BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sebagai insan pariwisata, tentunya kita harus jeli melihat trend wisata yang sedang terjadi di masyarakat. Bahwa gaya hidup wisatawan kini telah menemukan alternatif baru akan orientasi wisata yang lebih bermakna untuk meningkatkan pengalaman hidup. Hingga memunculkan sebuah wisata alternatif minat khusus yang tidak biasa dan dapat membuat wisatawan berani membayar harga tinggi untuk sebuah kualitas pengalaman. Jogja sebagai kota wisata yang iconic dengan budaya turut menjadi objek perkembangan wista minat khusus adventure tourism. Salah satu yang booming di sekitar tahun 2010 adalah wisata caving menyusuri sungai bawah tanah Goa Pindul di Wonosari. Goa ini mendapat ribuan kunjungan wisatawan setiap harinya. Sungai di daratpun tidak kalah pesonanya, arung-arung Sungai Elo dan Progo juga turut menantang para wisatawan untuk ditaklukan. Selain wisata air, daratan juga punya wisata adventure yang tidak kalah menantang. Mei 2013 lalu, kawasan lereng merapi menjadi tuan rumah bagi ratusan jeep offroader dalam Ajang Kejuaraan Nasional Djarum Super Real Adventure Offroad (DSRAO) ke 2. Dan beberapa hari kemudian disusul oleh 1.500 peserta trailer menyusuri lereng merapi dalam acara Merapi Banjir Trail pada Juni 2013.
1
2
Diluar event lokal dan nasional, Merapi juga akan menjadi tuan rumah pertemuan 1.200 orang ahli gunung api seluruh dunia dalam acara “City of Volcano” pada 26-31 September 2014 mendatang. Bersama perkembangan trend wisata adventure yang kian menjamur, tumbuh pula persaingan antar perusahaan perjalanan wisata di Yogyakarta. Mereka berlomba-lomba menciptakan produk tour untuk menjadi yang terbaik. Uniknya, Travellingmart sebagai biro perjalanan wisata yang terhitung baru, justru menghindari persaingan dengan cara tersebut. Karena di luar persaingan untuk menjadi yang terbaik, mereka melihat ada konsumen yang lebih membutuhkan pelayanan terbaik untuk setiap perjalanan mereka. Oleh karena itu, penulis pun melihat sebuah Kawasan Gunung Api Merapi sebagai satu lokasi yang cukup potensial bagi berkembangnya adventure tourism di Yogyakarta. Dengan ragam yang cukup kompleks, meliputi jeep, trail, cycling, outbond,
lava
tour
hingga
mountenering.
Kemudian
muncullah
ide
pengembangan sebuah produk paket tour wisata minat khusus adventure tourism yang penuh adrenalin tersebut. Dalam pengembangan produk ini, tentunya Travellingmart harus memperhatikan pula sejauh mana minat masyarakat serta cara marketing apa yang sebaiknya dilakukan bagi produk tersebut. Dan terciptalah sebuah judul, “Minat Masyarakat dan Pemasaran Travellingmart Terhadap Adventure Tourism di Gunung Merapi”.
3
B. Rumusan Masalah Setelah mengetahui bahwa kini minat masyarakat cukup tinggi akan wisata minat khusus adventure tourism, seperti yang telah diungkapkan pada latar belakang masalah diatas, penulis menentukan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat antusiasme masyarakat untuk ikut terlibat dalam kegiatan adventure tourism? 2. Produk adventure tourism apa saja yang terdapat di Kawasan Gunung Api Merapi? 3. Bagaimana keamanan produk adventure tourism tersebut bagi wisatawan? 4. Bagaimana dengan kendala dan resiko adventure tourism? 5. Sejauh mana kesiapan biro perjalanan wisata Travellingmart untuk menyusun produk adventure tourism? 6. Strategi apa yang sebaiknya digunakan untuk meyakinkan konsumen dalam menawarkan paket wisata adventure yang cukup beresiko? C. Batasan Masalah Dalam hal ini penulis membatasi masalah yang akan dibahas pada paket wisata special interest tourism, mengenai adventure tourism di Kawasan Gunung Api Merapi Sleman, Yogyakarta yang dikembangkan oleh pihak Travellingmart Jl. AM Sangaji Yogyakarta. Sehingga dapat melakukan pengembangan produk adventure tourism sekaligus menemukan strategi pemasaran yang tepat bagi produk tersebut.
4
D. Tujuan Penelitian Tujuan penulis untuk melakukan penelitian ini antara lain adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat antusiasme masyarakat ikut terlibat dalam kegiatan adventure tourism. 2. Untuk mengetahui produk adventure tourism apa saja yang terdapat di Kawasan Gunung Api Merapi. 3. Untuk mengetahui bagaimana keamanan produk-produk adventure tourism tersebut bagi wisatawan. 4. Untuk mengetahui bagaimana kendala dan resiko adventure tourism. 5. Untuk mengetahui sejauh mana kesiapan biro perjalanan wisata Travellingmart menyusun produk adventure tourism. 6. Untuk menentukan strategi yang tepat dan sebaiknya digunakan untuk meyakinkan konsumen dalam menawarkan paket wisata adventure yang cukup beresiko. E. Manfaat Penelitian Setelah melakukan penelitian mengenai adventure tourism ini, penulis mengharapkan agar tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi maupun pihak luar. Adapun dalam manfaat teoritis, penelitian ini telah bermanfaat bagi penulis dalam penerapan ilmu-ilmu kepariwisataan yang selama ini diperoleh. Serta diharapkan pula menjadi koleksi bacaan dan dapat menjadi tinjauan pustaka bagi mahasiswa program studi kepariwisataan.
5
Serta memiliki manfaat praktis bagi pihak Travellingmart sebagai bahan menciptakan dan mengelola produk-produk tour wisata minat khusus. Bagi pihak pengelola adventure tourism di Merapi pun agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan prosedur operasional kegiatan wisata minat khusus adventure tourism, menambah wawasan pengetahuan sekaligus menciptakan kesan positif akan adventure tourism itu sendiri. F. Tinjauan Pustaka Wisata gunung di lereng selatan Merapi yang bangkit setelah musibah erupsi 2010 lalu mengundang kalangan akademisi untuk mengupasnya dalam beberapa penelitian. Salah satunya dilakukan oleh Pitaya dalam, “Kajian Keberagaman Potensi Ekowisata di Lereng Selatan Taman Nasional Gunung Merapi untuk Pengembangan Wisata Minat Khusus”. Dari hasil penelitian jajak pendapat 134 responden diperoleh data bahwa motivasi terbesar pengunjung Taman Nasional Gunung Merapi adalah minat untuk menikmati panorama alam dan melakukan adventure tourism dibandingkan dengan delapan motivasi lainya. Dari 65% responden pun mengaku sering melakukan adventure tourism, dan sisanya
yang belum pernah melakukannya mengaku mengami kekhawatiran
terhadap resiko tinggi yang ditawarkan oleh adventure tourism. Penelitian lainnya telah berhasil mengantarkan Mahasiswa Pariwisata UGM lolos seleksi ajang Program Kreativitas Mahasiswa 2012 dengan judul, “Studi Kelayakan Lava Tour Dalam Perspektif Pariwisata Berkelanjutan di Dusun Cangkringan, Sleman, Yogyakarta”. Penelitian Enggar Dwi Cahyo, Sarono, dan Afifatul Karimah mengedepankan konsep berkelanjutan yang harus diusung
6
dalam menjaga kelestarian sesuai Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Dengan alternatif pengelolaan tertentu, maka kelayakan lava tour juga akan terjaga. Dari sisi ekonomi, efek positif sangat terlihat dengan terciptanya mata pencaharian baru masyarakat yang lahan pertanian serta ternaknya digusur material awan panas. Sedangkan aspek sosialnya tercipta dari beberapa paguyuban usaha jasa pariwisata perekat silaturahmi satu sama lain. Saran positif ditunjukkan dengan rencana merelokasi wisata dari Kawasan Rawan Bencana (KRB) III, ke lokasi lain dengan membangun pusat desa wisata dan museum yang mengupas seluruh sisi Gunung Merapi, namun tetap dalam lokasi Kecamatan Cangkringan. Dari keterangan di atas, dapat diketahui bahwa penelitian yang berjudul, “Minat Masyarakat dan Pemasaran Travellingmart Terhadap Adventure Tourism di Gunung Merapi” belum pernah dilakukan sebelumnya. G. Landasan Teori Pergeseran trend pariwisata telah terjadi dari wisata massal ke wisata minat khusus. Dilihat dari sisi pasar, kini masyarakat lebih menikmati orientasi pengalaman daripada bersenang-senang bersama jumlah group yang besar. Sedangkan produknya sendiri sekarang lebih bergaya lokal setempat pada objek alam, bukan pada objek buatan. Wisata minat khusus adalah bentuk perjalanan wisata, dimana wisatawan mengunjungi suatu tempat karena memiliki minat atau tujuan khusus mengenai
7
suatu jenis objek atau kegiatan yang dapat ditemui dan dilakukan di lokasi atau daerah tujuan wisata tersebut (Hall & Weiler, 1992)1. Unsur wisata minat khusus mencakup REAL travel, yaitu: a. Rewarding (penghargaan) yaitu penghargaan atas suatu obyek atau daya tarik wisata yang dikunjungi. b. Enriching (pengkayaan atau pengembangan diri) yaitu mengandung aspek pengkayaan atau penambahan pengetahuan dan kemampuan terhadap suatu jenis atau bentuk kegiatan yang diikuti wisatawan. c. Adventuresome (tantangan atau petualangan) yaitu mengandung aspek kelibatan wisatawan dalam kegiatan yang memiliki suatu resiko secara fisik dalam bentuk kegiatan-kegiatan petualangan. d. Learning (proses belajar atau wawasan baru) yaitu mengandung aspek pendidikan melalui proses belajar yang diikuti wisatawan terhadap kegiatan edukatif tertentu yang diikutinya. Dan salah satu bagian dari wisata minat khusus sendiri adalah special interest adventure tourism, yaitu suatu bentuk perjalanan wisata yang dilakukan atas minat dan motivasi khusus wisatawan untuk melakukan kunjungan ke suatu objek wisata yang memiliki potensi petualangan dan terlibat secara fisik serta emosional dalam suatu kegiatan adventure tourism yang dapat dikembangkan di dalamnya (Read, 1980 dan Walle, 1997)2.
1
Setyomartoro, Taofan. “Prosedur Keamanan Arung Jeram Di PT. Citra Elo River Untuk Menarik Minat Masyarakat” (Yogyakarta: Tugas Akhir Mahasiswa Diploma III UGM, 2006), hal. 6. 2 Ibid, hal. 6.
8
Nyoman S. Pendit (2003:37-43) telah membagi pariwisata menjadi beberapa kelompok seperti wisata budaya, wisata kesehatan, wisata olahraga, wisata komersial, wisata industri, wisata politik, wisata konvensi, wisata sosial, wisata pertanian, wisata maritim (marina) atau bahari, wisata cagar alam, wisata buru, wisata pilgrim, wisata bulan madu, serta wisata petualangan atau adventure tourism, yang kemudian diasumsikan sebagai wisata masuk hutan belantara penuh binatang buas, mendaki bukit tebing super terjal, ataupun masuk ke dalam goa3. Wisatawan yang terlibat secara fisik dalam wisata minat khusus petualangan dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a. Kelompok
Ringan
(Soft
Adventure)
tidak
membutuhkan
pengalaman khusus sebelumnya dan memiliki tingkat resiko yang lebih kecil. b. Kelompok Berat (Hard Adventure) membutuhkan pengalaman dan keahlian dalam kegiatan yang dijalankan karena kegiatan tersebut memiliki elemen resiko yang cukup tinggi.
3
Santoso, Jainur. “Sejarah Singkat Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. http://dc118.4shared.com/doc/uii2jjnH/preview.html, diakses pada tanggal 28 Mei 2013.
9
Tabel 1 “Soft & Hard Adventure Activities” Soft adventure activities Camping Hiking Bikecycle touring Bird / animal watching Horse riding Canoeing Water seeking Wilderness tour in off-road vehicles Sailing Photo safari Surfing Windsurfing Walking tours Sumber : Swarbrooke et al. (2003)4
Hard adventure activities White-water rafting/kayaking Snorkeling/ scuba diving Off road biking / mountain biking Backpacking Rock/mountain climbing Cave exploring Arduous treks (hard treks) Hang gliding Wilderness survival Bridge jumping
Dalam pembagian produknya sendiri, menurut Institute Pariwisata Costarica wisata petualangan atau adventure tourism dibagi menjadi 6 jenis, sebagai mana dicatat oleh Fillalobes – Cespedes et al. (2010) yaitu5: a. Hiking b. Bird watching c. Mengamati alam dan tumbuhan atau satwa d. Mengunjungi gunung berapi e. Canopi f. Memancing
4
Pramezwary, Amelda dan Rudyanto. “Kajian Literatur Wisata Petualangan” Hospitour Volume III No. 2 (Universitas Pelita Harapan Jakarta, 2012), hal. 250. 5 Ibid, hal. 248.
10
Sedangkan jika dilihat berdasar motivasi pokoknya, Alf H Walle telah mengelompokkan pemilihan pasar adventure tourism menjadi dua bagian: a. Risk Seekers Merupakan kelompok yang menganggap aspek tantangan dan resiko sebagai tujuan pokok yang dicari dalam perjalanan wisata minat khusus adventure tourism. b. Gaining Insight Adalah kelompok yang melihat perjalan wisata minat khusus adventure tourism sebagai proses untuk mengali wawasan baru. Sementara bagian tantangan hanyalah efek samping yang terkait dalam kegiatan wisata minat khusus adventure tourism, bukan sebagai tujuan utamanya. Setelah dapat memahami elemen dari adventure tourism, tentunya kita harus mengetahui bagaimana cara memasarkan produk adventure tourism itu sendiri. Menurut J. Krippendorf, tourism marketing adalah suatu sistem dan koordinasi yang harus dilaksanakan sebagai kebijaksanaan bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang kepariwisataan, baik usaha swasta ataupun pemerintah, dalam ruang lingkup lokal, regional, nasional, dan internasional untuk mencapai kepuasan tertinggi atas kebutuhan wisatawan disamping untuk mencapai keuntungan secara wajar6.
6
Yoeti, Oka A. “Pemasaran Pariwisata” (Bandung: Angkasa, 1996). hlm. 36.
11
Untuk penerapan strategi, salah satu teori strategi pemasaran yang ditemukan oleh Kotler, 1995:315 adalah teori strategi pemasaran moderen STP (Segmentasi, Targeting dan Positioning) yaitu segmentasi pasar, penetapan pasar sasaran, dan penetapan posisi pasar. Pada bagian segmentasi dilakukan penyerderhanaan pasar dengan menentukan kelompok atau organisasi yang memiliki kemiripan karakteristik untuk mengetahui bauran pemasaran dari yang heterogen ke homogen. Bagian targeting menjadi bagian evaluasi dari segmentasi yang dilakukan sebelumnya agar dapat ditemukan pasar dengan daya tarik dan tujuan tertinggi. Sedangkan bagian positioning merupakan urusan pencitraan brand sehingga produk kita berbeda dari produk lain dan dapat dipilih oleh konsumen.7 Taktik pelaksanaan promosi sendiri menurut Yoeti, 2003:143-152 dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu out-reach dengan melakukan komunikasi keluar mencari pelanggan yang potensial dan in-reach selling yang cukup dilakukan di lokasi kepada tamu-tamu yang datang langsung. Serta tactical mix atau promosi dengan cara kombinasi secara direct atau langsung maupun indirect atau tidak langsung.
7
Rahmayanti, Nina. 2012. “Teori STP”.http://duniapemasaranglobal.blogspot.com/p/teori-teoripemasaran.html, diakses tanggal 20 Juni 2013 pukul 13.46.
12
H. Metode Penelitian Tahapan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah: 1. Pengumpulan data primer a. Wawancara, dilakukan pada staf Travellingmart pada saat pelaksanaan praktik kerja lapangan, pada konsumen ketika melakukan marketing produk tour, dan pengelola produk adventure tourism di kawasan Gunung Api Merapi. b. Observasi, pengamatan pada biro perjalanan wisata Travellingmart untuk memproduksi paket wisata minat khusus adventure tourism, dan dengan mengamati kegiatan di lingkungan adventure tourism itu sendiri. 2. Pengumpulan data sekunder a. Studi Pustaka, dengan mengkaji buku, jurnal-jurnal ilmiah, dan publikasi berupa gambar maupun tertulis dari media maupun lembaga baik nasional maupun internasional. 3. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis diskriptif dengan data dan jurnal-jurnal ilmiah yang sudah ada sebelumnya, serta fakta-fakta kejadian di lapangan, baik pada biro perjalanan wisata Travellingmart maupun pada produk adventure tourism Gunung Api Merapi. Melihat pula fenomena apa yang sedang terjadi di masyarakat sehingga dapat menemukan teknik atau cara yang tepat untuk mengembangkan produk wisata minat khusus adventure tourism.
13
I. Sistematika Penulisam Bab I – Pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan laporan penelitian. Bab II – Gambaran Umum, yang menerangkan sejarah berdirinya Travellingmart
(TAMATour),
struktur
organisasi
perusahaannya,
profil
perusahaan, serta produk-produk yang dijual. Bab III – Pembahasan, membahas antusiasme masyarakat, produk adventure tourism (ojek motor, offroad trail, mountenering, jeep offroad, bird / animal watching, walking tours, mountai biking, dan out bound), keamanan produk bagi wisatawan, analisis dampak dan resiko adventure tourism, kesiapan travellingmart (TAMA Tour), dan strategi pemasaran produk tour adventure tourism yang telah dibuat. Bab IV – Penutup, menyampaikan kesimpulan dan saran atas jawaban dari rumusan masalah yang telah dikemukakan pada Bab I.