BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Siswa adalah suatu organisme yang hidup yang senantiasa mengalami perubahan. Perubahan merupakan pertumbuhan dan perkembangan, baik jasmani maupun rohani secara terus menerus dalam usaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan
demikian
akan
menimbulkan
perubahan
dalam
dirinya
yang
memungkinkan secara adekuat dalam kehidupan masyarakat.1 Dalam pendidikan dan pengajaran, tujuan dapat diartikan sebagai usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan dari siswa atau subyek belajar, setelah menyelesaikan atau memperoleh pengalaman belajar.2 Tujuan pendidikan ialah suatu yang hendak dicapai dengan kegiatan usaha pendidikan. Pendidikan berusaha mengubah keadaan seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat berbuat menjadi dapat berbuat, dari tidak bersikap seperti yang diharapkan menjadi bersikap yang diharapkan.3 Sedangkan tujuan pengajaran terarah pada peningkatan kemampuan, baik dalam bentuk kognitif, afektif maupun 1
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 79. Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), 57. 3 Zakiah Daradjat dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 72. 2
psikomotorik. Kegiatan belajar tidak lagi sekedar menyampaikan dan menerima informasi, tetapi mengolah informasi sebagai masukan pada usaha peningkatan kemampuan. Kalau diperhatikan arus perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin pesat pada waktu mendatang, maka rasanya tidak mungkin lagi semua informasi dimasukkan kedalam kurikulum sekolah untuk disampaikan kepada peserta didik. Yang dibutuhkan ialah peningkatan kemampuan peserta didik untuk memproses informasi yang ditemukannya.4 Realita membuktikan bahwa siswa kelas VIII MTs Negeri Ponorogo nilainya banyak yang kurang pada mata pelajaran Aqidah Akhlak.5 Diakui oleh Abu Ahmadi bahwa anak didik selain ada perbedaannya, juga ada persamaannya. Paling tidak ada beberapa persamaan dan perbedaan yang harus mendapat perhatian seperti pada aspek kecerdasan (intelegensi), kecakapan, prestasi, bakat, sikap, kebiasaan, ciri-ciri jasmani, minat, cita-cita, kebutuhan, kepribadian, pola dan tempo perkembangan serta latar belakang lingkungan. Kadar daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran bervariasi tingkat keberhasilan mulai dari kurang, optimal dan maksimal. Hal ini sebagai indikator bahwa penguasaan bahan pelajaran oleh anak didik bermacam-macam. Untuk meminimalkan tingkat perbedaan yang eksterm ini, maka berilah waktu yang bervariasi dalam belajar
4
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Grafindo, 2002), 71. Wawancara Siswa Kelas VIII MTs Negeri Ponorogo Pada Tanggal 21 Februari 2007 jam 20.00 di Jl. Pramuka dan Wawancara dengan Bapak Asmuri Guru Kelas VIII MTs Negeri Ponorogo Pada Tanggal 22 Februari jam 07.30 dirumah Bapak Asmuri. 5
anak didik. Dengan begitu, setiap anak didik menguasai bahan pelajaran seluruhnya. Dan kesan ada anak pandai dan anak bodoh dapat dinetralisir.6 Sebagai calon guru atau guru yang profesional seyogianya melihat hasil belajar siswa dari berbagai sudut kinerja psikologis yang utuh dan menyeluruh. Sehubungan dengan ini, seorang siswa yang menempuh proses belajar, idealnya ditandai oleh munculnya pengalaman-pengalaman yang bersifat kejiwaan tersebut diharapkan dapat mengembangkan aneka ragam sifat, sikap, dan kecakapan yang konstruktif, bukan kecakapan yang destruktif (merusak).7 Pendidikan Islam merupakan proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan potensinya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.8 Proses pendidikan Islam harus berlangsung secara kontekstual dengan nilai-nilai, karena Islam sebagai agama wahyu yang mengandung sistem nilai yang menjadi pedoman hidup umat manusia dalam segala bidang, termasuk bidang pendidikan.9 Inti pendidikan keagamaan ialah penyadaran diri tentang hidup dan kematian, bagi tumbuhnya kesadaran ketuhanan. Dari kesadaran seperti ini baru bisa dibangun
6
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jamarah: Rineka Cipta, 2002), 49. Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), 63. 8 Abdul Mujib & Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Predana Media, 2006), 27. 9 H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), 4. 7
komitmen ritualitas atau ibadah, hubungan sosial berdasar harmonis, dan akhlak sosial yang karimah.10 Didalam proses belajar mengajar disekolah, masukan mentah atau raw input memiliki karakteristik tentu, baik fisiologis maupun psikologis. Yang menyangkut psikologis adalah minatnya, tingkat kecerdasannya, bakatnya, motivasinya, kemampuan kognitifnya dan sebagainya. Semua ini dapat dipengaruhi bagaimana proses dan hasil belajarnya.11 Setiap apa yang dikerjakan atau diputuskan dan dilakukan oleh seseorang sadar atau tidak sadar, didasarkan kepada kepercayaan atau keyakinan, pandangan dan sikap hidup atau nilai yang selama ini dianutnya. Dalam konteks pendidikan Islam disekolah /madrasah masalah tersebut menjadi pokok bahasan mata pelajaran Aqidah Akhlak. Persoalan Aqidah Akhlak sebenarnya lebih didasarkan pada keyakinan hati yang selanjutnya dimanifestasikan dalam bentuk sikap hidup dan amal perbuatan yang baik dalam kehidupan sehari-hari.12 Seorang guru harus mengerti dengan baik materi yang akan diajarkan, baik pemahaman detailnya maupun aplikasinya. Hal ini sangat diperlukan dalam menguraikan ilmu pengetahuan, pemahaman, ketrampilan-ketrampilan dan apa saja yang harus disampaikan kepada anak didiknya dalam bentuk komponenkomponen atau informasi-informasi sesungguhnya dalam bidang ilmu yang 10
Abdul Munir Mulkhan, Nalar Spiritual Pendidikan: Solusi Problem Filosofis Pendidikan Islam (Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 2002), 72. 11 M. Ngalin Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remadja Karya, 1985), 107. 12 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 312.
bersangkutan.13 Dalam menganalisis kegiatan belajar itu diperlukan pendekatan analisis sistem. Dengan pendekatan sistem ini kita dapat melihat adanya berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.14 Kehadiran faktor-faktor psikologis dalam belajar akan memberikan andil yang cukup penting. Faktor-faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal. Sebaliknya, tanpa kehadiran faktor-faktor psikologis, bisa jadi memperlambat proses belajar, bahkan dapat pula menambah kesulitan dalam belajar. Faktorfaktor psikologis yang dikatakan memiliki peranan penting itu, dapat dipandang sebagai cara-cara berfungsinya pikiran siswa dalam hubungannya dengan pemahaman bahan pelajaran, sehingga penguasaan terhadap bahan yang disajikan lebih mudah dan efektif. Dengan demikian, proses belajar mengajar itu akan berhasil baik, kalau didukung oleh faktor-faktor psikologis dari sipelajar.15 Mengingat pentingnya aspek psikologis terhadap prestasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak, maka penulis ingin mengetahui apakah aspek psikologis siswa kelas VIII MTs Negeri Ponorogo tahun pelajaran 2007-2008 berpengaruh terhadap prestasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak atau sama sekali tidak berpengaruh. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis perlu mengadakan penelitian dengan judul “PENGARUH ASPEK PSIKOLOGIS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AQIDAH 13
Mustakim, Psikologi Pendidikan (Semarang: Pustaka Pelajar Offset, 2001), 96. Ngalim Purwanto Psikologi Pendidikan, 106. 15 Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, 39. 14
AKHLAK KELAS VIII MTS NEGERI PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2007-2008”. B. Penegasan Istilah Untuk mempermudah pemahaman dalam judul skripsi ini maka perlu adanya penegasan istilah, yaitu sebagai berikut: 1. Aspek Psikologis: pemunculan atau penginterpretasian gagasan, masalah, situasi, dan sebagainya sebagai pertimbangan yang berasal dari dalam diri individu yang dilihat dari sudut pandang psikologi yang berupa intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa. 2. Prestasi Belajar: hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang melibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. 3. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak: salah satu sub mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah (MTs) mengandung pengertian: pengetahuan, pemahaman, penghayatan tentang keyakinan atau kepercayaan (iman) dalam Islam yang menetap dan melekat dalam hati yang berfungsi sebagai pandangan hidup, untuk selanjutnya diwujudkan dan memancar dalam sikap hidup, perkataan dan amal perbuatan siswa dalam segala aspek kehidupan sehari-hari.
C. Rumusan Masalah Berawal dari latar belakang di atas, maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana aspek psikologis siswa kelas VIII MTs Negeri Ponorogo tahun pelajaran 2007-2008? 2. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran Aqidah Akhlak MTs Negeri Ponorogo tahun pelajaran 2007-2008? 3. Adakah pengaruh aspek psikologis siswa terhadap prestasi belajar kelas VIII pada mata pelajaran Aqidah Akhlak MTs Negeri Ponorogo tahun pelajaran 2007-2008? D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bagaimana aspek psikologis siswa kelas VIII MTs Negeri Ponorogo tahun pelajaran 2007-2008. 2. Untuk mengetahui bagaimana prestasi belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran Aqidah Akhlak MTs Negeri Ponorogo tahun pelajaran 2007-2008. 3. Untuk mengetahui adakah pengaruh aspek psikologis siswa terhadap prestasi belajar kelas VIII pada mata pelajaran Aqidah Akhlak MTs Negeri Ponorogo tahun pelajaran 2007-2008.
E. Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan baik secara teoritis maupun praktis. 1. Secara teoritis Sebagai tambahan khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan dengan penguasaan suatu bidang studi dalam hubungannya dengan prestasi belajar. 2. Secara Praktis a. Sebagai data atau tambahan informasi bagi lembaga pendidikan terutama di Madrasah Tsanawiyah Negeri Ponorogo dalam prestasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak. b. Bagi penulis, sebagai tambahan wawasan pengetahuan yang berkaitan dengan dunia pendidikan dan pengajaran ilmu agama sesuai dengan disiplin ilmu yang penulis pelajari. F. Sistematika Pembahasan Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini maka peneliti menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut: Bab I:
Sebagai bab pendahuluan, pembahasannya meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II:
Merupakan pengkajian teori yang di dalamnya membahas tentang aspek psikologis meliputi: pengertian aspek psikologis, macam-macam
aspek psikologis; prestasi belajar meliputi: pengertian belajar, pengertian prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar; mata pelajaran Aqidah Akhlak meliputi: pengertian mata pelajaran Aqidah Akhlak, karakteristik mata pelajaran Aqidah Akhlak; dan kerangka berfikir serta hipotesis penelitian. Bab III: Menguraikan tentang metode penelitian yang meliputi rancangan penelitian, populasi sampel dan responden, instrumen pengumpulan data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Bab IV:
Menguraikan tentang laporan hasil penelitian yang meliputi gambaran umum lokasi penelitian; deskripsi data; analisis data tentang aspek psikologis siswa kelas VIII MTs Negeri Ponorogo tahun pelajaran 2007-2008, analisis data tentang prestasi belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran Aqidah Akhlak MTs Negeri Ponorogo tahun pelajaran 2007-2008, analisis data tentang pengaruh aspek psikologis siswa terhadap prestasi belajar kelas VIII pada mata pelajaran AqidahAkhlak MTs Negeri Ponorogo tahun Pelajaran 2007-2008; pembahasan dan interpretasi.
Bab V:
Penutup, yang mencakup kesimpulan dan saran sebagai akhir dari rangkaian pembahasan isi skripsi.
BAB II ASPEK PSIKOLOGIS, PRESTASI BELAJAR, DAN MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK
A. Aspek Psikologis 1. Pengertian Aspek Psikologis Aspek adalah (1) tanda: linguis dapat mencatat dengan baik ucapanucapan yang mempunyai fonemis, (2) sudut pandang: mempertimbangkan sesuatu hendaknya dari berbagai, (3) pemunculan atau penginterpretasian gagasan, masalah, situasi, dan sebagainya sebagai pertimbangan yang dilihat dari sudut pandang tertentu.16 Sedangkan kata psikologis adalah (1) menyinggung psikologi, (2) mencirikan sebarang kejadian seperti yang ada dalam psikologi, (3) asal usulnya ialah mental.17 Jadi dapat dimengerti bahwa aspek psikologis adalah pemunculan atau penginterpretasian gagasan, masalah, situasi, dan sebagainya sebagai pertimbangan yang dilihat dari sudut pandang psikologi. 2. Macam-macam Aspek Psikologis Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni: 16
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahas Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 72. 17 J. P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), 397.
a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/ kondisi jasmani dan rohani siswa. b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Tetapi relevan dengan reinforcement, maka tinjauan mengenai faktor-faktor intern ini akan dikhususkan pada aspek psikologis. Banyak
faktor
yang termasuk aspek psikologis
yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipadang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:18 a. Intelegensi Siswa Dalam pengertian, intelegensi disebut sebagai kecerdasan. Namun sesungguhnya tak ada definisi tunggal perihal intelegensi. Jika merujuk pada Dictionary of Psikologi karya JP Chaplin, 1975, intelegensi adalah: 1) Kemampuan beradaptasi dan memenuhi tuntutan, situasi (lingkungan) yang dihadapi dengan cepat dan efektif. 18
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, 146.
2) Kemampuan menggunakan konsep-konsep abstrak secara efektif. 3) Kemampuan memahami hubungan dan mempelajari secara cepat.19 Beberapa pengertian lain menurut para ahli adalah sebagai berikut: 1) Menurut Encyclopedia Britannica: kualitas bawaan sejak lahir, sebagai hal yang berbeda dari kemampuan yang diperoleh melalui pengalaman individu. 2) Herbert Spencer: kualitas bawaan sejak lahir, sebagai hal yang berbeda dari kemampuan yang diperoleh melalui belajar. 3) Cyril Burt: kemampuan kognitif umum bawaan. 4) D. Wechsler: ….kecakapan untuk bertindak secara sengaja berfikir secara rasional, dan berhubungan secara efektif dengan lingkungan. 5) Stephen J. Gould: intelegensi adalah untuk menghadapi masalah dengan sikap yang tak diprogram (kreatif). 6) Lewis M. Terman: …kemampuan untuk melakukan pemikiran abstrak. 7) F. Scott Fitzgerald: ujian intelegensi tingkat pertama adalah kemampuan untuk mempertahankan dua gagasan yang bertentangan dalam pikiran pada saat bersamaan dan tetap menguasai kemampuan untuk berfungsi. 8) Robert Franklin: kemampuan untuk mengambil sikap yang tepat untuk menghadapi situasi dalam sebuah lingkungan. 19
Ratna Sulistami D. dan Erlinda Manaf Mahdi, Universal Intellegence Tonggak Kecerdasan Untuk Menciptakan Strategi dan Solusi Menghadapi Perbedaan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006), 37.
9) Donald Sterner: intelegensi adalah kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang sudah ada untuk memecahkan masalah-masalah baru, tingkat intelegensi diukur dengan kecepatan memecahkan masalah.20 Menurut Reber intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia.21 Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.22 Tingkat kecerdasan/ intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan 20
Harry Alder, Boost Your Intellegence Pacu EQ dan IQ Anda (Jakarta: Erlangga, 2001), 14. Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, 147 22 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta), 56. 21
intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.23 b. Sikap Siswa Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.24 Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu. Dalam hal ini, perwujudan perilaku belajar siswa akan ditandai dengan munculnys kecenderungan-kecenderungan baru yang telah berubah (lebih maju dan ligas) terhadap suatu objek atau tata nilai, dan sebagainya.25 Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama kepada guru atau mata pelajaran yang disajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap guru dan mata pelajaran, apalagi diiringi kebencian kepada guru dan mata pelajaran dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut. Selain itu, sikap terhadap ilmu pengetahuan yang bersifat conserving walaupun mungkin tidak menimbulkan kesulitan belajar, namun prestasi yang dicapai siswa akan kurang memuaskan. 23
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, 147. Ibid, 149. 25 Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), 216. 24
Untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya sikap negatif siswa, guru dituntut untuk terlebih dahulu menunjukkan sikap positif kepada dirinya sendiri dan mata pelajaran yang menjadi vaknya. Dalam bersikap positif terhadap mata pelajarannya, seorang guru sangat dianjurkan untuk senantiasa menghargai dan mencintai profesinya. Guru yang demikian tidak hanya menguasai bahan-bahan yang terdapat dalam bidang studinya, tetapi juga mampu meyakinkan kepada para siswa akan manfaat bidang studi tertentu, siswa akan merasa membutuhkannya, dan dari perasaaan butuh itulah diharapkan muncul sikap positif terhadap bidang studi tersebut sekaligus terhadap guru yang mengajarkannya.26 c. Bakat Siswa Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.27 Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat.
26 27
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, 149. Ibid, 150.
Dalam perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Seorang siswa yang berbakat pada bidang elektro, misalnya, akan jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan, dan ketrampilan yang berhubungan dengan siswa lainnya. Inilah yang kemudian disebut bakat khusus (specific aptitude) yang konon tak dapat dipelajari karena merupakan karunia inborn (pembawaan sejak lahir). Sehubungan dengan hal di atas, bakat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Oleh karenanya adalah hal yang tidak bijaksana apabila orang tua memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada jurusan keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat yang dimiliki anaknya itu. Pemaksaan kehendak terhadap siswa, dan juga ketidaksadaran siswa terhadap bakatnya sendiri sehingga ia memilih jurusan keahlian tertentu yang sebenarnya bukan bakatnya, akan berpengaruh buruk terhadap kinerja akademik (academic performance) atau prestasi belajarnya.28 Sesungguhnya seiring dengan pluralitas penciptaan manusia yang mendiami hampir seluruh belahan bumi dan dengan segala faktor-faktor yang mempengaruhinya, maka setiap orang mempunyai bakat dan 28
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, 150.
kemampuan yang berbeda-beda, oleh karena itu membutuhkan pendidikan berbeda-beda pula. Pendidikan bertanggung jawab untuk memandu, yaitu mengidentifikasi dan membina serta memupuk, yaitu mengembangkan dan meningkatkan bakat tersebut, termasuk bakat yang ada pada mereka yang berbakat istimewa atau memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa (gifted and talented).29 d. Minat Siswa Secara sederhana, minat (interst) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber, minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan. Namun terlepas dari masalah popular atau tidak, minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensife terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan
29
S.C. Utami Munandar, Kreatifitas & Keberbakatan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), 4.
akhirnya mencapai prestasi yang di inginkan. Guru dalam kaitan ini seyogianya berusaha membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara yang kurang lebih sama dengan kiat membangun sikap positif.30 e. Motivasi Siswa Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya untuk mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subyek untuk melakukan aktivitasaktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiap siagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motif dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak. 31 Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan anggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting.
30 31
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, 151. Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, 73.
1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. 2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/"felling", afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. 3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya bukan respons dari suatu aksi, yakni tujuan.32 Motivasi akan mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Untuk itu fungsi motivasi adalah sebagai berikut: 1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
32
Ibid,74.
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.33 Berbicara mengenai macam atau jenis motivasi, dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi. 1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya a. Motif-motif bawaan Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. b. Motif-motif yang dipelajari Yang dimaksud dengan motif yang dipelajari adalah motif yang timbul karena dipelajari. 2. Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis a. Motif atau kebutuhan organis, misalnya: kebutuhan untuk minum, makan, bernapas, seksual, dan kebutuhan untuk beristirahat. b. Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam jenis ii antara lain: dorongan untuk menyelamatkan diri, untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu.
33
175.
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002),
c. Motif-motif obyektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. 3. Motivasi jasmaniah dan rohaniah Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua jenis yakni motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Yang termasuk motivasi jasmani misalnya refleks, insting otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan. Soal kemauan itu pada setiap dari manusia terbentuk melalui empat momen. a. Momen timbulnya alasan b. Momen pilih c. Momen putusan d. Momen terbentuknya kemauan 4. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik a. Motivasi intrinsik Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motifmotif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
b. Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.34 Jadi
dapat
disimpulkan
bahwa
aspek
psikologis
adalah
pemunculan atau penginterpretasian gagasan, masalah, situasi, dan sebagainya yang berasal dari dalam diri individu sebagai pertimbangan yang dilihat dari sudut pandang psikologis. B. Prestasi Belajar 1. Pengertian Belajar Istilah belajar sangat erat kaitannya dengan pendidikan. Pada dasarnya belajar merupakan suatu unsur yang sangat fundamental dalam pendidikan. Belajar merupakan proses yang paling vital dalam pendidikan. Tingkat keberhasilan pendidikan sangat dipengaruhi oleh proses belajar yang dilakukan oleh pelaku pendidikan khususnya siswa yang merupakan subyek pendidikan. Dalam masalah pengertian belajar para ahli mengemukakan pendapat yang berbeda-beda. Ada beberapa pendapat tentang pengertian belajar adalah sebagai berikut: a. Hintzman dalam bukunya The psychology of Learning and Memory “Learning is a change in organism due to experience which can affect the organism’s behavior” yang artinya belajar adalah suatu perubahan yang 34
Sardiman, Motivasi & InteraksiBelajar Mengajar, 86.
terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.35 b. Whiterington dalam bukunya “Educational Psycology” belajar adalah “suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.36 c. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.37 d. Menurut Mustaqim “Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang terjadi karena latihan dan pengalaman”.38 Dengan kata lain belajar adalah aktifitas atau usaha yang disengaja, dimana aktifitas tersebut menghasilkan sesuatu yang pernah dipelajari. Perubahan tersebut meliputi perubahan ketrampilan jasmani, kecepatan perceptual, isi ingatan, abilitas berfikir, sikap terhadap nilai-nilai dan perubahan fungsi jiwa, dimana perubahan tersebut bersifat relatif konstan. e. Ws. Winkel mengemukakan belajar adalah “suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang 35
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), 90. 36 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, 84. 37 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, 13. 38 Mustaqim, Psikologi Pendidikan , 34.
menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan nilai sikap, perubahan ini bersifat relatif konstan dan berbekas”.39 Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa:40 a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan dan kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi. c. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Beberapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun. Ini berarti harus mengenyampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan
39 40
Ws. Winkel, Psikologi Pengajaran (Yogyakarta: Media Abadi, 2005), 59. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, 85.
oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang, yang biasanya hanya berlangsung sementara. d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berfikir, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap. Jadi yang dimaksud dengan belajar adalah adanya perubahan. Dalam hal ini yang dimaksud dalam belajar berarti usaha merubah tingkah laku yang akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi seseorang. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa belajar itu serangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. 2. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yeng terdiri dari dua kata, yakni “prestasi” dan “belajar”. Antara kata “prestasi” dan “belajar” mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum pengertian “prestasi belajar” dibicarakan ada baiknya pembahasan ini diarahkan pada masalah pertama
untuk mendapatkan pemahaman lebih jauh mengenai makna kata “prestasi” dan “belajar”. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual ataupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan. Dalam kenyataan, untuk mendapatkan prestasi tidak semudah yang dibayangkan, tetapi penuh dengan perjuangan dengan berbagai tantangan yang yang harus dihadapi untuk mencapainya. Hanya dengan keuletan dan optimisme dirilah yang dapat membantu untuk mencapainya. Oleh karena itu wajarlah pencapaian prestasi itu harus dengan jalan keuletan kerja. WJS. Poerwadarminta berpendapat, bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Sedangkan menurut Mas’ud Khasan Abdul Qohar, prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.41 Sementara Nasrun Harahap dan kawan-kawan memberi batasan, bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.42
41 42
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi guru, 20. Ibid, 21.
Dari beberapa pengertian prestasi yang dikemukakan para ahli di atas, jelas terlihat perbedaaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama, yakni hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu dapat dipahami, bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.43 Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami mengenai makna kata “prestasi” dan “belajar”. Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Sedangkan belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu, yakni perubahan tingkah laku. Dengan demikian, dapat diambil pengertian yang cukup sederhana mengenai hal ini. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.44 3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan atau kecakapan. Sampai dimana perubahan itu dapat tercapai atau denagn kata lain,
43
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), 19. 44 Ibid, 23.
berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-macam faktor. Adapun faktor-faktor itu antara lain: a. Faktor intern Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedaang belajar.45 Faktor ini dibedakan menjadi 3 faktor yaitu: 1) Faktor jasmani a) Kesehatan Kesehatan jasmani dan rohani sangat berpengaruh dalam kemampuan belajar. Bila seorang tidak sehat, dapat menyebabkan tidak bergairah untuk belajar. Demikian pula halnya dengan kesehatan rohani (jiwa) yang kurang baik, misalnya mengalami ganguan pikiran, perasaan kecewa karena konflik dengan pacar, orang tua atau karena sebab lainnya, ini dapar mengganggu atau menguangi semangat dalam belajar.46 Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, tidur, dan makan.
45 46
Slameto, Belajar dan Faktor-fakto yang Mempengaruhinya, 54. M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, 55.
b) Cacat tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai ttubuh atau badan. Cacat itu berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah tangan dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat tubuhnya belajarnya juga terganggu.47 Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus seperti SLB atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu. 2) Faktor psikologis Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa. Namun diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial adalah seperti yang telah diuraikan didepan pada pembahasan macam-macam aspek psikologis. 3) Faktor kelelahan Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.48
47 48
Ibid. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, 151.
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan substansi sisi pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak atau kurang lancar pada bagian-bagian tertentu. Kelelahan rohani dapat dilihat dari adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga b. Faktor ekstern Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar siswa yakni kondisi lingkungan sekitar siswa. Faktor ini dibedakan menjadi 4 faktor di antaranya: 1) Keluarga Keluarga adalah ayah, ibu dan anak-anak serta famili yang menjadi penghuni rumah, faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurangnya perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya kedua orang tua dengan anaknya, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semuanya itu turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak.49 Oleh karena itu, agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram. Di dalam suasana 49
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, 59.
rumah yang tenang dan tentram anak akan betah tinggal di rumah, anak juga dapat belajar dengan baik. 2) Sekolah Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru metode pengajaran, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaaan fasilitas atau perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah dan sebagainya, semuanya itu mempengaruhi keberhasilan anak.50 3) Masyarakat Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya, apabila tinggal di lingkungan banyak anak-anak yang nakal, tidak bersekolah dan pengangguran, hal ini akan mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan tidak menunjang sehingga motivasi belajar berkurang.51 Oleh karena itu, masyarakat harus menciptakan lingkungan yang positif.
50 51
Ibid. Ibid,, 60.
4) Lingkungan sekitar Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat penting dalam mempengaruhi prestasi belajar. Misalnya, bila bangunan rumah penduduk sangat rapat, akan mengganggu belajar. Keadaan lalu lintas yang membisingkan, suara hiruk pikuk orang di sekitar, suara pabrik, polusi udara, serta iklim yang terlalu panas.52 Keadaan lingkungan di atas akan mempengaruhi kegairahan belajar. Sebaliknya, tempat yang sepi dengan iklim yang sejuk, ini akan menunjang proses belajar. c. Faktor pendekatan belajar Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi mempelajari materi tertentu.53 Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yanh direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan belajar tertentu. C. Mata pelajaran Aqidah Akhlak 1. Pengertian Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kata “aqidah” berasal dari Bahasa Arab, yang berarti: “ma ‘uqida ‘alaihi al-qalb wa al-dhamir”, yakni sesuatu yang ditetapkan atau diyakini oleh hati dan perasaan (hati nurani); dan berarti “ma tadayyana bihi al-insan
52 53
Ibid. Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, 155.
wa I’taqadahu”, yakni sesuatu yang dipegangi dan diyakini (kebenarannya) oleh manusia. Dengan demikian secara etimilogis, aqidah berarti kepercayaan atau keyakinan yang benar-benar menetap dan melekat di hati manusia.54 Secara terminologis, Ibn Taimiyah menjelaskan makna “aqidah” sebagai suatu perkara yang harus dibenarkan dalam hati, dengannya jiwa menjadi tenang, sehingga jiwa itu menjadi yakin serta mantap tanpa ada keraguan dan syakwasangka. Sedangkan kata “akhlak” (Bahas Arab) jamak dari kata “khuluq”, yang berarti tabiat, budi pekerti, kebiasaan. Kata “khuluq” mengandung segi-segi kesesuaian dengan kata “khalqun” yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dari “khalik” (pencipta), dan “makhluq” (yang diciptakan). Hal ini mengandung makna bahwa rumusan pengertian “akhlak” timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khalik dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk. Disamping itu, sumber akhlaq adalah dari khaliq (Allah SWT) dan juga dari makhluq-Nya (Nabi atau Rasulullah saw dan atau manusia).55 Persoalan akhlak tersebut dikaji sedemikain rupa oleh ulama, sehingga timbul ilmu akhlak, yaitu ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan tercela, tentang perkara atau perbuatan manusia lahir dan batin. Antara aqidah dan akhlak mempunyai hubungan yang sangat erat.
54 55
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, 305. Ibid.
Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah (ibadah dalam arti khas) dan hubungan manusia dengan manusia dan lainnya (muamalah) itu manjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam
menjalankan
sistem
kehidupannya
(politik,
ekonomi,
sosial,
pendidikan, kekeluargaan, kebudayaan atau seni, iptek, olahraga atau kesehatan, dll).56 Di dalam al-Qur’an kata Aqidah Akhlak sering disebutkan di dalam surat A ِ lِ Maidah ayat 1 yang berbunyi:
ÏŠθà)ãèø9$$Î (#θèù÷ρr& (#þθãΨtΒ#u šÏ%©!$# $y㕃r'‾≈tƒ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu”57 Yang dimaksud aqad atau perjanjian adalah janji hamba kepada Allah dan perjanjian yang dibuat oleh manusia dalam pergaulan sesamanya. Pada dasarnya tujuan akhir pendidikan Aqidah Akhlak identik dengan tujuan hidup setiap muslim. Hal ini sesuai dengan tujuan yang diciptakannya manusia, yaitu untuk mengabdi kepada Allah, sesuai dengan firman Allah dalam surat Adz-Zariyat ayat 56 sebagai berikut:
56 57
Ibid.. Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Surabaya: CV Aisyah, 1998), 156.
∩∉∪ Èβρ߉ç7÷èu‹Ï9 āωÎ) }§ΡM}$#uρ £Ågø:$# àMø)n=yz $tΒuρ Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”58 Berdasarkan pengertian di atas maka yang dimaksud dengan Aqidah adalah dasar keyakinan atau pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini kebenarannya oleh setiap muslim berdasarkan dalil naqli atau aqli. Sedangkan pengertian Akhlak adalah suatu sifat yang berupa adab atau budi pekerti yang dimiliki oleh manusia sejak dilahirkan, sifat-sifat tersebut terbagi menjadi dua yaitu sifat-sifat yang terpuji dan sifat-sifat yang tercela. Dengan demikian, Aqidah Akhlak yang merupakan salah satu sub mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah (MTs) mengandung pengertian: pengetahuan, pemahaman, penghayatan tentang keyakinan atau kepercayaan (iman) dalam islam yang menetap dan melekat dalam hati yang berfungsi sebagai pandangan hidup, untuk selanjutnya diwujudkan dan memancar dalam sikap hidup, perkataan dan amal perbuatan siswa dalam segala aspek kehidupan sehari-hari. 2. Karakteristik Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Karakteristik mata pelajaran Aqidah Akhlak dimaksudkan adalah ciriciri khas dari mata pelajaran tersebut jika dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya dalam lingkup Pendidikan Agama 58
Ibid, 862.
Islam. Untuk menggali
karakteristik mata pelajaran bisa bertolak dari pengertian dan ruang lingkup mata pelajaran tersebut, serta tujuan dan orientasinya. Secara umum karakteristik mata pelajaran Aqidah Akhlak lebih menekankan pada pengetahuan, pemahaman dan penghayatan siswa terhadap keyakinan atau kepercayaan (iman); serta perwujudan keyakinan (iman) dalam bentuk sikap hidup siswa, baik perkataan maupun amal perbuatan, dalam berbagai aspek kehidupannya sehari-hari.59 Dalam GBPP mata pelajaran Aqidah Akhlak kurikulum Madrasah Tsanawiyah, telah dijelaskan mengenai fungsi, tujuan dan ruang lingkupnya sebagai berikut:60 a. Mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrash Tsanawiyah berfungsi: (1) pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga; (2) perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari; (3) pencegahan, yaitu menjaga hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang membahayakan dan menghambat perkembangannya demi menuju manusia Indonesia seutuhnya; (4) pengajaran, yaitu menyampaikan informasi dan pengetahuan keimanan dan akhlak.
59 60
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, 309. Ibid.
b. Mata pelajaran Aqidah Akhlak bertujuan agar: (1) siswa memiliki pengetahuan, penghayatan dan keyakinan akan hal-hal yang harus diimani, sehingga tercermin dalam sikap dalam tingkah lakunya seharihari; (2) siswa memiliki pengetahuan, penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk, baik dalam hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, maupun dengan alam lingkungannya; dan (3) siswa memperoleh bekal tentang aqidah dan akhlak untuk melanjutkan pelajaran ke jenjang pendidikan menengah. c. Ruang lingkup mata pelajaran Aqidah Akhlak secara garis besar berisi materi pokok sebagai berikut: (1) hubungan vertikal antara manusia dengan kkaliknya (Allah SWT) mencakup segi aqidah, yang meliputi iman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, Hari Akhirat, dan Qadla dan Qadar; (2) hubungan horizontal antara manusia dengan manusia yang meliputi: akhlak dalam pergaulan hidup sesama manusia, kewajiban membiasakan akhlak yang baik terhadap diri sendiri dan orang lain, serta menjauhi akhlak yang buruk; (3) hubungan manusia dengan lingkungannya, yang meliputi: akhlak manusia terhadap alam lingkungannya, baik lingkungan dalam arti luas maupun makhluk hidup selain manusia, yaitu binatang dan tumbuh-tumbuhan.
Bertolak dari pengertian, fungsi, tujuan, dan ruang lingkup tersebut di atas dapat dipahami bahwa ciri-ciri khas (karakteristik) pembelajaran mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah menekankan pada aspekaspek berikut: a. Pembentukan keimanan atau keyakinan yang benar dan kokoh pada diri siswa terhadap Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasulrasul-Nya, Hari Kiamat, dan Qadla dan Qadar, yang kemudian diwujudkan dalam bentuk sikap dan perbuatan dalam kehidupan nyata sehari-hari. b. Proses pembentukannya tersebut dilakukan melalui tiga tahapan sekaligus, yaitu: 1. Pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap aqidah yang benar (rukun iman), serta akhlak yang baik dan yang buruk terhadap diri sendiri, dan alam lingkungan yang bersifat pelestarian alam, hewan, dan tumbuh-tumbuhan sebagai kebutuhan hidup manusia. 2. Penghayatan siswa terhadap aqidah yang benar (rukun iman), serta kemauan yang kuat dari siswa untuk mewujudkannya dalam sikap dan tingkah lakunya sehari-hari. 3. Pembentukan aqidah akhlak pada siswa tersebut berfungsi sebagai upaya peningkatan pengetahuan siswa tentang aqidah akhlak, pengembangan atau peningkatan keimanan dan ketaqwaan siswa,
perbaikan terhadap kesalahan keyakinan dan perilaku, dan pencegahan dari akhlak tercela.61 D. Kerangka Berfikir Berangkat dari landasan teori di atas, dapat diajukan kerangka berfikir penelitian adalah: Jika aspek psikologis siswa baik maka prestasi belajar mata pelajaran Aqidah akhlak juga baik. E. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah kemampuan untuk menebak secara ilmiah dan logis tentang pemecahan problem yang dimiliki peneliti.62 Ha = Ada pengaruh positif yang signifikan antara aspek psikologis siswa terhadap prestasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VIII MTs Negeri Ponorogo tahun pelajaran 2007-2008. Ho = Tidak ada pengaruh positif yang signifikan antara aspek psikologis siswa terhadap prestasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VIII MTs Negeri Ponorogo tahun pelajaran 2007-2008.
61 62
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, 309. Suharsimi Arikunto, Managemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 36.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah proses pemikiran dan penentuan matang tentang hal-hal yang akan dilakukan. Selain itu rancangan penelitian juga diartikan sebagai pengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid yang sesuai dengan karakteristik variabel dengan tujuan penelitian. Pemilihan rancangan penelitian mengacu pada hipotesis yang akan diuji. Rancangan penelitian dalam penelitian ini mencakup pengaruh terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII MTs Negeri Ponorogo tahun pelajaran 2007-2008. B. Populasi Sampel dan Responden Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulan.63 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas VIII MTs Negeri Ponorogo tahun pelajaran 2007-2008, yang berjumlah seluruhnya 161 siswa. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik random sampling karena pengambilan anggota sampel dilakukan secara acak tanpa
63
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R &D (Bandung: Alfabeta, 2006), 117.
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.64 Dalam pengambilan sampel peneliti berpedoman pada tabel krecjie yaitu sebanyak 113 siswa.65 Sumber data adalah subyek dari mana data itu diperoleh. Untuk memperoleh data ini maka penulis memanfaatkan dua variabel data yaitu: 1. Responden meliputi siswa kelas VIII MTs Negeri Ponorogo. 2. Non responden meliputi dokumentasi yang ada kaitannya dengan penelitian dan buku yang ada kaitannya dengan penelitian. C. Instrumen Pengumpulan Data Tabel 3.1 Instrumen Pengumpulan data Judul
Variabel
Penelitian
Penelitian
Pengaruh aspek psikologis siswa
X = Aspek Psikologis
Sub Variabel
Indikator
Instrumen Intelegensi Siswa
• Menjelaskan
diperoleh • Memecahkan masalah-
prestasi
masalah yang
64 65
1,2,3
informasi yang
terhadap
belajar mata
No Item
praktis
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D, 117. Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian (Bandung: CV Alfabeta, 2002), 63.
• Menalar sesuatu
pelajaran Aqidah
dengan baik dan
Akhlak kelas
logis
VIII MTs Negeri Ponorogo tahun pelajaran 2007-2008 Sikap Siswa
• Menunjukkan sikap
4,5,6
yang
positif • Merespon dengan baik Bakat Siswa
• Melaksanakan tugas
dengan
baik • Menyerap materi pelajaran dengan baik • Melaksanakan
7,8,9
tugas
tanpa
bergantung pada orang lain Minat Siswa
• Menunjukkan minat
10,11
terhadap
mata pelajaran Motivasi Siswa
• Memberi dorongan mencapai prestasi • Memberi dorongsn memiliki pengetahuan
Y = Prestasi Belajar
Prestasi
Memiliki nilai
Belajar Mata
raport yang baik
Pelajaran Aqidah Akhlak
12,13,14,15
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Angket (questionare) Angket (questionare) merupakan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan tentang topik tertentu yang diberikan kepada subyek, baik secara individu atau kelompok, untuk mendapatkan informasi tertentu. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk tertutup atau terstruktur, respon yang diberikan sudah tersedia sehingga subyek tinggal memilih (seperti pilihan ganda).66 Dengan metode ini penulis membagikan beberapa daftar pertanyaan terhadap siswa untuk mendapatkan data-data yang diperlukan yaitu data tentang aspek psikologis siswa. Dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai negatif, yaitu: a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
66
Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), 181.
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, sebagai berikut: a. Selalu = 4 b. Sering = 3 c. Kadang-kadang = 2 d. Tidak pernah = 1 2. Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barangbarang tertulis.67 Melalui metode ini penulis berusaha untuk mendapatkan dokumen dari sekolah yang bersangkutan tentang masalah yang berkaitan dengan rumusan masalah yaitu data tentang prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak. E. Teknik Analisis Data Untuk menganalisis data yang telah terkumpul dalam penelitian ini akan digunakan teknik analisis data yang sesuai dengan sifat atau jenis data serta tujuan penelitian. Data ini diperoleh melalui teknik pengumpulan data angket (questioner) agar bisa digunakan untuk menjawab hipotesis penelitian yang ada, maka harus dirumuskan dalam rumusan yang sesuai dengan desain dalam penelitian. Adapun untuk menganalisis data yang terkumpul, peneliti menggunakan rumus Product Moment. Dengan rumus sebagai berikut: 67
117.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
∑x y '
rxy =
'
− Cx ' Cy '
N SDx ' SDy '
Keterangan:
∑x y '
'
= Jumlah hasil perkalian silang (product moment) antara frekuensi sel (f) dengan x ' dan y ' . '
∑ fx =
Cx'
= Nilai koreksi pada variabel X, Cx
Cy'
= Nilai koreksi pada variable Y, Cy ' =
SDx'
'
N
∑ fy
'
N
= Deviasi Standar nilai X, dalam arti tiap nilai sebagai 1 unit (dimana i = 1).
SDy'
= Deviasi Standar nilai Y, dalam arti tiap nilai sebagai 1 unit (dimana i = 1).68
68
Retno Widyaningrum, Statistik Pendidikan Variabel Bivariat (Ponorogo: STAIN Ponorogo Perss, 2007), 104.
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Ponorogo merupakan pendidikan formal yang setingkat dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), yang biasa disebut dengan SLTP berciri khas Agama Islam yang didirikan atau diselenggarakan oleh DEPAG. Faktor-faktor berdirinya MTs Negeri Ponorogo diantaranya adalah karena pada saat itu di Kabupaten Ponorogo hanya terdapat MTs Negeri yang terletak di desa Karang Gebang Jetis. Terletak di sebelah selatan kota Ponorogo ± 10 km dari arah kota Ponorogo. Selain itu ada faktor yang lain yaitu banyaknya MTs Swasta pada saat itu. Dengan adanya dua faktor tersebut, maka tahun 1979 Kepala Kantor DEPAG atau Menteri Agama menerbitkan Surat Keputusan Kenegerian dari beberapa MTs Swasta di Ponorogo pada tahun 1980 turunlah SK tersebut. Tetapi bukan penegerian dari MTs Swasta, melainkan mendapat relokasi (perpindahan MTs) dari MTs Benteng Ngawi. Pada saat itu MTs Negeri Ponorogo ditempatkan di kelurahan Setono Kecamatan Jenangan Ponorogo dan menempati gedung Ma’arif Setono yang menempati dua lokasi dengan jumlah 80 siswa.
Kemudian pada tahun 1981/1982 lokasi MTs Negeri Ponorogo dipindah ke jl. Ki Ageng Mirah No. 79 Japan Babadan Ponorogo sampai sekarang. Pada saat itu (1981/1982) jumlah siswa secara keseluruhan sebanyak 276 siswa.69 2. Letak Geografis Secara umum keadaan lingkungan MTs Negeri Ponorogo yang menjadi obyek penalitian adalah sebagai berikut: a. Nama Madrasah : MTs Negeri Ponorogo b. Alamat
: Jl. Ki Ageng Mirah No. 79 Telp. (0352) 461277 Japan Babadan Ponorogo
c. Kabupaten/Kota
: Ponorogo
d. Propinsi
: Jawa Timur
Letak Madrasah Tsanawiyah Negeri Ponorogo (MTsN) Ponorogo cukup strategis, berada tidak jauh dari jalan raya Ngebel tepatnya di jl. Ki Ageng Mirah No. 79 Babadan Ponorogo di depan SMK Negeri Ponorogo yang sangat mudah dijangkau oleh kendaraan umum.70 3. Visi, Misi, dan Tujuan a. Visi MTs Negeri Ponorogo ”UNGGUL DALAM MUTU, BERPIJAK PADA IMAN DAN TAQWA” Madrasah memiliki visi tersebut untuk tujuan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Visi tersebut menjiwai warga 69 70
Lihat transkip dokumentasi koding 1/D/18-III/2008 dalam lampiran hasil penelitian ini. Lihat transkip dokumentasi koding 2/D/18-III/2008 dalam lampiran hasil penelitian ini.
madrasah kami untuk selalu mewujudkan setiap saat dan berkelanjutan dalam mencapai tujuan madrasah. Visi tersebut mencerminkan profil dan cita-cita madrasah yang: 1) Berorientasi ke depan dengan memperhatikan potensi kekinian. 2) Sesuai dengan norma dan harapan masyarakat. 3) Ingin mencapai keunggulan. 4) Mendorong semangat dan komitmen seluruh warga madrasah. 5) Mengarahkan langkah-langkah strategis (misi) madrasah. Untuk mencapai visi tersebut, perlu dilakukan suatu misi berupa kegiatan jangka panjang dengan arah yang jelas. b. Misi MTs Negeri Ponorogo “DISIPLIN DALAM KERJA, MEWUJUDKAN MANAGEMENT KEKELUARGAAN,
KERJASAMA,
PELAYANAN
PRIMA
DENGAN MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN” Di
setiap
kerja
komunitas
pendidikan,
kami
selalu
menumbuhkan disiplin sesuai dengan aturan bidang kerja masingmasing, saling menghormati dan saling percaya dan tetap menjaga hubungan kerja yang harmonis dengan berdasarkan pelayanan prima, kerjasama, dan silaturahmi. Penjabaran misi di atas meliputi: 1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara kolektif sehingga setiap siswa berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki.
2) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga madrasah. 3) Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya, sehingga dapat berkembang secara optimal. 4) Menumbuhkan dan mendorong keunggulan dalam penerapan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. 5) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran Islam dan budaya bangsa sehingga terbangun siswa yang kompeten dan berakhlak mulia. 6) Mendorong lulusan berkualitas, berprestasi, berakhlak tinggi dan bertaqwa kepad Allah SWT. Misi merupakan kegiatan jangka panjang yang masih perlu diuraikan menjadi beberapa kegiatan yang memiliki tujuan lebih detail dan lebih jelas. Berikut ini jabaran tujuan yang diuraikan dari visi dan misi yang tercantum di atas. c. Tujuan MTs Negeri Ponorogo Berdasarkan visi dan misi di atas, tujuan MTs Negeri Ponorogo adalah sebagai berikut: 1) Membentuk siswa yang berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki. 2) Mewujudkan terbentuknya madrasah yang mandiri. 3) Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. 4) Terciptanya program-program madrasah.
5) Terlaksananya kehidupan madrasah yang Islami. 6) Menghasilkan lulusan yang berkualitas, berprestasi, berakhlakul karimah, dan bertaqwa pada Allah SWT.71 4. Struktur Organisasi dan Personalia Madrasah Tanggung jawab pendidikan dan penghargaan adalah berada ditangan kepala sekolah dan guru-guru yang membidangi bidang studi masing-masing serta semua pihak-pihak yang medukung, yang mana semuanya mempunyai pekerjaan dan tanggung jawab sendiri-sendiri. Kesemuanya bekerjasama untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran yang telah ditentukan di MTs Negeri Ponorogo. Adapun struktur organisasi MTs Negeri Ponorogo dapat dilihat pada transkip.72 5. Keadaan Guru dan Siswa di MTs Negeri Ponorogo Guru adalah pendidik yang secara administratif bertanggung jawab atas terselenggaranya proses belajar mengajar serta berkewajiban membimbing dan mengarahkan anak didik untuk mencapai tujuan. Lembaga pendidikan MTs Negeri Ponorogo, mempunyai guru yang mayoritas kompeten pada bidangnya masing-masing. Jumlah guru di MTs Negeri Ponorogo kurang lebih 47, dapat dilihat pada transkip.73 Siswa merupakan faktor pendidikan yang penting karena siswa merupakan input yang akan dididik. Bagaimana keadaaan siswa tertib atau tidaknya, berkualitas atau tidak juga akan mempengaruhi proses belajar mengajar. Jumlah siswa adalah sebagai berikut: 71
Lihat transkip dokumentasi koding 3/D/18-III/2008 dalam lampiran hasil penelitian ini. Lihat transkip dokumentasi koding 4/D/18-III/2008 dalam lampiran hasil penelitian ini. 73 Lihat transkip dokumentasi koding 5/D/18-III/2008 dalam lampiran hasil penelitian ini. 72
Tabel 4.1 Keadaan siswa MTs negeri Ponorogo tahun pelajaran 2007-2008 No Kelas Kelas VII
Kelas VIII
Kelas IX
L
P
JML
L
P
JML
L
P
JML
1
A
13
17
30
7
23
30
8
27
35
2
B
22
18
40
21
13
34
24
13
37
3
C
24
16
40
20
15
35
24
13
37
4
D
19
20
39
19
13
32
18
17
35
5
E
19
20
39
21
13
34
-
-
-
6
F
24
13
37
-
-
-
-
-
-
6. Sarana dan Prasarana di MTs Negeri Ponorogo Sarana dan prasarana merupakan penunjang dalam kegiatan proses belajar mengajar. Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai diharapkan tujuan pendidikan dapat dicapai secara maksimal. Adapun sarana dan prasarana MTs Negeri Ponorogo dapat dilihat pada transkip.74 B. Deskripsi Data Dalam penelitian ini yang dijadikan obyek oleh peneliti adalah siswasiswi kelas VIII di MTs Negeri Ponorogo, dengan jumlah penelitian yang merupakan penelitian sampel, karena populasinya sangat banyak lebih dari 100 siswa. Pada bab ini dijelaskan masing-masing variabel penelitian yaitu tentang aspek psikologis dan prestasi belajar Aqidah Akhlak pada siswa diperlukan 74
Lihat transkip dokumentasi koding 6/D/18-III/2008 dalam lampiran hasil penelitian ini.
perhitungan statistik, sedangkan rumus yang digunakan adalah memakai rumus Product Moment. Adapun hasil dari perhitungan dapat dilihat pada analisis data. 1. Aspek Psikologis siswa kelas VIII di MTs Negeri Ponorogo Untuk mendapatkan data tentang aspek psikologis, peneliti menggunakan angket kepada responden untuk dijawab. Angket tersebut diserahkan pada 113 siswa sebagian dari kelas VIII di MTs Negeri Ponorogo. Angket dapat dilihat pada lampiran 1. Tabel 4.2 Kisi-kisi Aspek Psikologis Variabel
Indikator
Aspek Psikologis 1. Intelegensi siswa (X)
No Item 1,2,3
2. Sikap siswa
4,5,6
3. Bakat siswa
7,8,9
4. Minat siswa
10,11
5. Motivasi siswa
12,13,14,15
Dari indikator tersebut dapat dijadikan item pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Untuk jawaban A nilai 4 b. Untuk jawaban B nilai 3 c. Untuk jawaban C nilai 2 d. Untuk jawaban D nilai 1
Adapun skor jawaban angket tentang aspek psikologis terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak siswa kelas VIII di MTs Negeri Ponorogo tahun pelajaran 2007-2008 dapat dilihat pada lampiran 2. 2. Prestasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak siswa kelas VIII di MTs Negeri Ponorogo. Untuk memperoleh data tentang prestasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak pada siswa kelas VIII di MTs Negeri Ponorogo tahun pelajaran 2007-2008 peneliti mengambil nilai raport pada semester ganjil. Adapun prestasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VIII di MTs Negeri Ponorogo tahun pelajaran 2007-2008 dapat dilihat pada lampiran 3. C. Analisis Data Setelah penulis mengadakan penelitian dan memperoleh data yang penulis butuhkan sesuai dengan pembahasan pada skripsi ini, data tersebut belum dapat dimengerti sebelum adanya analisis data yang dimaksud. Agar para pembaca dapat mengerti keadan yang sebelumnya seperti dalam gambaran yang ada dalam skripsi ini, maka akan dijelaskan dalam analisis dibawah ini: 1. Analisis data tentang aspek psikologis siswa kelas VIII MTs Negeri Ponorogo tahun pelajaran 2007-2008 Dalam analisis ini untuk memperoleh jawaban tentang baik tidaknya aspek psikologis siswa kelas VIII di MTs Negeri Ponorogo, dalam hal ini menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengubah data b. Memberi penilaian, dalam penilaian ini ada 4 kategori yaitu: 1) Untuk jawaban A mendapat skor 4 2) Untuk jawaban B mendapat skor 3 3) Untuk jawaban C mendapat skor 2 4) Untuk jawaban D mendapat skor 1 c. Menyusun urutan kedudukan atas lima rangking atau lima tingkatan Dalam penyusunan urutaan kedudukan atas lima rangking, testee disusun menjadi lima kelompok, yaitu rangking 1= kelompok “baik sekali”, rangking 2= kelompok “baik”, rangking 3= kelompok “cukup”, rangking 4= kelompok “kurang”, rangking 5= kelompok “kurang sekali”. Patokan yang di gunakan adalah sebagai berikut: Baik Sekali Mean + 1,5 SD Baik Mean + 0,5 SD Cukup Mean – 0,5 SD Kurang Mean – 1,5 SD Kurang sekali Jika dilukiskan dalam bentuk kurva simetrik adalah sebagai berikut:75
75
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), 452.
3 Cukup
4 5 Kurang Kurang Sekali M-1,5SD M-0,5SD
2 Baik
M M+0,5SD
6 Baik Sekali M+1,5SD
Kemudian mengatur, menyusun dan menyajikan skor-skor mentah tersebut diatas dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang terlebih dahulu harus mencari intervalnya sebagai berikut: R = H – L +1 Keterangan: R = Range H = High score L = Lowst score 1 = Bilangan konstant Sedangkan untuk mencari interval kelas, menggunakan rumus: R=K i Keterangan: i = Interval kelas K = Banyaknya kelas R = Range76 Untuk menentukan klasifikasi aspek psikologis dengan interval nilai sebagai berikut: 76
Retno Widyaningrum, Statistik Pendidikan Variabel Bivariat, 111.
R = H – L +1 = 53 – 24 +1 = 30 Jadi R = 30 R = K, antara 10 s/d 20 kelas interval, jadi 30 = 10 i 3 Jadi i = 3 dan K =10 Dengan interval sebesar 3 selanjutnya dapat disusun tabel distribusi frekuensinya sebagai berikut: Tabel 4.3 Distribusi frekuensi nilai aspek psikologis siswa kelas VIII MTs Negeri Ponorogo No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Variabel X 51-53 48-50 45-47 42-44 39-41 36-38 33-35 30-32 27-29 24-26 Total
f(x) 4 5 5 10 15 16 18 24 12 4 113
Kemudian mencari mean dan SD-nya sebagai berikut: Tabel 4.4 Perhitungan untuk mencari mean dan standar deviasi dari aspek psikologis siswa kelas VIII MTs Negeri Ponorogo No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Variabel X 51-53 48-50 45-47 42-44 39-41 36-38 33-35 30-32 27-29 24-26 Total
f(x)
X
x'
fx'
fx'²
4 5 5 10 15 16 18 24 12 4 113
52 49 46 43 40 37 M'(34) 31 28 25 -
+6 +5 +4 +3 +2 +1 0 -1 -2 -3 -
18 25 20 30 30 16 0 -24 -24 -12 79
144 125 80 90 60 16 0 24 48 33 623
∑ fx ' M x = M + i N '
79 = 34 + 3 = 34 + 2,097 = 36,097 113
SDx = i
∑ fx N
'2
∑ fx ' − N
623 79 =3 − 113 113
2
2
= 3 5,513274336 − 0,488761845 = 3 5,024512491 = 3 x 2,241542436 = 6,724627308
= 6,725 Dari perhitungan di atas dapat di ketahui: Mean = 36,097 SD
= 6,725 Dengan demikian dapat kita lakukan perhitungan untuk
menyusun lima tingkatan dengan patokan seperti yang telah disebutkan di atas sebagai berikut: Mean + 1,5SD = 36,097 + (1,5)(6,725) = 46,1845 = 46 Mean + 0,5SD = 36,097 + (0,5)(6,725) = 39,4595 = 39 Mean - 0,5SD = 36,097 - (0,5)(6,725) = 32,7345 = 33 Mean - 1,5SD = 36,097 - (1,5)(6,725) = 26,0095 = 26 Dari perhitungan di atas dapat dikategorikan sebagai berikut: 1) Nilai 47 ke atas dikategorikan tingkat baik sekali 2) Nilai 40-46 dikategorikan tingkat baik 3) Nilai 34-39 dikategorikan tingkat cukup 4) Nilai 27-33 dikategorikan tingkat kurang 5) Nilai 26 ke bawah dikategorikan tingkat kurang sekali Selanjutnya untuk mengetahuai nominasi aspek psikologis siswa kelas VIII di MTs Negeri Ponorogo dapat dilihat pada lampiran 4. Dari lampiran 4 dapat kita ketahui bahwa untuk kategori tingkat aspek psikologis siswa kelas VIII di MTs Negeri Ponorogo, yaitu:
1) Kategori tingkat aspek psikologis baik sekali = 12 siswa 2) Kategori tingkat aspek psikologis baik = 21 siswa 3) Kategori tingkat aspek psikologis cukup = 41 siswa 4) Kategori tingkat aspek psikologis kurang = 35 siswa 5) Kategori tingkat aspek psikologis kurang sekali = 4 siswa Untuk lebih jelasnya penulis membuat tabulasi dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.5 Kategori Aspek Psikologis No
Kategori
Interval
Frekuensi
Prosentase
1
Baik Sekali
47 ke atas
12
10,62%
2
Baik
40-46
21
18,59%
3
Cukup
34-39
41
36,28%
4
Kurang
27-33
35
30,97 %
4
3,54%
113
100%
5
Kurang Sekali 26 ke bawah Nilai Total
-
Dari tabel di atas dapat dianalisis sebagai berikut: Untuk aspek psikologis tingkat baik sekali berjumlah 12 siswa dengan prosentase 10,62%, untuk aspek psikologis tingkat baik berjumlah 21 siswa dengan prosentase 18,59%, untuk aspek psikologis tingkat cukup berjumlah 41 siswa dengan prosentase 36,28%, untuk aspek psikologis tingkat kurang berjumlah 35 siswa dengan prosentase
30,97%, dan untuk aspek psikologis tingkat kurang sekali berjumlah 4 siswa dengan prosentase 3,54%. 2. Analisis data tentang prestasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak siswa kelas VIII MTs Negeri Ponorogo tahun pelajaran 2007-2008 Untuk menentukan kategori prestasi belajar, yaitu dengan menyusun urutan kedudukan atas tiga rangking atau tiga tingkatan. Untuk kaperluan tersebut maka terlebih dahulu mencari intervalnya sebagai berikut: R = H – L +1 = 90 – 60 +1 = 31 Jadi R = 31 R=K i 31 = 10,3 = 11 3 Jadi i = 3 dan K = 11 Dengan interval sebesar 3 selanjutnya dapat disusun tabel distribusi frekuensinya sebagai berikut:
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi prestasi belajar Aqidah Akhlak siswa kelas VIII MTs Negeri Ponorogo No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Variabel Y 90-92 87-89 84-86 81-83 78-80 75-77 72-74 69-71 66-68 63-65 60-62 Total
f(y) 1 2 8 6 9 5 12 12 14 21 23 113
Kemudian mencari mean dan SD-nya sebagai berikut:
Tabel 4.7 Perhitungan untuk mencari mean dan standar deviasi dari prestasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak MTs Negeri Ponorogo No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Variabel Y 90-92 87-89 84-86 81-83 78-80 75-77 72-74 69-71 66-68 63-65 60-62 Total
f(y)
Y
y'
fy'
fy'²
1 2 8 6 9 5 12 12 14 21 23 113
91 88 85 852
+7 +6 +5 +4 +3 +2 +1 0 -1 -2 -3 -
7 12 40
49 72 200 96 81 20 12 0 14 84 207 822
79 76 73 M’(70) 67 64 61 -
24 27 10 12 0 -14 -42 -69 6
∑ fy ' M y = M + i N '
6 = 70 + 3 = 70 + 0,159 = 70,159 113
SDy = i
∑
fy ' 2
N
∑ fy ' − N
822 6 =3 − 113 113
2
2
= 3 7,274336283 − 0,002819328 = 3 7,271516955 = 3 x 2,696575042 = 8,089725126 = 8,09 Dari perhitungan di atas telah diketahui: Mean = 70,159 SD = 8,09 Dengan demikian dapat kita lakukan perhitungan untuk menyusun lima tingkatan dengan patokan seperti yang telah disebutkan di atas sebagai berikut: Mean + 1,5SD = 70,159 + (1,5)(8,09) = 82,294 = 82 Mean + 0,5SD = 70,159 + (0,5)(8,09) = 74,204 = 74 Mean – 0,5SD = 70,159 + (0,5)(8,09) = 66,114 = 66 Mean – 1,5SD = 70,159 + (1,5)(8,09) = 58,024 = 58
Dari perhitungan di atas dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Nilai 83 ke atas dikategorikan tingkat baik sekali b. Nilai 75-82 dikategorikan tingkat baik c. Nilai 67-74 dikategorikan tingkat cukup d. Nilai 59-66 dikategorikan tingkat kurang e. Nilai 58 ke bawah dikategorikan tingkat kurang sekali Untuk itu dapat kita lihat nominasi prestasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak pada lampiran 5. Dari nominasi pada lampiran 5 tersebut dapat diketahui bahwa: a. Kategori prestasi belajar tingkat baik sekali = 15 siswa b. Kategori prestasi belajar tingkat baik = 16 siswa c. Kategori prestasi belajar tingkat cukup = 47 siswa d. Kategori prestasi belajar tingkat kurang = 35 siswa e. Kategori prestasi belajar tingkat kurang sekali = 0 siswa Untuk lebih jelasnya bisa kita lihat pada tabel kategori dibawah ini:
Tabel 4.8 Kategori Prestasi Belajar No
Kategori
Interval
Frekuensi
Prosentase
1
Baik Sekali
83 ke atas
15
13,28%
2
Baik
75-82
16
14,16%
3
Cukup
67-74
47
41,59%
4
Kurang
59-66
35
30,97%
0
0%
113
100%
5
Kurang Sekali 58 ke bawah Nilai Total
-
Dari tabel di atas dapat di analisis sebagai berikut: Untuk kategori prestasi belajar tingkat baik sekali berjumlah 15 siswa dengan prosentase 13,28%, untuk kategori prestasi belajar tingkat baik berjumlah 16 siswa dengan prosentase 14,16%, untuk kategori prestasi belajar tingkat cukup berjumlah 47 siswa dengan prosentase 41,59%, untuk kategori prestasi belajar tingkat kurang berjumlah 35 siswa dengan prosentase 30,97%, dan untuk kategori prestasi belajar tingkat kurang sekali tidak ada karena nilai pada tingkat ini adalah 58 ke bawah, sedangkan nilai minimal yang diperoleh siswa kelas VIII MTs Negeri Ponorogo pada mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah 60.
3. Analisis data tentang pengaruh aspek psikologis siswa terhadap prestasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak MTs Negeri Ponorogo tahun pelajaran 2007-2008 Hipotesis seperti yang telah kita ketahui yaitu dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah. Hipotesis akan ditolak jika salah satu palsu dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkannya. Penolakan dan penerimaan hipotesis yang benar atau salah, dengan kata lain ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara aspek psikologis siswa dan prestasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak penulis menggunakan teknik perhitungan product moment dengan rumus sebagai berikut:
∑x y '
rxy =
'
− Cx ' Cy '
N SDx ' SDy '
Selanjutnya dilakukan perhitungan, adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a. Mentabulasi data kedua variabel yang dapat dilihat dalam lampiran 6. b. Membuat peta korelasi dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Pada lajur paling atas ditempatkan variabel X dengan meletakkan interval terendah pada bagian kiri dan interval tertinggi pada bagian kanan. 2) Pada kolom kiri berturut-turut kebawah kita tempatkan interval nilai variabel Y dengan meletakkan interval tertinggi pada tempat paling atas dan interval terendah pada tempat paling bawah.
3) Melakukan pengkorelasian antara variabel X dan variabel Y setelah peta korelasi dibuat.
Melalui peta korelasi telah berhasil kita ketahui: N = 113 fx' = 79 fx'² = 623 fy' = 14 fy'² = 828 x'y'=544Mencari Cx' dengan rumus
Cx
'
∑ fx =
'
=
N
79 = 0,699115044 113
c. Mencari Cy' dengan rumus
Cy
'
∑ fy =
'
=
N
14 = 0,123893809 113
d. Mencari SDx' dengan rumus
SDx =
∑ fx
'2
N
∑ fx ' − N
623 79 = − 113 113
2
2
= 5,513274336 − 0,488761845 = 5,024512491 = 2,241542436 e. Mencari SDy' dengan rumus
SDy =
∑
fy ' 2
N
∑ fy ' − N
2
828 14 = − 113 113
2
= 7, ,327433628 − 0,015349674 = 7,312083954 = 2,704086539 f. Mencari rxy dengan rumus
∑x y '
rxy =
'
− Cx ' Cy '
N SDx ' SDy '
544 − 0,699115044 × 0,123893805 113 = 2,241542436 × 2,704086529 =
4,814159292 − 0,086616022 6,061324705
=
4,727543269 = 0,779952155 = 0,779 6,061324705
4. Pembahasan dan Interpretasi Untuk interpretasinya, mencari derajat bebas (db/df) dengan rumus db = N – nr. Dari tabel dapat diketahui bahwa jumlah sampel sebanyak 113. jadi, N = 113-2 = 111. Selanjutnya kita lihat tabel nilai “r” product moment dan ternyata db sebanyak 111 tidak terdapat dalam tabel, sehingga
kita gunakan db yang terdekat dengan db 111 yaitu db sebesar 100 pada taraf signifikan 5%= 0,195. Berdasarkan perhitungan “r” product moment ditemukan ro = 0,779 > dari rt pada taraf signifikan 5% = 0,195, maka rxy > rt sehingga H o ditolak / Ha diterima. Berarti ada hubungan positif yang signifikan
antara aspek psikologis siswa (variabel x) dengan prestasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak (variabel y). Dari analisis diatas dapat kita ketahui bahwa faktor-faktor psikologis dalam belajar akan memberikan andil yang cukup penting. Faktor-faktor psikologis tersebut akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal. Faktor-faktor psikologis dapat dipandang sebagai cara-cara berfungsinya pikiran siswa dalam hubungannya dengan pemahaman bahan pelajaran, sehingga penguasaan terhadap bahan yang disajkan lebih mudah dan efektif. Dengan demikian, proses belajar mengajar itu akan berhasil baik, kalau didukung oleh faktor-faktor psikologis dari siswa itu sendiri.
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Berdasarkan data-data yang di dapat dari hasil penelitian dan kemudian diolah serta di analisis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Aspek psikologis siswa kelas VIII MTs Negeri Ponorogo adalah 10,62% dengan jumlah 12 siswa dalam kategori baik sekali, 18,59% dengan jumlah 21 siswa dalam kategori baik, 36,28% dengan jumlah 41 siswa dalam kategori cukup, 30,97% dengan jumlah 35 siswa dalam kategori kurang, dan 3,54% dengan jumlah 4 siswa dalam kategori kurang sekali. 2. Prestasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VIII MTs Negeri Ponorogo adalah 13,28% dengan jumlah 15 siswa dalam kategori baik sekali, 14,16% dengan jumlah 16 siswa dalam kategori baik, 41,59% dengan jumlah 47 siswa dalam kategori cukup, 30,97% dengan jumlah 35 siswa dalam kategori kurang, dan untuk kategori prestasi belajar tingkat kurang sekali tidak ada karena nilai pada tingkat ini adalah 58 ke bawah, sedangkan nilai minimal yang diperoleh siswa kelas VIII MTs Negeri Ponorogo pada mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah 60. 3. Ada pengaruh yang signifikan antara aspek psikologis siswa terhadap prestasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VIII MTs Negeri Ponorogo tahun pelajaran 2007-2008.
B. SARAN Untuk menunjang lebih meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus untuk suksesnya pendidikan di MTs Negeri Ponorogo, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Kepada pendidik Hendaknya dalam menyampaikan materi menggunakan berbagai pendekatan dan metode pengajaran yang memperhatikan keadaan fisik dan psikologis siswa dan memberi dorongan kearah yang lebih positif melalui pengajarannya dengan menghargai kemampuan siswa dan memberikan gambaran positif terhadap keberhasilan yang dicapai siswa. 2. Kepada siswa Hendaknya lebih mengoptimalkan seluruh kemampuan yang dimiliki untuk dapat meningkatkan aspek psikologis kearah yang lebih baik dan hendaknya terus meningkatkan prestasi belajar agar jauh lebih baik dari yang telah dicapai saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Alder, Harry.Boost Your Intellegency Pacu EQ dan IQ Anda. Jakarta: Erlangga, 2001. Arifin, H.M. Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis & Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003. Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999. Dalyono, M. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001. D, Ratna Sulistami. Erlinda Manaf Mahdi. Universal Intellegancy: Tonggak Kecerdasan Untuk Menciptakan Strategi & Solusi Menghadapi Perbedaan. Jakarta: PT Gramedia Pstaka Utama, 2006. Daradjat, Zakiah dkk. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Depag RI. Al-Qur’an & Terjemahan. Surabaya: CV Aisyah, 1998. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2005. Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar & Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional, 1994. Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo, 2002. Hadjar, Ibnu. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif Dalam Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999. Hamalik, Oemar. Psikologi Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Hamalik, Oemar. Psikologi Belajar & Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002. Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2003. Muhaimin. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Mujib, Abdul. Jusuf Mudzakir. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Perdana Media, 2006. Mulkhan, Abdul Munir. Nalar Spiritual Pendidikan: Solusi Problem Filosofis Pendidikan Islam. Yogyakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002. Munandar, SC Utami. Kreatifitas & Keberbakatan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002. Mustakim. Psikologi Pendidikan. Semarang: Pustaka Pelajar Offset, 2001. Purwanto, M Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remadja Karya, 1985. Sardiman. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinyai. Jakarta: Rineka Cipta, 1995. Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996. Sugiyono. Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2006. Sugiyono. Statistik Untuk Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta, 2002. Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006. Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006. Widyaningrum, Retno. Statistik Pendidikan Variabel Bivariat. Ponorogo: STAIN Ponorogo Perss, 2007. Winkel, WS. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi. 2005.
ANGKET
PENGARUH
ASPEK
PSIKOLOGIS
SISWA
TERHADAP
PRESTASI
BELAJAR MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS VIII MTS NEGERI PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2007-2008. A. Identitas Responden Nama
:
Kelas
:
Alamat
:
B. Petunjuk Pengisian Dibawah ini ada beberapa pertanyaan. Pililah satu jawaban diantara empat jawaban yang tersedia yang sesuai dengan pilihan anda dan berilah tanda silang (X), Pertanyaan: 1. Apakah anda mampu menjelaskan kembali materi pelajaran Aqidah Akhlak yang diberikan oleh guru disekolah? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
2. Apakah anda mampu memecahkan masalah yang terdapat dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
3. Apakah anda mampu menalar sesuatu dengan baik dan logis dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
4. Apakah anda menunjukkan sikap yang positif atau baik ketika proses pembelajaran mata pelajaran Aqidah Akhlak berlangsung di dalam kelas? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
5. Apakah anda merespon (menanggapi) dengan baik materi pelajaran Aqidah Akhlak? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
6. Apakah anda menunjukkan sikap yang positif atau baik setelah pembelajaran Aqidah Akhlak berakhir? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
7. Apkah anda mampu melaksanakan dan menyelesaikan tugas mata pelajaran Aqidah Akhlak dari guru dengan baik? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
8. Apakah and selalu bergantung kepada guru dan teman-teman dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas Aqidah Akhlak? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
9. Apakah anda mampu menyerapmateri mata pelajaran Aqidah Akhlak dengan baik? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
10. Apakah anda mempunyai minat terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
11. Apakah minat yang anda miliki terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak menjadikan anda giat belajar? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
12. Apakah anda selalu mempunyai motivasi untuk belajar Aqidah Akhlak? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
13. Apakah antusias terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
14. Apakah anda mempunyai motivasi untuk mengikuti pembelajaran Aqidah Akhlak? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
15. Apakah lingkungan anda (keluarga, sekolah dan masyarakat) selalu memberikan dorongan untuk giat belajar? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
Skor jawaban angket tentang aspek psikologis siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak siswa kelas VIII MTs Negeri Ponorogo No
J
a
w
a
b
a
n
A
n
1
2
3
4
5
6
7
1
3
4
2
4
2
3
2
3
4
3
3
4
3
2
2
2
3
4
2
2
2
5
2
3
6
2
7
g
k
e
t
Jml
8
9
10 11 12 13 14 15
3
2
3
4
3
4
3
3
4
47
3
3
3
3
4
3
4
4
4
4
52
4
3
3
2
3
4
3
4
4
4
4
47
3
2
3
3
4
4
3
3
3
2
3
2
42
3
4
4
3
3
4
4
4
3
4
4
4
4
53
4
3
2
3
2
3
2
2
3
3
3
3
3
3
41
2
3
2
2
3
3
3
2
2
3
2
4
3
2
4
40
8
3
3
2
3
2
3
4
2
3
3
3
3
3
2
4
43
9
2
2
2
3
4
3
3
2
4
4
3
4
4
4
4
48
10
4
3
4
3
3
4
4
4
3
3
4
4
4
2
3
52
11
2
3
3
2
2
2
2
2
2
3
2
3
2
2
3
35
12
2
3
2
3
3
3
4
3
3
3
4
4
4
3
4
48
13
3
3
4
4
2
3
4
4
3
4
3
3
4
3
4
51
14
2
3
2
3
2
2
3
2
2
2
3
3
2
3
4
38
15
3
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
3
3
2
4
36
16
2
3
3
4
3
4
4
2
3
4
3
3
4
3
4
49
17
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
3
3
3
2
3
35
18
3
4
3
4
3
3
2
3
2
3
4
3
3
4
4
48
19
3
3
3
3
3
3
3
2
3
4
3
3
4
4
3
47
20
2
2
2
3
4
3
3
2
4
4
3
4
4
4
4
48
21
2
2
2
3
2
3
2
2
2
3
3
2
3
3
4
38
22
2
2
3
3
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
3
34
23
1
4
2
2
2
4
4
2
2
3
4
2
4
2
3
41
24
1
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
3
3
2
2
32
25
1
2
2
3
1
1
2
2
3
3
3
4
1
1
1
30
26
1
2
2
2
4
4
2
2
2
3
2
4
2
4
4
40
27
2
2
3
2
2
2
2
2
3
2
2
2
3
3
3
35
28
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
29
29
1
2
2
3
2
3
3
2
2
2
2
3
4
3
4
38
30
1
2
2
2
3
4
2
2
2
3
2
4
2
4
4
39
31
2
2
2
2
2
4
3
3
2
2
2
3
2
2
2
35
32
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
3
2
2
32
33
2
1
2
2
2
2
3
1
2
2
2
2
2
3
2
30
34
1
2
2
3
2
3
3
1
2
2
2
3
3
4
4
37
35
2
3
1
3
4
2
3
2
2
4
2
3
3
3
2
39
36
1
2
3
1
2
2
1
3
2
2
1
3
3
2
2
29
37
2
2
2
4
4
3
3
2
2
3
2
3
3
2
3
40
38
2
2
1
2
3
2
1
2
1
2
1
3
1
2
2
28
39
2
2
2
2
4
4
3
2
3
3
4
2
3
2
4
42
40
1
2
3
2
2
4
4
1
2
3
2
3
2
3
3
37
41
2
2
2
4
3
3
3
2
3
2
2
3
4
3
3
41
42
1
2
2
3
3
3
2
1
2
2
2
3
4
2
4
36
43
2
2
2
2
2
1
2
3
2
2
3
1
2
2
2
30
44
2
1
1
2
3
2
1
2
1
2
3
1
2
2
2
27
45
2
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
3
3
35
46
2
2
2
3
3
2
3
3
2
3
3
2
3
4
3
40
47
2
2
3
2
4
2
2
2
1
3
2
2
1
2
2
32
48
3
2
2
3
2
2
2
2
4
2
2
2
3
2
2
35
49
2
2
3
2
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
29
50
2
2
2
3
3
2
3
2
1
3
2
3
3
3
3
37
51
1
2
2
3
2
4
2
2
2
2
2
2
2
2
2
32
52
1
2
2
2
4
2
4
2
3
2
2
3
2
3
3
37
53
2
2
2
2
3
2
2
3
1
2
1
2
2
2
3
31
54
2
2
2
3
3
2
1
1
2
3
3
2
2
2
2
32
55
2
3
2
3
3
2
2
2
2
3
3
3
3
3
2
38
56
2
2
2
3
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
32
57
1
2
2
3
2
1
2
1
2
2
2
3
4
2
2
31
58
1
2
3
2
2
2
4
1
3
3
3
3
4
4
4
41
59
2
2
2
3
3
3
2
2
3
3
2
2
2
4
2
37
60
3
2
2
3
2
2
2
1
3
3
2
2
2
3
2
34
61
1
2
3
3
3
2
3
2
4
3
2
3
4
4
3
42
62
1
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
3
4
33
63
1
2
2
3
4
2
4
1
3
4
3
2
4
4
4
43
64
2
2
2
3
2
2
2
2
4
2
2
2
3
2
3
35
65
2
2
2
3
2
2
2
2
3
2
2
2
3
3
3
35
66
3
2
2
2
3
2
2
2
2
3
2
3
2
2
2
34
67
2
1
3
2
2
2
2
3
3
1
1
2
2
2
3
31
68
2
3
2
3
2
3
2
2
2
3
2
3
3
3
4
39
69
2
2
2
1
1
3
2
2
2
3
1
2
2
2
2
29
70
2
2
3
2
3
3
3
2
3
3
3
3
4
4
3
43
71
2
3
4
4
3
2
3
2
4
3
3
3
3
2
1
42
72
2
1
2
2
2
1
2
2
2
2
2
4
4
2
2
32
73
2
2
2
2
3
2
2
3
3
1
1
3
2
1
3
32
74
1
2
3
2
2
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
32
75
2
1
2
2
2
2
2
4
2
3
2
2
3
3
4
36
76
2
2
2
2
3
2
3
1
3
4
2
2
4
3
4
39
77
2
2
2
3
1
2
2
2
3
2
1
2
2
2
2
30
78
2
2
2
2
2
1
2
2
2
3
2
2
4
3
4
35
79
2
2
1
2
2
1
2
1
2
1
3
1
1
2
2
25
80
2
2
2
2
3
2
3
1
2
4
3
2
4
3
4
39
81
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
4
2
2
2
31
82
2
2
2
2
3
3
2
2
3
2
2
2
3
2
4
36
83
2
2
2
3
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
28
84
3
3
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
3
2
34
85
2
2
2
2
4
2
2
4
2
2
3
4
2
2
4
39
86
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
28
87
2
2
3
2
3
2
3
2
3
3
3
3
4
4
3
42
88
2
2
2
3
2
2
3
2
2
4
2
2
4
3
3
38
89
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
32
90
2
2
2
4
2
3
4
1
4
4
3
2
4
4
4
45
91
1
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
1
1
24
92
2
2
2
2
2
1
2
2
3
2
2
3
1
2
2
30
93
2
2
1
2
2
2
1
1
2
2
2
1
2
2
2
26
94
2
1
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
2
27
95
3
1
1
2
2
2
2
2
2
3
2
2
1
2
2
29
96
2
2
2
3
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
32
97
2
2
2
4
2
2
2
1
2
2
3
3
2
3
3
35
98
2
2
2
3
4
4
4
2
2
4
2
4
4
4
3
40
99
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
3
4
2
2
34
100
2
3
3
2
4
4
2
2
3
4
4
2
3
2
2
42
101
2
2
2
1
2
2
2
3
4
1
2
2
3
2
4
34
102
3
2
2
2
2
4
2
2
2
2
2
2
4
2
2
35
103
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
28
104
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
2
4
32
105
2
3
2
3
2
3
2
2
2
3
2
3
3
2
3
37
106
2
2
1
1
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
2
25
107
2
3
3
2
4
3
2
2
2
2
2
2
2
3
4
38
108
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
29
109
1
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
32
110
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
31
111
4
4
3
2
3
2
3
4
2
2
3
3
2
4
4
45
112
4
3
3
2
3
3
2
4
2
4
4
2
2
2
4
44
113
2
2
2
2
2
3
2
2
2
1
2
2
2
2
2
30
Prestasi belajar Aqidah Akhlak siswa kelas VIII semester ganjil di MTs Negeri Ponorogo tahun pelajaran 2007-2008 No
Skor
No
Skor
No
Skor
1
83
39
83
77
65
2
90
40
68
78
72
3
86
41
72
79
62
4
84
42
70
80
72
5
87
43
69
81
64
6
80
44
62
82
77
7
82
45
69
83
62
8
79
46
76
84
64
9
80
47
63
85
69
10
86
48
71
86
72
11
79
49
69
87
74
12
83
50
70
88
67
13
87
51
62
89
62
14
86
52
68
90
74
15
86
53
62
91
60
16
86
54
62
92
60
17
80
55
70
93
70
18
86
56
70
94
62
19
81
57
68
95
62
20
85
58
72
96
62
21
83
59
72
97
69
22
79
60
69
98
70
23
78
61
74
99
64
24
62
62
70
100
70
25
66
63
80
101
62
26
73
64
69
102
62
27
63
65
77
103
63
28
64
66
67
104
63
29
70
67
69
105
70
30
74
68
70
106
60
31
67
69
62
107
69
32
70
70
76
108
69
33
63
71
80
109
63
34
61
72
72
110
62
35
70
73
60
111
71
36
70
74
62
112
70
37
75
75
69
113
60
38
61
76
69
Data nominasi aspek psikologis siswa kelas VIII di MTs Negeri Ponorogo
No
Skor
Nominasi
No Skor Nominasi
No
1
47
2
Skor Nominasi
BS
39
42
B
77
30
K
52
BS
40
37
C
78
35
C
3
47
BS
41
41
B
79
25
KS
4
42
B
42
36
C
80
39
C
5
53
BS
43
30
K
81
31
K
6
41
B
44
27
K
82
36
C
7
40
B
45
35
C
83
28
K
8
43
B
46
40
B
84
34
C
9
48
BS
47
32
K
85
39
C
10
52
BS
48
35
C
86
28
K
11
35
C
49
29
K
87
42
B
12
48
BS
50
37
C
88
38
C
13
51
BS
51
32
K
89
32
K
14
38
C
52
37
C
90
45
B
15
36
C
53
31
K
91
24
KS
16
49
BS
54
32
C
92
30
K
17
35
C
55
38
C
93
26
KS
18
48
BS
56
32
K
94
27
K
19
47
BS
57
31
K
95
29
K
20
48
BS
58
41
B
96
32
K
21
38
C
59
37
C
97
35
C
22
34
C
60
34
C
98
40
B
23
41
B
61
42
B
99
34
C
24
32
K
62
33
K
100
42
B
25
30
K
63
43
B
101
34
C
26
40
B
64
35
C
102
35
C
27
35
C
65
35
C
103
28
K
28
29
K
66
34
C
104
32
K
29
38
C
67
31
K
105
37
C
30
39
C
68
39
C
106
25
KS
31
35
C
69
29
K
107
38
C
32
32
K
70
43
B
108
29
K
33
30
K
71
42
B
109
32
K
34
37
C
72
32
K
110
31
K
35
39
C
73
32
K
111
45
B
36
29
K
74
32
K
112
44
B
37
40
B
75
36
C
113
30
K
38
28
K
76
39
C
Data nominasi prestasi belajar Aqidah Akhlak siswa kelas VIII semester ganjil di MTs Negeri Ponorogo tahun pelajaran 2007-2008
No
Skor
Nominasi
No Skor Nominasi
No
1
83
2
Skor Nominasi
BS
39
83
BS
77
65
K
90
BS
40
68
C
78
72
C
3
86
BS
41
72
C
79
62
K
4
84
BS
42
70
C
80
72
C
5
87
BS
43
69
C
81
64
K
6
80
B
44
62
K
82
77
B
7
82
B
45
68
C
83
62
K
8
79
B
46
76
B
84
64
K
9
80
B
47
63
K
85
69
C
10
86
BS
48
71
C
86
72
C
11
79
B
49
69
C
87
74
C
12
83
BS
50
70
C
88
67
C
13
87
BS
51
62
K
89
62
K
14
86
BS
52
68
C
90
74
C
15
86
BS
53
62
K
91
60
KS
16
86
BS
54
62
K
92
60
KS
17
80
B
55
70
C
93
70
C
18
86
BS
56
70
C
94
62
K
19
81
B
57
68
C
95
62
K
20
85
BS
58
72
C
96
62
K
21
83
BS
59
72
C
97
69
C
22
79
B
60
69
C
98
70
C
23
78
B
61
74
C
99
64
K
24
62
K
62
70
C
100
70
C
25
66
K
63
80
B
101
62
K
26
73
C
64
69
C
102
62
K
27
63
K
65
77
B
103
63
K
28
64
K
66
67
C
104
63
K
29
70
C
67
69
C
105
70
C
30
74
C
68
70
C
106
60
K
31
67
C
69
62
K
107
69
C
32
70
C
70
76
B
108
69
C
33
63
K
71
80
B
109
63
K
34
61
K
72
72
C
110
62
K
35
70
C
73
60
K
111
71
C
36
70
C
74
62
K
112
70
C
37
75
B
75
69
C
113
60
K
38
61
K
76
69
C
Pengaruh aspek psikologis siswa terhadap prestasi belajar Aqidah Akhlak kelas VIII MTs Negeri Ponorogo
No
Skor Aspek
Skor Prestasi
Psikologis
Belajar
1
47
83
2
52
3
No
Skor Aspek
Skor Prestasi
Psikologis
Belajar
58
41
72
90
59
37
72
47
86
60
34
69
4
42
84
61
42
74
5
53
87
62
33
70
6
41
80
63
43
80
7
40
82
64
35
69
8
43
79
65
35
77
9
48
80
66
34
67
10
52
86
67
31
69
11
35
79
68
39
70
12
48
83
69
29
62
13
51
87
70
43
76
14
38
86
71
42
80
15
36
86
72
32
72
16
49
86
73
32
60
17
35
80
74
32
62
18
48
86
75
36
69
19
47
81
76
39
69
20
48
85
77
30
65
21
38
83
78
35
72
22
34
79
79
25
62
23
41
78
80
39
72
24
32
62
81
31
64
25
30
66
82
36
77
26
40
73
83
28
62
27
35
63
84
34
64
28
29
64
85
39
69
29
38
70
86
28
72
30
39
74
87
42
74
31
35
67
88
38
67
32
32
70
89
32
62
33
30
63
90
45
74
34
37
61
91
24
60
35
39
70
92
30
60
36
29
70
93
26
70
37
40
75
94
27
62
38
28
61
95
29
62
39
42
83
96
32
62
40
37
68
97
35
69
41
41
72
98
40
70
42
36
70
99
34
64
43
30
69
100
42
70
44
27
62
101
34
62
45
35
69
102
35
62
46
40
76
103
28
63
47
32
63
104
32
63
48
35
71
105
37
70
49
29
69
106
25
60
50
37
70
107
38
69
51
32
62
108
29
69
52
37
68
109
32
63
53
31
62
110
31
62
54
32
62
111
45
71
55
38
70
112
44
70
56
32
70
57
31
68
113
30
60
Tabel Penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu dengan taraf kesalahan 5% (tabel krecjie) N S N 10 10 220 15 14 230 20 19 240 25 24 250 30 28 260 35 32 270 40 36 280 45 40 290 50 44 300 55 48 320 60 52 340 65 56 360 70 59 380 75 63 400 80 66 420 85 70 440 90 73 460 95 76 480 100 80 500 110 86 550 120 92 600 130 97 650 140 103 700 150 108 750 160 113 800 170 110 850 180 123 900 190 127 950 200 132 1000 210 136 1100 Catatan: N = Jumlah populasi
S 140 144 148 152 155 159 162 165 169 175 181 186 191 196 201 205 210 214 217 226 234 242 248 254 260 265 269 274 278 285
N 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 2200 2400 2600 2800 3000 3500 4000 4500 5000 6000 7000 8000 9000 10000 15000 20000 30000 40000 50000 75000 100000
S 291 297 302 306 310 313 317 320 322 327 331 335 338 341 346 351 354 357 361 364 367 368 370 375 377 379 380 381 382 384
S = Sampel Kutipan dari Sugiyono, Statistik Untuk Pendidikan, (Bandung: CV Alfabeta, 2002), 63.
Tabel NILAI-NILAI PRODUCT MOMENT N
3 4 5
Taraf Signifikan 5% 0,997 0,950 0,878
N
27 28 29
Taraf Signifikan 5% 0,381 0,374 0,367
1% 0,999 0,990 0,959
6 7 8 9 10
0,811 0,754 0,707 0,666 0,632
11 12 13 14 15
N
55 60 65
Taraf Signifikan 5% 0,266 0,254 0,244
1% 0,487 0,478 0,470
1% 0,345 0,330 0,317
0,917 0,874 0,834 0,798 0,765
30 31 32 33 34
0,361 0,355 0,349 0,344 0,339
0,463 0,456 0,449 0,442 0,436
70 75 80 85 90
0,235 0,227 0,220 0,213 0,207
0,306 0,296 0,286 0,278 0,270
0,602 0,576 0,553 0,532 0,514
0,735 0,708 0,684 0,661 0,641
35 36 37 38 39
0,334 0,329 0,325 0,320 0,316
0,430 0,424 0,418 0,413 0,408
95 100 125 150 175
0,202 0,195 0,176 0,159 0,148
0,263 0,256 0,230 0,210 0,194
16 17 18 19 20
0,497 0,482 0,468 0,456 0,444
0,623 0,606 0,590 0,575 0,561
40 41 42 43 44
0,312 0,308 0,304 0,301 0,297
0,403 0,398 0,393 0,389 0,384
200 300 400 500 600
0,138 0,113 0,098 0,088 0,080
0,181 0,148 0,128 0,115 0,105
21 22 23 24 25 26
0,433 0,423 0,413 0,404 0,396 0,388
0,549 0,537 0,526 0,515 0,505 0,496
45 46 47 48 49 50
0,294 0,291 0,268 0,284 0,281 0,279
0,380 0,376 0,372 0,398 0,364 0,361
700 800 900 1000
0,074 0,070 0,065 0,062
0,097 0,091 0,086 0,081
Dikutip dari Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2006), 445.