BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah UU RI No 29 Tahun 2004 tentang Praktik kedokteran menyatakan bahwa sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Salah satu sarana pelayanan kesehatan adalah rumah sakit. Rumah sakit merupakan bagian dari sarana pelayanan kesehatan. Pada saat ini kebutuhan masyarakat terhadap sarana pelayanan kesehatan yang berkualitas semakin meningkat. Oleh karena itu, rumah sakit harus berupaya untuk meningkatkan mutu pelayanan. Dalam peningkatan mutu pelayanan tersebut, maka rumah sakit memerlukan data yang lengkap dan akurat agar kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut tetap baik dan terjamin. Salah satu cara untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit adalah dengan menggunakan standar akreditasi KARS 2012. Dalam Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor Hk.02.04/I/2790/11 tahun 2012 tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit menyebutkan bahwa akreditasi rumah sakit merupakan suatu proses dimana suatu lembaga, yang independen, melakukan asesmen terhadap rumah sakit. Berdasarkan Undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit pasal 40 ayat 1 menyebutkan bahwa dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
1
rumah sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali. Salah satu unit pendukung terwujudnya mutu dan kualitas rumah sakit adalah dengan adanya unit rekam medis. Menurut Permenkes RI No. 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis pada pasal 1, rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Rekam medis bertujuan agar terciptanya keseragaman dalam persepsi dan pelaksanaan rekam medis disetiap institusi pelayanan kesehatan, dalam hal tata cara penyelenggaraan, pemilikan dan pemanfaatan isi, pengorganisasian dan sanksi jika terjadi pelanggaran dalam pelaksanaan. Rekam medis juga berguna sebagai bukti tertulis atas tindakan-tindakan pelayanan terhadap seseorang pasien, juga mampu melindungi kepentingan hukum bagi pasien yang bersangkutan, rumah sakit maupun dokter dan tenaga kesehatan lainnya, apabila dikemudian hari terjadi suatu hal yang tidak diinginkan menyangkut rekam medis itu sendiri. Fungsi utama rekam medis adalah untuk menyimpan data dan informasi pelayanan pasien. Salah satu pelayanan yang penting di rumah sakit adalah kelengkapan, kecepatan, ketepatan untuk kepuasan pasien. Begitu juga dengan pelayanan rekam medis harus cepat, tepat, dan lengkap (Hatta, 2008). Selain itu, menurut Kepmenkes No 129 tahun 2008 juga menyebutkan bahwa kelengkapan berkas rekam medis adalah 100%. Hal itu dapat membantu tenaga kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien
2
secara maksimal. Salah satu upaya untuk kelengkapan rekam medis dalam mencatat atau mendokumentasikan semua tindakan, pengobatan, maupun perawatan yang telah diberikan kepada pasien ke dalam sebuah dokumen dengan kegiatan assembling. Kegiatan assembling merupakan awal dari kegiatan yang dilakukan dalam unit rekam rekam medis setelah berkas rekam medis dikembalikan dari rawat darurat, rawat jalan, dan unit rawat inap maka dilakukan perakitan dengan penyusunan berkas rekam medis agar urutannya dapat sesuai dengan pedoman penyusunan berkas rekam medis yang baik di rumah sakit. Assembling adalah penataan formulir rekam medis yang dilakukan setelah berkas rekam medis diterima dari perawatan rawat jalan dan rawat inap. Setelah kegiatan assembling, barulah dapat dikakukan analisis berkas rekam medis yang sangat perlu dilaksanakan secara teratur karena berguna sebagai bukti perjalanan penyakit, pengobatan setiap episode asuhan serta dapat digunakan sebagai riview mutu (Huffman, 1994). Supaya kegiatan assembling dapat terlaksana secara konsisten, perlu adanya standar yang mengatur tentang pelaksanaan kegiatan assembling. Standar yang mengatur kegiatan assembling tersebut yaitu standar prosedur operasional (SPO). Standar prosedur operasional (SPO) merupakan suatu perangkat instruksi/langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu, memberikan langkah-langkah yang benar dan terbaik untuk melaksanakan berbagai kegiatan (Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2012). Selain dibutuhkan sebagai acuan dan pedoman kerja, standar
3
prosedur operasional (SPO) merupakan salah satu dokumen yang harus disiapkan dalam penilaian akreditasi. Menurut komisi akreditasi rumah sakit (2012) dalam hal akreditasi dokumen dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu dokumen regulasi dan dokumen sebagai bukti pelaksanaan kegiatan. Dalam unit rekam medis sangat diperlukan standar prosedur operasional (SPO) yang merupakan suatu set instruksi yang memiliki kekuatan sebagai suatu petunjuk atau direktif. Penyusunan prosedur tetap rekam medis dibuat agar petugas dapat menjaga konsistensi dan tingkat kinerja serta memperluas alur tugas, wewenang, tanggung jawab dari petugas terkait. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas rekam medis pada bulan Maret 2015 di RSPAU dr. S. Hardjolukito Yogyakarta, perancang memperoleh informasi bahwa rumah sakit sedang mempersiapkan akreditasi rumah sakit. Akreditasi rumah sakit merupakan penilaian mutu yang salah satu penilaiannya adalah standar prosedur operasional (SPO). Di rumah sakit ini kegiatan assembling baru berjalan pada akhir desember 2014, akan tetapi belum terdapat standar prosedur operasional (SPO) yang mengatur pelaksanaan kegiatan assembling tersebut. Dengan
adanya kegiatan
assembling seharusnya ada Standar prosedur operasional (SPO) yang mengatur tentang tata cara terlaksananya, sehingga ada pedoman yang menjadi acuan petugas dalam menjalani pekerjaannya.
4
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah diatas, maka perancang merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana proses penyusunan standar prosedur operasional (SPO) assembling di RSPAU dr. S. Hardjolukito Yogyakarta?”
C. Tujuan Perancangan 1. Tujuan Umum Menyusunan standar prosedur operasional (SPO) kegiatan assembling yang disesuaikan dengan keadaan di RSPAU dr. S. Hardjolukito Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a.
Mengetahui proses pelaksanaan kegiatan assembling pada unit rekam medis di RSPAU dr. S. Hardjolukito Yogyakarta.
b.
Menyusun standar prosedur operasional (SPO) assembling rekam medis di RSPAU dr. S. Hardjolukito Yogyakarta.
D. Manfaat Perancangan Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain: 1. Manfaat Praktis a. Bagi RSPAU dr. S. Hardjolukito Yogyakarta Memberikan masukan/sebagai saran bagi rumah sakit untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan serta sebagai bahan
5
pertimbangan untuk menentukan kebijakan dalam peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. b. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta pengalaman yang berharga secara langsung yaitu di rumah sakit dengan menerapkan teori yang peneliti peroleh dari institusi pendidikan. 2. Manfaat Teoritis a.
Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan atau referensi dalam mempelajari tentang proses pembuatan prosedur tetap.
b.
Bagi Peneliti Lain Dapat dijadikan acuan atau referensi untuk pengembangan penelitian selanjutnya sesuai dengan materi
yang berhubungan
dengan materi yang diambil.
E. Keaslian Penelitian 1. Wulandari (2011): “Evaluasi Standard Operational Prosedur (SPO) Pasien Rawat Inap di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang”. Hasil penelitian: Urutan dalam pelaksanaan pekerjaan petugas di TPPRI RSUD Muntilan Kabupaten Magelang dikelompokkan menjadi 6 yaitu penerimaan pasien dari klinik. Penerimaan pasien dari UGD, penerimaan pasien Pre Operasi, pemanggilan pasien pre Operasi, Penerimaan pasien
6
CITO dan pemindahan pasien dari satu bangsal ke bangsal lain. Format standar prosedur operasional (SPO) pasien masuk rawat inap di RSUD Muntilan kabupaten Magelang sudah benar, tetapi isi SPO yang ada belum sesuai dengan urutan pelaksaan pekerjaan diatas. Teknik pengumpulan
data
dengan
wawancara,
pengamatan
dan
studi
dokumentasi. Persamaan: Sama-sama meneliti standar prosedur operasional (SPO) dan menggunakan teknik pengambilan data dengan metode wawancara dan uji pemeriksaan keabsahan data dengan triangulasi sumber. Perbedaan: Wulandari (2011) membahasan tentang mengevaluasi standar prosedur operasional (SPO) pasien masuk rawat inap, sedangkan peneliti
membahas
tentang pelaksaan
kegiatan
assembling
dan
memberikan usulan SPO kegiatan assembling di RSPAU dr. S. Hardjolukito Yokyakarta. 2. Ningrum (2014): “Perancangan Standar Prosedur Operasional (SPO) Penerimaan Pasien Rawat Jalan dan Pengodean dalam Pelaksanaan Rekam Kesehatan Elektronik (RKE) di RSA Universitas Gadjah Mada”. Tujuan: Merancang standar prosedur operasional (SPO) penerimaan pasien rawat jalan dan pengkodean dalam pelaksanaan rekam kesehatan elektronik di RSA Universitas Gadjah Mada. Hasil penelitian: Rancangan Standar Prosedur Operasional (SPO) telah diusulkan kepada petugas penerimaan pasien yang kemudian dilakukan verifikasi, kemudian dilakukan perbaikian SPO pada kata KIUP menjadi
7
formulir yang telah disediakan, kemudian urutan mencetak kartu pasien yang ada pada akhir alur, menjadi setelah petugas selesai mencatat identitas pasien di RKE. Rancangan Standar Prosedur Operasional (SPO) pengodean telah diusulkan kepada petugas pengodean, kemudian dilakukan verifikasi. Setelah itu, dilakukan perbaikan meliputi: menambahkan tampilan No, Waktu, Kode, Diagnosis, No RM, unit dan Status. Selain itu, dilakukan penambahan data untuk unit terkait yaitu yaitu meliputi: Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Hemodialisa, One Day Care Unit. Persamaan: Adalah sama-sama membuat prosedur tetap atau SPO, dan sama-sama menggunakan teknik pengumpulan data wawancara. Perbedaan: Ningrum (2014) membahasan tentang usulan SPO penerimaan pasien rawat jalan dan pegodean dalam pelaksanaan RKE sedangkan peneliti membahas tentang pelaksaan kegiatan assembling dan memberikan usulan SPO kegiatan assembling di RSPAU dr. S. Hardjolukito Yokyakarta. 3. Puspita (2014): “Perancangan Formulir Rekam Medis Bencana dan Penyusunan Standard Operasional Procedure (SPO) Pelaksanaannya di RSUD Kota Yogyakarta”. Tujuan: Merancang formulir rekam medis bencana dan menyusun standard operasional procedure (SPO) pelaksanaanya. Hasil penelitian: Formulir rekam medis bencana yang terpilih adalah rancangan dengan triage yang terperinci dan disajikan dalam bentuk
8
checklist sehingga mempermudah pengisian disaat kondisi darurat bencana dan alur pengisian/pencatatan formulir rekam medis bencana yang dapat dijadikan sebagai verifikator pelaksanaan kegiatan tersebut. Persamaan: Objek perancangan sama yaitu mengenai standar prosedur operasional (SPO). Perbedaan: Puspita (2014) merancang formulir rekam medis bencana dan merancang standar prosedur operasional (SPO) pelaksanaannya. sedangkan peneliti membahas tentang pelaksaan kegiatan assembling dan memberikan usulan SPO kegiatan assembling di RSPAU dr. S. Hardjolukito Yokyakarta.
F.
Gambaran Umum Rumah Sakit 1. Sejarah Rumah Sakit TNI AU dr. Suhardi Hardjolukito Berdasarkan buku profil Rumah Sakit TNI AU dr. Suhardi Hardjolukito tahun 2013, rumah sakit ini merupakan rumah sakit TNI AU di bawah Dinas Kesehatan Angkatan Udara, yang berlokasi di Jl. Janti Blok O Lanud Adi Sutjipto Yogyakarta. Rumah Sakit TNI AU dr. Suhardi Hardjolukito merupakan salah satu rumah sakit di Daerah Istimewa Yogyakarta, yang berdiri berawal dengan dibentuknya TPS (Tempat Perawatan Sementara) pada tahun 1945 dan merupakan rumah sakit tipe B Kemenkes RI adalah salah satu Pelaksana Teknis Diskesau yang bertanggung jawab langsung kepada Diskesau.
9
Susunan organisasi dan tata kerja Rumah Sakit TNI AU dr. Suhardi Hardjolukito saat ini berdasarkan Surat Peraturan Panglima TNI No. 14 Tahun 2012 dan Perkasau 93/X/2012, serta disesuaikan dengan kemampuan pelayanan, sumber daya manusia dan peralatan serta fasilitas yang dimiliki rumah sakit. Semula Rumah Sakit TNI AU dr. Suhardi Hardjolukito bertempat di dalam Lanud Adi Sutjipto. Pada tanggal 27 Mei 2006 Rumah Sakit TNI AU dr. Suhardi Hardjolukito mengalami rusak berat karena terjadi gempa Yogyakarta. Oleh karena itu mulai tanggal 29 Mei 2006 secara bertahap kegiatan pelayanan kesehatan Rumah Sakit TNI AU dr. Suhardi Hardjolukito dipindahkan ke bangunan yang baru yang berlokasi di Jalan Raya Janti, Yogyakarta. Pada tanggal 12 s.d. 14 Desember 2010 Rumah Sakit TNI AU dr. Suhardi Hardjolukito telah melakukan akreditasi ulang untuk 5 (lima) pelayanan dasar, yakni Administrasi dan Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan
Gawat
Darurat,
Pelayanan
Keperawatan,
Pelayanan
Keperawatan, dengan hasil Terakreditasi 01. 10/III. 1964/10 dikeluarkan oleh KementrianKesehatan RI, dan sekarang Rumah Sakit TNI AU dr. Suhardi Hardjolukito telah menjadi Rumah Sakit TK. II.
2. Motto, Visi, dan Misi Rumah Sakit TNI AU dr. Suhardi Hardjolukito a. Motto Melayani dengan professional dan penuh kasih
10
b. Visi Menjadi rumah sakit rujukan TNI Angkatan Udara yang mampu melaksanakan kegiatan dukungan operasi dan memberikan kualitas pelayanan kesehatan secara professional di wilayah Indonesia khususnya Jawa Tengah dan DIY. c. Misi 1) Menjamin pelayanan prima yang berkualitas dan paripurna bagi anggota TNI AU/ TNI, PNS dan keluarga serta masyarakat umum. 2) Mengembangkan SDM yang professional dan kompeten di bidang pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien serta kesehatan
penerbangan
pada
khususnya
secara
berkesinambungan. 3) Menyelenggarakan pengembangan pendidikan dan latihan, penelitian
bidang
kesehatan
guna
menunjang
dukungan
kesehatan dan pelayanan kesehatan yang optimal. 4) Meningkatkan sarana prasarana dan pemeliharaan peralatan serta materiil penunjang lainnya, membangun kerja sama bidang kesehatan, pelayanan masyarakat dan Diklat Litbangkes lainnya.
3. Fasilitas Pelayanan a. Pelayanan Rawat Jalan 1) Poliklinik Gilut
11
2) Poliklinik Penyakit Dalam 3) Poliklinik Anak 4) Poliklinik Bedah 5) Poliklinik Obsgyn 6) Poliklinik Saraf 7) Poliklinik Mata 8) Poliklinik THT 9) Poliklinik Kulmin 10) Poliklinik Umum/ Air Crew 11) Poliklinik Urologi 12) Poliklinik Jantung 13) Poliklinik Orthopaedi 14) Rehabmedik 15) Poliklinik paru 16) Poliklinik Jiwa 17) Poliklinik Akupuntur 18) Poliklinik Bedah Mulut 19) Poliklinik Bedah Saraf 20) Poliklinik Onkologi 21) Poliklinik VCT b. Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit TNI AU dr. Suhardi Hardjolukito saat ini memiliki 6 (enam) bangsal, yaitu :
12
1) bangsal kebidanan 2) bangsal penyakit anak 3) bangsal bedah kelas III 4) bangsal bedah kelas 1 dan 2 5) bangsal penyakit dalam kelas 1 dan 2 6) ruang ICU/ICCU/NICU/PICU. c. Pelayanan Unggulan yang Sedang Dirintis 1) Trauma Center 2) Neuroendovasculer (Pelayanan Syaraf/ Bedah Syaraf dan jantung terpadu) ditunjang salah satunya Cath Lab 3) Pelayanan Mata Terpadu dengan ditunjang oleh alat-alat canggih OCT dan Lasik 4) Pelayanan Onkologi Terpadu dengan ditunjang alat-alat seperti Gamma Camera, Mamografi, dan Fluroscopy 5) Pelayanan Geriatri Terpadu 6) Haemodialisa 7) Pelayanan Kecantikan/ Estetika. d. Fasilitas Umum 1) Lahan parkir yang memadai 2) Layanan ATM 3) Pemulasaraan Jenazah 4) Kantin “Melati” Koperasi Rumah Sakit TNI AU dr. Suhardi Hardjolukito
13
Tabel 1. Performance RSPAU dr. S. Hardjolukito Yogyakarta No
Jenis
2012
2013
2014
20,41%
38,09%
53,07 %
4,6 hari
3,03 hari
3,15 hari
21,85 hari
6,58 hari
3,3 hari
13, 3 kali
34,47 kali
50 kali
8,5 0/00
10,9 0/00
8,7 0/00
21,54 0/00
32,72 0/00
27,8 0/00
Bed Occupancy 1 Rate (BOR) Average Length of 2 Stay (Av LOS) Turn of Interva 3 (TOI) Bed Turn Over 4 (BTO) Netto Death Rate 5 (NDR) Gross Death Rate 6 (GDR) Sumber: Bagian Pelaporan RSPAU dr. S. Hardjolukito
14