1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Habitat merupakan kawasan yang terdiri atas komponen biotik maupun
abiotik
yang
dipergunakan
sebagai
tempat
hidup
dan
berkembangbiak satwa liar. Setiap jenis satwa liar membutuhkan habitat tertentu yang dapat menunjang kehidupannya sehingga antara satu jenis satwa dengan jenis lainnya belum tentu sama kondisi habitatnya. Hutan Sokokembang bagian dari Hutan Lindung Petungkriyono yang relatif masih terjaga dan merupakan habitat beragam satwa liar. Tipe vegetasi hutan Sokokembang adalah hutan hujan tropis dataran rendah hingga pegunungan dan memiliki ketinggian tempat antara 500-1300 meter di atas permukaan laut. Menurut Setiawan et al (2011), hutan Sokokembang merupakan salah satu habitat bagi owa jawa yang merupakan satwa endemik Pulau Jawa dan memiliki kepadatan populasi terbesar dari 16 potongan hutan di Jawa Tengah. Tingginya tingkat deforestasi di pulau Jawa telah menyebabkan habitat utama owa jawa yaitu hutan hujan tropis terus menurun drastis sekitar 90 % (Ario et al, 2011). Masyarakat di sekitar kawasan hutan dan kurangnya kesadaran telah mengancam populasi dan habitat owa jawa yang masih tersisa. Owa jawa membutuhkan habitat berupa kawasan hutan
2
dengan kondisi kanopi yang rapat secara horizontal. Owa jawa merupakan satwa sebagian besar hidupnya dihabiskan di atas pohon (arboreal) sehingga dapat leluasa bergerak dengan bergelantungan (brankhiasi) dari cabang satu ke cabang yang lainnya. Makanan owa jawa terdiri atas buah dan daundaunan yang terpenuhi sepanjang tahun sehingga kondisi hutan yang dibutuhkan yaitu hutan yang selalu hijau sepanjang tahun dan memiliki keragaman jenis tumbuhan yang tinggi (Kappler, 1984). Kondisi habitat mampu memengaruhi
kepadatan satwa liar,
misalnya seperti kepadatan owa jawa pada tipe hutan pegunungan akan menurun karena keberadaan tumbuhan tingkat pohon dijumpai sangat sedikit dan berukuran kecil, suhu rendah dan tidak cocok untuk bergelantungan (Rowe, 1999). Kondisi tumbuhan tingkat pohon pada tiap tipe habitat dapat beragam, keberadaannya fungsi sebagai sumber pakan dan sarana bergerak namun juga berfungsi sebagai tempat berlindung, berkembang biak dan sebagai pohon tidur. Owa jawa memanfaatkan sumberdaya habitatnya dilakukan secara hirarkis. Kriteria seleksi oleh satwa dilakukan atas perbedaan dari kondisi geografisnya, daerah jelajah, penggunaan utama yang umum pada habitat yaitu daerah jelajah dan pemilihan komponen khusus seperti makanan atau lokasi makan (Chivers, 1980; Wiens 1981 dalam Alldredge dan Griswold, 2006). Kondisi kelimpahan jenis pakan dapat memengaruhi pola pergerakan dan perilaku menjelajah (ranging behaviour) bagi satwa (Ario et al, 2011). Struktur habitat dapat memengaruhi berbagai ukuran dan bentuk daerah
3
jelajah, tingkat kepadatan, kehadiran kelompok atau sampai persaingan dengan individu sejenis sehingga memengaruhi penempatan wilayah (Alldredge dan Griswold, 2006). Penelitian oleh Iskandar (2007), mengenai daerah jelajah owa jawa di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak pada hutan sekunder lebih luas (19,4 ha) dibandingkan di hutan primer (17,8 ha) yang disebabkan oleh perbedaan ketersediaan pohon pakan. Berdasarkan hal tersebut, luas daerah jelajah suatu kelompok owa jawa dapat dijadikan indikator ketersediaan sumber pakan dan tempat berlindung. Informasi mengenai luas daerah jelajah owa jawa di suatu lokasi penelitian telah banyak diketahui. Namun, penelitian yang sudah ada tersebut tidak mendalam meneliti daerah jelajah pada daerah yang sering dimanfaatkan atau dapat didefinisikan daerah dengan intensitas kehadiran oleh kelompok owa jawa lebih tinggi untuk melakukan aktivitas hariannya dalam waktu tertentu biasa disebut daerah inti (The National Research Council, 1981). Luasan daerah inti pada umumnya lebih kecil dan berada dalam daerah jelajah. Daerah jelajah dapat mengindikasikan suatu lokasi yang memiliki konsentrasi sumber penting yang cukup tinggi sehingga satwa lebih banyak menghabiskan waktu untuk aktivitas hariannya (Powell, 2000 dalam Susanto, 2012; Richter et al, 2013).
4
1.2.
Permasalahan Penelitian Hutan
Sokokembang
berada
dalam
kawasan
hutan
lindung
Petungkriyono yang masih berupa hutan primer yang relatif terjaga, kawasan yang berada pada ketinggian 500-1300 meter diatas permukaan lat (dpl) dan masuk dalam tipe vegetasi hutan hujan tropis dataran rendah hingga pegunungan. Hutan lindung Sokokembang masih terjaga kondisi biodiversitas sehingga mampu mendukung keberadaan beragam satwa di dalamnya. Oleh karena itu menjadi habitat beragam jenis primata antara lain owa jawa (Hylobates moloch), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), rekrekan atau surili (Presbytis fredericae) dan lutung (Trachypithecus auratus). Beberapa diantara jenis primata tersebut merupakan satwa yang hanya dapat ditemukan (endemik) di Pulau Jawa. Di Pulau Jawa kawasan hutan hujan tropis yang berada pada dataran rendah yang masih terjaga kondisinya sangat sulit ditemui. Sisa kawasan hutan hujan tropis yang masih bertahan akan sangat rentan terhadap kerusakan. Hutan Sokokembang dengan kondisi yang masih terjaga menjadi habitat bagi keberadaan khususnya jenis owa jawa yang merupakan salah satu satwa endemik Pulau Jawa. Habitat merupakan tempat bagi organisme untuk hidup dan berkembang, serta tempat untuk melakukan penjelajahan dalam menemukan makanan dan melakukan aktvitas secara alamiah (Odum, 1993). Owa jawa sangat selektif dalam memilih habitat yang sesuai dengan potensi sumberdaya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Owa jawa merupakan satwa arboreal sehingga menggunakan sebagian besar waktunya
5
di tajuk pohon bagian atas, serta kelangsungan hidupnya bergantung pada tumbuhan tingkat pohon yang merupakan tempat berlindung dan sumber pakan (Kuester, 2000). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nugroho (2010) dan Maya (2013) telah mencapai luasan daerah jelajah dan pemanfaatannya dalam aktivitas harian kelompok owa jawa di habitatnya hutan Sokokembang. Informasi tersebut belum mendetail mengenai perilaku owa jawa dalam memanfaatkan daerah jelajah berdasarkan daerah dengan tingkat intensitas kehadiran satwa yang berbeda. Keberadaan sumberdaya lingkungan baik biotik maupun abiotik yang beragam dalam habitat owa jawa di hutan Sokokembang membuat owa jawa akan menjadi selektif untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Keberadaan sumberdaya pakan yang tersebar dapat memengaruhi pola daerah jelajah satwa. Menurut Susanto (2012) kondisi ekologi seperti habitat yang heterogen dapat menyebabkan keanekaragaman pohon pakan yang tinggi. Kondisi tersebut menyebabkan daerah jelajah dapat terbentuk daerah dengan intensitas kehadiran lebih tinggi daripada daerah lain yaitu yang disebut dengan daerah inti. Tujuan dari penelitian ini nantinya akan mengetahui lebih mendalam mengenai penggunaan daerah jelajah oleh kelompok owa jawa. Mengenai perbedaan karakteristik lingkungan (biotik dan abiotik) dan
bentuk perilaku
penggunaan daerah jelajah dengan berbagai tingkat intensitas kehadiran kelompok owa jawa yang diteliti di hutan Sokokembang.
6
1.3.
Keaslian Penelitian Berikut penelitian mengenai penggunaan habitat oleh satwa liar untuk aktivitas hariannya yang pernah dilakukan sebelumnya pada spesies dan lokasi yang berbeda : Tabel 1.1. Penelitian yang Pernah Dilakukan Sebelumnya
No. 1.
Nama Entang Iskandar (2007)
Judul Tesis: Habitat dan populasi owa Jawa (Hylobates moloch AUDEBERT, (1797) di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak Jawa Barat.
2.
Agustinus Saptono Nugroho (2010)
Skripsi : Aktivitas Harian Owa Jawa (Hylobates moloch, Audebert 1798) di Hutan Sokokembang, Petungkriyono, Pekalongan, Jawa Tengah.
3.
Ranny Is Maya Skripsi : Penggunaan Habitat Owa Jawa (2013) (Hylobates moloch, Audebert 1798) di Bukit Sirondo, Hutan Sokokembang, Petungkriyono, Pekalongan, Jawa Tengah.
7
1.4.
Tujuan Penelitian Penelitian mengenai penggunaan habitat oleh owa jawa untuk aktivitas
hariaannya di hutan lindung Sokokembang bertujuan untuk : 1. Mengetahui luas daerah jelajah kelompok owa jawa di hutan Sokokembang. 2. Mengetahui perbedaan karakteristik daerah jelajah berdasarkan intensitas kehadiran kelompok owa jawa di hutan Sokokembang. 3. Mengetahui perbedaan perilaku penggunaan daerah jelajah berdasarkan intensitas kehadiran kelompok owa jawa di hutan Sokokembang.
1.5.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberi ketersediaan data dan
informasi lebih mendalam mengenai daerah jelajah kelompok owa jawa di habitatnya hutan Sokokembang, Kecamatan Petungkriyono, Pekalongan. Lokasi habitat owa jawa di hutan Sokokembang berada di luar kawasan konservasi dan termasuk dalam tipe vegetasi hutan hujan tropis dataran rendah hingga pegunugan yang cukup masih terjaga. Walaupun demikian, hutan Sokokembang sangat rentan terhadap kerusakan akibat ulah manusia sehingga dapat mengancam keberadaan owa jawa. Oleh karena itu hasil yang diperoleh berdasarkan penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menjadi dasar pengelolaan yang tepat bagi konservasi owa jawa sebagai satwa endemik Pulau Jawa khususnya di Jawa Tengah.