BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Sebanyak 81 perusahaan asuransi umum (General Insurance) bersaing dengan ketat untuk
memperebutkan pangsa pasar bisnis asuransi. (Sumber: Media Asuransi Edisi 293 Juni 2015) Pada tahun 2014 industri asuransi umumnya di Indonesia mencatat pertumbuhan pendapatan premi langsung sebesar 20% atau naik sekitar empat kali lipat dari tahun 2013, yaitu sebesar 5,02% (Sumber: Media Asuransi Edisi 281 Juni 2014) juga menyebutkan bahwa pertumbuhan ini cukup tinggi mengingat
di tahun 2014 ada pemilu yang menyebabkan banyak pelaku bisnis
mengambil sikap wait and see. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2014 sebesar 5,01%. Namun, pertumbuhan ini di bawah target pemerintah, yaitu sebesar 5,5%. Penurunan ini terjadi karena tahun 2014 merupakan tahun politik yang menimbulkan kegaduhan politik. Ditambah dengan adanya suksesi kepemimpinan nasional, sedikit-banyak mempengaruhi perekonomian Indonesia. 1 Laporan BPS 2014 menyebutkan bahwa sektor industri yang tumbuh disebabkan
oleh pemilu 2014 ini adalah
industri kertas dan percetakan (7,54 %), industri tekstil dan pakaian jadi (2,85 %), transportasi dan telekomunikasi (1,37%), serta hotel
dan restoran (1,65%). Namun, secara keseluruhan
pertumbuhan ekonomi di tahun 2014 turun hanya sebesar 5,01 % dari tahun 2013 sesuai dengan data yang disebutkan di atas. Secara nasional aset asuransi umum di tahun 2014 mengalami pertumbuhan sebesar 22% dibanding tahun sebelumnya. Hal ini jauh dari pertumbuhan asuransi secara nasional di tahun 2014, yakni 11%. Pada tahun 2014, premi pendapatan langsung asuransi umum tercatat Rp55,17 triliun meningkat dibandingkan tahun 2013 sebesar Rp46,79 triliun. Akan tetapi, pertumbuhan 1
http://pemilu.tempo.co/read/analisa/21/Dampak-Ekonomi-Pemilu-2014
premi ini juga diikuti dengan pertumbuhan klaim neto sebesar Rp15,81 triliun di tahun 2014. Selain itu, hasil underwriting menunjukkan peningkatan yang signifikan yakni sebesar 18%, yaitu Rp9,28 triliun di tahun 2014 dari Rp7,83 di tahun 2013. Hal lain yang menarik untuk diamati, yaitu kecendrungan terus meningkatnya investasi dan hasil investasi.Di tahun 2013, nilai investasi asuransi umum tercatat sebesar Rp47,8 triliun naik menjadi Rp55,24 triliun di tahun 2014 atau meningkat sebesar 16%. Menariknya, peningkatan penempatan investasi ini juga menunjukkan pilihan yang menguntungkan yang ditandai oleh pertumbuhan hasil investasi sebesar 22%, yaitu dari Rp3,27 triliun di tahun 2013 menjadi Rp4,008 triliun di tahun 2014. Hasil investasi ini sekitar 43% dari hasil underwriting, sehingga menjadi penyumbang pendapatan yang lumyan. Ujungnya adalah terjadi pertumbuhan laba komprehensif sebesar 32%, yaitu dari Rp4,51 triliun di tahun 2013 menjadi Rp5,94 triliun di tahun 2014. Tabel 1.1 Pertumbuhan Asuransi Umum No Keterangan
(dalam jutaan rupiah)
2014
2013
Pertumbuhan
1
Asset
112,644,458
92,153,955
22%
2
Ekuitas
39,376,235
33,180,834
19%
3
Investasi
55,247,588
47,803,733
16%
4
Kas dan Bank
3,722,366
2,801,784
33%
5
Utang Klaim
1,624,168
1,030,571
58%
6
Cadangan Teknis
52,277,612
42,277,498
24%
7
Kewajiban
72,893,047
58,873,014
24%
8
Pendapatan Premi
55,174,140
46,799,160
18%
9
Premi Neto
25,801,966
21,349,141
21%
10
Klaim Bruto
23,523,460
18,291,820
29%
11
Klaim Neto
15,817,019
12,849,997
23%
12
Hasil Underwriting
9,281,068
7,836,339
18%
13
Hasil Investasi
4,008.514
3,279,762
22%
14
Jumlah Beban
7,846,240
6,712,663
17%
15
Laba Komprehensif
5,946,905
4,510,141
32%
Keterangan:Diolah Lembaga Riset Media Asuransi (LRMA) dari neraca publikasi 81 perusahaan
Satu hal yang menarik adalah di tahun 2014 terjadi pengurangan dominasi 15 perusahaan asuransi umum terbesar. Hal ini terlihat dari portofolio aset dan pendapataan premi langsung para market leader yang turun dibandingkan tahun 2013. Pada tahun 2013 dari 15 Perusahaan Asuransi Umum terbesar menguasai 69,23% turun 1,05% dari aset industri sebesar Rp63,802 triliun di tahun 2013 menjadi Rp76,807 triliun di tahun 2014 dari masing-masing total aset tahun tersebut. Penurunan juga terjadi pada portofolio pendapatan premi langsung yaitu turun 0,36% yang di tahun 2013 dari sebesar Rp26,218 triliun dari total premi langsung Rp43,459 triliun di tahun 2013 menjadi Rp30,658 triliun dari total premi langsung Rp51,125
di tahun 2014.
Adapun pertumbuhan laba komprehensif di tahun 2014 mengalami penurunan 0,35% dari tahun 2013 dengan nilai total laba komprehensif 15 perusahaan terbesar dan total 81 perusahaan sebagaimana yang tercatat di tabel 1.2.
Tabel 1.2 Market Leader Asuransi Umum 2015 (dalam jutaan rupiah) NO
NAMA
ASSETS
PREMI LANGSUNG
PERUSAHAAN
1
PT
LABA (RUGI) KOMPREHENSIF
2014
2013
2014
2013
2014
2013
Asuransi
11,279,069
8,038,927
3,246,315
2,880,607
400,498
266,243
Asuransi
10,114,062
8,503,766
4,083,753
3,771,619
1,054,836
360,135
8,865,513
8,759,622
2,696,662
2,305,945
113,283
996,788
Jasindo 2
PT
Astra Buana 3
PT
Asuransi
Central Asia 4
PT Askrindo
8,219,018
6,522,225
2,224,413
1,565,593
663,122
350,717
5
PT
Tugu
7,494,919
6,393,610
2,601,933
2,075,851
444,784
389,310
Asuransi
6,442,897
5,680,830
4,021,875
3,568,439
575,124
172,400
4,634,693
3,936,693
2,143,550
1,782,404
403,479
292,208
3,214,324
2,899,098
2,127,756
1,897,607
230,755
102,558
2,861,072
2,327,869
1,370,431
1,278,738
154,498
162,744
Asei
2,766,072
1,914,080
921,401
916,753
-125,591
92,505
Asuransi
2,681,038
2,153,350
1,292,836
1,121,146
449,857
219,690
Pratama Indonesia 6
PT
Sinar Mas 7
PT
Asuransi
Adira Dinamika 8
PT
Asuransi
Wahana Tata 9
PT
Asuransi
MSIG Indonesia 10
PT Reasuransi Indonesia
11
PT
Bina Dana Arta 12
PT
Asuransi
2,188,478
1,715,274
1,004,742
789,363
260,090
103,774
Jaya
2,112,347
1,975,933
1,103,416
922,824
16,725
79,283
Asuransi
1,979,424
1,426,389
830,199
587,272
40,452
-20,271
1,954,088
1,554,997
988,919
754,779
119,581
84,923
76,807,014
63,802,663 30,658,183 26,218,940 4,801,493
3,653,007
112,644,458
92,153,955 55,174,140 46,799,160 5,947,847
4,505,745
Lippo
General
Insurance 13
PT
Ace
Proteksi 14
PT Allianz
Utama
Indonesia 15
PT Tokio
Asuransi Marine
Indonesia Jumlah
15
Perusahaan beraset Terbesar Jumlah
81
Perusahaan Keterangan:Diolah Lembaga Riset Media Asuransi (LRMA) dari neraca publikasi 81 perusahaan
Berdasarkan tabel 1.2 penguasa pangsa pasar asuransi umum di tahun 2014 adalah PT Asuransi Jasindo, PT Astra Buana, dan PT Asuransi Central Asia (ACA) dengan rincian, yaitu Jasindo membukukan aset sebesar Rp11,28 triliun, Asuransi Astra Buana sebesar Rp10,11 triliun, dan ACA memiliki aset Rp8,86 triliun. Sementara itu, dilihat dari total premi langsung di tahun 2014, PT Astra Buana berada di urutan ke-1 dengan total premi langsung sebesar Rp4,083 triliun; disusul PT Asuransi Jasindo di urutan ke-2 dengan total premi langsung sebesar Rp3,246 trilun; di urutan ke-3 ada PT Asuransi Central Asia sebesar Rp2,696 triliun. Adapun dilihat dari
total laba komprehensif secara berurutan peringkat ke-1 sampai ke-3 sama seperti ututan total pendapatan premi langsung. Perusahaan asuransi umum mengelompokkan lini bisnis ke dalam dua kelompok utama, yaitu bisnis korporasi dan bisnis ritel. Bisnis korporasi adalah bisnis yang melakukan penutupan asuransi seperti asuransi kebakaran, asuransi pesawat dan ruang angkasa, asuransi engineering, asuransi oil & gas, asuransi kecelakaan diri, asuransi rangka kapal, asuransi aneka, asuransi pengangkutan, dan asuransi keuangan. Dapat disimpulkan bahwa bisnis asuransi korporasi adalah bisnis asuransi dengan pangsa pasar korporasi atau perusahaan yang memberikan perlindungan atas aset dan tanggung jawab hukum bagi korporasi. Adapun bisnis asuransi ritel adalah bisnis yang melakukan penutupan asuransi, seperti asuransi kecelakaan, asuransi harta benda, asuransi kendaraan bermotor, dan asuransi kebakaran. Pertumbuhan bisnis asuransi ritel pada tahun 2014 di Indonesia dikuasai oleh tiga perusahaan, yaitu PT Asuransi Jasindo, PT Asuransi Astra Buana dan PT Asuransi Central Asia (ACA seperti ditunjukkan tabel 1.3. Tabel 1.3 Pertumbuhan Premi Bruto Asuransi Ritel di Indonesia Increase/
Asuransi
Decrease
Jasindo
Properti
Asuransi ACA
2013
2014
103.403
92.604
-10.799
40.470
43.732
3.262
2013
2014
652.784
949.094
bermotor
449.372
776.608
327.236
Buana 2013
125,735
110.455
947.036
Decrease
296.310
-15.280
0% 133,774
106.265
-12.15% 837.877
Increase/
2014
45.39%
8,06% kendaraan
Asuransi Astra
Decrease
-10,44% Pengangkutan
Increase/
(dalam jutaan rupiah)
109.159
-27.509 -20,56%
2.184.754
2.513.470
328.716
72,82% Aneka
257.851
281.535
23.684
13.03% 533.259
9,19%
535.322
15,05%
2.063 0.39%
0%
Sumber: laporan Internal Perusahaan Berdasarkan tabel 1.3 di atas dapat diambil kesimpulan bahwa asuransi properti dikuasai oleh PT Asuransi Central Asia (ACA) dengan peningkatan premi di tahun 2014 sebesar Rp296.310.000.000 atau sebesar 45,39% dari tahun sebelumnya. Premi bruto terbesar pada asuransi pengangkutan, yaitu PT Asuransi Central Asia (ACA) sebesar Rp110.455.000.000 di tahun 2014 walaupun jumlah tersebut turun 12,15% dari tahun 2013. Namun, dilihat dari tingkat pertumbuhanya yang paling unggul adalah PT Asuransi Jasindo dengan tingkat pertumbuhan sebesar 8,06% di tahun 2014. Sementara itu, asuransi kendaraan bermotor dikuasai oleh PT Asuransi Astra Buana dengan premi bruto sebesar Rp2.513.470.000.000 di tahun 2014 atau sebesar 15,05%. Namun, dilihat dari pertumbuhanya yang paling besar, yaitu PT Asuransi Jasindo dengan tingkat pertumbuhan sebesar 72,82%. Jika dilihat dari asuransi aneka jumlah premi bruto terbesar, yaitu pada Asuransi Central Asia sebesar Rp535.322.000.000 di tahun 2014 atau naik sebesar 0,39% dari tahun sebelumnya. Namun, jika dilihat dari tingkat pertumbuhanya paling besar yaitu PT Asuransi Jasindo sebesar 9,19% di tahun 2014. Menurut laporan OJK (2014) Pasar asuransi umum Indonesia masih besar dan menarik pada tahun 2015. Masih rendahnya tingkat penetrasi asuransi, yakni
di bawah 5% tepatnya
2,14% di tahun 2014, padahal jumlah penduduknya 252 juta jiwa. Hal ini dapat dilihat dari tabel 1.4.
Tabel 1.4 Tingkat Penetrasi Asuransi Umum di Indonesia
Dari jumlah penduduk di atas, sekitar 170 juta merupakan kelas menengah yang pendapatannya sedang tumbuh dan jumlahnya juga terus bertambah. 2 Hal ini dapat menjadi sebuah peluang bisnis di industri bisnis ritel pada asuransi umum di Indonesia untuk memanfaatkan 97,86% sisa penetrasi pasar
dari total 252 juta penduduk di tahun 2014 yang dapat dimanfaatkan oleh
PT Asuransi Jasindo untuk meperluas market share di Indonesia. Di samping itu, pertumbuhan internet di Indonesia semakin berkembang pesat, yaitu menempati peringkat keempat dalam jajaran negara dengan pertumbuhan internet global paling tinggi. Posisi pertama diduduki India, lalu Tiongkok, dan Myanmar3. Hal ini menjadi peluang yang bagus bagi perusahaan untuk memasarkan produk ritelnya ke wilayah-wilayah Indonesia yang belum menjadi target market sebelumnya. Hal ini merupakan salah satu peluang yang baik dalam meningkatkan market share produk ritel PT Asuransi Jasindo. Ancaman dan tantangan Perusahaan Asuransi Umum PT Asuransi Jasindo, yaitu akan diberlakukanya ASEAN Economic Community (AEC) 2015 di awal tahun 2016. Pembentukan AEC akan memberikan peluang bagi negara-negara anggota ASEAN untuk memperluas cakupan skala ekonomi, mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi, meningkatkan daya tarik sebagai tujuan bagi investor dan wisatawan, mengurangi biaya transaksi perdagangan, serta 2
kbriseoul.kr/kbriseoul/index.php/id/2013-01-21-22-49-05/berita-terkini/419-kelas-menengah-di-indonesiamencapai-170-juta-pada-tahun-2015 3 http://tekno.kompas.com/read/2015/06/16/14010017/pertumbuhan.internet.indonesia.tertinggi.keempat.di.dunia
memperbaiki fasilitas perdagangan dan bisnis. 4 Hal ini menjadi ancaman bagi PT Asuransi Jasindo karena bisnis asuransi ritel masih berada pada masa pengenalan (introduction) di industri asuransi umum di Indonesia. Akan tetapi, PT Asuransi Jasindo harus dapat bersaing tidak hanya dengan kompetitor di dalam negeri melainkan juga dari negara-negara anggota Asean lainnya. Hal ini membuat PT Asuransi Jasindo semakin sulit untuk mendapatkan nasabah baru. Selain itu, ancaman muncul ketika diberlakukanya Surat Edaran Otoritas Jasa keuangan Nomor 06/D.05/2013 tentang Penetapan Tarif Premi serta Ketentuan Biaya Akuisisi Pada Lini Usaha Asuransi Kendaraan Bermotor dan Harta Benda Tahun 2014. (www.ojk.go.id) Hal ini menyebabkan menurunnya besaran rate pada produk bisnis ritel Asuransi Jasindo di tahun 2014. Adapun salah satu bisnis ritel yang terpengaruh dengan peraturan Surat Edaran OJK ini, yaitu asuransi harta benda (property Fire) yang mengalami penurunan premi bruto 10,4% dari sebelumnya Rp103,4 juta di tahun 2013 menjadi Rp92,6 juta di tahun 2014.
Hal ini karena
standard rate yang ditetapkan oleh OJK lebih kecil dari rate sebelumnya. Di samping itu, kesadaran masyarakat akan pentingnya asuransi masih kecil dan asuransi properti dikuasai oleh perbankan. Nasabah bank dialihkan oleh perusahaan perbankan untuk mengambil asuransi properti terutama Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Tabel 1.5 menunjukkan perolehan premi bruto asuransi ritel PT Asuransi Jasindo yang sudah dijelaskan di atas.
4
http://www.setneg.go.id
Tabel 1.5 Perolehan Premi Ritel PT. Asuransi Jasa Indonesia 2010 – 2014
1.2 Rumusan Masalah Perolehan premi di tahun 2014 sebagian besar masih disumbangkan oleh premi dari sektor korporasi yang jumlahnya sebesar 74,15% sedangkan premi dari sektor ritel memberikan kontribusi sebesar 25,85%. Memperhatikan perkembangan portofolio bisnis Asuransi Jasindo, terlihat bahwa bisnis korporasi masih mendominasi. Berdasarkan Rencana Strategis Perusahaan, angka perimbangan portofolio tersebut belum mencapai sasaran yang ditargetkan, yaitu adanya keseimbangan portofolio bisnis antara segmen korporasi dan ritel (50:50) kedepanya. Adapun strategi yang sudah dilakukan perusahaan di tahun 2014 untuk bisnis ritel sebagai berikut: a) Mengoptimalkan sistem bancassurance bundling product secara menyeluruh di Bank BUMN, BUMS, dan BPD melalui pengembangan produk yang lebih kompetitif. b) Melakukan evaluasi management fee bagi pihak bank secara rutin diantaranya dengan melakukan pengembangan program insentif kantor cabang dan marketing reward berdasarkan kontribusi produksi untuk mendorong pendapatan premi. c) Berafiliasi dengan perusahaan asuransi yang merupakan anak perusahaan perbankan. d) Pengembangan sistem pelaporan IT perbankan yang lebih akurat. e) Penambahan portofolio dari existing customer dan penggarapan bisnis perbankan dan
leasing serta resiprokal bisnis dari anggota koasuransi Adapun strategi perusahaan secara langsung ke jenis asuransi ritelnya sebagai berikut: a) Untuk asuransi kendaraan bermotor, perusahaan mengoptimalkan bisnis dengan pihak leasing dengan melakukan inventarisasi dan pendekatan kepada perusahaan-perusahaan leasing yang mengucurkan
kredit untuk pengadaan
alat-alat berat. Dengan demikian,
pengembangan bisnis Asuransi Kendaraan Bermotor untuk segmen alat berat menjadi fokus baru perusahaan dengan tetap menjaga perkembangan bisnis dari non leasing. b) Untuk asuransi
aneka, perusahaan mengembangkan bisnis asuransi
PA Plus yang
bersumber dari perbankan dan bisnis asuransi mikro, seperti asuransi jamin, asuransi usaha tani padi, asuransi ternak sapi, dan sebagainya. Untuk itu, perusahaan berupaya mengoptimalkan potensi-potensi daerah melalui kerja sama dengan pemerintah daerah dan koperasi dalam pengembangan bisnis asuransi mikro. Selain itu, Perusahaan pun mengembangkan produk asuransi-asuransi khusus, seperti Kredit Linkage BPR, asuransi PA Plus Kumpulan, dan asuransi pensiunan mengingat tingkat persaingan yang masih belum ketat. Tabel 1.3 tentang pertumbuhan premi bruto bisnis ritel 3 market leader asuransi umum di Indonesia menunjukkan bahwa PT Asuransi Jasindo belum optimal dalam penjualan produk asuransi harta benda (properti) dengan tingkat pertumbuhan penjualan sebesar 10,44% dibandingkan dengan Asuransi Central Asia (ACA) yang mengalami pertumbuhan penjualan sebesar 45,39%. Dari sisi asuransi pengangkutan perusahaan mengalami pertumbuhan 8,06% lebih baik dibandingkan Asuransi Central Asia yang mengalami penurunan sebesar 12,15% dan Asuransi Astra Buana yang mengalami penurun sebesar 20,56%. Akan tetapi, jika dilihat dari jumlah premi bruto yang dihasilkan masih jauh kalah dari kedua kompetitor utama
tersebut, sehingga perlu ditingkatkan lagi penjualan produknya. Jika dilihat dari strategi PT Asuransi Jasindo di atas dapat disimpulkan bahwa perusahaan belum memaksimalkan strategi penjualan produk khususnya untuk asuransi harta benda (properti) dan pengangkutan. Hal ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal disebabkan oleh masih kurang fokusnya
PT Asuransi Jasindo dalam menggarap
asuransi ritel. Kebanyakan klien perusahaan adalah klien dari nasabah korporasi sehingga kurangnya pemasaran produk ke nasabah ritel yang belum pernah menjadi nasabah perusahaan. Selain itu, belum adanya subdivisi khusus di divisi ritel dan tidak adanya kantor cabang yang menangani khusus asuransi ritel menyebabkan perusahaan masih mengalami kesulitan dalam memasarkan produk ritelnya. Adapun faktor eksternal dipengaruhi oleh adanya captive market dari perusahaan satu group seperti Asuransi Astra Buana dengan Astra Credit Company (ACC) untuk produk asuransi kendaraan bermotor dan juga Asuransi Central Asia (ACA) dengan bank BCA untuk produk asuransi properti. Selain itu seperti yang disebutkan pada latar belakang mengenai penurunan premi produk asuransi properti disebabkan oleh tingkat kesadaran masyarakat mengenai asuransi yang masih kecil 5. Hal tersebut disebabkan asuransi dianggap bukan kebutuhan utama karena pemahaman masyarakat akan klaim masih kurang. Hal ini ditunjukkan oleh tabel 1.6.
5
http://www.kompasiana.com/casmudi/menggugah-kesadaran-masyarakat-untukberasuransi_5535aab66ea834491bda42fb
Tabel 1.6 Ranking Dunia Berdasarkan Premi Ranking Dunia Berdasarkan Premi Negara
Life
Non-Life
Penetrasi
Density
USA
1
1
14
6
Jepang
2
4
7
9
Inggris
3
3
1
1
Perancis
4
5
6
5
Jerman
5
2
22
17
Korea Selatan
7
9
4
21
China
8
11
47
70
Taiwan
9
18
3
20
India
12
26
31
76
Hongkong
20
41
8
14
Singapura
28
34
23
22
Malaysia
32
37
29
41
Thailand
33
35
37
57
Indonesia
37
44
74
78
Philipina
41
55
73
80
Vietnam
49
71
72
84
Sumber: World Insurance Outlook (2012) Tabel 1.6 di atas menunjukkan Indonesia berada di urutan ke-37 untuk asuransi jiwa dan urutan ke-44 untuk asuransi bukan jiwa dengan tingkat penetrasi di urutan ke-74 dan tingkat
density di urutan ke-78. Hal ini masih jauh dari negara-negara Eropa seperti Inggris, Perancis dan Jerman bahkan lebih rendah dari negara Asean seperti Singapura dan Malaysia. Adapun Insurance penetration rate diukur dengan persentase total premi terhadap PDB sedangkan insurance density merupakan total premium per kapita. Oleh karena itu, peneliti ingin menganalisis strategi bisnis ritel PT Asuransi Jasindo berdasarkan metode penelitian analisis lingkungan eksternal dan internal perusahaan, kemudian memberikan rekomendasi tentang strategi bersaing asuransi ritel bagi PT Asuransi Jasindo dari kesimpulan analisis SWOT. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Apa strategi bersaing bisnis ritel yang tepat untuk diterapkan dimasa mendatang oleh PT Asuransi Jasindo untuk memenangkan persaingan dengan kompetitor? 1.4 Tujuan Penelitian 1. Melakukan analisis internal dan eksternal PT Asuransi Jasindo untuk mengidentifikasi daya saing PT Asuransi Jasindo dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan industri asuransi umum. 2. Melakukan evaluasi terhadap strategi yang telah diterapkan oleh untuk menentukan dan mempertimbangkan alternatif strategi yang dapat digunakan dalam menghadapi persaingan yang terjadi. 3. Melakukan identifikasi usulan strategi yang dapat digunakan untuk menghadapi persaingan dan mencapai suatu posisi yang diinginkan perusahaan di masa mendatang. 1.5
Manfaat Penelitian Memberikan deskripsi industri asuransi umum, khususnya bisnis asuransi ritel
di Indonesia
yang berhubungan dengan karakteristik industri asuransi umum, tingkat keataraktifan industri
asuransi umum, faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan industrinya, dan kondisi kompetisi yang terjadi di pasar, serta key sucess factor di industri asuransi umum. Selain itu penelitian ini dapat memberikan solusi bagi PT Asuransi Jasindo dalam menangani permasalahan yang sedang terjadi di perusahaan dari analisis mendalam mengenai strategi persaingan asuransi ritel PT Asuransi Jasa Indonesia dari analisis lingkungan eksternal di industri asuransi umum
dan analisis lingkungan internal perusahaan. Adapun usulan strategi yang
diberikan bagi PT Asuransi Jasindo ini yaitu dengan menggunakan Analisis SWOT dan Strategi Generik
sehingga
timbul sebuah
rekomendasi
strategi
bersaing
masa
depan
untuk
PT Asuransi Jasa Indonesia.
1.6
Ruang Lingkung dan Batasan Penelitian Penelitian ini terbatas pada ruang lingkup strategi bersaing asuransi umum bisnis ritel
pada PT Asuransi Jasindo. Bisnis asuransi umum PT Asuransi Jasindo diharapkan menjadi penopang perolehan dan likuditas premi bagi perusahaan. Data yang akan digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah laporan keuangan lima tahun terakhir (2010–2014) untuk analisis bisnis ritel dan laporan keuangan dua tahun terakhir (2013–2014) untuk analisis rasio keuangan yang digunakan sebagai dasar untuk menetapkan strategi di masa mendatang. 1.7
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dibagi menjadi sebagai berikut : Bab I Pendahuluan
Pendahuluan yang berisi latar belakang permasalahan, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan batasan penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II. Landasan Teori Bab
Landasan Teori
berisi
teori-teori,
gagasan
maupun
penelitian-
penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya dan mendukung landasan berpikir penelitian secara keseluruhan.
Bab III Metode Penelitian dan Profil Perusahaan Bab ini berisi metoda penelitian yang digunakan dan ulasan singkat sejarah serta profil PT Asuransi Jasa Indonesia.
Bab IV Pembahasan dan Hasil Penelitian Dalam bab ini akan dipaparkan data, hasil pengolahan data, analisis data, dan pembahasan
menyeluruh
diimplementasikan serta
tentang analisis
strategi
lain
yang
bisnis
perusahaan
terkait
langsung
yang
akan
dengan tujuan
penelitian. Pembahasan mengenai hasil analisis dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan yang muncul di bagian pertanyaan atau batasan masalah. Bab V Simpulan dan Saran Bagian ini memuat simpulan dari pembahasan penelitian berikut rekomendasirekomendasi yang diharapkan membawa perbaikan di perusahaan tempat penelitian dilaksanakan.