BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan peningkatan usia banyak terjadi proses pertumbuhan dan
perkembangan pada
manusia namun pada suatu saat
pertumbuhan
dan perkembangan akan terhenti pada suatu tahapan sehingga
berikutnya
akan banyak perubahan yang terjadi pada fungsi tubuh manusia, perubahan tersebut biasanya terjadi pada proses penuaan (Proverawati, 2010). Proses penuaan telah terjadi sejak manusia dilahirkan ke dunia, dan ini terjadi sepanjang kehidupannya sesuai dengan hukum alam. Khususnya pada wanita, terganggunya sampai hilangnya proses haid merupakan masalah normal yang sadar atau tidak sadar akan dilalui oleh wanita dalam kehidupannya
karena
masalah
menopouse
merupakan
masalah
fisiologis/normal, sedangkan penerimaannya berbeda-beda di antara para wanita, maka alangkah baiknya masalah menopouse ini diketahui secara jelas oleh para wanita (Pakasi, 2002). Sesuatu yang berlebihan atau berkurang tentu mengakibatkan timbulnya suatu reaksi pada tubuh manusia maka pada masa menopause reaksi nyata adalah berkurangnya hormon Estrogen meskipun perubahan terjadi juga pada hormon progesteron tetapi yang paling berpengaruh langsung adalah hormon estrogen (Sibagariang, 2010).
1
2
Gejala psikologis yang dialami wanita menjelang menopause yaitu perubahan suasana hati ini merupakan
hal yang umum, tetapi jauh lebih
penting adalah serangan rasa cemas, hilangnya ingatan dan konsentrasi semua gejala ini akan mengganggu kehidupan pribadi dan sosial sehingga menjadi suatu masalah yang makin lama makin berat (Bromwich, 2007). Gejala fisik yang timbul pada masa menopause adalah semburan rasa panas (hot flushes) keringat pada malam hari, kelelahan, insomnia, kulit keriput, sakit
kepala,
denyut
jantung
cepat
dan tidak
teratur
(palpitasui),
ketidaknyamanan dalam buang air kecil dan ketidak mampuan untuk mengendalikan buang air kecil (Spenser & Brown, 2007). Namun masih banyak hal yang yang diperhatikan terhadap proses menopause. Fakta menunjukkan bahwa makin bertambahnya jumlah penduduk makin maju suatu Negara makin terisolir penduduk usia tua termasuk menopouse apalagi harapan hidup wanita relatif lebih tinngi dibandingkan dengan laki-laki. Di mana seorang wanita adalah istri yang harus melayani kehidupan seksual suami sehingga dalam keadaan bagaimanapun isteri harus siap serta adanya rasa bahwa layanan suami istri adalah kewajiban yang harus dilakukan dengan menekan rasa sakit dan tanpa memperhatikan kesehatan reproduksinya (ITB, 2008). Oleh sebab itu agar kehidupan Usia menoupouse ini berlangsung dalam kepuasan dan kebahagiaan serta kesejahteraan maka diperlukan adanya persiapan sejak dini untuk menjaga kesehatan sesuai dengan pengetahuan yang memadai disamping kesehatan perlu juga mengadakan persiapan terhadap
3
datangnya proses menoupouse yang tidak bisa dihindari namun resiko timbulnya keluhan bisa menurun jika mempersiapkan diri secara fisik maupun psikis sejak jauh-jauh hari sebelumnya, kalau kemudian keluhan tetap ada dengan persiapan diri yang lebih baik lagi, artinya segala perubahan yang akan dialami dapat lebih diterima dengan bijaksana. Salah satu persiapan yang penting adalah dengan mengenal apa, mengapa dan bagaimana sebenarnya kejadian pada proses menoupouse tersebut, dengan demikian masa menopouse dapat dijalani dengan lebih baik secara fisik maupun psikis sehingga setiap wanita dapat menjalani hari-harinya dengan kwalitas hidup yang lebih baik (Depkes, 2008). Tahun 2003 jumlah wanita di dunia yang memasuki masa menopouse mencapai 1,2 milyar orang, Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dengan proyeksi penduduk pada tahun 2003 bahwa 5.320.000 wanita Indonesia memasuki masa menopouse setiap tahunnya, 68 % menderita gejala Klimakteium dan hanya 62 % dari penderita yang menghiraukannya gejala tersebut, sementara setiap tahunnya sekitar 25 juta wanita di seluruh dunia diperkirakan mengalami menopouse. Jumlah wanita usia 50 tahun ke atas diperkirakan meningkat dari 500 juta pada saat ini menjadi lebih dari
1
milyar pada tahun 2030. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2025 jumlah wanita yang berusia tua diperkirakan akan melonjak dari 107 juta ke 373 juta (Supari, 2005). Berdasarkan data sensus penduduk Provinsi Aceh tahun 2012 jumlah wanita usia 45 -50 yaitu 244.000 orang dengan jumlah penduduk 4.726.000
4
orang (Data BPS, 2012). Berdasarkan data Profil Kesehatan Kota Banda Aceh tahun 2012 yaitu jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur wanita 45-49 yaitu 5.192 orang dengan total penduduk 11.018 orang ( Dinkes Kota, 2012). Rekapitulasi pendataan
keluarga jumlah
jiwa
menurut kelompok
umur yaitu usia 45 -50 Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh berjumlah 170 Orang, Dusun Lampoh Raya 34, Dusun Ujung
Krung 29
Orang, Rawa Bakti 26 Orang ,Dusun Raja Wali 21 Orang, Dusun jeulingke Indah 25 Orang, Dusun Rw Sakti 35 ,Dengan jumlah penduduk 5.124 jiwa. Hasil studi pendahuluan melalui wawancara pada 10 ibu yang berusia 45-50 tahun di Desa Jeulingke di dapatkan hasil 6 orang (60%) ibu berpengetahuan kurang tentang menopause dan 4 orang (40%) ibu berpengetahuan cukup tentang menopouse dari data tersebut umumnya wanita tersebut belum menyadari bahwa peran suami dan usia sangat mempengaruhi terhadap proses menopause. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan, Peran Suami dan Usia pada wanita dalam menghadapi masa menopause di Desa Jeulingke kecamatan syiah Kuala Banda Aceh.
5
B. Perumusan Masalah. Wanita usia 45-50 tahun memasuki masa menopause dengan disertai “keluhan-keluhan normal” dan cara penerimaanya bagi setiap wanita berbedabeda, terjadi keluhan ini dipengaruhi oleh beberapa factor. Berdasarkan permasalahan di atas, perumusan masalah pada skripsi ini adalah Hubungan Pengetahuan, Peran Suami dan Usia pada wanita dalam menghadapi masa Menopause di Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Adapun tujuan umum penulisan Skripsi ini adalah untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan, Peran Suami dan Usia pada wanita dalam menghadapi masa Menopause di Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan
pengetahuan pada wanita dalam
menghadapi masa menopause di Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh b. Untuk mengetahui hubungan peran suami pada wanita dalam menghadapi masa menopause di Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh.
6
c. Untuk mengetahui hubungan usia pada wanita dalam menghadapi masa menopause di Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah: 1.
Bagi peneliti: Sebagai bahan kajian untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam melakukan penelitian ilmiah.
2.
Bagi Institusi Pendidikan: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pelengkap atau pembanding dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.
3. Bagi Tenaga Kesehatan: Sebagai bahan informasi bagi petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang peristiwa menopause pada umumnya, sebagai upaya untuk menurunkan angka morbilitas ibu oleh tenaga bidan pada khususnya. 4.
Bagi Puskesmas: Sebagai bahan masukan dalam memperoleh sumber data tentang ibu menopause sehingga tercapai cakupan dalam memberikan penyuluhan terhadap masyarakat.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Menopouse 1. Pengertian Menopause merupakan periode peralihan dari fase reproduksi menuju fase usia tua (Senium) yang terjadi akibat menurunnya fungsi generatif ataupun endokronologik dari ovarium. Penurunan produksi hormon estrogen menimbulkan berbagai keluhan pada seorang wanita, sedangkan penurunan fertilitas sangat bergantung pada usia wanita tersebut, dan jarang menimbulkan keluhan yang berarti. Fertilitas wanita dan laki-laki pada usia 20-24 tahun adalah 100%. Pada usia 35-39 tahun fertilitas wanita hanya tinggal 60%, sedangkan laki-laki masih tetap tinggi 95%. Pada usia 45-49 tahun fertilitas wanita tinggal 5% saja dan pada laki-laki mencapai 80% (Baziad, 2003). Christiane (2006) mendifinisikan Menopause secara klinis sebagai waktu di mana seorang wanita tidak mengalami menstruasi selama satu tahun, yang diawali dengan tidak teraturnya periode menstruasi dan diikuti dengan berhentinya periode menstruasi. Menopause merupakan fase dalam kehidupan seorang wanita yang ditandai dengan berhentinya masa subur. Di Indonesia sendiri, usia menopause bervariasi antara 45-50 tahun. Namun proses perubahan ke arah menopause itu sendiri sudah
8
dimulai sejak wanita berusia 40 tahun. Maka ini dikenal sebagai masa Pra menopause. Dengan berlalunya waktu, semakin sedikit folikel yang di pengaruhi oleh hormon, dan jumlah estrogen yang dikeluarkan semakin berkurang, sampai akhirnya haid berhenti sama sekali, menopause pun tiba. Tentu saja kejadian berlangsung perlahan-lahan. Beberapa wanita mengalami banyak pendarahan, karena tiba-tiba muncul dorongan estrogen diikuti oleh jarak waktu yang panjang ketika haid tidak terjadi. Periode ini disebut klimakterium (Perubahan kehidupan). Sementara berhentinya siklus haid disebut Menopause (Derek, 2005). Baziad (2003) yang berjudul Menopouse dan Andropouse mengemukakan bahwa menopause merupakan fase di mana seseorang wanita akan mengalami kekacauan pola menstruasi, terjadi perubahan Psikologis/kejiwaan, terjadi perubahan fisik yang berlangsung antara 4-5 tahun pada usia 48- 55 tahun.
2. Proses terjadinya menopouse Spermatogenesis pada laki-laki terus berlanjut sampai usia tua, sedangkan pada wanita tidak demikian, Oogenesis akan berakhir pada usia fetus 20 minggu dan yang tinggal hanya 7 juta Oosit. Pada saat seseorang anak wanita lahir, Primodial folikel tinggal 500.000 sampai 1.000.000 lagi. Sebagian wanita pada usia 35 tahun
masih memiliki
sebanyak 100.000 folikel, Sedangkan wanita yang lain pada usia yang sama hanya memiliki 10.000 folikel. Penyebab berkurangnya jumlah
9
folikel terletak pada folikel itu sendiri. Seperti sel-sel tubuh yang lain, Oosit juga dipengaruhi oleh stress biologik seperti radikal bebas, kerusakan permanen dari DNA, dan bertumpuknya bahan kimia yang dihasilkan dari proses metabolisme tubuh. Bila jumlah primodial folikel mencapai jumlah yang kritis, akan terjadi gangguan sistem pengaturan hormon ,yang berakibat terjadi oligomenorea. Bila sudah tidak tersedia lagi folikel, berarti wanita tersebut telah memasuki usia pasca menopause. Setiap wanita yang masih mengalami haid, meskipun sudah tidak teratur, ovariumnya masih memiliki lebih kurang 1000 folikel dan kemungkinan hamil masih ada. (Baziad, 2003).
3. Fase menopouse Menurut Baziad (2003) Fase menopause dibagi dalam beberapa fase yaitu: a. Fase Pramenopause (fase klimaterium) : adalah fase antara usia 40 tahun - 55 tahun. Pada fase ini seorang wanita akan mengalami kekacauan pola menstruasi, terjadi perubahan psikologis/kejiwaan, terjadi perubahan fisik. Berlangsung selama antara 4-5 tahun. b. Fase perimenopause merupakan fase peralihan antara pramenopause dan pascamenopause.
10
Gambar 2.1 Klimakterium c. Menopause di mana jumlah folikel mengalami atresis makin meningkat, sampai suatu ketika tidak tersedia lagi folikel yang cukup. terhentinya menstruasi. Perubahan dan keluhan psikologis dan fisik semakin menonjol. Berlangsung sekitar
3-4 tahun. Pada usia antara
56-60 tahun. Di Indonesia berlangsung menopause pada usia 45-48 tahun. d. Pascamenopause ( senium ) : terjadi pada usia di atas 60-65 tahun. Wanita beradaptasi terhadap perubahan psikologis dan fisik. Keluhan makin berkurang. Keadaan di mana ovarium sudah tidak berfungsi sama sekali, kadar estradiol berada antara 20-30 Pg/ml, dan kadar hormon gonadotropin biasanya meningkat.
11
Gambar 2.2 Fase Klimakterium
4. Tanda-tanda awal masa menopause Semua perubahan yang terjadi disebabkan perubahan pengeluaran hormon, dan akibat kegagalan esterogen, tidak adanya progesteron, serta meningkatnya hormon pituitary. Dulu orang beranggapan esterogen berhenti diproduksi setelah menopause, tetapi sekarang terus dihasilkan sampai usia lanjut, meskipun tentu saja jumlahnya sedikit (Derek, 2005) Perubahan utama yang terjadi dalam tubuh wanita menopause disebabkan oleh berhentinya produksi esterogen. Esterogen paling aktif pada jaringan yang membentuk saluran alat kelamin wanita dan pada payudara, sehingga bagian itu paling dipengaruhi. Tetapi karena produksi
12
esterogen yang terus menerus namun beragam jumlahnya, maka tingkat pengaruhnya pun berbeda-beda (Derek, 2005). Sebelum menopause payudara sering bertambah besar karena lemak menumpuk. Tetapi setelah klimakterik, lemak diserap ulang, perubahan ini berlangsung secara perlahan-lahan.Dengan lambat pula rahim, saluran telur, dan indung telur mengerut dan tidak aktif. Sepanjang dinding vagina menebal, dan lebih mudah terkena gangguan, tetapi kemungkinan ini berkurang jika senggama tetap dilakukan. Jaringan yang mengelilingi dan mendukung vagina, serta otot- otot panggul menjadi kendur dan kehilangan elastisitasnya, sehingga bisa menjadi prolaps. Pada dasarnya perubahan menopause berlangsung perlahan-lahan bersama dengan berjalannya waktu (Derek, 2005).
5. Keluhan pada menopouse Depkes RI (2003), menyebutkan bahwa keluhan pada masa menopause yang terjadi pada wanita dapat bersifat jangka pendek dan jangka panjang. a. Bersifat jangka pendek 1) Rasa panas di dada yang menjalar ke arah wajah (Hot flush) Gejala ini serius timbul di malam hari, sehingga menyebabkan terbangun dari tidur, dan hanya terjadi dalam hitungan menit tapi kadang-kadang sampai satu jam. Pada saat terjadi gejolak panas, warna kulit menjadi kemerahan di daerah dada, leher dan wajah, dan terasa sedikit hangat pada perabaan.
13
Gejala ini akan berkurang bila udara dingin. Sedangkan dalam keadaan stress psikis akan timbul lebih sering dan sangat terganggu. Rasa panas ini akan semakin berkurang dan menghilang setelah 4-5 tahun pasca menopause. 2) Gangguan Psikologis : penurunan hormon estrogen pada wanita juga dapat mengakibatkan gangguan psikologis berupa depresi, mudah tersinggung, mudah marah, kurang percaya diri, sukar berkonsentrasi, perubahan perilaku, menurunnya daya ingat dan kehilangan gairah seksual. 3) Kelainan kulit, rambut, gigi dan keluhan sendi/tulang: Kehilangan jaringan penunjang atau kolagen pada wanita menopause akan menyebabkan kulit menjadi tipis, kering dan keriput, rambut tipis dan kering serta mudah rontok, gigi mudah goyang dan gusi mudah berdarah, bibir menjadi pecah-pecah dan rasa sakit dan ngilu pada daerah persendian. 4) Gangguan Mata : Mata terasa kering dan kadang terasa gatal karena produksi air mata berkurang. 5) Gangguan Saluran Kemih dan alat kelamin : Wanita menopause antara lain sering tidak dapat menahan kencing dan mudah terinfeksi saluran kencing. Vagina terasa kering, gatal, mudah luka, sering keputihan, nyeri pada senggama atau pendarahan pasca senggama.
14
b. Bersifat Jangka panjang antara lain : 1) Osteoporosis Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang pada wanita akibat penurunan kadar hormon estrogen, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Umumnya Osteoporosis terjadi pada tulang yang berongga, yaitu tulang belakang, leher, paha, panggul dan lengan bawah, Osteoporosis dapat dipercepat oleh kekurangan kalsium, sinar matahari, aktivitas fisik dan olah raga : Kurang gizi, kelainan kelenjar gondok (Hiper tiroid), merokok, minum alkohol dan penggunaan kortikoseroid, misalnya pada penderita asma, lupus. 2) Penyakit Jantung Koroner. Penyakit jantung koroner : Kadar estrogen yang cukup, mampu melindungi wanita dari penyakit jantung koroner. Berkurangnya hormon estrogen dapat menurunkan kadar kolestrol baik (HDL: High Density Lipoprotein) dan meningkatnya kolestrol tidak baik (LDL: Low Density Lipoprotein), yang meningkatkan kejadian penyakit jantung koroner pada wanita. 3) Kepikunan (Dimensia tipe Alzhaimer): kekuranga hormon estrogen juga mempengaruhi susunan saraf pusat atau otak. Penurunan hormon estrogen menyebabkan kesulitan berkonsetrasi, kehilangan ingatan akan peristiwa jangka pendek, sukar tidur, gelisah, depresi sampai pada kepikunan tipe Alzheimer. Penyakit kepikunan
15
Alzheimer
dapat
terjadi
bila
kekurangan
estrogen
sudah
berlangsung cukup lama dan berat,yang dipengaruhi faktor keturunan serta proses ketuaan. Baziad(2003), lebih kurang 70 % wanita peri dan pasca menopause mengalami keluhan vasomotorik, depresi dan keluhan psikis dan somatik lainnya. Berat atau ringannya keluhan berbedabeda pada setiap wanita. Keluhan tersebut mencapai puncaknya sebelum dan sesudah menopause, dan dengan meningkatnya usia, keluhan-keluhan tersebut makin jarang ditemukan. Tabel. 2.3 Keluhan menopouse pada Wanita Usia antara 45-50 tahun
Gejolak panas (hot flushes) 70 %
Jantung berdebar-debar
Gangguan tidur 50 %
Depresi 70 %
Mudah tersinggung, berasa takut, gelisah dan lekas marah
40 %
90 %
Sakit kepala 70 %
Cepat lelah, sulit berkonsentrasi,mudah lupa, kurang tenaga 65 %
Berkunang-kunang 20 %
Kesemutan 25 %
Gangguan libido30 %
16
Obstipasi 40 %
Berat badan bertambah 60 %
Nyeri tulang dan otot 50 %
c. Pencegahan terhadap keluhan pada masa menopause yang dapat dilakukan
petugas kesehatan adalah :
Depkes RI (2007), mengemukakan upaya pencegahan yang dapat dilakukan di tingkat pelayanan dasar antara lain: i.
Pemeriksaan alat kelamin : Pemeriksaan alat kelamin wanita bagian luar, liang rahim dan leher rahim untuk melihat kelainan yang mungkin ada, misalnya lecet, keputihan, pertumbuhan abnormal seperti benjolan atau tanda radang.
ii.
Pap Smear : Pemeriksaan ini dapat dilakukan setahun sekali untuk melihat adanya tanda radang dan deteksi awal bagi kemungkinan adanya kangker pada saluran reproduksi. Dengan demikian pengobatan terhadap adanya kelainan dapat segera dilakukan.
iii.
Perabaan payudara : ketidakseimbangan hormon yang terjadi akibat penurunan kadar hormon estrogen dapat menimbulkan pembesaran atau tumor payudara. Hal ini juga dapat terjadi pada pemberian hormon pengganti untuk mengatasi masalah kesehatan akibat menopouse. Perabaan payudara sendiri atau yang disebut SADARI (Periksa Payudara Sendiri) dapat dilakukan secara teratur untuk menemukan tumor payudara sedini mungkin.
17
iv.
Penggunaan bahan makanan yang mengandung unsur Fitoestrogen: Hormon estrogen yang kadarnya menurun pada menopouse, dapat diganti dengan memakan dalam jumlah cukup makanan yang mengandung unsure Fito-estrogen (Kedelai, tahu, tempe, kecap, pepaya dan semangka merah).
v.
Penggunaan bahan makanan sumber Kalsium : Makanan yang mengandung kalsium antara lain susu, yoghurt, keju, dan teri.
vi.
Menghindari makanan yang banyak mengandung lemak, kopi dan alkohol.
vii.
Terapi sulih hormon(TSH), tujuan pemberian TSH yaitu untuk mrnggantikan hormon yang ada pada keadaan normal untuk mempertahankan kesehatan wanita yang bertambah tua.Dengan pemberian TSH kualitas hidup wanita dapat ditingkatkan sehingga wanita
akan
hidup
nyaman
secara
fisiologis
maupun
psikologis(Kasdu,2004).Cara pemberian TSH dimulai setelah satu (1) tahun tidak haid.TSH umumnya diberikan bertahun-tahun bahkan 10-20 tahun, dikonsumsi setiap hari dan tidak boleh berhenti sampai beberapa bulan, selama pemberian TSH biasanya jenisnya dikombinasikan untuk mengurangi efek samping, keluhan maupun penyakit, biasanya akan diberikan estrogen pada siklus pertama dan yang palingh asering digunakan adalah estrogen dan progesterone alamiah berupa tablet yang dikonsumsikan setiap hari(Kasdu,2004)
18
Haid secara bawah sadar meningkatkan kecemasan bahwa daya tarik seksual dan fisik berkurang. Wanita akan menjadi tua, dan merasa ditolak. Psikiatris menemukan banyak wanita pada masa menopause melampaui 3 tahap sebelum menyesuaikan dengan kehidupan barunya. Pertama adalah tahap di mana perasaan cemas paling menonjol, namun hanya berlangsung cukup singkat. Tahap kedua berlangsung berbulanbulan yaitu depresi dan perubahan suasana hati. Yang ketiga merasa ditolak oleh semua orang (Derek, 2005). Telah lama diketahui bahwa steroid seks sangat berperan terhadap fungsi susunan saraf pusat,terutama terhadap perilaku, suasana hati, serta fungsi kognitif dan sensorik seseorang. Akibat kekurangan hormon esterogen pada wanita pascamenopause timbullah keluhan seperti mudah tersinggung, cepat marah dan merasa tertekan. Karena kejadiannya meningkat pada usia klimakterik dan post partum. Perasaan tertekan, nyeri betis, mudah marah, mudah tersinggung, stress, dan cepat lelah merupakan keluhan yang serng dijumpai pada wanita usia menopause. Esterogen menghambat aktivitas ezim monoamine oksidase (MAO). Sehingga aktivitas serotonin dan noradrenalin menjadi tidak aktif. Terbukti bahwa wanita pascamenopouse yang diberi esterogen menurun aktivitas MAO dalam plasmanya. Pemberian serotonin- antagonis pada wanita
pascamenopouse
(dr.Rebecca, 2007).
dapat
menghilangkan
keluhan
depresi
19
B. Faktor- faktor yang mempengaruhi wanita dalam menghadapi masa menopouse 1. Pengetahuan ( Knowledge ) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia
itu
diperoleh
melalui
mata
dan
telinga
(Notoatmodjo, 2010). Dari pengalaman dan penelitian terjadi perilaku yang didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : a. Awareness ( kesadaran ), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulasi (objek ) terlebih dahulu. b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus c. Evaluation, ( menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya ). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, orang telah mulai mencoba prilaku baru. e. Adaption, subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
20
positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng ( long lasting ). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007 ). Masih banyak orang yang tidak terbuka pada pasangannya, Alasan yang selalu muncul adalah tidak mau menyakiti dan sangat mencintai pasangan, karena hubungan seksual bukan hanya kerja satu orang,tetapi merupakan hasil kerja sama dua orang. Jadi baik suami maupun istri harus mengerti dan memahami bahwa hubungan seksual yang dilakukan belum tentu memberikan rangsangan seksual yang cukup. Hal ini menyebabkan suami istri menjadi tidak bersemangat untuk melakukan hubungan tersebut, karena suami kurang memahami keluhan yang dialami oleh para istri yang Menopause di mana ketidakseimbangan hormon yang memegang peranan penting ( Post Info, 2008 ).
2. Sikap Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak ( G.W. Alport, 1935). Sikap adalah keadaan mental syarat dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Sikap itu dinamis tidak statis (Widayatun (1999) dalam Annisa Vutri, 2001). Untuk membedakan dari aspek-aspek seperti motif, kebiasaan, dan pengetahuan perlu dikemukakan ciri- ciri sikap sebagai berikut :
21
a. Dalam sikap selalu terdapat objek-objek, tidak ada sikap tanpa objek, objek dapat
berupa benda, orang, kelompok orang, nilai sosial,
pandangan hidup, hukum, dan lembaga kemasyarakatan. b. Sikap tidak dibawa sejak lahir, melainkan dipelajari dan dibentuk melalui pengalamanyang didapat. c. Karena sikap dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan lingkungan sekitar individu yang bersangkutan pada saat berbeda-beda. d. Dalam sikap tersangkut juga faktor motivasi dan perasaan. Inilah yang membedakan dari pengetahuan. e. Sikap tidak menghilang walaupun kebutuhan sudah dipenuhi, jadi berbeda dengan reflek atau dorongan. f.
Sikap tidak hanya satu macam saja, melainkan sangat bermacammacam sesuai dengan banyaknya objek yang dapat menjadi perhatian orang yang bersangkutan. Gejala perubahan fisik yang diraskan ibu menoupouse dapat memicu munculnya masalah psikis sehingga terjadi perubahan sikap. Perasaan yang muncul pada fase ini antara lain rapuh, sedih dan tertekan,akibatnya wanita menoupose menjadi depresi yang akhirnya tidak berkonsentrasi dalam bekerja.(Putri,2007 )
22
3. Peranan Suami Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Pentingnya peranan adalah bahwa hal itu mengatur perilaku seseorang, dan juga bahwa peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain (Soekanto (1996) dalam Annisa Vutri, 2001). Neil (2000) Menyebutkan keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima, peran yang dimainkan oleh keluarga dalam pengembangan kebiasaan kesehatan dan pengajaran terhadap anak-anak mereka. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit. Neil
(2000)
derajat
di
mana
seseorang
terisolasi
dari
pendampingan orang lain, isolasi sosial, secara negatif berhubungan dengan kepatuhan (Baekeland & Lundwall 1975). Anggota-anggota “jaringan sosial’’ individu seringkali mempengaruhi seseorang dalam mencari pelayanan kesehatan. “Jaringan kerja rujukan biasa” terdiri dari sekelompok orang, biasanya keluarga atau teman, di mana seseorang pertama kali menceritakan keluhannya dan meminta nasihat.
23
Pada masa sekarang ini tanggung jawab kesehatan reproduksi wanita bukan saja berada pada istri,namun melibatkan peran suami. Prespektif baru dalam kesehatan reproduksi adalah keikutsertaan pria atau suami dalam kesehatan reproduksi wanita. Oleh Karena itu Kesehatan reproduksi perempuan sudah merupakan tanggung jawab bersama antara suami dan istri maka sangat diperlukan pemahaman dan pengaruh yang seimbang antara suami dan istri untuk dapat membantu perilaku kesehatan reproduksi secara optimal melalui komunikasi dan layanan suami istri. Salah satu bentuk gambaran suami dalam perilaku kesehatan reproduksi perempuan terutama saat proses memasuki masa menopause dengan berbagai permasalahan yang timbul baik fisik maupun psikisnya. (ITB,2006)
4. Lingkungan Sosial Definisi klasik kebudayaan yang disusun oleh sir Edward Taylor (1871) menyebutkan kebudayaan adalah komplek keseluruhan dari pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan semua kemampuan serta kebiasaan yang lain yang diperoleh oleh seseorang sebagai anggota masyarakat. Bila dinyatakan secara lebih sederhana, kebudayaan adalah segala sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama secara sosial oleh para anggota suatu masyarakat. Seseorang menerima kebudayaan sebagai bagian dari warisan sosial dan pada gilirannya bisa membentuk kebudayaan umum dan mengenalkan perubahan-perubahan
24
yang kemudian menjadi bagian dari warisan generasi yang berikutnya (Harton, (1996) dalam Annisa Vutri,2001).
5. Pekerjaan Kesehatan Seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental dan sosial saja tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau penghasilan secara ekonomi. Keempat dimensi kesehatan tersebut yang saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan seseorang atau masyarakat (Notoatmodjo, 2007). Jenis pekerjaan menggambarkan tingkat kehidupan seseorang sehingga
mempengaruhi
berbagai
aspek
kehidupan
termasuk
pemeliharaan kesehatan khususnya menopause. Keluhan yang terjadi pada masa menopause akan mempengaruhi aktivitas kehidupan para wanita bahkan mengancam kebahagiaan rumah tangga. Sehingga dengan adanya kesibukan yang dilakukan membantu wanita dalam mengatasi keluhan stress, gelisah, dam marah.
6. Genetik Untuk meningkatkan derajat kesehatan seseorang / Masyarakat ada beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu lingkungan baik Fisik, mental, sosial, budaya, politik maupun ekonomi, perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor heredities (Keturunan). Ke empat Faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain dan mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang / masyarakat (Notoatmodjo, 2007).
25
7. Penyakit Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit, penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman serta lingkungan. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
8. Gizi Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut. Makan dengan menu seimbang secara kualitas (Mengandung Zat Gizi yang diperlukan tubuh) dan secara Kuantitas (Jumlahnya memenuhi kebutuhan tubuh). Kualitas dapat dikenal dengan ungkapan empat sehat lima sempurna.
9. Olah Raga Olah raga teratur yang juga mencakup kualitas (Gerakan) dan kuantitas dalam arti frekwensi dan waktu yang digunakan untuk olah raga. Dengan demikian kedua aspek ini akan tergantung dari usia dan status kesehatan yang bersangkutan.
26
10. Kebiasaan ibu Kebiasaan ibu merupakan perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan.
11. Usia Kasdu(2004), menyatakan bahwa usia adalah umur seseorang dalam tahun. Baziad (2003) mengemukakan menopause adalah peristiwa terhentinya menstruasi. Perubahan dan keluhan psikologis dan fisik semakin menonjol. Berlangsung sekitar 3-4 tahun. Pada usia antara 56-60 tahun. Di Indonesia berlangsung menopause pada usia 48-55 tahun. Dengan meningkatnya usia, maka kuantitas dan kualitas fungsi kelenjar dan organ berkurang yaitu sebelum menstruasi berhenti sama sekali, karena siklus menstruasi. Menopouse sangat dipengaruhi dan sangat tergantung hormonal(Kasdu,2004).
12. Pendidikan Ahmadi (2001) dalam Mashita (2007) mengemukakan bahwa setiap negara mempunyai sistem persekolahan yang berbeda-beda, baik mengenai tingkat maupun jenis sekolah. Pada saat ini jenis dan tingkat persekolahan di negara kita dari tingkat pra sekolah sampai perguruan tinggi yaitu tingkat pra sekolah dan tingkat sekolah dasar. Hal ini dibedakan antara sekolah dasar umum dan sekolah dasar biasa. Tingkat sekolah Menengah Pertama dibedakan menjadi SMTP umum (SMP) dan
27
SMTP kejuruan (ST, SMEP, dll). Tingkat Sekolah Menengah Atas dibedakan menjadi SMTA umum (SMA) dan SMTA kejuruan (STM, SPG, SMEA, dll). Tingkat perguruan tinggi dibedakan menjadi jalur gelar (S-1, S-2 dan S-3) dan non gelar (D-1, D-2, D-3 dan D-4). Rahman (2003) dalam Mashita (2007) mengemukakan bahwa Biasanya dengan semakin tinggi pendidikan yang dicapai, penerimaan akan lebih mudah karena dengan pendidikan seseorang adapat berpikir secara rasional dan terbuka terhadap ide-ide baru dan perubahan. Selain itu pendidikan juga berpengaruh secara tidak langsung melalui peningkatan status sosial, kedudukan seorang wanita, peningkatan mereka terhadap kehidupan, peningkatan kemampuan untuk membuat keputusan sendiri dan menyatakan pendapat. Wanita yang berpendidikan lebih mudah mendapat pelayanan kesehatan karena mereka menyadari sepenuhnya mamfaat pelayanan kesehatan tersebut.
28
C. Kerangka Teori
Menopause merupakan peristiwa yang alamiah dan fisiologis. Semua wanita yang mencapai usia 45-50 tahun akan mengalami masa ini, namun berbeda-beda keluhan yang ditimbulkan. Faktor pengetahuan, sikap, peranan
suami,
lingkungan
sosial
budaya,
pekerjaan,
pendidikan
mempengaruhi wanita dalam menjalani masa menopause (Heath, 1995). Derek (2005) menyatakan bahwa faktor olahraga dan gizi, sedangkan Baziad (2003) menyebutkan faktor usia, penyakit, genetik,
kebiasaan ibu yang
menjadi faktor dalam menjalani masa menopause. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :
Menurut Heath: Pengetahuan Sikap Peranan Suami Lingkungan Sosial Pekerjaan Pendidikan Menurut Direk: Gizi Olahraga
Wanita Menopause
Menurut Baziat: Usia Penyakit Genetik Ga Kebiasaan Ibu
Gambar 2.3. Kerangka Teori
29
D.Kerangka Konsep Sskripsi ini penulis membatasi lingkup penelitiannya yang meliputi hubungan pengetahuan, Peran suami, dan usia . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam kerangka konsep penelitian dibawah ini:
Variabel Independent
Variabel Dependent
Pengetahuan
Peran Suami
Wanita Menopause
Usia
Gambar .2.4 Kerangka Konsep Penelitian
E. Hipotesa 1. Adanya Hubungan Pengetahuan pada wanita dalam menghadapi masa menopause.di Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. 2. Adanya hubungan Peran Suami pada wanita dalam menghadapi masa menopause.di Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. 3. Adanya
hubungan
usia
pada
wanita
dalam
menghadapi
menopause.di Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh.
masa
30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian bersifat analitik dengan pendekatan Cross Sectional yang bertujuan untuk mengetahui adanya “Hubungan Pengetahuan, Peran Suami dan Usia pada wanita dalam menghadapi masa Menopause di Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh Tahun 2013.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang berusia 45-50 tahun yang ada di Desa Jelingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh sebanyak 170 orang Wanita(Data Desa Tahun 2012)
2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah ibu Rumah tangga yang berusia 45- 50 tahun di Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh sebanyak 170 orang dengan penentuan jumlah sampel berdasarkan Rumus Slovin (Notoatmojo, 2000).
n
N 1 N (d ) 2
31
n
170 1 170(0,1) 2
n
170 2,70
= 62, 96 dan di bulatkan menjadi 63 sampel Keterangan : d : Degree of the reality; perbedaan rata-rata populasi dengan rata-rata sampel di ambil 0,1 N : Besar populasi n
: Besar sampel (Notoatmojo, 2000)
Pengambilan dengan
sampel dengan
cara acak
melalui
cara random sampling yaitu sistem undian yang
dianggap
mewakili seluruh populasi
C. Tempat dan waktu Penelitian Tempat Penelitian: Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh Waktu Penelitian:
Juli 2013.
D. Tehnik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan Pengumpulan data ini di dapat dengan 2 cara yaitu : 1. Data Primer
32
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dilokasi penelitian responden yaitu data mengenai Pengetahuan, peran suami dan usia menopause dengan cara penyebaran kuisioner langsung kepada responden.
2. Data Skunder. Data yang diperoleh dari puskesmas ,Kantor Desa dan Dinas Kesehatan Kota dan BPS Aceh yaitu data tentang jumlah wanita Menoupouse, Gambaran umum wilayah, Jumlah penduduk pekerjaan dan Usia ibu di Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh.
33
E. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No
Variabel
Definisi
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Skala
Dependent
1.
Menopause
Kesiapan
Membagikan
Seorang
kuisioner dengan
wanita
kriteria.
menghadapi
-Ya jika jawaban
tidak
benar
mentruasi
x x :3,1
selama- satu tahun yang diawali dengan tidak teraturnya periode mentruasi dan diikuti berhentinya mentruasi pada ibu yang berusia antara 45- 50 tahun .
- Tidak jika jawaban
x x :3,1
benar
Kuisioner
-Siap -Tidak siap
Ordinal
34
Independent
1.
Pengetahuan
Hal-hal yang
Membagikan
diketahui ibu
kuisioner dengan
tentang
kriteria.
menoupouse
-Baik jika
Kuisioner
-Baik
Ordinal
-Kurang
menjawab benar 76-100 % pertanyaan -Kurang jika menjawab < 76 % pertanyaan
2..
Peran Suami
Keikutsertaan
Membagikan
(terbuka,
kuisioner yang
-Kurang
pengertian)
terdiri dari 5
baik
suami dalam
pertanyaan chek
menghadapi
lish dengan
keluhan
kriteria.
wanita pada
-Baik bila
masa Menopouse
Kuisioner
-Baik
Ordinal
x x :9,4 -Kurang baik bila
x x :9,4
3.
Usia Ibu
Usia ibu pada
Membagikan
saat
kuisioner dengan
menopause
kriteria.
dan saat
- Tidak siap jika
dilakukan
Usia ibu
penelitian
47 tahun
dimulai dari
x x :2,8
lahir sampai saat ini.
45 –
- Siap jika Usia ibu 48 – 50 tahun x x :2,8
Kuisioner
-Tidak Siap -Siap
Nominal
35
F. Instrumen Penelitian Adapun Instrumen yang digunakan adalah kuisioner .Kuisioner terdiri dari pertanyaan yang masing-masing terdiri
dari data
pertanyaan tentang masa menopause 5 pertanyaan,
umum pertanyaan
responden tentang
Pengetahuan 15 pertanyaan, pertanyaan tentang Peran Suami 5 pertanyaan dan usia ibu I pertanyaan.
F. Pengolahan Data Data dalam penelitian ini dikumpulkan dan diolah berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Budiarto,E (2004) yaitu : 1. Editing Semua kuisioner yang telah dijawab oleh responden diperiksa dengan teliti, apabila terdapat kekeliruan segera diperbaiki sehingga tidak mengganggu pengolahan data. 2. Coding Setiap jawaban diklasifikasikan menurut macamnya, kemudian diberikan kode tertentu sehingga jawaban dari responden tidak tertukar. 3. Transfering Data yang telah diberi kode disusun secara berurutan mulai dari responden pertama hingga responden yang terakhir untuk dimasukkan kedalam tabel. 4. Tabulating
36
Data yang telah diolah kemudian disusun ke dalam bentuk persentase kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
H. Analisa Data 1. Analisa univariat Analisa univariat dilakukan terhadap tiap-tiap variable dari hasil penelitian pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentasi dari tiap-tiap variabel(Notoatmojo, 2007) Kemudian ditentukan persentase (P) dengan menentukan rumus sebagai berikut :
p
fi x100% n
Ketertangan : p
=
Persentase
f
=
Total Nilai
n
=
Jumlah sampel
2. Analisa Bivariat Analisa Bivariat merupakan analisa hasil dari variable – variabel bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan variable terkait. Analisa data yang
37
digunakan adalah tabel silang .Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistik dengan menggunakan Uji Chi Kuadrat (Chi-Square). Pada tingkat kemaknaan 95 % (P < 0,05) sehingga dapat diketahui ada tidaknya hubungan yang bermakna secara statistik menggunakan Program SPSS For Window seri 16.00.Melalui penghitungan Chi kwadrat (Chi-Square) tes selanjutnya di tarik kesimpulan bila P lebih kecil dari Alpha (P < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan adanya hubungan bermakna antara variabelvariabel dipenden dan independen dan jika P lebih besar dari alpha (P > 0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak yang menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara variable dependen dan independen. Aturan yang berlaku untuk uji Chi Kwadrat (Chi Square) untuk program komputerisasi seperti SPSS adalah sebagai berikut : 1. Bila pada Table Contingency 2x2 dijumpai nilai e(Harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact test. 2. Bila pada Table Contingency 2x2 tidak dijumpai nilai e(Harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Contunuity Conrrection 3. Bila pada Table Contingency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3 dan lain-lain, maka hasil yang digunakan adalah Pearson Chi-Square 4. Bila pada Table Contingency 3x2 ada sel dengan nilai frekwensi harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan Mager sehingga menjadi tabel Contingency 2x2(Budiarto, 2004)
38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Jeulingke memiliki luas 164,34 Ha, terdiri dari 6 dusun, dengan jumlah KK 1.332. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki 2.722 jiwa dan wanita 2.402 jiwa dengan total jumlah penduduk 5.124 jiwa. Desa Jeulingke berbatasan dengan : Sebelah Barat berbatasan dengan Krueng Brok Kecamatan Kuta Alam Sebelah Timur berbatasan dengan sungai Krueng Cut Kecamatan Syiah Kuala Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Prada Kecamatan Syiah Kuala Desa Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala
B. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh, dengan jumlah responden 63 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner yang berisi 26 pertanyaan tentang masa menopause, pengetahuan, peran suami dan usia, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :
39
1. Analisa Univariat a. Masa menopause Tabel 4.1 Distribusi frekuensi masa menopause pada responden di Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh Tahun 2013 No.
Masa menopause
Frekuensi
(%)
1 Siap
22
34,9
2 Tidak siap
41
65,1
63
100
Total Sumber : Data Primer (tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 63 responden mayoritas berada pada kategori tidak siap dalam masa menopause yaitu sebanyak 41 responden (65,1 %). b. Pengetahuan Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pengetahuan pada responden di Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh Tahun 2013 No.
Pengetahuan
Frekuensi
(%)
1 Baik
21
33,3
2 Kurang
42
66,7
63
100
Total Sumber : Data Primer (tahun 2013)
40
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 63 responden mayoritas berada pada kategori pengetahuan kurang tentang masa menopause yaitu sebanyak 42 responden (66,7 %). c. Peran Suami Tabel 4.3 Distribusi frekuensi peran suami pada responden di Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh Tahun 2013 No.
Peran suami
Frekuensi
(%)
1 Baik
32
50,8
2 Kurang
31
49,2
63
100
Total Sumber : Data Primer (tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 63 responden mayoritas berada pada kategori peran suami yang baik dalam masa menopause yaitu sebanyak 32 responden (50,8 %). d. Usia Tabel 4.4 Distribusi frekuensi usia pada responden di Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh Tahun 2013 No.
Usia
Frekuensi
(%)
1 Siap
30
47,6
2 Tidak siap
33
52,4
63
100
Total Sumber : Data Primer (tahun 2013)
41
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari 63 responden mayoritas berada pada kategori usia tidak siap dalam masa menopause yaitu sebanyak 33 responden (52,4 %).
2. Analisa Bivariat a. Hubungan pengetahuan pada wanita dengan kesiapan dalam menghadapi masa menopause di Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh Tabel 4.5 Hubungan pengetahuan pada wanita dengan kesiapan dalam menghadapi masa menopause di Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh Tahun 2013 No. Pengetahuan
Masa Menopause Siap
1 Baik
Total
p_ Value
Tidak Siap
f
%
f
%
f
%
14
66,7
7
33,3
21
100 0,001
2 Kurang Total
8 22
19
34 41
81
42
100
63
Sumber : Data Primer (tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 42 responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang masa menopause ternyata 34
42
responden (81%) tidak siap dalam menghadapi masa menopause, dan dari 21 responden yang memiliki pengetahuan baik tentang masa menopause ternyata 14 responden (66,7%) siap dalam menghadapi masa menopause. Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 diperoleh p value = 0,001. Sehingga didapat kesimpulan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha diterima atau ada hubungan pengetahuan pada wanita dengan kesiapan dalam menghadapi masa menopause di Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh. b. Hubungan peran suami pada wanita dengan kesiapan dalam menghadapi masa menopause di Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh Tabel 4.6 Hubungan peran suami pada wanita dengan kesiapan dalam menghadapi masa menopause di Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh Tahun 2013 No.
Masa Menopause
Peran Suami
1 Baik
Siap
Total
Value
Tidak Siap
f
%
f
17
53,1
15
% 46,9
p_
f
%
32
100 0,005
2
Kurang
5
Total
22
16,1
26 41
Sumber : Data Primer (tahun 2013)
83,9
31 63
100
43
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 32 responden yang memiliki peran suami baik dalam masa menopause ternyata 17 responden (53,1%) siap dalam menghadapi masa menopause, dan dari 31 responden yang memiliki peran suami kurang dalam masa menopause ternyata 26 responden (83,9%) tidak siap dalam menghadapi masa menopause. Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 diperoleh p value = 0,005. Sehingga didapat kesimpulan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha diterima atau ada hubungan peran suami pada wanita dengan kesiapan dalam menghadapi masa menopause di Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh. c. Hubungan usia pada wanita dengan kesiapan dalam menghadapi masa menopause di Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh Tabel 4.7 Hubungan usia pada wanita dengan kesiapan dalam menghadapi masa menopause di Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh Tahun 2013 No.
Usia
Masa Menopause Siap
1
Siap
Total
Value
Tidak Siap
f
%
f
17
56,7
13
% 43,3
p_
f
%
30
100 0,001
2
Tidak siap Total
5
15,2
22
Sumber : Data Primer (tahun 2013)
28 41
84,8
33 63
100
44
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 33 responden yang memiliki usia tidak siap dalam masa menopause ternyata 28 responden (84,8%) tidak siap dalam menghadapi masa menopause, dan dari 30 responden yang memiliki usia siap dalam masa menopause ternyata 17 responden (56,7%) siap dalam menghadapi masa menopause. Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 diperoleh p value = 0,001. Sehingga didapat kesimpulan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha diterima atau ada hubungan usia pada wanita dengan kesiapan dalam menghadapi masa menopause di Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh.
C. Pembahasan 1. Hubungan pengetahuan pada wanita dengan kesiapan dalam menghadapi masa menopause di Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 42 responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang masa menopause ternyata 34 responden (81%) tidak siap dalam menghadapi masa menopause, dan dari 21 responden yang memiliki pengetahuan baik tentang masa menopause ternyata 14 responden (66,7%) siap dalam menghadapi masa menopause. Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 diperoleh p value = 0,001. Sehingga didapat bahwa p < 0,05 yang artinya Ha diterima atau ada hubungan pengetahuan pada
45
wanita dengan kesiapan dalam menghadapi masa menopause di Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa pengetahuan wanita tentang menopause memegang peranan penting dalam menghadapi masa menopause (Post Info, 2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Khairunnisak (2010) yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan ibu dalam menghadapi menopause di wilayah kerja Puskesmas Kuta Malaka Aceh Besar menunjukkan bahwa ada pengaruh pengetahuan ibu terhadap kesiapan dalam menghadapi menopause (p value = 0,013). Menurut peneliti, pengetahuan sangat mempengaruhi kesiapan seseorang dalam menghadapi suatu hal, dalam masalah ini yaitu menopause. Semakin baik dan luas pengetahuan yang dimiliki seorang wanita tentang menopause, gejala menopause, serta perubahan yang mungkin terjadi dalam masa menopause, maka akan semakin siap pula wanita tersebut dalam menghadapi masa menopause. Begitu juga sebaliknya, semakin kurang pengetahuan yang dimiliki seorang wanita tentang menopause, maka
46
semakin tidak siap pula wanita tersebut dalam menghadapi masa menopause. 2. Hubungan peran suami pada wanita dengan kesiapan dalam menghadapi masa menopause di Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 responden yang memiliki peran suami baik dalam masa menopause ternyata 17 responden (53,1%) siap dalam menghadapi masa menopause, dan dari 31 responden yang memiliki peran suami kurang dalam masa menopause ternyata 26 responden (83,9%) tidak siap dalam menghadapi masa menopause. Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 diperoleh p value = 0,005. Sehingga didapat bahwa p < 0,05 yang artinya Ha diterima atau ada hubungan peran suami pada wanita dengan kesiapan dalam menghadapi masa menopause di Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh. Pada masa sekarang ini tanggung jawab kesehatan reproduksi wanita bukan hanya saja berada pada istri, namun juga melibatkan peran suami. Prespektif baru dalam kesehatan reproduksi adalah keikutsertaan pria atau suami dalam kesehatan reproduksi wanita. Oleh karena itu kesehatan reproduksi wanita sudah merupakan tanggung jawab bersama antara suami dan istri sehingga sangat diperlukan pemahaman dan pengaruh yang seimbang antara suami dan istri untuk dapat membantu perilaku kesehatan
47
reproduksi secara optimal melalui komunikasi dan layanan suami istri (Neil, 2000). Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa salah satu bentuk gambaran suami dalam perilaku kesehatan reproduksi wanita terutama adalah pada saat proses memasuki masa menopause dengan berbagai permasalahan yang timbul baik fisik maupun psikis (ITB, 2006). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Khairunnisak (2010) yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan ibu dalam menghadapi menopause di wilayah kerja Puskesmas Kuta Malaka Aceh Besar menunjukkan bahwa ada pengaruh dukungan suami ibu terhadap kesiapan dalam menghadapi menopause (p value = 0,001). Menurut peneliti, selain sebagai pendamping hidup, suami juga merupakan penyemangat serta teman berbagi yang utama. Masa menopause merupakan masa yang berat bagi seorang wanita, karena pada masa ini akan terjadi penurunan fungsi orang reproduksi. Seorang wanita akan mengalami beberapa perubahan pada tubuhnya, sehingga dapat memicu persepsi diri tidak menarik lagi pada diri wanita yang mengalami masa menopause. Peran suami yang baik akan sangat membantu kesiapan wanita dalam menghadapi masa menopause. 3. Hubungan usia pada wanita dengan kesiapan dalam menghadapi masa menopause di Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh
48
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33 responden yang memiliki usia tidak siap dalam masa menopause ternyata 28 responden (84,8%) tidak siap dalam menghadapi masa menopause, dan dari 30 responden yang memiliki usia siap dalam masa menopause ternyata 17 responden (56,7%) siap dalam menghadapi masa menopause. Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 diperoleh p value = 0,001. Sehingga
didapat
bahwa p < 0,05 yang artinya Ha diterima atau ada hubungan usia pada wanita dengan kesiapan dalam menghadapi masa menopause di Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh. Sulchan (2001) menyatakan bahwa usia adalah umur seseorang dalam tahun. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Baziad (2003) bahwa menopause adalah peristiwa terhentinya haid. Perubahan dan keluhan psikologis dan fisik semakin menonjol pada masa ini. Di Indonesia menopause berlangsung pada usia 48-55 tahun. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosmawati (2012) yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan psikologi ibu dalam mengahadapi masa klimakterium dan menopause Krueng
Kecamatan Tangan-Tangan
Kabupaten
Di Puskesmas Bineh Aceh Barat
Daya
menunjukkan bahwa ada pengaruh umur terhadap keadaan psikologi ibu dalam mengahadapi masa klimakterium dan menopause (p value = 0,021). Menurut peneliti, usia sangat mempengaruhi kesiapan seseorang dalam menghadapi menopause. Seseorang yang mengalami menopause
49
pada usia 48 tahun ke atas akan lebih siap menghadapi masa menopause dikarenakan
oleh
fisiologis
sehingga
ibu
siap
menerima
masa
menopausenya.Karena menopause merupakan hal yang fisiologis sehingga ibu
tidak akan merasa cemas
hal tersebut merupakan hal yang wajar
sehuingga ibu biasa menerima keadaan yang dialaminya.Di Indonesia menopause berlangsung ketika usia wanita 48-55 tahun.
50
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian terhadap 50 orang responden dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Tidak adanya pengaruh yang bermakna antara pengetahuan responden dengan masa menopouse dengan nilai OR = 0,312, artinya ibu yang memiliki pengetahuan baik tentang keluhan menopouse mempunyai peluang 0,312 kali dalam menghadapi keluhan masa menopouse. 2. Adanya pengaruh yang bermakna antara peranan suami terhadap istri dalam menjalani masa menopouse dengan nilai OR = 3,34, artinya ibu yang mendapat peranan suaminya baik
tentang keluhan menopouse
mempunyai peluang 3,34 kali dalam menghadapi keluhan masa menopouse. 3. Adanya pengaruh yang bermakna antara pendidikan responden dengan masa menopouse dengan nilai OR = 6, artinya ibu yang memiliki pendidikan tinggi mempunyai peluang 6 kali dalam menghadapi keluhan masa menopouse. 4. Adanya pengaruh yang bermakna antara pekerjaan responden dengan masa menopouse dengan nilai OR = 12,5, artinya ibu yang memiliki pekerjaan baik mempunyai peluang 12,5 kali dalam menghadapi keluhan masa menopouse.
51
B. Saran 1. Institusi pendidikan diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam mengenal keluhan yang terjadi pada wanita menopouse sehingga mahasiswa dapat mendapatkan informasi yang lebih bermakna tentang menopouse. 2. Kepada masyarakat khususnya wanita yang menopouse disarankan agar senatiasa meningkatkan pengetahuan atau pemahaman tentang keluhan menopouse sehingga dapat menjalani menpouse dalam situasi yang nyaman. 3. Diharapkan kepada petugas kesehatan agar dapat memberikan informasi dengan jelas kepada masyarakat tentang pengaruh pengetahuan, peranan suami, pekerjaan dan pendidikan tentang menopouse karena anggapan masalah menopouse bagi khayalak masyarakat merupakan masalah yang tidak perlu diperhatikan sejak dini. 4. Dinas kehata disarankan untuk dapat meningkatkan promosi kesehatan melalui media tentang keluhan menopouse sehingga meningkatkan kemandirian bagi wanita dalam menghadapi masa menopouse.