1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa verbal/lisan atau berbicara. Manusia bisa berkomunikasi satu dengan lainnya dengan menggunakan bahasa verbal/lisan, baik dalam menyatakan maupun menerima informasi yang tidak bisa dilakukan oleh binatang. Kata-kata yang berdiri sendiri tidak akan membuat suatu bahasa karena dalam suatu bahasa kita perlu merangkaikan kata-kata tersebut dengan baik sehingga terbentuk makna yang baik pula. Kosakata mempunyai peran penting karena muncul dalam setiap keterampilan bahasa. Pemahaman kosakata sangatlah penting dalam setiap belajar bahasa. Menguasai kosakata sangat penting terutama untuk siswa yang belajar bahasa asing seperti yang dikutip dari Internasional Collier- Macmillan: “Sekali seorang siswa dapat menguasai bentuk tatabahasa dari sebuah bahasa, tugas dia selanjutnya adalah menguasai kosakata yang dia butuhkan.” Tidak ada seorangpun yang mempelajari semua kata dalam suatu bahasa. Kita mengetahui dan menggunakan kata-kata yang cocok pada tujuan kita dan terus mempelajari kata-kata baru selama kita hidup. Sebagaimana diketahui bahwa bahasa adalah suatu sistem yang sistematis dan merupakan seperangkat lambang-lambang atau simbol-simbol arbiter (Tarigan, 1989:4). Dalam berkomunikasi terdapat beragam tujuan yang bervariasi
1
2
di dalamnya, seperti untuk mendapatkan informasi, untuk menjalin kekerabatan, atau untuk melakukan transaksi perdagangan, seperti halnya di era sekarang ini. Salah satu bahasa yang disepakati untuk menjadi bahasa internasional adalah bahasa Inggris. Dengan demikian, perlu adanya pemahaman dan mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tersebut. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, salah satu hal dasar yang penting untuk dikuasai dalam mempelajari
bahasa
Inggris
adalah
tentang
pengetahuan
kosakata/pembendaharaan kata. Semakin banyak kosakata dalam bahasa Inggris yang dikuasai, maka akan semakin mudah pula dipelajari dan dipahami bahasa asing tersebut. Dalam hal ini, bahasa Inggris mempunyai kedudukan sebagai bahasa kedua, yang mana bahasa pertamanya adalah bahasa Indonesia. Pada umumnya, siswa-siswa yang baru memulai untuk belajar bahasa Inggris sangat membutuhkan pengetahuan mengenai kosakata karena dengan adanya pengetahuan kosakata yang baik dan memadai, maka siswa akan mampu untuk mengerti maksud dari bahasa Inggris tersebut. Kosakata seseorang didefinisikan sebagai himpunan semua kata yang dimengerti oleh orang tersebut atau semua kata yang kemungkinan akan digunakan oleh orang tersebut untuk menyusun kalimat baru (Wikipedia, 2010) Banyak cara dan upaya yang dilakukan untuk dapat menguasai bahasa Inggris, dari pendidikan formal, nonformal atau institusi yang menawarkan jasa pembelajaran dan pembelajaran dengan fasilitas yang memadai dengan menggunakan metode pembelajaran bahasa yang berbeda-beda.
3
Salah satu metode pembelajaran bahasa yang digunakan, yaitu metode audiolingual. Metode audiolingual adalah hasil perpaduan antara linguistik struktural dengan psikologi behavioris yang memandang proses pembelajaran dari sudut conditioning (Ardi, 2010) Behaviorisme dalam psikologi merupakan suatu aliran empiris. Pandangan mereka pun merupakan pandangan empiris. Pandangan empiris berpendapat bahwa semua keterampilan manusia diperoleh dengan proses belajar. Manusia sejak lahir telah mengalami proses belajar. Hal ini menandakan bahwa bahasa harus dipelajari. Kemampuan berbahasa adalah satu kemampuan hasil belajar dan bukan diwariskan. Seperti yang telah dikatakan di atas, metode audiolingual didasarkan atas teori linguistik struktural yang menekankan pada fakta bahwa semua bahasa di dunia ini berbeda. Dalam teori linguistik struktural, juga dikatakan bahwa bahasa dapat dianalisis dan dijabarkan secara ilmiah serta pemerolehannya didasarkan pada kebiasaan. Oleh karena itu, pemerolehan tata bahasa difokuskan pada latihan-latihan tata bahasa dengan cara berulang-ulang hingga pembelajar sampai pada tahap menggunakan tata bahasa tersebut di luar kesadaran. Tujuan metode ini adalah agar pembelajar dapat bertutur dengan bahasa sasaran melalui latihan tata bahasa dan latihan memorize dan mimicry. Metode audiolingual pertama kali dicetuskan oleh seorang professor dari Amerika. Metode audiolingual pada tahun 1958 berkembang pesat berkat dukungan dari cara pembelajaran badan ketahanan nasional. Di Jepang pun metode ini berkembang pesat di seluruh sekolah pada akhir tahun 1970an.
4
Salah satu institusi atau tempat kursus bahasa Inggris yang menggunakan metode audiolingual ini adalah Kumon EFL (English as Foreign Language). Kumon adalah tempat kursus yang berasal dari Jepang yang salah satunya mengajarkan tentang bahasa Inggris. Sistem pembelajarannya menggunakan CD yang harus didengarkan oleh para siswa setiap harinya secara rutin dan tekun. Secara tidak langsung, siswa diharapkan dapat belajar bahasa Inggris dari CD tersebut. Speaker-nya adalah penutur asli dari Amerika. Program belajar ini menekankan kepada aspek pembelajaran menyimak (listening) terlebih dulu, kemudian dilanjutkan dengan aspek pembelajaran yang lainnya, yaitu berbicara (speaking), membaca (reading) lalu menulis (writing). Dari tempat kursus bahasa kebanyakan lainnya, Kumon memiliki program belajar yang unik dan menarik, antara lain membiasakan siswa untuk belajar dari CD (mendengarkan dan mengulangi perkataan yang didengar) setiap harinya dengan mandiri, memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar sesuai dengan kemampuannya sendiri tanpa harus menunggu atau mengejar batas kemampuan teman sekelasnya. Terlebih pula, Kumon menekankan pada kerja sama antara pembimbing Kumon, orangtua, dan anak. Singkatnya, pembelajaran Kumon yang menerapkan metode audiolingual menekankan kebiasaan yang terus dilakukan setiap harinya agar membuat siswa terbiasa dengan bahasa sasaran (dalam hal ini adalah bahasa Inggris). Kumon EFL memiliki beragam tingkatan level pembelajaran, dan semuanya terdapat CD yang harus didengarkan dan diucapkan kembali oleh siswa untuk membiasakan siswa melatih keterampilan mendengar dan keterampilan berbicara-nya. Belajar melalui CD juga akan
5
menambah kosakatanya dalam bahasa Inggris. Selain itu, karena Kumon menerapkan pengulangan dalam proses pembelajarannya, siswa akan lebih cepat untuk mengingat dan menghafalkan kosakata yang ada. Di Bali, banyak terdapat lembaga kursus Kumon, namun hanya beberapa diantaranya yang menyediakan pembelajaran bahasa Inggris (EFL). Dari kenyataan tersebut, muncul suatu keinginan untuk mencari tahu tentang penggunaan metode audiolingual dalam pembelajaran bahasa Inggris terutama dalam meningkatkan penguasaan kosakata pada siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin menjadikan Kumon sebagai objek penelitian. Dalam penelitian ini dibahas mengenai metode pembelajaran bahasa dengan menggunakan metode audiolingual pada tempat kursus Kumon EFL dalam meningkatkan penguasaan kosakata siswa, yang difokuskan untuk meneliti siswa pada titik pangkal tingkat dasar 7A di Kumon EFL. Pengetahuan tentang metode audiolingual diatas yang menyebutkan bahwa latihan mendengar dan mengulangi apa yang didengar dapat membuat siswa paham mengenai kosakata bahasa Inggris, memberikan suatu pertanyaan dan tantangan tersendiri untuk meneliti metode tersebut. Seberapa jauh peningkatan yang terjadi pada anak setelah belajar menggunakan metode audiolingual, dan faktor-faktor apa yang menyebabkan metode audiolingual tersebut dapat membuat pengetahuan siswa meningkat terutama dalam penuasaan kosakatanya. Penulis memutuskan untuk meneliti penguasaan kosakata siswa pada titik pangkal tingkat dasar 7A karena siswa tersebut memiliki kemampuan yang kurang
6
dalam penguasaan kosakata, dengan demikian nantinya peningkatan penguasaan kosakata yang terjadi dapat terlihat secara lebih jelas.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah-masalah seperti berikut: 1. Bagaimanakah penguasaan kosakata siswa pada tingkat dasar 7A sebelum belajar dengan menggunakan metode audiolingual? 2. Sejauh manakah peningkatan penguasaan kosakata siswa pada tingkat dasar 7A setelah belajar dengan menggunakan metode audiolingual? 3. Faktor-faktor apakah yang memengaruhi terjadinya peningkatan penguasaan kosakata dalam penerapan metode audiolingual tersebut?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum, tujuan penelitian ini adalah pencarian informasi lebih lanjut mengenai penguasaan kosakata melalui penerapan metode pembelajaran bahasa audiolingual pada tempat kursus Kumon EFL agar diketahui secara pasti sejauh mana metode audiolingual itu mampu memberikan peningkatan dalam penguasaan kosakata siswa.
7
1.3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus penelitian ini, seperti berikut: 1. Untuk mendeskripsikan kosakata yang diketahui oleh siswa pada tingkat dasar 7A sebelum belajar dengan menggunakan metode audiolingual. 2. Untuk menganalisis sejauh mana peningkatan penguasaan kosakata siswa pada tingkat dasar 7A melalui penerapan metode audiolingual. 3. Untuk
menganalisis
faktor-faktor
apakah
yang
memengaruhi
terjadinya peningkatan penguasaan kosakata melalui penerapan metode audiolingual tersebut.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dapat dilihat, baik dari segi manfaat teoretis maupun dari segi manfaat praktis seperti berikut ini:
1.4.1 Manfaat Teoretis Secara teoretis diharapkan penelitian ini mampu memberikan kontribusi pada penerapan teori linguistik, terutama dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing untuk siswa berkebangsaan Indonesia. Dengan adanya penelitian ini, dapat dikatakan bahwa teori linguistik semakin memberikan maanfaat pada kemajuan bahasa terutama dalam hal dunia pendidikan.
8
1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktisnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan keuntungan pada siswa, guru dan peneliti lainnya yang membahas hal serupa. Keuntungan tersebut seperti berikut: a. Untuk siswa: penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa dalam mempelajari kosakata dengan cara yang baik dan menyenangkan lewat metode audiolingual. b. Untuk guru: hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mengenai keunggulan pembelajaran kosakata dengan menggunakan metode audiolingual. c. Untuk peneliti lainnya: penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam mengadakan beberapa penelitian untuk mendapatkan nilai yang lebih baik.
1.5 Batasan Masalah Dalam pembelajaran dan pembelajaran bahasa terdapat beberapa metode yang diterapkan, seperti metode pembelajaran bahasa secara tradisional, metode pembelajaran bahasa dengan audiolingual, metode pembelajaran bahasa secara kognitif, dan metode pembelajaran bahasa komunikatif. Namun, dalam pembahasan kali ini, untuk membuatnya menjadi lebih spesifik, pembahasannya akan dibatasi seperti berikut. Mendeskripsikan tentang bagaimana penguasaan kosakata siswa pada titik pangkat tingkat dasar 7A sebelum belajar menggunakan metode audiolingual. Di
9
sini siswa di tes tahap awal untuk mengetahui sampai sejauh mana penguasaan mereka mengenai kosakata bahasa Inggris. Selanjutnya, menganalisis sejauh manakah peningkatan penguasaan kosakata siswa pada titik pangkal tingkat dasar 7A melalui penerapan metode audiolingual. Terakhir, batasan masalah yang ada adalah untuk menganalisis tentang faktor-faktor apakah yang memengaruhi terjadinya peningkatan penguasaan kosakata
melalui
penerapan
metode
audiolingual
tersebut.
Peningkatan
penguasaan yang dimaksud ditinjau dari adanya peningkatan yang nyata dari tes awal masuk pada siswa-siswa Kumon EFL yang dibandingkan dengan tes ulang yang diberikan pada siswa-siswa tersebut setelah belajar di Kumon EFL selama 3 bulan. Apabila hasil tes tersebut meningkat, dapat dikatakan bahwa siswa yang belajar dengan menggunakan metode audiolingual di Kumon EFL dikatakan telah mengalami peningkatan penguasaan kosakata dalam bahasa Inggris.