BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan perangkat komunikasi antar manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai alat berkomunikasi dan alat interaksi yang hanya dimiliki manusia, maka bahasa memiliki dua aspek penting dalam pengkajiannya. Aspek tersebut yakni aspek internal dan aspek eksternal. Aspek internal menyangkut struktur intern dari bahasa itu, seperti struktur fonologi, struktur morfologi dan sintaksis. Aspek eksternal berarti bahasa berkaitan erat dengan faktor-faktor yang berada di luar bahasa atau pemakaian bahasa oleh para penuturnya di dalam kelompok-kelompok sosial masyarakat (Chaer:1995:1). Hal yang paling penting dalam sebuah komunikasi adalah terdapat penutur dan lawan tutur yang bersama-sama membangun makna komunikasi agar komunikasi berjalan dengan baik sehingga lawan bicaranya dapat memahami pesan yang disampaikan (Wijana, 2009:43). Sebagai media dalam berkomunikasi secara verbal, kalimat atau tuturan memiliki bentuk yang beragam, salah satunya adalah tuturan yang secara semantik bermakna memberikan perintah untuk melakukan sesuatu. Menurut Kridalaksana (2008:91), kalimat perintah atau imperatif adalah makna ujaran yang menuntut
atau
melarang
pelaksanaan
1
suatu
perbuatan.
2
Dalam kehidupan sehari-hari terkadang kalimat imperatif dapat disampaikan dengan maksud yang tidak sesuai dengan apa yang diucapkan oleh penutur. Tidak jarang kalimat imperatif ini disampaikan secara tersamar bahkan terkadang terdengar tidak memerintah. Contoh: (1) “Mettez cette salle!” ‘Rapikan kamar ini!’ (2) “Est-ce que tu as dêja mis ta salle?” ‘Apakah kamu sudah merapikan kamarmu?’ (3)“Cette salle est très salle” ‘Kamar ini sangat kotor’ Ketiga contoh di atas yang dilontarkan seorang ibu kepada anaknya memiliki kesamaan maksud yaitu memberi perintah untuk merapikan kamar tetapi dalam bentuk yang berbeda. Pada contoh (1) tampak bahwa maksud perintahnya jelas yaitu penutur menyuruh lawan tutur untuk merapikan kamar. Sedangkan contoh (2) dan (3) memiliki makna pragmatik yang sama seperti pada contoh (1) yaitu bermakna menyuruh lawan tutur untuk merapikan kamar, namun contoh (2) dan (3) termasuk dalam perintah tidak langsung karena penutur menggunakan kalimat interogatif/pertanyaan dan kalimat berita. Searle dalam bukunya yang berjudul Speech Acts: An Essay in the Philosophy of Language (via Wijana, 2009:28-29) menjelaskan bahwa untuk berbicara secara sopan, perintah dapat diutarakan dengan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang diperintah tidak merasa diperintah. Bila hal ini terjadi, terbentuk tindak tutur tidak langsung (indirect speech act). Dalam contoh di atas tampak bahwa aspek yang ditekankan adalah tindak ilokusi. Searle juga menjelaskan bahwa tindak tutur ilokusi adalah tindak
1
3
tutur yang selain berfungsi untuk menyatakan sesuatu juga berfungsi untuk melakukan sesuatu (Wijana, 2009:210). Selain dalam bentuk lisan, tuturan sebagai bentuk komunikasi juga dapat disampaikan melalui bahasa tulis dengan salah satu medianya berupa rubrik pada suatu majalah. Menurut KBBI (1988:756), rubrik adalah ruangan atau kepala karangan yang fungsinya sebagai tempat untuk menampung pendapat pembaca. Rubrik juga diartikan sebagai bahan dari surat kabar ataupun majalah, misalnya olahraga, seni, sastra, rubrik pikiran pembaca, bagian atau ruangan yang memuat pendapat dari pembaca tentang apa saja (Badudu dan Zain, 1994:1181). Rubrik adalah salah satu bentuk wacana tulis. Tarigan (1987:20) menjelaskan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan terbesar/tertinggi di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang berkesinambungan, yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan atau tertulis. Tarigan (1987:52) juga menjelaskan bahwa wacana tulis atau written discourse adalah wacana yang disampaikan secara tertulis, melalui media tulis. Untuk menerima, memahami, atau menikmatinya maka sang penerima harus membacanya. Dalam penelitian ini digunakan data yang diambil dari situs femina.fr. Version Femina adalah salah satu dari sekian majalah Prancis yang dikhususkan bagi perempuan dewasa. Majalah yang merupakan gabungan dari majalah Version Femme dan Femina ini terbit pertama kali pada bulan April 2002. Majalah ini tidak dapat dibeli secara langsung melainkan hadir bersamaan dalam surat kabar Le Journal du dimache dan 32 harian regional lain di Prancis. Version Femina
4
mengulas berbagai macam hal seputar wawancara tokoh, fashion, gaya hidup, kesehatan, astrologi, dll. Selain dalam bentuk majalah, Version Femina juga dapat diakses melalui situs dengan alamat femina.fr. Rubrik Votre Courrier (selanjutnya disingkat menjadi VC) adalah rubrik yang disediakan oleh situs femina.fr sebagai rubrik konsultasi psikologi bagi pembaca yang membutuhkan bantuan baik dalam masalah kehidupan pribadi, keluarga ataupun asmara. Rubrik ini diminati oleh banyak pembaca karena pembaca dapat bertanya tanpa harus bertatap muka secara langsung dengan konsultan. Dalam rubrik VC, pembaca yang mengirimkan pertanyaan berasal dari berbagai kalangan dan latar belakang yang berbeda. Hal ini membuat redaktur atau konsultan yang bertanggung jawab dalam mengasuh rubrik ini menyesuaikan jawaban berupa saran atau nasehat sesuai dengan latar belakang penanya yang meliputi jenis kelamin, umur, pekerjaan dan sebagainya. Seringkali nasehat atau solusi yang diberikan oleh konsultan merupakan tuturan kalimat berbentuk imperatif yang bermakna baik itu langsung maupun tak langsung. Contoh rubrik konsultasi psikologi VC dengan bentuk imperatif langsung: (a) Pertanyaan “J’ai 14 ans et je suis tombée amoureuse d’un garçon depuis peu. Je pensais qu’en parler à mes parents serait une bonne chose, mais je m’aperçois que non! Ils pensent que je suis trop jeune pour avoir un petit copain et ne peuvent pas s’empêcher de dire que je vais (faire autre chose) avec lui. Comment en discuter calmement, de manière à ce qu’ils comprennent ce que je ressens? 1” ‘Saya berusia 14 tahun dan belum lama ini saya menyukai seorang pemuda. Saya pikir mengatakan hal ini kepada orang tua saya adalah hal yang benar, tetapi ternyata itu salah! Mereka berpikir bahwa saya terlalu
5
muda untuk memiliki pacar dan mereka juga tidak sanggup mengendalikan perkataannya bahwa saya akan berbuat hal yang tidaktidak dengannya. Bagaimana membicarakan hal ini dengan tenang agar mereka memahami apa yang saya rasakan?1’
Jawaban “… Pour l’instant, rassurez vos parents, prouvez-leur que vous êtes consciente du danger qu’il y a à brûler les étapes en matière de sexualité, que vous vous en tiendrez à un flirt et pas (autre chose)…” ‘… Untuk sementara, yakinkanlah orangtua anda, buktikanlah kepada mereka bahwa anda menyadari adanya bahaya yang mungkin tumbuh dalam hal seksual, bahwa anda dapat membawa diri dalam pacaran yang biasa dan tidak melakukan hal yang tidak-tidak…’ Contoh rubrik konsultasi psikologi VC dengan tuturan interogatif bermakna imperatif: (b) Pertanyaan “J’ai 74 ans et je tiens mon journal intime depuis vint-cinq ans. Aujourd’hui, mon fils est marié et j’ai deux petite-filles. Dois-je détruire ces journaux intimes dans lesquels j’ai consigné tout ce que je pensais et tout que je vivais?“ Jossete G., Orgeval2 ‘Saya berusia 74 tahun dan menulis catatan pribadi sejak berusia 25 tahun. Sekarang putra saya telah menikah dan saya memiliki dua orang cucu. Apakah saya harus memusnahkan catatan-catatan pribadi saya tempat saya mencatat semua yang saya pikirkan dan yang saya jalani?2’ Jossete G., Orgeval
Jawaban “Pourquoi détruiriez-vous votre journaux intimes? Ils sont le reflet de la femme que vous êtes, vous vous y êtes confiée sans fard et ils pourraient intéresser vos petite-fillles plus tard, quand elles voudront savoir qui est vraiement leurs mamie…” “Mengapa anda ingin memusnahkan catatan-catatan pribadi anda? Buku itu merupakan refleksi dari anda sendiri, apa yang anda percayai dengan jujur dan itu nantinya akan menarik perhatian cucu anda ketika mereka ingin mengetahui siapa sebenarnya nenek mereka.’
1 2
Informasi diakses melalui situs www.femina.fr pada 2 April 2015 Informasi diakses melalui situs www.femina.fr pada 2 April 2015
6
Pada contoh (a), surat bagian jawaban pada rubrik VC menggunakan bentuk imperatif langsung yaitu rassurez vos parents, prouvez-leur que vous êtes consciente du danger qu’il y a à brûler les étapes en matière de sexualité “yakinkanlah orangtua anda, buktikanlah kepada mereka bahwa anda menyadari adanya bahaya yang mungkin tumbuh dalam hal seksual” sebagai cara penyampaian penutur dalam memberikan nasehat. Pada rubrik VC kalimat tanya atau interogatif hampir selalu digunakan pada surat bagian pertanyaan, akan tetapi tuturan kalimat interogatif juga muncul pada surat bagian jawaban seperti yang tampak pada contoh (b). Pada kalimat Pourquoi détruiriez-vous votre journaux intimes? “Mengapa anda ingin memusnahkan catatan-catatan pribadi anda?”, tuturan ini selain menanyakan kondisi penanya juga memiliki maksud lain yaitu penutur (O1) secara tidak langsung melarang lawan tutur (O2) untuk memusnahkan buku hariannya. Kehadiran kalimat berjenis interogatif ini merupakan salah satu bentuk dari tindak tutur tidak langsung. Rubrik konsultasi psikologi VC menarik untuk diteliti karena dalam surat jawaban yang ruangnya dibatasi ternyata ditemukan tuturan kalimat dengan bentuk imperatif atau tuturan dalam bentuk lain tetapi dengan makna imperatif. 1.2 Rumusan Masalah Rubrik konsultasi psikologi VC merupakan forum tanya jawab antara pembaca dengan pengasuh rubrik yang di dalamnya ditemukan jawaban atas pertanyaan berupa saran/nasihat. Pada isi surat jawaban dalam rubrik VC yang ruangnya terbatas ditemukan tuturan kalimat dengan bentuk imperatif atau tuturan dalam
7
bentuk lain tetapi dengan makna imperatif. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk tuturan dengan makna imperatif yang sering muncul pada rubrik surat jawaban konsultasi psikologi VC dalam situs femina.fr.
1.3 Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah yang ada, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis tuturan dengan makna imperatif yang sering muncul pada surat jawaban rubrik VC dalam situs femina.fr sehingga dapat menjelaskan maksud yang ingin disampaikan melalui tindak tutur yang digunakan. 1.4 Landasan Teori Penelitian “Bentuk dan Makna Imperatif dalam Jawaban Surat Rubrik Votre Courrier pada Situs femina.fr” ini menggunakan pendekatan sintaksis dan pragmatik. Pendekatan sintaksis digunakan untuk mengetahui bentuk tuturan dengan makna imperatif yang digunakan pada rubrik VC. Pendekatan pragmatik digunakan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi variasi tuturan dengan makna imperatif dalam rubrik VC.
1.4.1 Sintaksis Menurut Ramlan (2005:17), Sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase.
8
Ramlan (2005:26) juga menjelaskan bahwa berdasarkan fungsi dalam hubungan situasinya, kalimat dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu kalimat berita, kalimat tanya dan kalimat suruh. a. Kalimat berita: pada umumnya berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain sehingga tanggapan yang diharapkan hanyalah berupa perhatian. Misalnya berupa anggukan atau ungkapan “ya” (Ramlan, 2005:27). Contoh: “Je vais avoir 23 ans cet été et je fais mes études à l’enseignement supérieur” ‘Saya akan berusia 23 tahun musim panas ini dan saya sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi’ b. Kalimat tanya: berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Dalam kalimat tanya selalu diakhiri tanda tanya (?) (Ramlan, 2005:28). Contoh : “Que puis-je faire?” ‘Apa yang dapat saya lakukan?’ c. Kalimat perintah: berfungsi untuk memerintah kepada lawan bicaranya. Atau dengan kata lain penutur mengharapkan tanggapan berupa tindakan dari orang yang diajak berkomunikasi (Ramlan, 2005:39). Contoh: “Expliquez-lui ce que vous ressentez” ‘Jelaskan kepadanya apa yang anda rasakan’
1.4.1.2 Jenis Kalimat dalam Bahasa Prancis Menurut Delatour (1991:6) kalimat berarti sebuah rangkaian kata-kata yang membentuk satu kesatuan makna. Dalam bentuk tulisan, kata pertama dimulai
9
dengan huruf besar dan kata terakhir diikuti dengan tanda titik (.), tanda seru (!), tanda tanya (?), atau tanda suspensi/penundaan (…). Kalimat deklaratif dalam Bahasa Prancis digunakan untuk memberitahukan sesuatu, mengemukakan atau menyatakan pikiran, atau untuk mengekspresikan ide kepada lawan tutur. (Grevisse, 1993:14) Contoh: “L’électrician a réparé le poste” ‘Tukang listrik sudah memperbaiki radio’ Bentuk kalimat imperatif dalam Bahasa Prancis biasanya ditujukan pada orang kedua tunggal tu dan jamak vous, atau orang pertama jamak nous apabila orang pertama ikut serta dalam ajakan yang diperintahkan. Kalimat ini tidak memerlukan subjek sebagai kata ganti (Delatour, 1991:70). Contoh: “Passez de bonnes vacances!” ‘Selamat menikmati liburan yang menyenangkan!’ “Passons de bonnes vacances!” (apabila orang pertama ikut serta dalam ajakan) Bentuk kalimat interogatif dalam Bahasa Prancis memiliki dua jenis, yaitu interogatif total yang memerlukan jawaban berupa ‘iya’ atau ‘tidak’ dan interogatif sebagian yang mengandung elemen dari suatu kalimat (Delatour, 1991:188). Kalimat interogatif bisa diwujudkan dengan menambahkan : a) intonasi naik pada akhir kalimat b) kata tanya ‘est-ce que’ c) dengan inversi atau perubahan urutan bagian-bagian kalimat Contoh: “Est-ce que vous savez conduire?” ‘Apakah anda dapat mengemudi?’
10
Dalam Bahasa Prancis, kalimat eksklamatif dengan atau tanpa kata kerja menunjukan suatu perasaan (senang, terkejut, terhina, penyesalan, dll). Dalam bentuk tulisan, kalimat atau kata eksklamatif diikuti dengan tanda seru (!). Sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat eksklamatif ditandai dengan intonasi. Contoh: “Quelle jolie maison!” ‘Alangkah bagusnya rumah itu!’ Dalam Bahasa Prancis juga terdapat enam modus kata kerja yaitu modus indicatif, Imperatif, subjonctif, conditionnel, infinitif dan participe (Dubois, 1973:123). Kridalaksana (2008:156) menerangkan bahwa modus adalah kategori gramatikal dalam bentuk verba yang mengungkapkan suasana psikologis perbuatan menurut tafsiran pembicara atau sikap pembicara tentang apa yang diucapkannya. 1.Indicatif adalah modus untuk menyatakan atau menyampaikan keyakinan, pernyataan, pendapat, pendapat, rasa percaya, dll. Modus indicatif dapat digunakan dalam kalimat deklaratif atau interogatif (Dubois, 1973:214). Contoh: “Il passe au travers des difficultés” ‘Ia dapat lolos dari berbagai kesukaran’ 2.Imperatif merupakan modus untuk menunjukan perintah. Modus ini terdapat pada kata kerja dari orang pertama jamak nous dan orang kedua tunggal tu atau jamak vous dan digunakan tanpa subjek (Dubois, 1973:214). Contoh : “Ne réflechis plus, vas-y!” ‘Jangan berpikir lagi, majulah!’ 3. Subjonctif digunakan dalam suatu anak kalimat untuk menyatakan suatu perasaaan atau suatu penjelasan dan kehadirannya ditandai dengan suatu
11
penghubung tertentu (que) (Delatour, 1991:58). Subjonctif juga digunakan untuk menyatakan suatu keinginan, suatu keharusan, dan suatu perasaan (Girardet, 2008:48). Dalam subjonctif bentuk présent/sekarang, aturan umumnya adalah bentuk konjugasi orang ketiga jamak ditambahkan akhiran –e, -es, -e, ions, -iez, ent yang sebelumnya diikuti dengan penghubung que. Contoh: “Je suis bien content qu’il soit là ce matin” ‘Saya sangat senang ia hadir di sana tadi pagi’ 4. Modus conditionnel adalah modus yang menunjukan pengandaian dan juga makna keadaan yang akan datang/futur dalam bentuk lampau/passé. Modus ini digunakan untuk menyatakan keinginan, penyesalan, informasi yang belum pasti kebenarannya, khayalan, kesopanan, keterkejutan, kemungkinan (Delatour, 1991:68). Modus conditionnel juga dapat digunakan untuk menyatakan kesopanan. Dalam conditionnel bentuk sekarang/présent, aturan umumnya adalah bentuk konjugasi futur ditambahkan akhiran –ais, -ais, -ait, -ions, -iez, dan –aient. (Girardet, 2008:24). Contoh: “Je connait quelqu’un qui pourrait te renseigner” ‘Saya mengenal seseorang yang dapat memberi anda keterangan’ “Je voudrais vous voir seul” (bentuk yang lebih sopan dari je veux vous voir seul) ‘Saya ingin bertemu anda sendiri’ 5. Infinitif digunakan setelah preposisi-preposisi seperti avant de, pour, afin de, dan sans (Elle a mangé avant de partir 'ia makan sebelum berangkat'). Infinitif juga digunakan setelah preposisi après dengan menggunakan infinitifavoir atau être + kata kerja participe passé (Après avoir fini la leçon, nous somme allés au musée 'setelah menyelesaikan pelajaran, mereka pergi ke museum'), sebagai kata
12
benda(vouloir c'est pouvoir, 'di mana ada kemauan di situ ada jalan'), sebagai imperatif (Émincez les échalotes 'irislah bawang merah'). 6. Participe présent dibentuk dengan menghilangkan akhiran -ons dari bentuk jamak orang pertama kala présent dan menambahkan -ant. Modus ini sering digunakan setelah preposisi en. En berarti dengan, ketika, meskipun (Crocker, 2005:138). Dalam Prancis modus ini disebut juga Gérondif yang digunakan untuk menyatakan suatu keadaan dari kata kerja utama (En arrivant, j'ai rencontré mon ami 'Ketika tiba, saya bertemu dengan teman saya'). Participe présent juga dapat menggantikan qui + kata kerja (Je vois Marie faisant la cuisine 'Saya melihat Marie yang sedang memasak') (Crocker, 2005:138).
1.4.2 Wacana dan Prinsip Pragmatik Dalam sebuah komunikasi yang wajar seorang penutur akan selalu berusaha agar tuturannya selalu relevan dengan konteks, jelas dan mudah dipahami, padat dan ringkas, dan selalu pada persoalannya sehingga tidak menghabiskan waktu lawan tuturnya. Jika terjadi penyimpangan, ada implikasi implikasi tertentu yang hendak dicapai oleh penuturnya (Wijana, 2009: 45-46). Penelitian ini juga akan digunakan prinsip kesopanan. Prinsip ini mengatur cara berinteraksi dalam upaya menghargai atau menghormati lawan tutur. Prinsip ini berhubungan dengan diri sendiri (penutur) dan orang lain (lawan tutur dan orang ketiga yang dibicarakan penutur dan lawan tutur). Leech (1993: 132) menjabarkan prinsip kesopanan dalam enam maksim yaitu :
13
Maksim kearifan: maksim ini menggariskan setiap peserta pertuturan untuk meminimalkan kerugianuntuk orang lain ataumemaksimalkan keuntungan untuk orang lain. Contoh: “Consultez un expert!” ‘Mintalah nasihat kepada ahlinya!” “Vous pouvez consulter un expert” ‘Anda dapat meminta nasehat kepada ahlinya’ Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa semakin panjang tuturan seseorang maka semakin besar pula keinginan orang itu untuk bersikap sopan kepada lawan tuturnya.
Maksim kedermawanan: maksim ini menuntut setiap peserta tutur untuk memaksimalkan keuntungan kepada orang lain dan meminimalkan keuntungan kepada diri sendiri. Contoh : “Je peux vous emprunter ma voiture” ‘Saya dapat meminjamkan anda mobil saya’ Tuturan di atas yang seakan-akan memberi kesan bahwa orang yang menawarkan tidak rugi sama sekali membuat tuturan menjadi cukup sopan bagi lawan tutur untuk menerima tawaran tersebut. Maksim
pujian:
maksim
ini
mewajibkan
setiap
peserta
tutur
untuk
memaksimalkan pujian kepada orang lain dan meminimalkan hal yang tidak menyenangkan kepada orang lain. Contoh: “Votre maison est très belle” ‘Rumah anda sangat indah’
14
Apabila dituturkan penutur kepada lawan tutur maka dengan demikian tuturan di atas terdengar sopan dan menaati maksim pujian yang akan sangat dihargai lawan tuturan.
Maksim kerendahan hati: maksim ini menuntut setiap peserta tutur untuk memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri dan minimalkan rasa hormat pada diri sendiri. Contoh : “J’esperais que vous acceptez mon petit cadeau” ‘Saya berharap anda menerima hadiah kecil dari saya’ Pada tuturan di atas tampak bahwa penutur menggunakan bentuk yang mengecilkan arti yang membuat tuturan terasa lebih sopan sehingga dengan demikian tuturan tersebut menaati maksim kerendahan hati.
Maksim kecocokan: maksim ini menggariskan setiap penutur dan lawan tuturan untuk memaksimalkan kecocokan di antara mereka dan meminimalkan ketidakcocokan di antara mereka. Contoh: A: “Je trouve que les recettes sont difficiles pour me faire” A: ‘Menurut saya resep-resepnya sulit untuk dilakukan’ B: “Oui. J’ai aussi trouvé les ingrédients difficilement ” B: ‘Ya. Saya juga sulit untuk menemukan bahan-bahannya’ Pada tuturan di atas tampak bahwa (B) senantiasa setuju dengan pendapat lawan tuturnya maka tuturan di atas menaati maksim kecocokan.
Maksim kesimpatian: maksim ini mengharuskan peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa simpati terhadap lawan tutur dan meminimalkan rasa antipati terhadap lawan tutur.
15
Contoh: A: “La semaine dernière mon chat, Nora est mort” A: ‘Minggu kemarin, kucingku Nora mati’ B: “Je suis triste. Nora était très amusant” B: ‘Aku ikut sedih. Nora sangatlah lucu’ Dari apa yang dijelaskan di atas dapat diketahui bahwa (B) mematuhi maksim kesimpatian dengan memaksimalkan rasa antipati terhadap kedukaan yang menimpa (A) sehingga tuturan di atas terdengar sopan.
Selain prinsip kesopanan, dalam pengungkapan imperatif suatu tuturan harus memenuhi
skala
kesopanan
yang
meliputi
skala
untung
rugi,
skala
ketaklangsungan, skala pilihan, dan skala jarak sosial (Leech, 1993:194-199). Skala untung rugi digunakan untuk memperkirakan keuntungan atau kerugian tindakan tuturan bagi penutur atau bagi lawan tutur. Dalam skala untung rugi terdapat dua skala yang berbeda yaitu skala untung rugi bagi O1 dan skala untung rugi bagi O2. Pada contoh tuturan bermakna imperatif Voulez-vous consulter un expert? ‘Maukah anda meminta nasihat kepada ahlinya?’ O1 mengusulkan suatu tindakan yang dapat merugikan dirinya karena harus memberikan buah pikiran yaitu saran atau nasehat tetapi ini memberikan keuntungan bagi O2 karena mendapatkan jalan keluar. Dengan demikian dari skala ini dapat dikatakan bahwa tuturan tersebut adalah tuturan yang sopan. Pada skala ketaklangsungan akan diperkirakan peringkat langsung tidaknya maksud suatu tuturan. Semakin langsung maksud tuturan maka akan dianggap semakin tidak sopan dan semakin tidak langsung suatu tuturan maka semakin sopanlah tuturan itu. Jika contoh (1) Voulez-vous consulter un expert? yang terbentuk dari kalimat interogatif diubah menjadi kalimat dengan bentuk deklaratif (2) Vous pouvez consulter un expert
16
maka dilihat dari skala ketaklangsungannya tersebut kalimat deklaratif dianggap kurang santun daripada kalimat interogatif. Sedangkan jika kalimat imperatif (4) Consultez un expert! dibandingkan dengan contoh (1) dan (2) dan (3), maka contoh (4) dilihat dari skala ketaklangsungannya dianggap semakin tidak sopan. Berikut skala ketaklangsungannya :
Ketaklangsungan
Lebih Sopan
(1)“Voulez-vous consulter un expert?” ‘Maukah anda meminta nasihat kepada ahlinya?’ (2)“Vous pouvez consulter un expert” ‘Anda dapat meminta nasehat kepada ahlinya’ (3)“Vous pourriez consulter un expert” ‘Anda mungkin dapat meminta nasihat kepada ahlinya’ (4)“Consultez un expert!” ‘Mintalah nasihat kepada ahlinya!’ Kurang Sopan
Pada skala pilihan, imperatif diurutkan menurut jumlah pilihan yang diberikan O1 kepada O2. Semakin banyak pilihan dalam tuturan yang diberikan bagi O 2 maka tuturan tersebut dianggap sopan dan sebaliknya, semakin sedikit pilihan dalam tuturan yang diberikan bagi O2 maka tuturan tersebut semakin kurang sopan. Pada contoh (1) O2 memiliki pilihan untuk tidak menaati perintah, skala ini semakin menurun dengan penggunaan deklaratif (2), (3)dan imperatif (4) sehingga tuturan pada contoh (1) merupakan tuturan yang paling sopan dan tuturan pada contoh (4) merupakan tuturan yang paling tidak sopan. Sedangkan pada jarak sosial, menurut Leech (1993:199) derajat rasa hormat yang ada pada sebuah situasi ujar tertentu sebagian besar bergantung pada beberapa faktor yang relatif permanen, misalnya faktor status atau kedudukan, usia, derajat
17
keakraban dan sebagainya. Skala ini menyatakan kedekatan hubungan antara O1 dan O2 sehingga semakin dekat hubungannya maka tuturan tersebut menjadi semakin kurang sopan. Contohnya dalam Bahasa Prancis adalah penggunaan antara kata ganti sapaan yang hormat antara kata ganti tu dan vous.
1.4.3 Tindak Tutur Pragmatik diartikan sebagai aspek-aspek pemakaian bahasa atau konteks luar bahasa yang memberikan sumbangan kepada makna ujaran (Kridalaksana, 2008:198). Sebagai bagian dari ilmu pragmatik, pengamatan dalam tuturan mengakibatkan tindakan-tindakan yang secara umum dikenal dengan sebutan tindak tutur. Pada suatu tindakan yang ditampilkan akan menghasilkan tuturan yang mengandung tiga tindak tutur yang berhubungan yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi. (Yule, 2006:84). Tindak lokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang berarti hanya berfungsi untuk menginformasikan atau memberitahukan sesuatu. Tindak lokusi dapat dengan mudah diidentifikasi karena tidak memperhitungkan konteks tuturannya, contohnya sebagai berikut (5)”Il fait très froid, ici!” ‘Udara di sini dingin sekali’ Berbeda dengan tindak lokusi, tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang berfungsi untuk menginformasikan atau mengatakan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Tuturan di atas selain menginformasikan bahwa udara
18
sangat dingin juga ingin mengatakan bahwa penutur ingin lawan tutur mengetahui bahwa penutur sedang kedinginan. Tindak tutur perlokusi adalah hasil atau efek ujaran terhadap lawan tutur. Efek yang timbul ini bisa disengaja ataupun tidak disengaja. Efek ujaran pada contoh (5) di atas secara tindak perlokusi dapat diartikan bahwa penutur membujuk lawan tutur untuk menyalakan pemanas ruangan.
1.5 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang kalimat imperatif sudah pernah dilakukan sebelumnya, diantaranya adalah Skripsi berjudul “Kesantunan Kalimat Perintah Bahasa Perancis dalam Novel La Bête Humaine Karya Emile Zola: Analisis Sosiolinguistik” oleh Yessi Fitri Lia (2010) yang memaparkan bentuk ungkapan kesantunan kalimat Perintah dalam Bahasa Prancis juga fungsi dan tingkat kesantunan kalimat perintah langsung dan tidak langsung. Skripsi yang membahas tentang surat pembaca dalam rubrik antara lain “Fungsi Bahasa dan Ciri Kebahasaan Rubrik On Se Dit Tout dalam Majalah Okapi” oleh Novita Sari dwi Ayuningtyas (2011) yang mendeskripsikan ciri kebahasaan dan fungsi bahasa yang dipergunakan oleh remaja putra dan putri dalam rubrik yang sama. “Wacana Rubrik L’Infirmière Dit dalam Majalah Okapi: Analisis Kohesi, Koherensi dan Pragmatik” oleh Aisyah Maulindina (2008) menjelaskan tentang
19
aspek koherensi dan kohesi juga bentuk dan makna tindak tutur pada rubrik L’Infirmière Dit. Selain itu ditemukan pula skripsi berjudul “Wacana Tips dalam Femme Actuelle : Analisis struktur wacana dan Kohesi” oleh Heksi Diana Sari (2006) yang mendeskripsikan struktur wacana tips dan tipe – tipe juga penanda kohesinya. Skripsi yang berjudul “Tindak Tutur dalam Rubrik Bonne Humeur Mauvais Humeur Majalah Je Bouquine” oleh Puji Sulastri (2006) menjelaskan tentang tindak tutur yang dipakai dan menjelaskan maksud yang ingin disampaikan melalui tindak tutur yang digunakan. Dari sejumlah tulisan di atas, penelitian tentang bentuk dan makna imperatif pada surat bagian jawaban khususnya dalam rubrik psikologi VC belum pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini mendasari dilakukannya penelitian tentang jenisjenis imperatif yang digunakan O1 dalam rubrik VC dan menjelaskan maksud yang ingin disampaikan melalui penggunaan tindak tutur yang digunakan.
1.6 Data dan Metodologi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap pengumpulan data, analisis data dan penyajian hasil data (Sudaryanto, 1993:33). Pengumpulan data penelitian diambil dari situs femina.fr selama tahun 2011-2012. Setelah data dikelompokan maka tahap berikutnya adalah penyediaan data yang dilakukan dengan teknik catat, yaitu pencatatan data secara langsung dari sumber data. Data
20
yang diperoleh didapatkan dengan cara mengumpulkan surat dalam rubrik konsultasi VC pada situs femina.fr. Tahap selanjutnya adalah tahap analisis data. Rubrik tanya jawab konsultasi psikologi yang dikirimkan oleh pembaca kemudian dijawab oleh konsultan dalam bentuk perintah saran/nasihat yang dituturkan dengan bentuk imperatif bermakna pragmatik perintah dapat diklasifikasikan untuk mengetahui jenis-jenis kalimatnya. Setelah data diklasifikasi menurut jenis kalimat yang membentuknya maka data tersebut akan dianalisis dengan menggunakan metode padan yaitu metode dengan alat penentu dari luar dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:15). Sub jenis metode padan yang dipakai berupa metode padan pragmatik yaitu metode yang alat penentunya adalah mitra wicara. Analisis yang diterapkan pada data dilakukan dengan memperhitungkan dan mengaitkan konteks tuturan. Dengan menggunakan metode ini dapat ditentukan maksud ujaran penutur atas tanggapannya terhadap ujaran dari lawan tutur.. Analisis data ini juga memakai metode agih yaitu metode yang alat penentunya adalah bagian dari bahasa yang bersangkutan. Untuk mengetahui kekuatan unsur kesopanannya maka pada beberapa data yang diperlukan akan dianalisis dengan teknik lanjutan dari metode agih seperti teknik lesap, teknik ganti dan teknik ubah wujud/parafrase. Selanjutnya hasil analisis data dari penelitian ini akan dipaparkan sebagai hasil dari penelitian.
21
1.7 Sistematika Penyajian Penelitian ini disusun dalam tiga bab. Bab I merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang yang mendasari penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metodologi penelitian serta analisis data serta sistematika penyajian. Bab II menjelaskan analisis berdasar kalimat dan tindak tutur sehingga uraian hasil analisis dapat terlihat dengan jelas. Bab III merupakan kesimpulan dari hasil penelitian. Hal-hal yang belum dapat dijelaskan dalam penelitian ini akan dituangkan dalam saran untuk penelitian selanjutnya agar pembahasan mengenai surat jawaban pada rubrik konsultasi ini lebih lengkap.