BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Cerita merupakan rangkaian peristiwa yang disampaikan baik berasal dari
kejadian nyata ataupun kejadian tidak nyata. Terdapat berbagai macam jenis cerita seperti fabel yang menceritakan tentang binatang, hikayat yang merupakan cerita rakyat, legenda yang menceritakan tentang asal usul suatu daerah, hingga cerita anak. Cerita anak adalah cerita yang ditujukan pada anak. Cerita anak tidak harus diperankan oleh anak-anak namun siapa saja dapat dijadikan tokoh cerita anak, seperti: orang tua, kakek, nenek, bahkan binatang. Isi cerita anak biasanya mudah dipahami, menarik, serta memberikan contoh yang baik untuk anak-anak. Salah satu bentuk cerita anak yakni cerita tentang kehidupan binatang (fabel). Fabel merupakan kiasan kehidupan manusia dan dipakai untuk mendidik anak atau masyarakat. Cerita binatang ini timbul karena kepercayaan lama yang beranggapan bahwa sesudah meninggal, manusia dapat berpindah menjadi binatang (reinkarnasi). Maka timbullah anggapan bahwa binatang itu hidup seperti manusia (Nursisto, 2000: 46). Cerita anak yang berjudul „Kitsune Kenta no Anaunsa‟ merupakan cerita fabel. Penulis memilih cerita Kitsune Kenta no Anaunsa karena ceritanya menarik dan di dalam cerita tersebut terdapat lima sub judul yaitu Hajimete no Housou, Kenta
1
2
wa Harahara, Hashire Hashire Hashire, Kenta no Shippo ga Yurayura, dan Are wa Dreda? Dari kelima sub judul tersebut terdapat cerita yang lucu, yaitu terdapat dalam judul „Are wa Dareda?‟, cerita ini menceritakan sebuah drama yang diperankan oleh kelinci, monyet, babi dan anjing. Cerita lucu dalam judul „Are wa Dareda?‟ yaitu ketika monyet menemukan benda asing yang disebut cermin, dari cermin itu monyet terkejut melihat muka yang merah dan mata yang melotot. Setelah diberi tahu oleh anjing kalau yang monyet lihat adalah pantulan mukanya sendiri, monyet pun terkejut dan merasa menyesal. Dari sepenggal cerita tersebut terdapat pesan moral yaitu kita harus mau menerima kekurangan pada diri kita sendiri. 1.2
Pokok Bahasan Dalam Tugas Akhir ini terdapat dua pokok bahasan, yaitu: a) Bagaimana menerjemahkan dan hasil terjemahan cerita anak yang berjudul „Kitsune Kenta no Anaunsa‟ dari bahasa Jepang ke bahasa bahasa indonesia? b) Pesan moral apa saja yang terdapat dari cerita anak tersebut?
1.3
Tujuan Penulisan Tujuan yang diharapkan dari penerjemahan Cerita anak tersebut antara lain: a) Mengetahui isi dari cerita “Kitsune Kenta no Anaunsa” sehingga hasil terjemahan dapat mudah dipahami oleh pembaca khususnya anak-anak. b) Mengetahui berbagai macam pesan moral yang terkandung dari cerita dan bertujuan agar pesan moral tersebut dapat menjadi pembelajaran bagi anak-anak.
3
1.4
Landasan Teori
1.4.1 Definisi Terjemahan Newmark (via Nadar, 2007:7) menyebutkan bahwa menerjemahkan tidak lain adalah: “Rendering the meaning of a text into another language in the way that the author intended the text” “Menyampaikan makna teks dari suatu bahasa ke bahasa lain sesuai dengan maksud penulis teks tersebut” Catford (via Widyamartaya, 1991:12) mendefinisikan penerjemahan sebagai: “The replacement of textual material in one language (the source language SL) by equivalent textual material in another language (the target language TL). “Penggantian bahan kenaskahan dalam satu bahasa (bahasa sumber) dengan padanan bahan kenaskahan dalam suatu bahasa lain (bahasa sasaran)”. Menurut resensi Willie Koen (via Widyamartaya 1991:12) dalam bukunya mengajarkan bahwa cara baru menerjemahkan haruslah berfokus pada respons penerima pesan. Itu berarti bahwa terjemahan dapat dikatakan baik bila benarbenar dapat dipahami dan dinikmati oleh penerimanya. Dari definisi yang telah dituliskan oleh Newmark, Catford dan Willie Koen, penulis mengambil kesimpulan bahwa terjemahan merupakan pengganti bahan kenaskahan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, dengan memperhatikan makna teks bahasa sumber sama dengan teks bahasa sasaran, sehingga hasil terjemahan dapat mudah dipahami oleh pembaca.
4
1.4.2 Metode Terjemahan Menurut Newmark (via Hartono: 82-84) metode terjemahan dapat dititik beratkan ke dalam dua hal, yaitu pada bahasa yang diterjemahkan (bahasa sumber) dan bahasa hasil terjemahan (bahasa sasaran). Masing-masing bahasa ini memiliki empat metode terjemahan. Metode terjemahan yang menitik beratkan pada bahasa sumber adalah terjemahan kata demi kata, terjemahan literal, terjemahan setia dan terjemahan semantik, sedangkan metode terjemahan yang menitik beratkan pada bahasa sasaran adalah terjemahan saduran, terjemahan bebas, terjemahan idiomatik, dan terjemahan komunikatif. Namun penulis hanya akan menggunakan metode komunikatif saja karena metode ini mempertahankan makna kontekstual yang tepat dari bahasa aslinya sehingga hasil terjemahannya mudah dipahami pembaca. Metode terjemahan komunikatif yaitu metode yang mempertahankan makna kontekstual dalam teks, baik aspek kebahasaan maupun aspek isinya agar dapat diterima dan dimengerti oleh pembaca. Metode ini sangat memperhatikan pembaca yang tidak mengharapkan adanya kesulitan-kesulitan dan ketidakjelasan dalam teks terjemahan. 1.4.3 Proses Penerjemahan Dalam proses menerjemahkan terdapat beberapa langkah yang biasa disebut Metode Operasional yang dikemukakan menurut Dr. Ronald H. Bathgate (via Widyamartaya, 1989: 15-18), yaitu:
5
1. Penjajakan (tuning) Tahap penjajakan yaitu, tahap menjajaki bahan yang akan diterjemahkan agar selaras dengan bahasa sasaran dalam hal makna dan gaya bahasanya. Ditahap penjajakan ini penulis telah mengumpulkan data dengan cara mencari buku tentang cerita anak. Buku yang penulis pilih yaitu cerita yang berjudul „Kitsune Kenta no Anaunsa‟, dari buku tersebut penulis mencoba untuk memahami kosa kata dan gaya bahasanya. 2. Penguraian (analysis) Tahap penguraian merupakan penguraian setiap kalimat yang terdapat dalam teks sumber ke dalam satuan-satuan berupa kata atau frase, agar hubungan dari kalimat tersebut dapat ditentukan. Ditahap ini penulis menguraikan kalimat, dari kata demi kata hingga kosa kata, sehingga memudahkan penulis untuk menerjemahkan cerita tersebut. 3. Pemahaman (understanding) Tahap
pemahaman
yaitu,
proses
penerjemahan
dimana
seseorang
penerjemah harus bisa memahami isi bahan terjemahan. Paling tidak bisa menguasai karangan yang dikerjakan. Ditahap pemahaman ini penulis memahami dan mempelajari isi dari cerita Kitsune Kenta no Anaunsa ini, seperti alur ceritanya, tokoh dalam cerita, kosa kata dan gaya bahasa dalam cerita. 4. Peristilahan (terminology) Tahap peristilahan yaitu tahap memikirkan ungkapan-ungkapan dan istilahistilah yang terdapat dalam bahasa sasaran dengan cermat dan selaras. Dalam tahap peristilahan ini penulis menemukan istilah baru dalam bahasa jepang,
6
seperti suara rubah yang memakai “kon,kon” untuk berbicara, lalu ada suara burung yang memakai bunyi “chuncururu”, suara babi yang memakai istilah “oing,oing” dan yang lainnya. 5. Perakitan (restructuring) Tahap perakitan adalah proses menerjemahkan makna dan gaya bahasa secara tepat agar susunan bahasa sumber menjadi selaras dengan bahasa sasaran. Dalam tahap perakitan penulis mencoba memahami setiap kosa kata, lalu merakit kata demi kata sehingga bisa menjadi suatu kalimat yang utuh. 6. Pengecekan (checking) Tahap pengecekan adalah sebuah karangan yang baik harus melalui revisi berkali-kali begitu juga terjemahan. Kesalahan-kesalahan yang ada harus diperbaiki agar menghasilkan terjemahan yang baik dan mudah dimengerti. Dalam tahap pengecekan ini penulis telah melalui beberapa revisi untuk memperbaiki hasil terjemahan cerita tersebut. Dalam tahap ini penulis juga meneliti kembali kata-kata yang susah dimengerti menjadi lebih dipahami oleh pembaca. 7. Pembicaraan (discussion) Tahap pembicaraan merupakan langkah terakhir, yaitu mendiskusikan hasil terjemahan menyangkut isi dan bahasanya dengan orang yang dianggap ahli. Dalam tahap pembicaraan ini penulis telah mendiskusikannya kepada dosen pembimbing untuk mengkoreksi hasil terjemahan menyangkut isi dan bahasanya agar penulis dapat menyampaikan hasil terjemahan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca.
7
1.5
Sistematika Penulisan Tugas Akhir ini terdiri dari tiga bab yang disusun secara sistematik. Bab
pertama merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, pokok bahasan, tujuan penulisan, landasan teori serta sistematika penulisan. Bab kedua yaitu hasil terjemahan cerita Kitsune Kenta no Anaunsa, yang berisi teks hasil terjemahan perkalimat cerita Kitsune Kenta no Anaunsa, teks hasil terjemahan secara keseluruhan, dan pesan moral. Bab ketiga yaitu penutup, berisi ringkasan isi cerita, pesan moral, kesan-kesan dan kesulitan yang dihadapi penulis selama proses penerjemahan.