BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Salah satu isu yang menarik saat ini di Indonesia adalah book tax gap yaitu
perbedaan antara pendapatan kena pajak menurut peraturan perpajakan dan pendapatan sebelum kena pajak menurut standar akuntansi keuangan. Menurut Martani dan Persada (2001 : 1) peraturan perpajakan dan akuntansi mempunyai tujuan dan dasar penyusunan yang berbeda, sehingga muncul hampir disemua negara mengalami perbedaan tersebut. Terjadinya fenomena book tax gap ini menimbulkan peluang terjadinya manajemen laba dan kualitas laba. Menurut Tang (2006 : 115) perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book tax gap) dapat memberikan informasi mengenai kualitas laba. Pendapatan komersial dan fiskal merupakan semua pemasukan adalah pendapatan yang akan menambah laba kena pajak , dan semua pengeluaran adalah beban yang akan mengurangi laba kena pajak. Bagi Ditjend Pajak: tidak semua pemasukan adalah faktor penambah laba kena pajak, ada beberapa jenis pendapatan yang bukan merupakan faktor penambah laba kena pajak karena pendapatan tersebut sudah dikenakan pajak bersifat final, dan tidak semua pengeluaran adalah faktor pengurang laba kena pajak karena ada beberapa jenis pengeluaran yang sesungguhnya bukan merupakan bagian dari kegiatan perusahaan. Di dalam Akuntansi Perpajakan perbedaan ini disebut dengan beda tetap.
Perbedaan lainnya adalah perbedaan yang diakibatkan karena bedanya saat pengakuan (waktu pengakuan) baik itu terhadap pendapatan maupun beban (pendapatan/beban tangguhan), juga akibat perbedaan beban penyusutan dimana pihak Ditjend Pajak menggunakan metode penyusutan garis lurus (Straight Line Method) sementara perusahaan mungkin menggunakan metode penyusutan yang lain, yang oleh karenanya mengakibatkan adanya perbedaan alokasi beban penyusutan. Prakiraan Umur ekonomis atas aktiva tetap juga turut memberi kontribusi atas perbedaan tersebut. Dalam Akuntansi Perpajakan ini disebut dengan beda waktu. Menurut Jonas dan Blanchet (2000 : 353) persistensi laba sering digunakan sebagai pertimbangan kualitas laba karena persistensi laba merupakan komponen dari karakteristik kualitatif relevansi yaitu predictive value. Penman (2001 : 32) menyatakan bahwa persistensi laba adalah laba akuntansi yang diharpakan di masa mendatang (expected future earning) yang terceemin pada laba tahun berjalan (current eranings). Informasi yang terkandung dalam book tax gap dapat mempengaruhi laba perusahaan di masa mendatang, sehingga dapat mempengaruhi persistensi laba serta dapat membantu investor dalam menentukan kualitas laba dan nilai perbankan di Indonesia. Perbankan di Indonesia sampai saat ini sampai tahun 2014 masih menyelenggarakan pembukuan atau menyusun laporan keuangan komersial berdasarkan standar yang berlaku di Indonesia yaitu standar akuntansi keuangan, dan menyusun laporan keuangan fiskal berdasarkan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku di Indonesia. Berasal dari hal tersebut kemudian muncul istilah laporan keuangan komersial (akuntansi) dan laporan keuangan fiskal. Menurut Siti Resmi (2010 : 327) mengenai tujuan Laporan keuangan yaitu Laporan keuangan komersial bertujuan untuk menyajikan informasi yang terjadi selama periode tertentu, menilai kinerja ekonomi dan keadaan keuangan. Berbeda dengan laporan keuangan fiskal yang lebih bertujuan untuk menghitung jumlah pajak terutang, sehingga perbedaan dasar penyusunan dan tujuan kedua laporan keuangan tersebut mengakibatkan perbedaan hitungan laba (rugi) terhadap suatu entitas. Perusahaan perbankan di Indonesia tidak perlu melakukan pembukuan ganda untuk memenuhi tujuan laporan keuangan akuntansi, dan laporan keuangan fiskal. Namun ketika perusahaan akan menyusun laporan keuangan fiskal terlebuh dahulu melakukan rekonsialisasi terhadap laporan keuangan komersial tersbut. Menurut Martani dan Persada (2010 : 03) mengenai perbedaan temporer dan perbedaan permanen pada book tax gap adalah Book tax gap terbentuk karena disebabkan oleh perbedaan temporer dan perbedaan permanen. Perbedaan temporer terjadi karena terdapatnya perbedaan waktu pengakuan penghasilan dan beban antara laporan keuangan fiskal dengan laporan keuangan komersial, dan perbedaan permanen yang terjadi karena terdapatnya pengaturan yang berbeda antara standar akuntansi keuangan dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. Menurut Martani dan Persada (2010 : 06 ) “persistensi laba adalah laba akuntansi yang diharapkan di masa mendatang (expected future earnings), yang tercermin pada laba tahun berjalan (current earnings)”. Menurut Siti Resmi (2006 : 34) “informasi yang terdapat pada book tax gap dapat mempengaruhi laba perusahaan di masa mendatang, dan dapat menimbulkan praktik manajemen laba yang mengindikasikan bahwa perusahaan mempunyai kualitas laba yang buruk dan
kurang persisten”. Sedangkan menurut Penman (2001 : 65) “laba dikatakan persisten ketika perusahaan dapat mempertahankan jumlah laba yang diperoleh saat ini sampai masa yang akan datang dan ketika aliran kas maupun laba akrual berpengaruh terhadap laba tahun depan yang diperoleh perusahaan”. Oleh karena itu, persistensi laba sering digunakan sebagai pertimbangan kualitas laba karena persistensi laba merupakan komponen dari karakteristik kualitatif relevansi yaitu prediktive value (Jonas dan Blanchet, 2000, hal 65). Menurut Sloan (1996 : 12) “nilai prediksi laba tersebut ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kas dari laba sekarang yang mewakili sifat sementara dan permanen”. Beberapa literatur analisis keuangan menegaskan peran book tax gaps untuk menilai kualitas laba yang dilaporkan oleh manajemen. Phillips et al. (2003 : 23) membuktikan adanya praktik manajemen laba dengan menggunakan biaya dan manfaat pajak tangguhan. Biaya dan manfaat pajak tangguhan tersebut sebagai proksi discretionary accrualuntuk menilai book tax gap. Contohnya, semakin besar perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal (book tax gap) akan menunjukan tanda indikasi terjadinya kecurangan (red flags) bagi pengguna laporan keuangan, dan book tax gap dapat memberikan informasi mengenai kualitas laba. Berdasarkan pentingnya kenyataan tersebut, maka peneliti akan menganalisis faktor-faktor yang berhubungan terhadap book tax gap. Nilai Book tax gap tersebut diwakili oleh perbedaan temporer pada akun pajak tangguhan. kemudian menguji pengaruh book tax gap terhadap persistensi laba. Dengan kata lain, semakin besar
book tax gap mengakibatkan persistensi laba semakin rendah. Penelitian ini juga menggunakan komponen akrual yang diduga akan menurunkan persistensi laba. Berdasarkan uraian diatas saya tertarik untuk meneliti dengan judul “Pengaruh Book Tax Gap terhadap Persistensi Laba Perbankan di Indonesia dengan Model Fixed Effect dan Random Effect”.
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka peneliti
merumuskan masalah yang diteliti adalah “apakah book tax gap berpengaruh terhadap Persistensi Laba pada Perbankan di Indonesia dengan model fixed effecti dan random effect ?”.
1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1.
Untuk menganilisa pengaruh antara book tax gap terhadap persistensi laba dengan metode fixed effect dan random effect.
2.
Untuk menguji dan membuktikan empiris mengenai faktor-faktor yang membentuk book tax gap di Perbankan Indonesia.
3.
Untuk menguji dan mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh book tax gap terhadap Persistensi Laba di Perbankan Indonesia.
1.4
Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1.
Penelitian ini merupakan suatu kesempatan untuk menerapkan teori-teori dan literatur yang penulis peroleh di bangku perkuliahan, dan mencoba membandingkan dengan yang ada di lapangan.
2.
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan dalam masalah penelitian yang sama tetapi dari dimensi yang berbeda.
3.
Penelitian ini diharapakan sebagai suatu brenchmark atas perbedaan antara pendapatan sebelum pajak dalam laporan keuangan akuntansi dan penghasilan kena pajak dalam laporan keuangan fiskal pada suatu perusahaan yang tergambar dalam book tax gap.
4.
Untuk bidang keuangan di Perbankan Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan book tax gap untuk manajemen laba oleh pihak Perbankan di Indonesia.
5.
Bagi fiskus, penelitian ini dapat memberikan pedoman dalam melakukan pemeriksaan pajak. Dimana dapat membantu fiskus mengawasi sector-sektor kursial dalam akuntansi perpajakan.
1.5
Penelitian Terdahulu Tabel 1.1. Tabel Penelitian Terdahulu
N Peneliti
Judul
o 1
Variabel
Kesimpulan Peneliti
Penelitian Fakthur
Pengaruh
Perubahan
Penelitian ini bertujuan untuk
Haris
Perbedaan
pendapatan,
menganalisis faktor – faktor
Irfan
Laba
Nilai aktiva
yang menyebabkan terjadinya
(2013)
Akuntansi
tetap kotor,
perbedaan laba akuntansi dan
dan Laba
Ukuran
laba fiskal, kemudian
Fiskal
perusahaan,
menganalisis pengaruh
terhadap
Book tax
perbedaan laba akuntansi dan
Persistensi
difference,
laba fiskal terhadap persistensi
Laba dengan
Large
laba, dan menganalisis
Komponen
positive book
kemampuan komponen akrual
Akrual dan
tax
dalam mempengaruhi persistensi
Aliran Kas
difference,
laba pada perusahaan
sebagai
Large
manufaktur yang terdaftar di
Variabel
negative
Bursa Efek Indonesia selama
Moderasi
book tax
tahun 2008-2011. Pada
(Studi
difference,
penelitian ini terdapat dua
Empiris pada
Aliran kas
variabel dependen, lima variabel
Perusahaan
operasi,
independen, dan dua variabel
Manufaktur
Komponen
moderasi. Variabel dependen
yang terdaftar laba akrual,
dalam penelitian ini terdiri dari
di Bursa Efek
Persistensi
perbedaan laba akuntansi dan
Indonesia
laba.
laba fiskal, dan persistensi laba.
2008-2011)
Variabel independen penelitian ini terdiri dari perbedaan besar
laba akuntansi dan laba fiskal yang bernilai positif dan negatif. perubahan pendapatan, nilai aktiva tetap kotor, dan ukuran perusahaan. Variabel moderasi penelitian ini terdiri dari komponen akrual dan aliran kas. Metode analisis statistik dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan menggunakan program Eviews 6.0. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perubahan pendapatan, dan nilai aktiva tetap kotor berpengaruh positif terhadap perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal. Perbedaan besar laba akuntansi dan laba fiskal yang bernilai positif dan moderasi komponen akrual dengan perbedaan besar laba akuntansi dan laba fiskal yang bernilai negatif mengakibatkan persistensi laba rendah, dan moderasi komponen akrual dengan perbedaaan besar laba akuntansi dan laba fiskal yang bernilai positif
mengakibatkan persistensi laba tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk bahan pembelajaran yang terkait dengan pebedaan laba akuntansi dan laba fiskal, dan persistensi laba
Pada penelitian pertama adapun kelebihan yang terdapat pada penelitian pertama yaitu variabel independen penelitian ini terdiri dari perbedaan besar laba akuntansi dan laba fiskal yang bernilai positif dan negatif. perubahan pendapatan, nilai aktiva tetap kotor, dan ukuran perusahaan. Variabel moderasi penelitian ini terdiri dari komponen akrual dan aliran kas. Metode analisis statistik dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan menggunakan program Eviews 6.0. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perubahan pendapatan, dan nilai aktiva tetap kotor berpengaruh positif terhadap perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal. Perbedaan besar laba akuntansi dan laba fiskal yang bernilai positif dan moderasi komponen akrual dengan perbedaan besar laba akuntansi dan laba fiskal yang bernilai negatif mengakibatkan persistensi laba rendah, dan moderasi komponen akrual dengan perbedaaan besar laba akuntansi dan laba fiskal yang bernilai positif mengakibatkan persistensi laba tinggi. Kekurangan pada penelitian yaitu penelitian ini hanya untuk bahan pembelajaran yang terkait dengan pebedaan laba akuntansi dan laba fiskal, dan
persistensi laba. Yang membedakan anatara peneliti pertama dan judul penelitian yang dibuat penulis yaitu hanya pengaruh pada perubahan pendapatan yang sangat signifikan terhadap persistensi laba pada Perbankan di Indonesia.