BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah Al-Qur’an merupakan sebuah kitab Dakwah, yang memiliki ruh pembangkit, berfungsi sebagai penguat, menjadi tempat berpijak dan berperan sebagai penjaga, penerang dan penjelas.
Al-Qur’an juga merupakan suatu
undang-undang dan konsep global dan merupakan tempat kembali satu-satunya bagi para penyeru dakwah dalam mengambil rujukan dalam melakukan kegiatan dakwah dan dalam menyusun suatu konsep gerakan dakwah selanjutnya.1 Apabila kita memperhatikan Al-Qur’an dan As-Sunnah maka kita akan mengetahui, sesungguhnya dakwah menduduki tempat dan posisi utama, sentral, strategis dan menentukan.
Keindahan dan kesucian Islam dengan
perkembangan zaman, baik dalam sejarah maupun prakteknya, sangat ditentukan oleh kegiatan dakwah yang dilakukan umatnya. Materi dakwah maupun metodenya yang tidak tepat sering memberikan gambaran (image) dan persepsi yang keliru tentang Islam. Demikian pula kesalahpahaman tentang makna dakwah, menyebabkan kesalahlangkahan dalam operasional dakwah. Sehingga, dakwah sering tidak membawa perubahan apa-apa, padahal tujuan dakwah adalah untuk mengubah
1
Sayyid Qutb, Fiqh Dakwah, (Jakarta;Pustaka Amani), h.1.
1
2
masyarakat sasaran dakwah ke arah kehidupan yang lebih baik dan sejahtera, lahiriah maupun batin.2 Hal ini ditandai dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah membawa banyak perubahan bagi masyarakat, baik dalam cara berpikir maupun bertingkah laku. Perkembangan pemanfaatan teknologi informasi seperti televisi memang dapat memberikan pengaruh bagi anak-anak, terlebih lagi jika kita perhatikan anak-anak tersebut menghabiskan banyak waktunya untuk menonton televisi baik siang maupun malam. Kini televisi telah pula menjadi media untuk mentransfer berbagai macam budaya yang belum tentu sesuai dengan kepribadian bangsa dan bisa merusak moral generasi muda Islam. Terjadinya benturan nilai yang cukup keras lantaran campur aduknya dua nilai yang memiliki landasan berbeda bukanlah suatu permasalahan yang ringan. Hal ini membutuhkan adanya arus perkembangan kebudayaan seperti di atas. Untuk menghadapi masalah-masalah dakwah yang semakin berat dan meningkat itu, penyelenggaraan dakwah tidak mungkin dapat dilakukan orangseorang secara sendiri-sendiri.
Tetapi harus diselenggarakan oleh para
pelaksana dakwah secara bekerja sama dalam kesatuan, yang teratur rapi, dengan terlebih dahulu dipersiapkan dan direncanakan semasak-masaknya, serta mempergunakan sistem kerja sama dalam organisasi tersebut serta kegiatan-kegiatan yang dimanajemen dengan baik.2
2
H. Hilmi Muhammadiyah, Syamsudin, M. Pay, Dakwah dan Globalisasi.
3
Demikian halnya dengan Taman Kanak-kanak Al-Qur’an sebagai salah satu sarana dakwah dalam pertumbuhannya yang cukup pesat dan semarak di seluruh tanah air. Patut kita syukuri karena hal itu menunjukkan kepedulian umat dalam upaya pewarisan dan penanaman nilai keimanan dan ketaqwaan (imtaq) bagi generasi mendatang, tentulah dalam upaya penanaman imtaq melalui Taman Kanak-kanak Al-Qur’an itu tidak terlepas dari ketertiban manajemen sebagai penggerak utama. Hal ini sesuai dengan hadits nabi yang dikutip oleh Mamsudi, yaitu sebagai berikut:
“Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya.” (Al-Hadits).3 Peringatan Rasulullah ini memberikan dorongan tentang pentingnya memilih tenaga ahli sesuai bidang urusan yang akan ditangani termasuk dalam lingkup pengelolaan unit Taman Kanak-kanak Al- Qur’an. Pemaknaan tenaga ahli tersebut termasuk meliputi kemampuan manajemennya.3 Dengan manajemen Taman Kanak-kanak Al-Qur’an ini maka diharapkan agar lembaga ini mampu menarik minat orang tua untuk memasukkan anak mereka ke dalamnya. Pelaksanaan sistem pendidikan Taman Kanak-kanak Al-Qur’an merupakan manifestasi dari Sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:
3
Mamsudi AR, Manajemen dan Tata Tertib TK/ TP Al-Qur’an, LPPTKA BKPRMI (Jakarta; LPPTKA BKPRMI, 1999), h. 3.
4
ﻋﻦاﺒﻦﻨﺠﺎﺮﻋﻦﻋﻠﻰ ﺮﻀﻲاﷲﻋﻨﻪ ﻘﺎ ﻞ ׃ ﻘﺎ ﻞ ﺮ ﺴﻮ ﻞاﷲ ﺼﻠﻌﻢ׃ أﺪﺒﻮاأﻮﻻﺪآﻢﻋﻠﻰﺛﻼ ﺚﺨﺻﺎﻞ׃ ﺤﺐ ﻨﺒﻴﮑﻢ ﻮ ﺤﺐﺪ ﻨﻴآﻢ و ﺤﺐ أهﻞ ﺒﻴﺗﻪ ﻮﻘﺮاةاﻠﻘﺮاﻦ ﻔﺈﻦ ﺤﻤﻠﻪ اﻠﻘﺮاﻦﻔﻰﻆﻞاﷲ ﻴﻮﻢﻻﻈﻠﻪ ﻤﻊ أﻨﺒﻴﺎ ﺌﻪ ﻮأﺼﻔﻴﺎ ﺌﻪ ﴾﴿ﺮﻮاﻩاﻠدﻴﻠﻤﻰ Artinya: Dari Abu Najar dari Ali R. A berkata : Telah bersabda Rasulullah SAW: “Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara : Cinta kepada nabi-nabi kalian, cinta kepada ahli baitnya dan cinta membawa Al-Qur’an. Maka sesungguhnya orang yang membawa Al-Qur’an dalam perlindungan Allah pada hari tidak ada perlindungan bersama nabi-nabinya dan orang-orang suci.” 44 Penanaman nilai agama pada sejak usia dini adalah sangat penting artinya bagi lahirnya generasi penerus yang kuat imannya dan berakhlak mulai dengan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi sebagai pedoman hidupnya. Di dalam AlQur’an
disebutkan bahwa tiada warisan yang lebih baik untuk diberikan
kepada generasi penerus kecuali pendidikan yang kelak dapat dijadikan bekal dalam mengarungi kehidupannya, termasuk pendidikan agama yang dapat dijadikan anak-anak sholeh dan sholehah. Seperti firman Allah surat An-Nisa ayat 9:
ﻮﻠﻴﺨﺶ اﻠﻨ ﻴﻦ ﻠﻮ ﺘﺮ آﻮا ﻤﻦ ﺨﻠﻔﻬﻢﻨ ﺮ ﻴﺔ ﻀﻌﺎ ﻓﺎ ﺨﺎﻓﻮا ﻋﻟﻴﻬﻢ ﻓﻟﻴﺗﻘﻮا ﻴﺪا
اﷲ ﻮﻟﻴﻘﻮ ﻟﻮا ﻗﻮ ﻻ ﺴﺪ
Artinya:
4
Imam Hadfidz Jalaluddin bin Abu Bakar Asy-Asyuyuti, Kitab Jami’ush-shogir (Berut: Darul Fikr,H) Juz 1, h.14.
5
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.” Setiap orang tua, selayaknya memperhatikan pendidikan anak demi masa depannya. Janganlah meninggalkan anak keturunan dalam kondisi yang lemah, baik lemah ilmu pengetahuan, lemah fisik maupun lemah ekonomi. Terlebih lagi meninggalkan anak tanpa bekal keimanan dan aqidah. Justru akan lebih bahaya di zaman modern ini. Berdasarkan hal di atas, pada saat ini terdapat banyak lembaga pendidikan yang berusaha menanamkan bekal aqidah dan keimanan terhadap anak usia dini.
Salah satu lembaga pendidikan yang bergerak di bidang
pendidikan dan dakwah adalah Taman Kanak-kanak Al-Qur’an Nurul Iman yang berada di bawah naungan Yayasan Al-Hijriah. Yayasan Al-Hijriah yang berlokasi di daerah Bukit Nusa Indah Ciputat merupakan yayasan yang bergerak di bidang Pendidikan dan Dakwah. Salah satu program pendidikannya adalah TKA (Taman Kanak-kanak Al-Qur’an). Agar TKA Nurul Iman ini tidak sekedar menjadi papan nama saja tetapi justru menjadi TKA yang berkualitas maka harus diawali dengan perhatian terhadap kualitas manajemennya sehingga organisasi ini diharapkan mencapai tingkat yang berkualitas. Selama ini bimbingan dan pendidikan agama di TKA masih mengikuti pola dan alur tradisional.
Materi pelajaran belum tersusun dalam sebuah
kurikulum baku, metode yang digunakan terkadang kurang memperhatikan unsur psikologi anak itu sendiri, sehingga kurang daya tariknya. Selain itu,
6
tingkat kesadaran dan perhatian masyarakat atau orang tua terhadap ustadz atau ustadzahnya masih sangat rendah. Sementara manajemen dan pengelolaannya pun masih sangat sederhana. Dampak negatif dari semua ini cukup dirasakan. Tidak sedikit anakanak yang selalu berusaha menghindar dan mengelak mengikuti pelajaran agama khusus lagi belajar Al-Qur’an. Akhirnya angka buta huruf Al-Qur’an di lingkungan generasi muda setiap tahunnya terus meningkat.
Sementara
disadari jatuh dan bangunnya umat Islam pada dasarnya tergantung pada jauh dekatnya umat Islam dengan kitab sucinya.5 Oleh karena itu, sangatlah penting menanamkan nilai-nilai keagamaan sejak usia dini untuk menjadikan generasi penerus yang berakhlak mulia, serta untuk menjaga generasi penerus agar tidak terkontaminasi oleh budaya barat yang tidak sesuai dengan norma agama. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka untuk mengetahui lebih jauh mengenai manajemen TKA Nurul Iman dalam meningkatkan mutu dakwah pada kelompok usia dini, penulis bermaksud mengadakan penelitian ilmiah yang akan dituangkan dalam skripsi dengan judul: “MANAJEMEN DAKWAH PADA KELOMPOK USIA DINI (pada TKA Nurul Imam Bukit Nusa Indah Ciputat).”
B. Batasan dan Rumusan Masalah Adapun pembatasan masalah yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah pada penerapan manajemen TK Al-Qur’an yang diterapkan di
7
Yayasan Al-Hijriah dalam meningkatkan mutu dakwahya pada kelompok usia dini. Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka perumusan masalah yang diambil oleh penulis adalah aplikasi manajemen dakwah TKA Nurul Iman dalam menyampaikan nilai-nilai Islam sejak usia dini.
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah : a) Melakukan analisis terhadap kegiatan dakwah pada kelompok usia dini di TKA Nurul Iman berdasarkan metode manajemen dakwah yang selama ini telah dilakukan. b) Untuk mengetahui aplikasi manajemen dakwah yang selama ini telah dijalankan TKA Nurul Iman dalam menyampaikan nilai-nilai Islam sejak usia dini.
D. Manfaat Penelitian a) Untuk memperoleh informasi mengenai metode yang diterapkan TKA Nurul Iman dalam menyampaikan nilai-nilai Islam pada kelompok usia dini baik untuk penulis maupun pembaca secara umum. b) Untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan TKA Nurul Iman dalam meningkatkan mutu dakwah pada kelompok usia dini. c) Memberikan gagasan terhadap manajemen dakwah yang dapat menunjang peningkatan mutu dakwah yang dilakukan oleh TKA Nurul Iman.
8
E. Metode Penelitian Adapun metode pembahasan dalam penyusunan skripsi ini adalah pendekatan deskriptif, yaitu menjelaskan dan menerangkan peristiwa, yang bertujuan untuk mengetahui keadaan sesuatu mengenai apa dan bagaimana, sejauh mana dan sebagainya. Proses pengumpulan data dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut: 1. Metode Pengumpulan Data a) Observasi yaitu dengan mendatangi TK Al-Qur’an Nurul Iman melihat secara langsung untuk meneliti bagaimana manajemen TK Al-Qur’an yang dilaksanakan dalam usaha yang dilakukan. b) Wawancara yaitu dengan pimpinan TK Al-Qur’an Nurul Iman dan jajaran stafnya. c) Dokumentasi yaitu dengan mencari data berupa buku-buku, arsip, makalah dan majalah yang mendukung untuk mengumpulkan data yang bersifat teoritis dan berkaitan dengan objek pembahasan. 2. Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah deskripsi analisis. Pendekatan deskripsi digunakan ketika menggambarkan secara umum tentang manajemen dan gambaran umum TKA Nurul Iman, selanjutnya menganalisa kegiatan manajemen serta upaya yang dilakukan oleh para pengelola yayasan dalam membina anak didiknya dan hambatan yang dihadapi.
9
3. Pedoman Penulisan Adapun pedoman penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi dan Tesis UIN Jakarta”.
(Ciputat UIN
Jakarta Press, 2002).
F. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, dengan sistematika pembahasan sebagai berikut : BAB I
: PENDAHULUAN Memuat tentang latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
: TINAJAUAN TEORIETIS Memuat tentang ruang lingkup dakwah kelompok usia dini dan manajemen yaitu pengertian dakwah, pengertian kelompok usia dini dimulai dari usia berapa sampai usia berapa dan pengertian manajemen, fungsi dan unsur-unsur manajemen.
BAB III : GAMBARAN UMUM TKA NURUL IMAN Berisi tentang ruang lingkup TKA Nurul Iman yaitu latar belakang berdirinya TKA Nurul Iman, struktur organisasi, pelaksana pendidikan, perkembangan yang telah dicapai, program dakwah dan kegiatan dakwah TKA Nurul Iman.
10
BAB IV
: MANAJEMEN DAKWAH PADA KELOMPOK USIA DINI; ANALISIS PADA TKA NURUL IMAN BUKIT NUSA INDAH CIPUTAT Membahas tentang kegiatan dakwah pada kelompok usia dini serta aplikasi manajemen dakwah TKA Nurul Iman dalam menyampaikan nilai-nilai Islam sejak usia dini.
BAB V
: PENUTUP Memuat tentang kesimpulan dan saran.
11
BAB II TINJAUAN TEORIETIS 5
A. Dakwahfsff 1. Pengertian Dakwah Perkataan dakwah secara etimologis (kebahasan) merupakan bentuk mashdar dari kata kerja da’a, yad’u, da’watan yang berarti memanggil, mengundang, mengajak, menyeru dan mendorong.
Secara terminologis
(istilah) dakwah berarti mengajak dan menyeru umat manusia baik perorangan maupun kelompok kepada agama Islam, pedoman hidup yang diridhoi oleh Allah dalam bentuk amar ma’ruf, nahi munkar dan amal sholeh dengan cara lisan maupun perbuatan guna mencapai kebahagiaan hidup kini di dunia dan akhirat.1 Dakwah dari segi istilah ini Muhammad Natsir, mengemukakan : “Usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini yang meliputi amar ma’ruf nahi munkar dengan berbagai macam media dan cara yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam perikehidupan perseorangan, perikehidupan berumah tangga (usrah), perikehidupan bermasyarakat dan perikehidupan bernegara”.2 Sedangkan H.S.M. Nasaruddin Latif mendefinisikan dakwah sebagai berikut :
1
Zaini Muhtarom, Dasar- dasar Manajemen, (Yogyakarta: Al- Amin Press, 1996) Edisi ke-1, cet ke-1, h. 36. 2
3, h. 8.
Abd. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), cet ke-
12
“Setiap usaha atau aktifitas dengan lisan atau tulisan dan lainnya yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis aqidah dan syariat serta akhlak Islamiyah”.3 Sedangkan Asmuni Syukir dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar strategi dakwah Islam” berpendapat bahwa istilah dakwah itu dapat diartikan dari dua segi atau dua sudut pandang, yakni pengertian dakwah yang bersifat pengembangan.4 Pengertian dakwah yang bersifat pembinaan adalah suatu usaha mempertahankan, melestarikan dan menyempurnakan umat manusia agar mereka tetap beriman kepada Allah dengan menjalankan syariat-Nya sehingga mereka menjadi manusia yang hidup bahagia di dunia maupun di akhirat. Sedangkan pengertian dakwah yang bersifat pengembangan adalah usaha mengajak umat manusia yang belum beriman kepada Allah SWT, agar mentaati syariat Islam (memeluk agama Islam). Dari berbagai pendapat di atas bila dikaji dan disimpulkan akan mencerminkan hal-hal sebagai berikut : a.
Dakwah adalah suatu usaha atau proses yang diselenggarakan dengan sadar dan terencana..6
3
Ibid., h.9.
4
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al- Ikhlas, 1983), h. 20.
13
b.
Usaha yang dilakukan adalah mengajak umat manusia ke jalan Allah, memperbaiki situasi yang lebih baik (dakwah bersifat pembinaan dan pengembangan).
c.
Usaha tersebut dilakukan dalam rangka mencapai tujuan tertentu yakni bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat.5 Dakwah tidak terlepas pada tujuan memperbaiki kondisi masyarakat
agar sesuai dengan ajaran Islam. Seperti yang diungkapkan oleh DR. M. Quraish Shihab bahwa, “Dakwah adalah sebagai seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.6 7 Bila kita mengamati pengertian di atas terlihat betapa luasnya lingkup dakwah tersebut, harus mencakup seluruh aspek kehidupan tidak terbatas pada hubungan antara manusia dengan penciptanya saja tetapi menyangkut hubungan
antar
sesama
manusia
dan
hubungan
manusia
dengan
lingkungannya. Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa aktifitas dakwah dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu: dakwah dalam arti mikro yakni: pelaksanaan dakwah yang dilakukan oleh kalangan tertentu yang jumlahnya sangat terbatas karena harus memiliki persyaratan khusus, seperti memahami secara mendalam akan kandungan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Kedua dakwah dalam arti makro, yaitu berupa aktifitas yang merupakan tanggung jawab setiap muslim, untuk melaksanakannya tidak memerlukan 5 6
Ibid., h. 21.
M. Quraish Shihab, Membumikan Al- Quran Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1992), cet.ke-1, h. 194.
14
kemampuan khusus dan ia mengandung konsekuensilogis setiap muslim sebagai kholifah Allah.
Dakwah dalam bentuk kedua ini dapat dilakukan
seseorang lewat profesinya, pekerjaan dan kegiatan sehari-hari. Pelaksanaan dakwah bertujuan untuk : a.
Membangun masyarakat Islam. Hal ini seperti yang dilakukan oleh para Rosul, yang memulai dakwahnya kepada masyarakat yang belum mengerti Islam.
b.
Dakwah
melakukan
perbaikan
masyarakat
Islam,
yaitu
dalam
membangun kembali suatu masyarakat yang telah runtuh baik moril maupun materil. c.
Memelihara kontinuitas dakwah, yaitu mengarahkan secara terus menerus keberadaan dakwah.7 Ada beberapa kata yang hampir sama maksudnya dengan “dakwah-
dakwah
seperti
penerangan,
pendidikan,
pengajaran,
indoktinasi
dan
propaganda”.88 2. Unsur-unsur Dakwah Terdapat beberapa unsur dalam dakwah yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain dan tidak dapat dipisahkan.
Unsur-unsur tersebut
adalah:
7
Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqih Dakwah: Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam, (Solo: Citra Press, 1997), cet ke-1, h. 27. 8
Toha Yahya Omar, M.A., Ilmu Dakwah, (Jakarta: Widjaja, 1983), cet. ke-3, h.1.
15
1.
Da’i (subjek) Da’i adalah orang yang mengajak kepada orang lain baik secara langsung atau tidak langsung, dengan kata-kata, perbuatan atau tingkah laku ke arah kondisi yang baik dan menurut syari’at Al-Qur’an dan As-sunnah.
2.
Mad’u (objek) Mad’u adalah sekelompok orang yang menerima pesan dari seorang da’i kepada jalan Allah sesuai dengan syari’at Islam.
3.
Materi Materi adalah Al-Islam yang bersumber di Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, syariah dan akhlak dengan berbagai macam cabang ilmu yang diperoleh darinya.
4.
Media Media adalah merupakan suatu sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang akan disampaikan.
5.
Metode Metode adalah cara yang dipergunakan oleh seorang da’i untuk menyampaikan materi dakwah yaitu Al-Islam atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan dakwah.
6.
Tujuan Tujuan adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur serta mendapat ridha Allah.
16
7.
Efek atau Pengaruh Efek atau pengaruh merupakan akibat dari pelaksanaan proses dakwah dalam objek dakwah positif atau negatif, efek dakwah ini berkaitan dengan unsur-unsur dakwah.9
3. Metode Dakwah Metode dakwah ialah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang .10 Bentuk-bentuk dakwah secara umum dijelaskan di dalam Al-Qur’an dalam surat An-Nahl : 125
ﻟﺣﺳﻨﺔ١
ﻟﻣوﻋﻈﺔ١و
ﺑﺎلﺣﻜﻣﺔ
ﺑك
ر
ﺳﺑﻳل
اﻟﻰ
ادع
ﻋﻟم ﺑﻣنﺿلﻋنﺳﺑﻳﻟﻪ وهو١ن رﺑك هو١ﺣﺳن١وﺟﺎدﻟﻬمﺑﺎﻟﺗﻲهﻲ ﻋﻟمﺑﺎﻟﻣﻬﺗد ن١ Dari ayat di atas metode dakwah meliputi 3 cakupan yaitu : hikmah, mau’idzah, dan mujadalah.9 1.
Hikmah Kata “Hikmah” merupakan asal kata dari “hukman” yang diartikan secara makna aslinya adalah mencegah, jika diartikan dengan hukum berarti mencegah dari kedzaliman, dan jika dikaitkan dengan dakwah berarti menghindari hal-hal yang kurang relevan dengan tugas dakwah.11 Sedangkan hikmah menurut beberapa pendapat di antara Ahmad 9
Wardi Bachtiar, Op.Cit. h. 32.
10
Yusuf, Metode Dakwah, h. 7.
11
Aziz, Ilmu Dakwah, h. 8.
17
Musthofa Al Maraghi, hikmah adalah perkataan yang tegas yang disertai dengan dalil-dalil yang memperjelas kebenaran dan menghilangkan keraguan.12 Sedangkan Nazarudin Razak, hikmah adalah karunia Allah terhadap seorang hamba Allah berupa kemampuan menangkap sesuatu secara ilmiah dan falsafah.13
Dalam dunia dakwah, hikmah adalah
penentu sukses tidaknya dakwah dalam menghadapi mad’u yang beragam baik dari pendidikan, sosial, budaya dan ekonomi. Oleh karena itu para da’i memerlukan hikmah, sehingga ajaran Islam mampu memasuki ruang hati para mad’u dengan tepat. Selain itu hikmah juga bekal da’i menuju sukses. Sebagai metode dakwah, hikmah diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang hati yang bersih, menarik perhatian orang kepada agama / Tuhan.10 2.
Mau’idzah Hasanah Menurut bahasa, mau’idzah hasanah terdiri dari 2 kata yaitu mau’idzah dan hasanah. Kata mau’idzah berasal dari kata wa’adzan – ya’idzu – wa’dzan – idzatan yang artinya pengajaran, nasehat.14
Sedangkan
hasanah merupakan mufrad dari hasanatan yaitu kebaikan. Adapun pengertian secara istilah, ada beberapa pendapat seperti, menurut Abdul Hamid Al Bilah mau’idzah hasanah ialah salah satu metode dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah dengan memberikan nasehat atau membimbing lemah lembut agar mereka mau berbuat baik.15 Bentuk 12 Imam Sayuti Farid dan Abd. Jaabar Adlan, Tafsir Dakwah (Surabaya, Fak. Dakwah IAIN Sunan A
,
mpel, 1989), h. 1.
13
Nasaruddin Razak, Metodologi Dakwah, (Semarang, Toha Putra, 1976), h. 6-7.
14
Yunus, Kamus Arab-Indonesia, h. 502.
18
mau’idzah hasanah ini bisa berupa nasehat, kabar baik dan peringatan, wasiat, menceritakan kisah-kisah orang shaleh yang dahulu dan ceramah. Ceramah yang merupakan bentuk dari mau’idzah hasanah merupakan metode yang banyak digunakan di masyarakat, karena metode ini di anggap paling murah dan sederhana, namun dari segi pemberdayagunaan masih cukup potensial dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kemampuan daya pikir dan usaha-usaha yang menyangkut perubahan sikap dan tingkah laku manusia. 11 3) Mujadalah Menurut bahasa, mujadalah berasal dari kata jaadala - mujaadalatan – jidaalan yang artinya berbantah, berdebat. Merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang di ajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.16 Mujadalah yang lebih dikenal dengan istilah diskusi, karena metode ini merupakan penyampaian pesan dakwah dengan jalan bertukar pendapat atau informasi, tentang masalah agama antara beberapa orang dalam tempat tertentu.
Menurut Syekh Muhammad Abduh metode diskusi
ialah metode yang dapat digunakan pada golongan yang tingkat kecerdasannya dalam kategori tinggi.17 B. Kelompok Usia Dini 15
Yusuf, Metode Dakwah, h. 16.
16
Yunus, Kamus Arab-Indonesia, h. 89.
17
Yusuf, Metode Dakwah, h. 329-341.
19
Anak usia dini merupakan bagian dari masa kanak-kanak yang sering disebut sebagai masa kanak-kanak awal, yakni antara usia dua sampai enam enam tahun.
Istilah usia dini ini digunakan oleh para pendidik yang
dimaksudkan untuk membedakan anak-anak dimana mereka dianggap cukup tua secara fisik mental.18 1. Karakteristik Anak Usia Dini Karena anak usia dini merupakan masa kanak- kanak awal maka selanjutnya akan dijelaskan mengenai karakteristik anak- anak usia dini. Masa kanak- kanak merupakan masa yang panjang dalam rentang kehidupan, yang dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni sekitar usia dua tahun hingga saat anak malang secara seksual kira- kira usia tiga belas tahun untuk wanita dan empat belas tahun untuk pria.19
12
Masa kanak- kanak sendiri terbagi lagi menjadi dua fase, yaitu masa kanak-kanak awal dan masa kanak-kanak akhir. Dalam pembahasan ini, hanya akan dibahas mengenai karakteristik anak-anak pada masa kanak-kanak awal. Karakteristik yang menonjol pada masa kanak-kanak awal, antara lain :
a. Perkembangan Fisik 18
Elizabeth B. Hurlock, Development Psychology a Life Span Approach, Alih Bahasa: Istiwidayanti, (Jakarta: Erlangga,1993), cet ke-3, ed. ke-7, h. 108. 19
Ibid., h. 109.
20
Pertumbuhan fisik selama masa kanak-kanak awal berlangsung lambat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan pada masa bayi. Namun perkembangannya relatif seimbang atau proporsional sehingga
perkembangan
psikomotornya
sangat
ideal
untuk
pembelajaran keterampilan. Menurut Hurlock, hal ini disebabkan pula oleh faktor-faktor berikut ini: 20
13
• Tubuh anak lebih lentur dari pada remaja dan orang dewasa, oleh karena itu semua dapat dipelajari dengan mudah. •
Anak- anak memiliki keterampilan yang lebih sedikit sehingga keterampilan yang baru dikuasai tidak mengganggu keterampilan yang sudah ada.
•
Anak- anak lebih suka menjelajah, ingin mencoba sesuatu yang baru. Hal ini dapat memotivasi mereka untuk berjalan.
•
Anak-anak senang untuk mengulang-ulang sehingga dengan senang hati mereka akan mengulang-ulang aktifitas sampai mereka terampil.
•
Anak-anak memiliki tugas lebih sedikit sehingga mereka memiliki banyak waktu untuk mencurahkan perhatian dalam menguasai keterampilan.
b. Perkembangan Sosial
20
Elizabeth B. Hurlock, Child Development, (Singapore: Mc. Graw- Hill Book Co1978), ed. ke- 6, h. 143.
21
Masa kanak- kanak awal disebut sebagai masa berkelompok, dimana anak-anak belajar dasar-dasar perilaku sosial teman- teman seusianya.
dengan
Dasar untuk sosialisasi ditunjukkan
dengan meningkatnya hubungan antara anak dengan teman-teman sebanyanya dari tahun ke tahun. Meluasnya lingkungan sosial bagi anak menyebabkan anak menjumpai pengaruh-pengaruh yang ada di luar pengawasan orang tuanya. Ia bergaul dengan teman-temannya, mempunyai guru-guru yang mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam proses emansipasinya. Emansipasi disini dengan orang lain yang ada dalam situasi yang sama.21 Pada usia kanak-kanak awal, terjadi adanya tingkah laku meniru atau imitasi terhadap pembicaraan dan tindakan orang lain. Mereka memiliki keinginan yang kuat untuk belajar berbicara, dimana
belajar
berbicara
merupakan
sarana
pokok
untuk
bersosialisasi dan mencapai kemandirian.22 14 c.
Perkembangan Moral Perkembangan moral pada awal masa kanak- kanak masih dalam tingkat yang rendah karena perkembangan intelektual anak-
21 F. J. Monks, dkk, Psikologi Perkembangan, Pengantar dalam Berbagai Bagiannya, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1985), cet. ke-3, h. 23. 22
113.
Elizabeth B. Hurlock, Developmental Psychology a Life Span Approach, Op. cit,. h.
22
anak belum mencapai titik dimana ia dapat mengetahui manfaat dari adanya peraturan-peraturan yang ada. Menurut Piaget (dalam Hurlock, 1993)23 masa kanak-kanak awal ditandai dengan “moralitas melalui perasaan”, dimana anakanak secara otomatis mengikuti peraturan-peraturan yang ada tanpa berpikir atau menilai dan ia menganggap orang-orang dewasa yang berkuasa sebagai maha kuasa. Ia juga menilai semua perbuatan benar
atau
salah
berdasarkan
akibat-akibatnya
berdasarkan pada motivasi yang mendasarinya. pandang
anak-anak,
perbuatan
yang
“salah”
dan
bukan
Menurut sudut adalah
yang
mengakibatkan hukuman, baik oleh orang lain maupun oleh faktorfaktor alam atau ghaib. Sementara
Kolberg menyebut perkembangan moral pada
masa ini sebagai “moralitas prakonvensional”. Pada tahap pertama, anak-anak berorientasi patuh dan hukuman dalam arti dia menilai benar salahnya perbuatan berdasarkan akibat-akibat fisik dari perbuatan itu. Pada tahap kedua anak- anak menyesuaikan diri dengan harapan sosial agar memperoleh pujian.2415 d.
Perkembangan Kepribadian Kepribadian mulai terbentuk pada masa ini, inti pola kepribadian pada masa kanak-kanak awal adalah konsep diri, Glanser (dalam Hurlock, 1993) mengatakan bahwa konsep diri anak
23 24
Ibid., h. 123. Ibid.
23
“terbentuk di dalam rahim hubungan keluarga” orang tua, saudara kandung dan sanak saudara yang lain merupakan dunia sosial bagi anak-anak maka bagaimana perasaan dan perlakuan mereka kepada anak-anak
merupakan
faktor
yang
paling
penting
dalam
Hurlock,
1993)
pembentukan konsep diri tersebut.25 16 Thomas
dan
kawan-kawan
(dalam
menunjukkan adanya tiga sindrom kepribadian, yaitu: “anak yang mudah“ yaitu “anak yang sulit” yang fungsi- fungsi tubuhnya tidak teratur, intensitas reaksinya tinggi dan lambat menyesuaikan diri dengan perubahan dan ”anak yang lamban”, yang tingkat aktifitasnya rendah dan tidak cepat menyesuaikan diri. Sindroma-sindroma ini tampak pada perilaku penyesuaian anak-anak selama tahun-tahun pra sekolah.26 Hal lain yang menonjol pada fase usia dini atau pra sekolah (36 tahun) adalah: 27 17 •
Merupakan masa persiapan sekolah.
•
Pertanyaan mulai dengan “mengapa”.
•
Keingintahuan mengenai seks mulai tampak, pertanyaan tentang adik datangnya dari mana.
•
240.
Mulai mencari teman bermain.
25
Ibid., h. 291.
26
Ibid., h. 133.
27
R.I. Suharin C., Cara Mendidik Anak dalam Keluarga Masa Kini, (tt, Bharatara, tth), h.
24
•
Kebiasaan mulai diidentifikasikan dan perlu penjelasan seperlunya.
•
Datangnya adik menimbulkan masalah baru.
•
Anak sering bermain- main dengan alat kelaminnya.
•
Pada masa ini, anak laki- laki bersikap menyukai ibunya dan membenci ayahnya, anak perempuan sebaliknya, menyukai ayahnya dan membenci ibunya, sikap itu disebut Oedipus somplex.
2. Pembagian Usia Anak Secara umum para ahli psikologi berbeda pendapat dalam mengemukakan pembagian usia anak.
Hal ini disebabkan adanya
perbedaan kepentingan yang ingin dicapai oleh masing-masing. Sekalipun demikian pembagian-pembagian itu pada intinya mengandung kesamaan. Di bawah ini akan dikemukakan pendapat beberapa para ahli, di antaranya adalah sebagai berikut: a)
28
= pranantal
b)
0 – 2 tahun
= orok (infancy)
c)
2 minggu – 2 tahun
= bayi (babyhood)
d)
2 tahun – 6 tahun
= anak- anak awal (early childhood)
e)
6 tahun – 12 tahun
= anak- anak akhir (late childhood)
f)
12 tahun – 14 tahun
= masa pubertas (puberty) 28
18
Dr. Sarlito Wirawan Sarwana, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1983), h. 37.
25
Sedangkan Aristoteles membagi usia anak dalam tiga periode, yaitu: a)
0 – 7 tahun
= masa kecil atau masa bermain
b)
7 – 12 tahun
= masa anak atau masa belajar
c)
12 – 14 tahun
= masa pubertas atau masa peralihan dari anak menuju dewasa
Drs.
Imam Badawi dalam bukunya “Ilmu Jiwa Perkembangan
dalam Konteks Pendidikan Islam” membagi usia anak sebagai berikut: a)
0 – 6 tahun
= usia kanak- kanak (usia pra sekolah)
b)
6 – 12 tahun
= usia remaja (usia sekolah)
c)
12 – 21 tahun
= usia dewasa (masa pubertas) 29 19
Sedangkan pembagian usia anak dalam penyusunan skripsi ini adalah usia pra sekolah atau usia dini, yaitu 0 – 6 tahun pada fase ini anak sedang menjalani masa pendidikan di tiga lingkungan pendidikan, yaitu saling mempengaruhi secara nisbi sesuai dengan intensitas dan kesan yang ditimbulkannya. 3.
Pentingnya Agama bagi Perkembangan Anak Seperti diketahui, pembinaan mental tidaklah dimulai dari sekolah, akan tetapi dari rumah tangga, sejak anak dilahirkan ke dunia, mulailah dia menerima pendidikan dan perlakuan, mula-mula dari ibunya bapaknya, kemudian dari anggota keluarganya yang lain, pembinaan dan pertumbuhan itu ditambah dan disempurnakan oleh sekolah.
29
Letje Suharti Agusman, Proses Perkembangan Potensi Anak, (makalah seminar) Aula FK UI tidak diterbitkan, 28 November 1993, h. 2.
26
Pendidikan agama pada masa anak seharusnya oleh orang tua, yaitu dengan jalan membiasakannya kepada tingkah laku dan akhlak yang diajarkan oleh agama. Dalam menumbuhkan kebiasaan berakhlak baik seperti kejujuran, adil dan sebagainya orang tua harus memberikan contoh karena anak dalam usia ini belum dapat mengerti, mereka baru dapat meniru. Apabila anak telah terbiasa menerima perlakuan adil dan di dalam jiwanya menjadi salah satu unsur dari kepribadiannya. Demikian pula dengan nilai-nilai agama dan kaidah-kaidah sosial yang lain, sedikit demi sedikit harus dimasukkan dalam pembinaan anak. Pendidikan agama tidak mungkin terlepas dari pengajaran dakwah Islamiah. Jika penanaman jiwa agama tidak mungkin dilakukan sepenuhnya oleh orang tua di rumah maka pengajaran agama harus disempurnakan dengan bimbingan para guru di lembaga pendidikan agama, misalnya di TK- TP Al-Qur’an atau di madrasah. Pentingya pendidikan agama bagi pembinaan mental dan akhlak anak sebagai pembinaan dan penyempurnaan pertumbuhan kepribadian anak dimana pendidikan agama mempunyai dua aspek penting, yaitu sebagai berikut: a)
Ditujukan kepada jiwa atau pertumbuhan kepribadian.
Anak
diberikan kesadaran tentang adanya Tuhan dan meninggalkan larangan-larangannya. b)
Ditujukan pada pikiran yaitu pengajaran agama itu sendiri. Kepercayaan kepada Tuhan tidak akan sempurna bila isi ajaranajaran Tuhan itu tidak diketahui betul-betul.
Anak harus
ditunjukkan apa yang disuruh, apa yang dilarang, apa yang boleh,
27
apa yang dianjurkan melakukannya dan apa yang dianjurkan meninggalkannya menurut ajaran agama.30 20
C. Manajemen 1. Pengertian Manajemen Istilah manajemen ini sulit didefinisikan karena dalam kenyataannya tidak ada definisi manajemen yang telah diterima secara universal dan manajemen dapat didefinisikan dengan berbagai rumusan tergantung kepada cara pandang si pembuat definisi. Bila kita mempelajari literatur manajemen maka akan tampak bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian, yaitu; 21 a) Manajemen sebagai suatu proses. b) Manajemen sebagai kolektivitas orang- orang yang melakukan aktifitas manajemen. c) Manajemen sebagai suatu seni (art) dan sebagai suatu ilmu.31 22 Menurut pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu proses “Proses adalah suatu cara yang sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan”.32 Memberi batasan manajemen sebagai suatu proses karena semua manajer apapun keterampilan atau keahliannya, terlibat dalam kegiatankegiatan tertentu untuk mencapai tujuan mereka.
Aspek-aspek tersebut
30
Zakiyah Darajat, Kesehatan Mental, (Jakarta: CV. Haji Masagung, 1994), h. 130.
31
Manulang, Dasar- dasar Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981), cet. ke-7, h. 15.
32
James A.F. Stoner dan R. Edward Freeman terjemahan: Wihelmus W. Bakowaan dan Benyamin Molan, Manajemen, (Jakarta: Intermedia, 1994), cet. ke-1, jilid ke-1, h. 10.
28
dikemukakan oleh Stoner sebagai berikut: “Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua lain-lain sumber daya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.33 Dalam Encyclopedia of the Social Science, dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan proses mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi.3423 Zaini Muhtarom mengutip pendapat Robert Kritner dari Arizona State University yang menyatakan bahwa manajemen adalah proses bekerja dengan dan melalui orang-orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam lingkungan yang berubah. Proses ini berpusat pada penggunaan secara efektif dan efisien terhadap sumber daya yang terbatas.35 Dari berbagai macam definisi yang sebenarnya masih banyak, namun yang lebih penting dan memberikan gambaran tentang proses pelaksanaan manajemen, dirumuskan oleh G.R. Terry yang dikutip oleh Zaini Muhtarom bahwa “manajemen ialah proses yang khas terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan tenaga manusia dan sumber daya lainnya”.36
33 34
Ibid. Manulang, Loc. Cit.
35
Zaini Muhtarom, Dasar- Dasar Manajemen, (Yogyakarta: Al- Amin Press, 1996), ed. ke-1, cet. ke-1, h. 34. 36
Ibid., h. 37.
29
Menurut pengertian yang kedua, manajemen adalah kolektivitas orangorang yang melakukan aktifitas manajemen. Jadi dengan kata lain, segenap orang- orang yang melakukan aktifitas manajemen dalam suatu badan tertentu disebut manajemen. Dalam arti singular (tunggal) disebut manajer. Aktifitas manajemen adalah kegiatan- kegiatan yang dilakukan oleh setiap manajer, yaitu; perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Menurut pengertian yang ketiga, manajemen itu adalah suatu seni atau suatu ilmu. Mary Parker Follet mendefinisikan manajemen sebagai “seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain”,37 mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan- tujuan organisasi melalui pengaturan orang- orang lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan. Menurut Gullick, manajemen telah memenuhi persyaratan untuk disebut bidang ilmu ph, karena telah dipelajari untuk waktu yang lama dan telah diorganisasikan menjadi suatu rangkaian teori. Teori manajemen selalu diuji dalam praktek, sehingga manajemen sebagai ilmu akan terus berkembang.38 24 Manullang mengutip Chester I Barnard dalam bukunya yang berjudul “The Function of the Executive” mengakui bahwa manajemen itu adalah “seni” dan juga sebagai “ilmu”. Demikian pula Henry Fayol, Alfian Brown,
37
T. Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 1990), Ed. ke- 2, cet. ke-3, h 8.
38
Ibid., h.11.
30
Harold Koontz, Cyril O’donnel dan George R. Terry beranggapan bahwa manajemen itu adalah ilmu sekaligus adalah seni.39 Manajemen sebagai seni berfungsi untuk mencapai tujuan yang nyata mendatangkan hasil atau manfaat, sedangkan manajemen sebagai ilmu berfungsi
menerangkan
fenomena-fenomena,
gejala-gejala,
kejadian-
kejadian, keadaan, jadi memberikan penjelasan-penjelasan. 25 Memperhatikan pengertian manajemen itu adalah ilmu sekaligus seni maka manajemen itu dapat diberi definisi sebagai,”manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengaruh dan pengawasan dari pada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.”40
Sedangkan arti dari manajemen
menurut Islamologi adalah ilmu manajemen yang dibentuk oleh sumber data implisit atau ayat kauniah ditambah sumber data eksplisit atau ayat qauliyah. Berbeda dengan ilmu manajemen Eropa, Amerika dan Jepang yang hanya dibentuk oleh sumber data implisit atau ayat kauniah saja.
Definisi
manajemen menurut data implisit yaitu; manajemen adalah pemimpin yang menyusun dan menggerakkan proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran, kemudian definisi Islamologi adalah ilmu yang mempelajari Islam terutama mengenai kebenaran mutlak kemahaesaan, kemahasucian serta kemahaagungan Allah Maha Kasih lagi Maha Sayang yang didapat dari ayat kauniah maupun ayat qauliyah dan berguna untuk dikembangkan bagi kesenangan serta kebahagiaan hidup manusia berikut 39
Manulang, Op. Cit., h. 16.
40
Ibid., h. 17.
31
kebaikan lingkungannya.41
Jadi manajemen menurut Islamologi adalah
pemimpin yang menyusun dan menggerakkan proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran, dengan niat ikhlas. Arti ikhlas adalah hanya mengharap senyum ridho Allah.42 26 2.
Unsur-unsur Manajemen Manusia merupakan faktor terpenting dalam manajemen, karena pada dasarnya manajemen dilakukan oleh, untuk dan kepada manusia. Namun manusia tersebut tidak akan mencapai tujuan jika tidak ada unsur lain, atau dengan kata lain untuk mencapai tujuan. Aktifitas tersebut ditinjau dari sudut proses seperti: planning, organizing, actuating dan controlling. Sarana atau unsur manajemen yang kedua adalah money atau uang. Untuk melakukan berbagai aktifitas diperlukan uang, seperti upah atau gaji orang-orang yang membuat rencana, mengadakan pengawasan, bekerja dalam proses produksi. Uang sebagai sarana manajemen harus digunakan sedemikian rupa agar tujuan yang ingin dicapai tersebut bernilai atau dipengaruhi oleh perhitungan atau ketelitian dalam penggunaan uang.43 Dalam proses pelaksanaan kegiatan, manusia menggunakan material atau bahan-bahan, karenanya dianggap pula sebagai alat atau sarana manajemen untuk mencapai tujuan, demikian pula dalam proses pelaksanaan kegiatan, terlebih dalam kemajuan teknologi dewasa ini manusia bukan lagi sebagai pembantu bagi mesin, tetapi sebagai pembantu bagi manusia.
42
Ibid., h. 326.
43
Ibid., h. 19.
32
Untuk melakukan kegiatan-kegiatan secara berdaya guna dan berhasil guna maka manusia dihadapkan kepada berbagai alternative method atau cara melakukan pekerjaan. Oleh karena itu, method atau cara dianggap pula sebagai sarana atau alat manajemen untuk mencapai tujuan.44 Unsur manajemen dalam bentuk pasar juga menghendaki agar manajer mempunyai orientasi pemasaran (pengguna jasa) dengan pendekatan ekonomi mikro maupun makro serta memperhitungkan kecenderungankecenderungan baru yang akan menyangkut permintaan atau kebutuhan masayarakat yang selalu berubah dan penawaran atau penyediaan yang selalu disesuaikan dan dimudahkan. Semua unsur-unsur manajemen tersebut di atas dikoordinir oleh manajer, diatur secara berkembang dan digunakan secara efisien ke arah tujuan yang ingin dicapai dalam jangka waktu yang ditentukan melalui proses manajemen.27 3.
Fungsi Manajemen Selama kurang lebih tiga seperempat abad ini pandangan fungsional melandasi pendekatan yang paling terkenal untuk menggambarkan apa yang dilakukan oleh manajer.
Pada tahun 1916, Henry Fayol industriawan
Perancis sebagi pelopor pendekatan fungsional mengemukakan lima fungsi manajemen sekaligus menandai urutan proses pelaksanaan manajemen, yaitu planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), command (perintah), coordination (koordinasi) dan control (pengawasan).45 44 45
Ibid. Zaini Muhtarom, Op. Cit., h. 38.
33
Dalam uraian tentang proses manajemen telah dikutip oleh Sarwoto pendapat Terry tentang fungsi-fungsi dasar manajemen yang meliputi planning, organizing, actuating, dan controlling, Terry memberikan penjelasan umum atas fungsi-fungsi dasar tersebut sebagi berikut: Planning (P): apa yang harus dilakukan? Kapan? Dimana dan bagaimana? Organizing (O): dengan kewenangan seberapa banyak? Dan dengan sarana serta lingkungan kerja yang bagaimana? Actuating (A): membuat para pekerja ingin melaksanakan tugas yang telah ditetapkan dengan secara sukarela dan dengan kerja sama yang baik. Controlling (C): pengamatan agar tugas-tugas yang telah direncanakan dilaksanakan dengan tepat sesuai rencana dan bila terdapat penyimpangan diadakan tindakan-tindakan perbaikan.46 28 Adapun fungsi manajemen disini hanya dipaparkan satu pendapat saja yang memang secara umum dipergunakan dalam berbagai instansi atau lembaga. Fungsi manajemen yang dimaksudkan adalah yang biasa disebut dengan istilah POAC, yaitu planning, organizing, actuating dan controlling. a. Planning (Perencanaan) Perencanaan atau planning ialah: (1) pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan (2) penentuan strategi, kebijaksanaan,
46
Sarwoto, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1991), cet. ke-8, h. 65.
34
proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.47 Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini, karena perencanaan merupakan penetapan jawaban kepada enam pertanyaan, yaitu:29 1) Tindakan apa yang harus dikerjakan? 2) Apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan? 3) Dimanakah tindakan itu harus dikerjakan? 4) Kapankah tindakan itru harus dikerjakan? 5) Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu? 6) Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu? Sesungguhnya fungsi perencanaan bukan saja menetapkan hal-hal di atas, tetapi juga termasuk di dalamnya budget.
Pada dasarnya
perencanaan kreatif merupakan pekerjaan penentuan faktor-faktor, kekuatan, pengaruh dan hubungan-hubungan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Semua fungsi lainnya sangat tergantung fungsi ini, dimana fungsi lain tidak akan berhasil tanpa perencanaan dan pembuatan keputusan yang tepat, cermat dan kontinyu. Tetapi sebaliknya perencanaan yang baik tergantung pelaksanaan efektif fungsi lain. b. Organizing (Pengorganisasian) Sarwoto memberikan pengertian pengorganisasian secara umum yang diartikan sebagai berikut: 47
T. Handoko, Op. Cit., h. 23.
35
“Keseluruhan proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas, tanggung jawab atau wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan”.48 Sedangkan
Handoko
mengemukakan
pengertian
bahwa
pengorganisasian adalah: 1)
Penentu sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi.
2)
Pegangan dari pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang akan dapat membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan .
3)
Penugasan tanggung jawab tertentu dan kemudian.
4)
Pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya.
Fungsi ini menciptakan struktur
formal dimana ditetapkan, dibagi dan dikoordinasikan.49 Hasil dari pada proses pengorganisasian adalah suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan yang bulat.30 c. Actuating (Penggerakkan) Penggerakan adalah tindakan-tindakan yang menyebabkan suatu organisasi menjadi “berjalan” George R.
Terry memberikan definisi
pengertian penggerakkan (actuating) ini sebagai “tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok suku berusaha untuk
48 Sa 49
rwoto, Op. Cit., h.77.
T. Handoko, Op. Cit., h. 77.
36
mencapai sasaran-sasaran agar sesuai dengan perencanaan manjerial dari usaha-usaha organisasi”.50 Fungsi ini melibatkan kualitas, gaya dan kekuasaan pimpinan serta kegiatan-kegiatan kepemimpinan seperti komunikasi, motivasi dan disiplin karena kegiatan ini langsung menyangkut dan berhubungan dengan orang-orang dalam organisasi. d. Controlling (Pengawasan) 31 Controlling atau pengawasan sering juga disebut pengendalian. Pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki. Rencana yang betapa pun baiknya akan gagal sama sekali bilamana manajer tidak melakukan pengawasan. Pada akhirnya, manajer harus memastikan bahwa tindakan para anggota organisasi benar-benar membawa organisasi kea rah tujuan yang telah ditetapkan. Inilah fungsi pengendalian dari manajemen yang mencakup empat unsur, yaitu:
50
1)
Menetapkan standar kerja.
2)
Mengukur kinerja yang sedang berjalan.
3)
Membandingkan kinerja ini dengan standar yang telah ditetapkan.
Sarwoto, Op. Cit., h. 87.
37
4)
Mengambil tindakan untuk memperbaiki kalau ada penyimpangan. Melalui fungsi pengendalian, manajer dapat menjaga organisasi tetap melintas di atas rel yang benar.51
D. Manajemen Dakwah 1.
Pengertian Manajemen Dakwah Pengertian manajemen dakwah menurut Rosyad Shaleh adalah proses merencanakan
tugas,
mengelompokkan
tugas,
menghimpun
dan
menempatkan tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas itu dan kemudian menggerakkannya ke arah pencapaian tujuan dakwah.52 Pengertian manajemen dakwah menurut Zaini Muchtarom adalah suatu proses kegiatan organisasi dakwah yang digerakkan dengan suatu kegiatan dinamis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.53 Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa manajemen dakwah adalah suatu proses kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi dakwah dengan
adanya
perencanaan,
pengorganisasian,
penggerakkan
dan
pengawasan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.32 2. Fungsi Manajemen Dakwah Dari sumber-sumber yang ada dapat dikatakan bahwa fungsi pada manajemen dakwah ini pada dasarnya adalah sama dengan manajemen pada umumnya, meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan 51
James A.F. Stoner dan R. Edward Freeman, Op. Cit., h. 15.
52
Abd. Rosyad Shaleh.
53
Zaini Muchtarom.
38
pengawasan, hanya saja dalam fungsi manajemen dakwah ini berlandaskan pada syari’at Islam. Agar lebih jelas dapat dilihat dalam pengertian sebagai berikut : 1)
Perencanaan Dakwah a.
Perkiraan dan Perhitungan Masa Depan Dalam hal ini adalah dengan mengadakan suatu tindakan memperkirakan dan memperhitungkan segala kemungkinan dan kejadian yang akan timbul dan dihadapi di masa depan berdasarkan hasil analisa terhadap data dan keterangan yang konkret.
b.
Penentuan dan Perumusan Sasaran dalam Rangka Pencapaian Tujuan Dakwah yang Telah ditetapkan Sebelumnya Dalam penyelenggaraan kegiatan dakwah perlu adanya penentuan sasaran dakwah untuk menentukan langkah-langkah dan tindakantindakan yang akan dilaksanakan.
c.
Penetapan
Tindakan-tindakan
Dakwah
dan
Prioritas
Pelaksanaannya Penetapan tindakan dakwah adalah merupakan penjabaran dari sasaran dakwah yang ditentukan. Tindakan dakwah ini bersifat pemecahan terhadap masalah-masalah pokok atau penting dalam rangka pencapaian sasaran. d.
Penetapan Metode Metode dakwah menyangkut masalah bagaimana caranya dakwah tersebut harus dilaksanakan.
39
e. Penetapan dan Penjadwalan Waktu Penetapan waktu menyangkut urutan pelaksanaan dari masingmasing tindakan atau kegiatan dakwah yang telah ditentukan serta waktu yang dipergunakan untuk menyelenggarakan masing-masing tindakan atau kegiatan. f. Penetapan Lokasi Lokasi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan dakwah harus ditentukan, lokasi pun harus disesuaikan dengan keadaan yang ada. g. Penetapan Biaya, Fasilitas dan Faktor Lain yang Diperlukan Dalam hal ini setiap kegiatan akan berjalan dengan lancar jika adanya penetapan biaya, fasilitas dan alat-alat perlengkapan yang dapat disesuaikan dengan keperluan kegiatan-kegiatan yang ada. 2)
Pengorganisasian Dakwah Pengorganisasian dakwah yaitu mengelompokkan tindakan-tindakan dakwah
dalam
kesatuan-kesatuan
tersebut
serta
memberikan
wewenang dan jalinan hubungan di antara mereka. 3)
Penggerakkan Dakwah Penggerakkan dakwah yaitu menggerakkan para pelaksana dakwah untuk segera melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan. Terdapat langkah-langkah dalam penggerakkan dakwah, yaitu :
40
a. Pemberian Motivasi Pemberian motivasi ini adalah bagaimana para pelaku atau pelaksana dakwah dengan secara tulus ikhlas dan senang hati bersedia melaksanakan segala tugas dakwah. b. Pembimbingan Dalam penggerakkan ini perlu adanya pembimbingan dan dijuruskan ke arah pencapaian sasaran dakwah yang telah ditentukan. c. Perjalinan Hubungan Adanya
perjalinan
hubungan
gunan
mencegah
terjadinya
kekacauan, kekembaran, kekosongan dan sebagainya di antara satu bagian dengan bagian lainnya. d. Penyelenggaraan Komunikasi Komunikasi timbal balik antara pelaksana dakwah dengan pimpinan dakwah merupakan hal terpenting bagi kelancaran proses dakwah. e. Pengembangan atau Peningkatan Pelaksana Dalam pengembangan atau peningkatan pelaksana ini adalah dengan adanya kesadaran, kemampuan, keahlian dan keterampilan para pelaku dakwah selalu ditingkatkan hingga dakwah dapat berjalan secara efektif dan efisien. 4)
Pengawasan Dakwah Pengawasan dakwah yaitu mengusahakan agar tindakan yang dilakukan dan hasilnya senantiasa sesuai dengan rencana, instruksi,
41
petunjuk, pedoman dan ketentuan-ketentuan lain yang telah diberikan sebelumnya. Terdapat langkah-langkah dalam pengendalian dakwah ini, yaitu : a.
Menetapkan Standard (Alat Ukur) Dengan alat ukur ini barulah dapat dikatakn apakah tugas dakwah yang telah ditentukan dapat berjalan dengan baik, atau dapat berjalan tetapi kurang berhasil atau sama sekali mengalami kegagalan total.
b.
Mengadakan
Pemeriksaan
dan
Penelitian
terhadap
Pelaksanaan Tugas Dakwah yang telah Ditetapkan Dalam pemeriksaan dan penelitian ini untuk menilai bagaimana dan sampai sejauh mana rencana telah ditetapkan itu berhasil dapat dilaksanakan. c.
Membandingkan antara Pelaksanaan Tugas dengan Standard Dalam membandingkan antara pelaksanaan tugas dengan standard ini dapat menilai apakah hasil yang ada dengan hasil yang seharusnya dicapai dalam proses dakwah berjalan dengan baik atau sebaliknya telah terjadi penyimpanganpenyimpangan.
d.
Mengadakan Tindakan-tindakan Perbaikan dan Pembetulan Dari langkah-langkah sebelumnya akan terlihat hasil penilaian yang ada, pada tahap terakhir ini akan terlihat apakah perlu dilakukannya perbaikan dan pembetulan.
42
BAB III GAMBARAN UMUM TAMAN KANAK-KANAK NURUL IMAN
A. Sejarah Berdirinya TK Nurul Iman Taman Kanak- kanak Nurul Iman merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam di bawah koordinasi Yayasan Al-Hijriah dengan akta notaris nomor 43, oleh Dewanto Anwar, SH di Jakarta.
TK Nurul Iman berdiri
tepatnya pada tanggal 5 Februari 1994 di Jl. Tulip No. 206, Komplek Bukit Nusa Indah, Ciputat, Jakarta Selatan. TK ini dibangun di atas tanah seluas 150 m2 dengan luas bangunan 100 m2 dan sisanya seluas 50m2 digunakan untuk taman dan arena bermain. Pendirian TK Nurul Iman berawal dari keinginan masyarakat komplek Bukit Nusa Indah yang ingin mendirikan masjid di lingkungan setempat.
Namun setelah masjid yang kemudian diberi nama masjid Al-
Hijriah itu selesai dibangun, timbul usulan-usulan dari warga yang ingin mendirikan sebuah sekolah Taman Kanak-kanak (TK). Hal ini dikarenakan pada waktu itu belum tersedia fasilitas sekolah Islam di lingkungan tersebut. Akhirnya, berdasarkan pertimbangan dari usulan-usulan warga untuk mendirikan sebuah sarana pendidikan maka dibentuklah dewan pengurus, yang diketuai oleh Bapak Drs. Mustafa, Bapak Hasyim dan Ibu Hj. An- Nizar untuk mengurus dan melaksanakan prosedur pendirian lembaga pendidikan, mulai dari mengurus surat izin mendirikan sekolah TK hingga pendaftaran status sekolah serta sistem pendidikan yang akan diajarkan.
43
Pada awal berdirinya, TK ini mempunyai tiga ruang, yaitu kelas A; untuk anak- anak usia 3 sampai 4 tahun, kelas B; untuk anak-anak usia 5 sampai 6 tahun dan ruang administrasi sekolah. TK Nurul Iman diresmikan pada tanggal 20 Maret 1994, dengan struktur pengurus sebagai berikut:
Ketua
Hj. An- Nizar
Wakil Ketua
Ida Malik
Sekretaris
Wirda Al- Waly
Bendahara
Ida Nila kandi
Humas
Irayanti Arifin
Bidang Pendidikan
Muzani
Bidang Sarana dan Prasarana
Vince Darmawan
Seiring dengan perkembangannya, TK Nurul Iman menngalami pertambahan jumlah siswa setiap tahun ajaran baru. Hal ini mendorong pengurus TK ini untuk memperbaiki fasilitas pendidikan salah satunya adalah dengan memperluas bangunannya. Pada tahun 1998, kembali dibangun gedung baru untuk TK Nurul Iman yang lokasinya berada di sebelah masjid Al- Hijriah dan luasnya adalah dua kali gedung yang lama dengan struktur bangunan bertingkat. Selain itu, TK Nurul Iman juga memberikan beberapa fasilitas baru, di antaranya adalah; ruang sholat dan mengaji, buku paket serta perpustakaan.
Adapun beberapa
program yang dibentuk oleh TK Nurul Iman, yaitu:
a)
Mengadakan pengajian anak dan orang tua seminggu sekali.
44
b)
Mengadakan pembelajaran untuk kaligrafi Arab.
c)
Mengadakan acara dakwah Islamiyah untuk keluarga.
d)
Mengadakan majlis ta’lim untuk kaum ibu Dengan diadakannya perluasan fasilitas, baik dari sarana dan
penambahan program, dirasakan memberikan manfaat yang lebih banyak pula. Hal ini menjadikan TK Nurul Iman dan Yayasan Al- Hijriah yang bernaung di atasnya semakin ramai oleh berbagai aktifitas pendidikan keagamaan dan dakwah Islam.
B. Struktur Oraganisasi Struktur organisasi mempunyai peranan yang penting bagi setiap perusahaan atau organisasi dalam pencapaian tujuannya. Struktur organisasi yang dibentuk bertujuan untuk menunjang aktifitas dan kinerja perusahaan (organisasi) sehingga dapat menghasilkan output yang optimal sesuai dengan kemampuan perusahaan (organisasi).
Selain itu juga untuk memudahkan pengamatan dan
pengawasan dengan pertanggungjawaban yang jelas dari setiap aktifitas yang dilakukan, dimana kerjasama yang baik sangat dibutuhkan dalam menjalankan aktifitas perusahaan (organisasi). Dengan mengetahui struktur organisasi maka dapat diketahui dengan jelas hubungan kerja, tugas dan wewenang serta tanggung jawab dari setiap orang yang berperan dalam organisasi tersebut.
Berikut ini merupakan struktur organisasi TKA Nurul Iman:
45
PENGELOLA KEPALA SEKOLAH
WAKIL KEPALA SEKOLAH
KEPALA TATA USAHA
BENDAHARA
WALI KELAS
GURU
SANTRI- SANTRI
C. Pelaksanaan Pendidikan 1.
Tujuan dan hasil yang Ingin Dicapai Tujuan
yang
ingin
diwujudkan
dalam
pembinaan
dan
pengembangan TK Nurul Iman yang ditempuh dengan kegiatan mengajar adalah para murid TK nantinya akan memiliki keterampilan dalam beribadah sekaligus memiliki pondasi yang kuat dalam beragama. Untuk hal yang demikian dapat ditempuh dengan berbagai jalan, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Menyiapkan landasan rohani, emosi dan tradisi bagi anak sebagai generasi Qur’ani yang mencintai dan dicintai Allah dan membina
46
akhlak serta kepribadian anak menjadi muttaqin, muhsihin, shabirin, mutawakkin, tawwabin dan mutathahirin.133 b. Membina dan membentuk anak menjadi “muslim yang ideal” muslim yang benar-benar menghayati nilai-nilai Al-Qur’an dan menempati norma- norma ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan sehari- hari.2 Semua hal tersebut dijalankan dengan berorientasi pada tujuan yang tertumpu pada motto “Menyiapkan generasi Qur’ani Menyongsong Masa Depan Gemilang.” Tujuan dan hasil yang ingin dicapai di atas akan tercapai apabila kurikulum yang dijalankan sesuai dengan target dan dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan daya serap akal dan dunia mereka. Secara garis besar, program pengajaran TK Nurul Iman tediri dari dua paket, yaitu: a. Paket A (paket Iqro dan materi hafalan) b. Paket B (paket tadarus Al- Qur’an) Kurikulum atau yang lazimnya disebut “Garis- garis Besar Program Pengajaran (GBPP)” adalah program pengajaran yang harus diikuti oleh santri dalam jangka waktu tertentu dengan mengikuti metode, sarana dan sumber tertentu untuk mencapai tujuan yang tertentu pula.334 1
Marsudi AR, Panduan Manajemen dan Tata Tertib TKA/ TPA LPPTKA BKRMI, (Jakarta: LPPTKA BKPRMI DKI Jaya, 1997), hlm: 9. 2 3
Ibid., hlm: 10.
Choirani Idris dan Tasyrifin Karim, Buku Pedoman Pembinaan dan Pengembangan TK Al- Quran BPKPRMI, (Jakarta: DPP BKPRMI< 1996), cetakan: ke- 6, hlm: 30.
47
Kurikulum tersebut di atas mempunyai tujuan yang dirumuskan sebagai berikut; “Santri meyakini dan menghormati Al- Qur’an sebagai kitab suci dan menyajikan kebiasaan serta kegemaran untuk membacanya (tadarus) dengan fasih menurut kaidah ilmu tajwid, hafal sejumlah doa dan ayat- ayat pilihan, bisa menulis huruf Al- Qur’an serta dapat mendirikan shalat dengan baik dan beramal shaleh”.4 Rumusan di atas menunjukkan suatu produk (out put) yang akan dicapai oleh kurikulum TK itu sendiri ke arah mana sejumlah komponen lainnya diarahkan dengan sejumlah unsur manusia yang terlibat di dalamnya selaku subyek dan obyek yang berperan aktif yaitu unsur guru, pengelola, murid dan lain- lain. Berikut adalah contoh target kurikulum dalam jangka waktu sebulan, yaitu: a. Paket A (Iqro dan hafalan) Santri hafal dan mampu membaca huruf hijaiyah secara tepat, dapat menulisnya dan mampu menghapal tiga doa harian dan bacaan shalat secara fasih. b. Paket B (Tadarus Al- Qur’an) Santri mampu menghafal nama- nama surat dan nomornya, santri mengenal Makhorijul huruf, santri mengenal ilmu tajwid serta dapat membaca Al- Qur’an dengan fasih.535
4
Ibid., hlm: 31.
35
Ibid., hlm: 32.
48
2. Sasaran yang Ingin Dicapai Metode yang digunakan TK Nurul Iman yaitu dengan menggunakan metode Iqro maka sasaran yang ingin dicapai adalah semua lapisan masyarakat secara umum, karena belajar Al- Qur’an diawali dengan metode Iqro sungguh sangat mudah (fleksibel), dikatakan demikian karena : a. Dapat dipelajari oleh siapa saja yang berkemauan keras dari usia kanak- kanak sampai dengan orang dewasa dan orang yang sudah lanjut usia (sudah tua). b. Dapat diterapkan pada beberapa jenis dan jenjang pendidikan, yaitu : •
Sekolah Formal : Taman Kanak- kanak (TK), Sekolah Dasar (SD)/ Madrasah Ibtida’iyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Umum (SMU).
•
Kursus- kursus (privat).
•
Pada TKA dan TPA.
Manakala metode Iqro ini diterapkan pada TKA dan TPA, pengujiannya merupakan suatu sistem. Maksudnya, tidak berdiri sendiri tetapi masuk dalam suatu paket pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Dimana subsistem satu dengan yang lainnya tidaka dapat
dipisahkan.636 Dalam hal ini sasaran utamanya adalah anak- anak usia dini yang berumur maksimal 7 tahun atau belum masuk sekolah umum yang berada 36
Mamsudi AR., Op. Cit., hlm: 7.
49
di wilayah sekitar Yayasan Nurul Iman pada khususnya dan wilayah lain pada umumnya.
3. Kegiatan yang Dilaksanakan Di antara kegiatan- kegiatan dan usaha dakwah yang dilakukan TK Nurul Iman adalah kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler. a. Kegiatan Kurikuler Sesuai
dengan
namanya
Taman
Kanak-
kanak
maka
penekanannya adalah bagaimana agar anak- anak bisa mengenal aksara Al- Qur’an dengan baik dan benar, menjadikan kebiasaan dan gemar mambaca Al- Qur’an dan fasih menurut kaidah tajwid ditambah dengan pelajaran keagamaan lainnya. Ada beberapa metode yang digunakan TK Nurul Iman dalam upaya menanamkan nilai- nilai keislaman pada anak- anak usia dini, yaitu : 1) Metode Bermain Yaitu menciptakan permainan bertema Islam yakni belajar sambil bermain dengan berusaha mengislamkan (memberi muatan- muatan pelajaran Islam) ke berbagai permainan yang sudah dikenal anak- anak pada umumnya. 2) Metode Cerita Pada umumnya anak- anak gemar mendengar cerita. Melalui cerita dapat ditanamkan keimanan dan ketaqwaan pada anak. Dengan bercerita diharapkan dapat mengajari mereka
50
mensyukuri nikmat Tuhan atau sekedar memperkenalkan sejarah Islam yang dapat diambil hikmahnya untuk menanamkan akhlak karimah pada diri mereka. 3) Metode Menyanyi Menyanyi merupakan suatu sarana yang cukup efektif dalam menanamkan
keimanan
dan
ketaqwaan
anak
serta
mengenalkan ajaran- ajaran agama kepada mereka menerima dan mengingat pesan- pesan agama yang diberikan dan membuat mereka tidak jenuh dalam belajar. b. Kegiatan Ekstra Kurikuler Mencakup semua kegiatan yang tidak diatur dalam kurikulum, bertujuan untuk menciptakan kondisi yang Islam, seperti : 1) Tadabur alam (rekreasi). 2) Penampilan atau momen- momen penting yang bersifat religius. 3) Perlombaan antar murid. 4) Mengadakan studi banding. c. Mengadakan Wisuda Santri Wisuda berarti pengesahan dan pengukuhan sebagai santri TKA manakala dia telah menyelesaikan paket pelajaran yang telah diprogramkan
maka
sebagai
penghormatan
kepadanya
dikukuhkan dengan upacara wisuda dengan menerima kitab suci Al- Qur’an disertai sertifikat kelulusan (ijazah) dan buku kenangkenangan wisuda.
51
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM) di TK Nurul Iman dibagi menjadi dua bagian,yaitu : a. Kegiatan Belajar Mengajar yang dilakukan di sore hari untuk anak usia dini yang belum masuk sekolah ataupun TK Umum/ Islam pagi. Dimulai dari pukul 08.00 sampai dengan 09.00 pagi. b. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di sore hari untuk anak usia dini yang sudah masuk sekolah ataupun TK Umum/ Islam pagi. Kegiatan mengajar di sore hari ini dibagi lagi menjadi dua, yaitu dari pukul 14.00 sampai dengan 15.00 untuk paket A dan dari pukul 16.00 sampai dengan 17.00 untuk paket B. Kegiatan belajar mengajar di atas dilakukan selama lima hari dalam seminggu, untuk hari Sabtu dan Minggu libur.
Lamanya
pendidikan tidak dibatasi karena disesuaikan dengan daya tangkap akal dan dunia mereka serta kurikulum yang ditetapkan. Awal tahun ajaran tidak ada ketentuan yang pasti, namun kebanyakan disesuaikan dengan tahun ajaran sekolah (TK, SD, MI). Dengan keluwesan sistemnya, maka TKA Nurul Iman bisa menerima murid sewaktu- waktu selama tersedia tenaga pengajar dan ruang kelas. Dalam satu tahun terbagi menjadi dua semester, tiap akhir semester (enam bulan) ditandai dengan pembagian raport. Materi yang disajikan dengan menggunakan pola 60 menit belajar efektif.
Materi pelajaran sesuai dengan tujuan dan targetnya, maka
materi pelajarannya dibedakan menjadi dua macam, yaitu materi pokok dan materi penunjang (tambahan).
Materi pokok maksudnya adalah
52
materi yang harus dikuasai benar oleh setiap murid dan dijadikan sebagai alat ukur untuk menentukan lulus tidaknya seorang murid TKA ini. Sedangkan yang dimaksud dengan materi penunjang (tambahan) adalah materi- materi yang penting pula namun belum disajikan sebagai alat ukur untuk menentukan lulus tidaknya murid dari TKA.737 Berikut ini adalah keterangan lebih lanjut mengenai materi yang disajikan dalam kegiatan belajar mengajar TK Nurul Iman, yaitu : a. Materi pokok sebagai materi pokoknya, TKA Nurul Iman ini adalah belajar membaca Al- Qur’an dengan mempergunakan buku Iqro jilid 1- 6 susunan Ustadz As’ad Humam. Bila seorang santri telah mampu membaca Al- Qur’an dengan benar maka sebagai kelanjutannya dia mulai tadarus Al- Qur’an (mulai dari Juz 1 dan bukan Juz’amma). b. Materi penunjang, adapun termasuk materi penunjang adalah mater hafalan bacaan shalat, surat- surat pendek dan do’a seharihari.
D. Perkembangan yang Telah Dicapai Sejak berdirinya hingga sekarang, TKA Nurul Iman ini semakin lama pertumbuhannya dirasakan semaikin berkembang, diantaranya adalah :
37
As’ad Humam, et. al., Pedoman, Pembinaan dan Pengembangan Membaca, Menulis dan Memahami Al- Quran (M3A), (Yogyakarta: DPPLPTQ Nasional, 1995), cetakan ke- 6, hlm: 11.
53
1.
Banyak siswa yang sudah mampu membaca Al- Qur’an di usia dini (5 – 7 tahun) yang dibuktikan dengan jumlah santri yang diwisuda dari tahun ke tahun semakin meningkat.
2.
Jumlah santri yang masuk dalam TKA ini dari tahun ke tahun semakin bertambah.
3.
Dengan semakin bertambahnya jumlah murid, berarti kepercayaan masyarakat terhadap pendidik di TKA Nurul Iman semakin bertambah. Hal ini terlihat dengan banyaknya para pendidik TKA ini yang mendapat tawaran untuk mengajar privat di rumah- rumah.
4.
Orang tua merasa terbantu dalam hal pelajaran agama anaknya di sekolah sehingga anak itu merasa mudah karena di TKA telah diajarkan (hal ini bagi anak yang sudah masuk sekolah).
5.
Nama yaysan ini semakin dikenal oleh masyarakat luas. Hal ini terlihat dari beberapa santri yang walaupun tempat tinggalnya jauh dari TKA Nurul Iman, tetapi mereka belajar di TKA Nurul Iman tersebut.
6.
Metode yang digunakan juga semakin berkembang disesuaikan dengan keadaan santri.
Metode yang digunakan adalah metode Iqro yang
dikembangkan dengan kreatifitas guru masing- masing. 7.
Letak geografisnya yang strategis berada di tengah komplek dan tersedianya transportasi bagi santri yang tinggalnya di luar komplek.
54
BAB IV MANAJEMEN DAKWAH PADA KELOMPOK USIA DINI; ANALISIS PADA TKA NURUL IMAN BUKIT NUSA INDAH CIPUTAT
E. Kegiatan Dakwah pada Kelompok Usia Dini di Lembaga TK Nurul Iman Ada sebuah perumpamaan yang sering kita dengar bahwa belajar di usia dini bagai mengukir di atas batu dan belajar di usia tua bagai mengukir di atas air, perumpamaan ini selayaknya dijadikan sebagai hal yang prinsip dalam mendidik anak mengenal akan nilai-nilai keagamaan. Sungguh sangat tepat memberikan penanaman penyadaran keagamaan terhadap anak usia dini, sebagai bekal untuk usia selanjutnya. Berdirinya taman pendidikan usia dini sangat membantu untuk menanamkan nilai-nilai keislaman. Hal ini disadari oleh pengurus TK Nurul Iman yang mencoba membantu masyarakat untuk menanam nilai-nilai keagamaan di usia dini. Berbagai kegiatan dipersiapkan oleh TK Nurul Iman dengan metode yang tepat, dengan tujuan menggeliatkan kegiatan dakwah Islam dan mempersiapkan generasi-generasi yang memegang teguh nilai-nilai Islam serta berakhlak mulia yang dilandasi Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Berbagai kegiatan dakwah pada kelompok usia dini di lembaga TK Nurul Iman di antaranya:
55
•
Pembelajaran baca tulis Al-Qur’an yang diselingi dengan ceramahceramah agama pada saat memulai dan atau akhir pembelajaran di kelas. Ceramah-ceramah itu bermaterikan tentang akidah, akhlak, fiqih, sejarah Nabi dan Rasul. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap hari sebagai bagian dari dakwah, sehingga anak didik dapat memahami nilai-nilai keislaman.
•
Peringatan-peringatan hari besar Islam sebagai momentum untuk membangkitkan kembali nilai-nilai yang ada dalam peringatan tersebut, misalnya peringatan Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW sebagai momentum untuk menyadarkan kembali tentang makna shalat.
•
Perlombaan-perlombaan yang bertujuan untuk menciptakan kondisi Islami dan kecintaan terhadap budaya Islam.
•
Tadabur alam sebagai bagian dari menumbuhkan kesadaran akan kebesaran penciptaan Allah SWT sehingga tercipta dalam diri anak rasa syukur atas karunia alam yang begitu luas dan indah.
•
Pesantren
Ramadhan
yang
dijadikan
momentum
menumbuhkan
ketakwaan dan keimanan yang kuat pada anak didik. Semua kegiatan itu rutin dilakukan oleh TK Nurul Iman – sepanjang pengetahuan penulis – kegiatan-kegiatan itu berjalan dengan baik dengan berbagai metode yang tepat digunakan untuk anak usia dini, seperti, belajar sambil bercerita, bernyanyi dan bermain.
Ditunjang juga dengan tenaga
pengajar yang berpengalaman di bidang keislaman. Sehingga sampai saat ini TK Nurul Iman sudah banyak melahirkan generasi-generasi yang Qur’ani, yang menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman.
56
Selain itu sebagai penunjang dakwah, pimpinan TK Nurul Iman dalam usaha dakwahnya selalu berusaha untuk: a.
Meningkatkan sumber daya manusianya, dalam hal ini seluruh pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di TK tersebut yaitu dengan mengadakan kegiatan rutin setiap bulan dalam rangka membina dan melatih guru-gurunya.
b.
Selalu meningkatkan kepada para pengajar tentang pentingnya akhlak yang merupakan bimbingan yang menyangkut isi dan nilai-nilai ajaran Islam, ditempuh dengan pendekatan yang sifatnya praktis dengan menekankan aspek penghayatan dan pengamatan. Kedua hal tersebut di atas dilakukan dalam rangka membekali para pengajar dengan keilmuan dan kepribadian muslim yang bisa “ditiru” atau idealnya menjadi “Qur’ani” berjalan dengan penampilan dan kemasan-kemasan yang menarik untuk diikuti anak.
c.
Menegur guru apabila melakukan pelanggaran.
Pelanggaran yang
dimaksudkan disini adalah peraturan-peraturan dan tata tertib yang disepakati untuk dijalankan oleh para pengajar di TK Nurul Iman tersebut dalam menjalankan dakwahnya. d.
Selalu berusaha untuk memberikan motivasi dan semangat kepada para pengajar.
57
F. Aplikasi Manajemen DakwahTK Nurul Iman dalam Menyampaikan Nilai-nilai Islam Sejak Usia Dini Sebuah lembaga jika ingin tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, maka penerpan fungsi-fungsi manajemen mutlak harus diterapkan di lembaga tersebut.
Fungsi-fungsi itu antara lain, perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengawasan. Fungsi-fungsi harus dilaksanakan dengan baik. Hal ini juga dilaksanakan dengan baik oleh lembaga TK Al-Qur’an Nurul Iman. Terbukti setelah penulis mengadakan penelitian di lembaga tersebut sudah banyak fungsi manajemen terlaksana dengan baik walaupun masih bannyak kekurangan yang perlu diperbaiki.
Berikut penulis uraikan hasil
penelitian di TK Nurul Iman tentang penerapan fungsi-fungsi manajemen; a. Fungsi Perencanaan (Planning) Setiap usaha apapun tujuannya hanya dapat berjalan secara efektif dan efisien bilamana sebelumnya sudah dipersiapkan dan direncanakan terlebih dahulu dengan matang. Demikian pula usaha dakwah Islam yang mencakup segi-segi yang luas itupun hanya dapat berlangsung dengan efektif dan efisien bilamana sebelumnya sudah dilakukan tindakantindakan persiapan dan perencanaan secara matang pula.1 38 Dengan perencanaan, penyelenggaraan dakwah dapat berjalan secara lebih terarah dan teratur rapi. Hal ini bisa terjadi sebab dengan pemikiran
38
ke-3, h. 8.
Abd. Rasyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), cet
58
secara masak mengenai hal-hal apa yang harus mendapatkan prioritas dan didahulukan, serta mana kegiatan-kegiatan yang harus dikemudiankan. Atas dasar kegiatan-kegiatan dakwah itupun dapat diurutkan dan diatur sedemikian rupa, tahap demi tahap yang mengarah pada pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.2 39 Dalam sebuah perencanaan diputuskan dengan memperkirakan kejadian-kejadian di masa yang akan datang yang kemudian dijadikan kegiatan-kegiatan (program) untuk dilakukan ke depan, bagaimana prosedur terbaik untuk melaksanakan program agar tujuan dapat tercapai dan juga menetapkan jadwal kapan sebuah program harus dilakukan serta menetapkan anggaran yang harus dikeluarkan dalam setiap kegiatan. Berikut aktifitas-aktifitas (kegiatan) dalam perencanaan di lembaga TK Nurul Iman: 1)
Penentuan Peramalan (Forecasting) Sebagai sesuatu yang mendasar dalam sebuah manajemen maka dalam pelaksanaan perencanaan, hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan harus diperhatikan dengan seksama, salah satunya adalah menentukan peramalan atau perkiraan.
Peramalan adalah
suatu prediksi tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada masa yang akan datang, seperti halnya melonjaknya harga bahan baku, kondisi dan situasi keamanan bangsa dan sesuatu yang tidak diketahui di masa yang akan datang lainnya.
39
Ibid, h. 9.
59
Dalam menentukan perkiraan kegiatan yang dilakukan di masa yang akan datang TK Nurul Iman memiliki beberapa criteria yang harus dipenuhi dalam merumuskan perkiraan yang akan dijadikan kegiatan untuk dilakukan di masa yang akan datang. Di antaranya adalah: •
Kegiatan itu sesuai dengan visi dan misi serta menganalisa faktor internal dan eksternal TK Nurul Iman, seperti keadaan yang terjadi di tengah masyarakat yang sifatnya aktual.
•
Kejadian itu akan membuat situasi semakin kurang nyaman apabila tidak dilakukan.
•
Kegiatan tersebut bisa dilakukan dan diatasi oleh TK Nurul Iman. Adapun visi dan misi yang diemban oleh TK Nurul Iman,
yaitu; visi dari TK Nurul Iman adalah “Terciptanya anak yang memiliki keterampilan dama beribadah sekaligus memiliki pondasi yang kuat dalam beragama. Untuk mewujudkan visinya TK Nurul Iman membutuhkan sebuah misi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan. Misi yang akan dilakukan oleh TK Nurul Iman adalah sebagai berikut: •
Menyiapkan landasan rohani, emosi dan tradisi bagi anak sebagai generasi Qur’ani yang mencintai dan dicintai Allah serta berakhlak mulia.
60
•
Membentuk dan membina anak menjadi “muslim yang ideal” muslim yang benar-benar menghayati nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
2)
Penentuan Maksud dan Tujuan (Objectives) Segala program yang telah ditentukan tentunya harus memiliki tujuan masing-masing. Tanpa adanya tujuan yang hendak dicapai maka apalah artinya sebuah program itu dilakukan. Penentuan tujuan ini tentu bersamaan dengan penentuan program yang akan dilakukan. Berikut tujuan masing-masing program kegiatan, yaitu: •
Program Kurikuler Dalam program ini, kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan yang sifatnya rutin dilakukan dalam setiap harinya, yaitu belajar membaca Al-Qur’an. Kegiatan ini bertujuan agar anak-anak bisa mengenal aksara Al-Qur’an dengan fasih menurut kaidah tajwid.
Kemudian ada juga ceramah agama dengan tujuan
untuk menanamkan nilai-nilai keislaman dalam diri anak sehingga anak memahami dan melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Selain itu, ada juga kegiatan hafalan surat-surat
pendek yang bertujuan memberikan keterampilan membaca AlQur’an dengan hafalan.
•
Program Ekstra Kurikuler
61
Dalam program ini, kegiatan sifatnya tidak diatur dalam kurikulum seperti: - Tadabur alam (rekreasi), kegiatan ini bertujuan untuk memberikan perenungan atau penyadaran kepada anak didik akan keagungan penciptaan Allah berupa alam ini, sehingga
diharapkan
anak
akan
bertambah
rasa
keimanannya kepada Allah SWT. - Perlombaan antar murid, kegiatan ini bertujuan melatih mental anak didik dan menumbuhkan keinginan kepada anak untuk berprestasi, selain itu juga untuk memahamkan budaya-budaya yang bernilai Islami, sehingga diharapkan akan tumbuh kecintaannya terhadap agama Islam. - Studi banding, kegiatan ini bertujuan untuk menambah wawasan dan keilmuan kepada anak didik dan kepada para dewan guru. 3)
Penyusunan Program Kerja (Programming) Program adalah rancangan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh sebuah organisasi. Dalam penyusunan program ini, TK Nurul Iman menentukannya dalam jangka waktu satu tahun. Berikut adalah program kegiatan TK Nurul Iman dalam periode 2006, yaitu: •
Program Kurikuler
62
Program ini meliputi kegiatan yang sifatnya rutin dilakukan setiap hari, yaitu baca tulis Al-Qur’an, ceramah dan hafalan surat-surat pendek serta hafalan doa-doa dalam keseharian. •
Program Ekstra Kurikuler Dalam program ini, kegiatan sifatnya tidak diatur dalam kurikulum, yaitu tadabur alam atau rekreasi, perlombaanperlombaan, pesantren Ramadhan, peringatan-peringatan hari besar Islam dan studi banding.
4)
Penentuan Jadwal (Schedule) Pelaksanaan Program Kegiatan Dalam penyusunan jadwal kegiatan atau tata waktu disesuaikan dengan program yang akan dilakukan dan sesuai dengan situasi kondisi masyarakat.
Jadwal adalah penetapan waktu untuk
melaksanakan program-program yang sudah ditentukan dan waktu sebuah program harus dijalankan. Berikut jadwal kegiatan di TK Nurul Iman yang sudah ditentukan, yaitu: •
Program Kurikuler Program kurikuler ini dilakukan setiap hari dari hari Senin sampai Jumat (Sabtu dan Minggu libur), kegiatannya meliputi: -
Baca tulis Al-Qur’an dilakukan pada setiap hari, dengan alokasi waktu satu jam yaitu dari pukul 14.00 sampai 15.00 (khusus untuk anak usia dini yang belum masuk sekolah ataupun TK) dan pada pukul 16.00 sampai 17.00 (untuk anak usia dini yang sudah masuk sekolah ataupun TK).
63
-
Ceramah agama yang dilakukan pada saat akhir belajar baca-tulis Al-Qur’an dengan durasi waktu 10 menit. Materi yang diberikan adalah pemahaman tentang aqidah, akhlak, praktek ibadah dan sejarah para Nabi dan Rasul.
-
Hafalan surat-surat pendek dan ayat-ayat pilihan yang dilakukan pada awal pembukaan pembelajaran baca-tulis Al-Qur’an, dengan alokasi waktu sekitar 10 menit.
•
Program Ekstra Kurikuler Dalam program yang tidak diatur dalam kurikulum ini kegiatannya meliputi: - Tadabur alam (rekreasi), dilakukan pada akhir tahun pembelajaran yaitu minggu pertama bulan Juli. Kegiatan ini hanya dilakukan sekali dalam setahun. - Perlombaan-perlombaan, dilakukan pada bulan Ramadhan, dengan peringatan-peringatan hari-hari besar agama Islam. - Pesantren Ramadhan, dilakukan pada bulan Ramadhan, dengan pelaksanaan selama tiga hari, yaitu di pertengahan bulan. - Peringatan-peringatan hari besar Islam dilakukan sesuai dengan penanggalan hari besar keagamaan. - Studi banding, dilakukan setahun sekali, waktu pelaksanaan tidak ditentukan.
5)
Penentuan Prosedur (Procedures) untuk Palaksanaan Kegiatan
64
Prosedur adalah metode atau cara yang digunakan dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Tanpa adanya prosedur maka dapat dikhawatirkan pelaksanaan jalannya lembaga akan kacau.
Setiap
semua kegiatan jika ingin mudah tercapai maka memerlukan sebuah metode atau cara yang efektif dan efisien. Pada umumnya seluruh kegiatan yang dilakukan oleh TK Nurul Iman disesuaikan dengan sasaran yaitu anak-anak didik yang usianya masih dini, menggunakan metode bermain, bercerita dan bernyanyi tentang sesuatu yang
berkaitan pembelajaran adalah
metode yang dianggap masih tepat untuk usia mereka. 6)
Penentuan Anggaran (Budgeting) Kegiatan Setelah dirumuskan program kegiatan, jadwal kegiatan dan tujuan kegiatan maka langkah selanjutnya adalah menentukan anggaran untuk kegiatan. Anggaran adalah merupakan ongkos biaya yang akan dikeluarkan dalam proses pelaksanaan organisasi. Anggaran juga adalah hal yang sangat penting untuk keberhasilan sebuah organisasi dalam melaksanakan kegiatannya maka dalam penyusunan anggaran harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan yang harus dikeluarkan oleh sebuah organisasi dan jika tidak memperdulikan anggaran yang proporsional maka kemungkinan dalam pelaksanaan akan mengalami kegagalan. Berikut rincian anggaran kegiatan di lembaga TK Nurul Iman, yaitu:
65
-
Program Kurikuler yang meliputi kegiatan baca dan tulis AlQur’an, ceramah dan hafalan surat-surat pendek serta hafalan doa-doa dalam keseharian membutuhkan anggaran biaya sebanyak Rp 5.800.000,00 / bulan dengan perincian sebagai berikut:
-
i) Honor guru dan staf TK Nurul Iman
Rp 4.900.000,00
ii) Biaya operasional belajar mengajar
Rp
900.000,00
Program Ekstra Kurikuler, dalam kegiatan ini biaya tidak ditentukan karena sifatnya kondisional, menyesuaikan dengan keadaan dan kondisi pada saat akan mengadakan kegiatan.
b. Fungsi Pengorganisasian (Organizing) Setelah rencana tersusun dengan rapi maka langkah
selanjutnya
adalah mendelegasikan kegiatan-kegiatan itu atau penugasan tanggung jawab. Pendelegasian kerja itulah yhang disebut dengan pengorganisasian. Pembagian kewenangan dan tanggung jawab dalam suatu organisasi tercermin pada pembentukan bagan berupa unit-unit kerja yang terdapat dalam organisasi. Pada tahap penerapan fungsi pengorganisasian ini, TK Nurul Iman menentukan tempat beserta para pelaksanaannya yang diatur dalam kerangka struktur sekaligus pembagian tugas dan wewenang serta tanggung jawabnya dengan memperhatikan potensi yang dimiliki oleh para guru-guru di TK Nurul Iman sebagai pelaksana dakwah pada kelompok usia dini.
Pelaksana adalah semua personal (guru-guru) yang terlibat
66
langsung akan terselenggaranya pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar di TK Nurul Iman yang menjadi tanggung jawabnya. Tugas dan wewenang tersebut adalah sebagai berikut: a. Kepala Sekolah 1) Memimpin langsung TK di bawah kewenangannya dan memegang kebijaksanaan ke luar dan ke dalam. 2) Sebagai administrator, organisator, dinamisator dan motivator serta bertanggung jawab terhadap pencapaian target kurikulum (GBPP). 3) Membuat laporan secara periodik kepada supervisor yang kemudian dilanjutkan kepada lembaga pengelola/ penyelenggara. b) Wali Kelas 1) Memimpin para pengajar di bawah koordinasinya dalam rangka pencapaian target kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien. 2) Mencatat administratif kegiatan mengajar di bawah koordinasinya dan kemudian memberikan laporan kepada Kepala Sekolah. c) Guru (Pengajar) 1)
Melaksanakan kegiatan belajar mengajar serta memberikan bimbingan dan pembinaan kepada murid untuk mendapatkan hasil belajar mengajar yang maksimal.
2)
Bersama wali kelas membuat program kerja bulanan, mingguan dan harian.
3)
Mengklasifikasi kelompok belajar murid.
67
4)
Mencatat prestasi murid pada lembar prestasi.
d) Tata Usaha 1)
Memimpin
dan
mengendalikan
fungsi
sekretariat
secara
keseluruhan. 2)
Melaksanakan pekerjaan kesekretariatan.
e) Bendahara (Keuangan) 1)
Mengupayakan pemasukan keuangan agar lancar dan teratur.
2)
Menerima, menyimpan dan mengeluarkan uang atas persetujuan Kepala Sekolah.
3)
Membuat laporan pertanggungjawaban kepada sekolah.
4)
Menciptakan kondisi manajemen keuangan terbuka.
Berikut adalah pendelegasian yang ditentukan oleh TK Nurul Iman, periode kepengurusan 2006-2011, yaitu: YAYASAN AL-HIJRIYAH
KEPALA SEKOLAH Hj. An-Nizar
WAKIL KEPALA SEKOLAH Ida Malik
KEPALA TATA USAHA Wirda Al-Waly
BENDAHARA Ida Nila Kandi
68
WALI KELAS
DEWAN GURU
SANTRI-SANTRI
c.
Fungsi Penggerakkan/ Pelaksanaan TK Nurul Iman Setelah perencanaan dakwah telah ditetapkan, begitu pula pembagian tugas dan wewenang telah dilaksanakan maka tindakan berikutnya adalah menggerakkan seluruh pelaksana untuk menjalankan tugas yang telah didelegasikan, yaitu merupakan suatu kegiatan untuk menggabungkan usaha-usaha anggota dari suatu kelompok, sehingga melalui tugas-tugas mereka dapat terpenuhi tujuan-tujuan pribadi dan kelompok. Bagi proses dakwah, penggerakkan itu mempunyai arti dan peranan yang sangat penting. Sebab di antara fungsi manajemen lainnya maka penggerakkan merupakan fungsi yang secara langsung berhubungan dengan manusia (pelaksana). Dengan fungsi penggerakkan inilah maka ketiga fungsi manajemen dakwah yang lain baru akan efektif.3 i40 Penggerakkan TK Nurul Iman ini adalah pelaksanaan program kegiatan belajar mengajar yang disesuaikan dengan kurikulum yang telah 40
Abd. Rasyad Shaleh, Op. Cit., h. 102.
69
ditetapkan sebelumnya. Dalam menjalankan program ini pimpinan TK Nurul Iman selalu memberikan motivasi kepada seluruh pengajarnya. Tidak hanya itu pimpinan di TK tersebut juga membimbing, mengkoordinir dan menjalin pengertian di antara mereka serta selalu meningkatkan kemampuan dan keahlian para pengajar. Dalam pelaksanaan program kegiatan belajar mengajar ini, selain motivasi dari pimpinan untuk menggerakkan para pengajarnya ada faktor lain yang sangat penting yaitu niat yang ikhlas dari para pengajar, U. Syamsudin MZ dalam bukunya “Kebijaksanaan Umum dan Kiat Sukses Pengelolaan TK/ TPA” salah satunya adalah niat ikhlas yang berarti ketulusan hati atau tekad yang murni dalam mengemban tugas sesuai dengan ide yang sudah tergambar dengan jelas di benaknya. Dalam bahasa agama (Islam), niat yang ikhlas berarti tumbuhnya kesadaran untuk berbuat di atas prinsip pengabdian kepada Allah dengan kerangka dasar : “LILLAHI” (karena Allah), “FILLAH” (di jalan Allah) dan “ILALLAH” (menuju ridho Allah).4 41 Dengan motivasi yang tepat akan lahirlah semangat yang tinggi serta keikhlasan dalam bekerja. Adanya keikhlasan dan perasaan senang dalam melakukan suatu tugas, lebih- lebih tugas dakwah yang tidak ringan itu tentulah akan semakin terasa berat. Disamping itu, adanya keikhlasan dan perasaan senang juga akan memelihara semangat kerja dan pengabdian mereka tetap tinggi.
4
U. Syamsudin MZ, Kebijaksanaan Umum dan Kiat Sukses Pengelola TK- TP AlQur’an, (Jakarta: LPPTKA BKPRMI, 1994), cet. ke-2, h. 25.
70
Dalam rangka memberikan motivasi, membimbing, mengkoordinir, menjalin pengertian dan meningkatkan kemampuan para pengajar, pimpinan di TK Nurul Iman melakukan pertemuan rutin yang pada dasarnya berintikan : 1)
Arahan, bimbingan, motivasi dan pembinaan terhadap pelaksana administrasi kegiatan belajar mangajar.
2)
Pembuatan program bulanan, mingguan dan harian.
3)
Forum tukar pendapat dan diskusi.
4)
Pembinaan untuk meningkatkan profesional guru TK Nurul Iman dalam bentuk penataran- penataran yang dipimpin langsung oleh pimpinan. Hal itu dilakukan dalam rangka meningkatkan sumber daya para pengajar di TK tersebut.
d. Fungsi Pengawasan dan Evaluasi TK Nurul Iman Pimpinan TK Nurul Iman melakukan pengendalian sekaligus evaluasi agar dapat mengambil tindakan-tindakan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan. Begitu pula dengan menghentikan kekeliruan dan penyimpangan yang sedang berlangsung. Dengan tindakan preventif dan refresif itu dapatlah dihindarkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dan proses dakwah dapat diarahkan pada sasaran yang telah ditetapkan. Tindakan preventif di atas dilakukan oleh pimpinan dengan cara membuat peraturan-peraturan atau tata tertib kepada para pengajar dalam rangka menerapkan kedisiplinan dan suri teladan serta akhlak sebagai salah
71
satu upaya mendidik santrinya. Karena kegiatan belajar mengajar ini tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik para muridnya. Sedangkan tindakan refresif ini oleh pimpinan dimulai dengan memberikan teguran-teguran kecil yang tidak diperhatikan atau diperbaiki maka akan dilaporkan ke pihak pengelola dan pihak pengelola ini langsung memberikan sanksi. Hal tersebut di atas dilakukan oleh pimpinan dalam rangka menanamkan kedisiplinan dan suri teladan kepada murid. Karena sebelum para gurunya mengajarkan muridnya tentang akhlak, maka terlebih dahulu para gurunya yang berakhlak dan itu yang dinamakan contoh teladan yang baik. Kemudian penggerakkan dan pengendalian dalam rangka penilaian ini selain untuk pencegahan terhadap kemungkinan- kemungkinan terjadinya penyimpangan, juga sebagai peningkatan dan penyempurnaan terhadap proses dakwah untuk masa-masa mendatang. Berkaitan dengan hal tersebut maka TK Nurul Iman melakukan evaluasi dengan cara melihat hasil evaluasi murid. Tahap evaluasi ini dilakukan apabila murid telah menyelesaikan tiap paket pelajaran seperti : 1)
Selesai buku Iqro jilid 1 maka untuk melanjutkan ke jilid selanjutnya harus dilakukan Tes Hasil Belajar (THB) lebih dahulu.
2)
Selesai paket hafalan (bacaan shalat, do’a harian, surat-surat pendek maupun ayat-ayat pilihan).
3)
Evaluasi dilakukan oleh Kepala Sekolah atau para guru-gurunya yang betul-betul fasih dan ditunjuk oleh Kepala Sekolah.
72
4)
Santri baru akan naik atau dianggap mampu setelah benar- benar menguasai paket pelajaran yang dievaluasi tersebut.5 42 Dengan tahap pengevaluasian tersebut di atas maka akan dapat
diambil tahap penyempurnaan dan peningkatan terhadap kegiatan belajar mengajar selanjutnya. Seorang murid dikatakan tamat belajar apabila telah menyesaikan program yang dipaketkan dengan ketentuan : 1) Tamat belajar ditentukan oleh nilai evaluasi dan munaqosah (ujian akhir) dari ustadz dan ustadzah yang benar- benar ahli di bidang AlQur’an (tim munaqosah) yang dibentuk oleh LPPTKA- BKPRMI setempat. 2) Kepada setiap santri yang dinyatakan tamat akan diwisuda dan akan diberi ijazah sebagai bukti otentik. 3) Ijazah ditentukan/ dibakukan oleh kantor pusat LPPTKA- BKPRMI.6 43
42
Chairani Idris dan Tasyrifin Karim, Buku Pedoman Pembinaan dan Pengembangan BKPRMI, (Jakarta, DPP BKPRMI,1996), cet. ke-6, h. 16. 6 Ibid.,
73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari pembahasan penerapan fungsi manajemen di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa: 1.
Kegiatan-kegiatan dakwah pada usia dini yang dilakukan oleh TK Nurul Iman seperti pembelajaran baca tulis Al-Qur’an, penanaman nilai-nilai keagamaan seperti aqidah, akhlak, fiqih, sejarah Nabi dan Rasul sebagai kegiatan yang mulia dan sesuai dengan sasaran. Karena penanaman nilai-nilai keagamaan memang selayaknya ditanamkan sejak dini agar kelak menjadi generasi yang baik, tangguh, berakhlak mulia dan beriman serta bertakwa kepada Allah. Sehingga pelaksanaannya direspon dengan baik oleh masyarakat sekitar TK Nurul Iman.
2.
Penerapan fungsi manajemen dalam upaya pengembangan dakwah yang
terdiri
dari
fungsi
perencanaan,
pengorganisasian,
74
penggrakkan dan pengawasan sebagai proses yang berkelanjutan dapat dikatakan sudah cukup maksimal. Ini terlihat dari proses pelaksanaan
fungsi manajemen yang sesuai dengan prinsip
manajemen modern.
Salah satu contohnnya adalah fungsi
perencanaan yang seluruh aktifitas perencanaannya dilaksanakan dengan baik, dari bagaimana menentukan program, tujuan, metode sampai pada penganggarannya yang sudah tersusun dengan baik. 3.
Keberhasilan program kegiatan-kegiatan dakwah yang dilakukan oleh TK Nurul Iman tidak lepas dari peranan fungsi manajemen. Program kegiatan tersebut bertujuan untuk mewujudkan generasigenerasi umat yang Islami berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.
B. Saran-saran 1.
Untuk keberhasilan dakwah yang maksimal, maka hendaknya TK Nurul Iman dalam pelaksanaan fungsi manajemen harus lebih dioptimalkan lagi. Salah satunya adalah mengoptimalkan peranan seorang pemimpin, oleh sebab itu pemimpin mempunyai peran yang menentukan dalam sebuah lembaga.
2.
Selain itu hendaknnya para tenaga pengajar TK Nurul Iman lebih inovatif lagi, bagaimana cara pembelajaran terhadap anak usia dini. Sehingga kegiatan dakwahnya tidak monoton yang mungkin suatu saat akan tertinggal dengan lembaga lainnya. Salah satu inovasi yang mungkin bisa dijadikan masukan adlah pembelajaran dengan
75
menggunakan teknologi terkini, sebab selain anak belajar keagamaan juga tidak ketinggalan dalam hal teknologi. 3.
I’tikad para pengurus Yayasan Al-Hijriah dan pengurus TK Nurul Iman yang sangat mulia ini, hendaknya bisa dijadikan contoh bagi masyarakat di daerah yang lainnya di seluruh Indonesia.