi investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan secara periodik. Agar laporan keuangan dapat memberikan informasi yang bermanfaat serta dapat dipahami, maka perlu dilakukan analisis laporan keuangan. Terdapat berbagai macam alat analisis laporan keuangan, yang paling sering digunakan serta mudah dipahami adalah analisis rasio keuangan. Dengan melakukan analisis rasio keuangan, investor dapat mengetahui dan memprediksi harga saham suatu perusahaan berdasarkan kinerja keuangan dari perusahaan tersebut. Dalam hal ini, investor melakukan analisis fundamental dengan menggunakan beberapa data atau indikator seperti pendapatan, laba, pertumbuhan penjualan, imbal hasil atau pengembalian atas ekuitas (return on equity), margin laba (profit margin), dan data-data keuangan lainnya sebagai sarana untuk menilai kinerja dan potensi pertumbuhan perusahaan di masa mendatang. Dari berbagai rasio keuangan yang ada, peneliti menggunakan Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER), Total Assets Turn Over (TATO), Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE), dan Price Earnings Ratio (PER). Current Ratio merupakan ukuran fundamental likuiditas perusahaan dan dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin baik kemampuan perusahaan untuk memenuhi
Universitas Sumatera Utara
seluruh kewajiban lancarnya dengan segera ketika ditagih. Dengan demikian, semakin besar margin of safety yang dapat disediakan perusahaan kepada investor, maka semakin tinggi pula harga saham perusahaan tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Alam (2008) menunjukkan bahwa CR berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Debt to Equity Ratio merupakan rasio solvabilitas yang umumnya digunakan untuk mengukur leverage suatu perusahaan. Bagi investor, semakin besar rasio ini semakin baik karena semakin sedikit tingkat pendanaan yang harus disediakan dan semakin besar tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return). Namun, DER yang terlalu tinggi juga tidak baik karena tingkat utang yang semakin tinggi akan memperbesar kemungkinan risiko gagal bayar (risk of default)
bunga
pinjaman
maupun
pokok
utang
yang
akhirnya
dapat
mengakibatkan kebangkrutan perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Efendi (2009) menunjukkan bahwa DER berpengaruh positif terhadap harga saham. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Juventus (2008) dan Kielsan (2010) menunjukkan bahwa DER secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Long Term Debt to Equity Ratio merupakan rasio solvabilitas yang menunjukkan hubungan antara utang jangka panjang dengan ekuitas. Semakin besar rasio ini menunjukkan bahwa semakin besar pendanaan perusahaan dengan utang jangka panjang sehingga dikhawatirkan perusahaan akan mengalami risiko gagal bayar. Selain itu, besarnya beban bunga dan utang jangka panjang yang harus dibayar akan berdampak pada penurunan laba perusahaan. Penurunan laba
Universitas Sumatera Utara
akan diikuti dengan penurunan harga saham karena investor tidak akan berminat pada perusahaan yang mempunyai tingkat utang yang terlalu tinggi. Total Assets Turn Over merupakan rasio aktivitas yang mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan seluruh aktiva untuk menghasilkan penjualan selama satu periode tertentu. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan kemampuan manajemen yang semakin efisien dalam menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan. Penjualan yang meningkat karena penggunaan aktiva yang semakin efisien ini pada gilirannya akan meningkatkan laba, yang kemudian akan berdampak positif pada harga saham perusahaan. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Alam (2008) dan Yurico (2010) menunjukkan bahwa TATO secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Return On Investment merupakan rasio profitabilitas yang mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. Rasio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin tinggi ROI berarti kinerja keuangan suatu perusahaan semakin baik dan keuntungan yang dihasilkan juga semakin besar sehingga dapat menarik minat investor, yang pada gilirannya meningkatkan harga saham perusahaan tersebut. Return On Equity merupakan rasio profitabilitas yang mengukur tingkat imbal hasil (return) yang akan diperoleh ekuitas pemegang saham. Semakin tinggi ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba bagi pemegang saham. Dengan demikian, ROE dapat diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Penelitian yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan Alam (2008) dan Juventus (2008) menunjukkan bahwa ROE berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Efendi (2009), Yurico (2010), dan Kielsan (2010) menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara ROE dengan harga saham. Price Earnings Ratio menunjukkan penilaian pasar (market valuation) dari potensi pertumbuhan perusahaan dan prospek laba di masa yang akan datang. PER yang tinggi menunjukkan bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan dan laba yang tinggi di masa depan. Sebaliknya, PER yang rendah menunjukkan ekspektasi pasar yang rendah terhadap pertumbuhan dan laba di masa depan. Dengan demikian, semakin tinggi PER maka semakin tinggi pula ekspektasi pasar terhadap pertumbuhan dan laba sehingga akan meningkatkan harga saham. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Alam (2008) menunjukkan bahwa PER tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Perbedaan pada variabel penelitian yang digunakan dan ketidakkonsistenan antara teori dengan hasil penelitian maupun antar hasil penelitian sebelumnya mendorong peneliti untuk melakukan penelitian replikasi dari penelitian terdahulu dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yang diperkirakan memiliki pengaruh terhadap harga saham, yaitu current ratio, debt to equity ratio, long term debt to equity ratio, total assets turn over, return on investment, return on equity, dan price earnings ratio. Peneliti tertarik untuk menggunakan data perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI mulai dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 berdasarkan fenomena yang telah dikemukakan sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti menuangkan penelitiannya dalam bentuk skripsi dengan judul : “Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, Total Assets Turn Over, Return On Investment, Return On Equity, dan Price Earnings Ratio terhadap Harga Saham pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di BEI”
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : apakah current ratio, debt to equity ratio, long term debt to equity ratio, total assets turn over, return on investment, return on equity, dan price earnings ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham baik secara parsial maupun secara simultan ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh current ratio, debt to equity ratio, long term debt to equity ratio, total assets turn over, return on investment, return on equity, dan price earnings ratio terhadap harga saham baik secara parsial maupun secara simultan.
2. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Bagi Peneliti Penelitian
ini
diharapkan
dapat
menambah
wawasan
dan
pengetahuan peneliti mengenai pengaruh current ratio, debt to equity ratio, long term debt to equity ratio, total assets turn over, return on investment, return on equity, dan price earnings ratio terhadap harga saham. 2. Bagi Perusahaan Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberi
masukan
kepada
manajemen perusahaan untuk meningkatkan kinerja keuangan yang diperkirakan berpengaruh terhadap harga saham yaitu current ratio, debt to equity ratio, long term debt to equity ratio, total assets turn over, return on investment, return on equity, dan price earnings ratio. 3. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh rasio-rasio keuangan yang berkaitan dengan penilaian harga saham, seperti current ratio, debt to equity ratio, long term debt to equity ratio, total assets turn over, return on investment, return on equity, dan price earnings ratio.
Universitas Sumatera Utara