BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian berdasarkan rumusan masalah yang ada, dan tujuan dilakukan penelitian, serta kontribusi teoritis dan praktis dilakukannya penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi merupakan salah satu alat yang penting dalam manajemen suatu organisasi. Dalam organisasi bisnis, akuntansi sering dikatakan sebagai bahasa bisnis. Akuntansi dikatakan demikian karena secara semantik menggambarkan kondisi suatu organisasi, atau lebih tepatnya dalam dunia bisnis adalah perusahaan. Akuntansi menggambarkan kondisi perusahaan secara universal dan bukan berdasarkan gambaran dari suatu pihak tertentu. Karena akuntansi berlaku secara universal dalam bisnis maka dikatakanlah sebagai bahasa bisnis. Akuntansi memiliki peran inti dalam suatu kegiatan manajamen organisasi. Akuntansi berperan dalam setiap tingkatan kegiatan yang ada di dalam organisasi. Akuntansi mempunyai peran dalam kegiatan atau proses perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban, dan dalam hal pengawasan. Pada dasarnya, akuntansi memiliki dua fungsi inti dalam manajemen organisasi. Akuntansi berfungsi sebagai alat pengendalian dan berfungsi sebagai alat akuntabilitas. Sebagai alat pengendalian, akuntansi berfungsi untuk mengendalikan kinerja dari manajemen. Fungsi ini tercermin melalui proses penganggaran yang dilakukan manajemen di awal tahun kinerja. Melalui
1
penganggaran ini lah kinerja manajemen dikendalikan. Fungsi kedua dari akuntansi adalah sebagai alat akuntabilitas. Sebagai alat akuntabilitas akuntansi berperan dalam menentukan kesesuaian antara apa yang telah dilakukan manajemen sebagai wakil organisasi dengan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu organisasi. Terjadi ketimpangan perkembangan akuntansi antara organisasi bisnis dan organisasi nonbisnis. Akuntansi organisasi bisnis telah berkembang sedemikian pesat dan rumit sehingga peran dan fungsi akuntansi menjadi lebih nampak. Hal ini berbanding terbalik pada organisasi nonbisnis. Akuntansi untuk sektor nonbisnis di Indonesia tidak banyak berkembang. Organisasi kepemerintahan pun masih sedikit mendapatkan perhatian dari akuntan. Sedangkan, organisasi nirlaba lainnya saat ini mendapatkan perhatian yang kurang dari akuntan. Hal ini menyebabkan akuntansi di sektor nirlaba tidak dapat berkembang bahkan mengalami kemacetan. Sehingga, proses akuntabilitas yang ada di sektor nirlaba tidak berjalan dengan baik dikarenakan konsep-konsep akuntabilitas tersedia sangat sedikit. Akuntan merupakan sebuah pekerjaan profesi yang membutuhkan suatu keahlian spesifik tertentu. Sebagai seorang pekerja profesi, akuntan memiliki tanggungjawab untuk menjaga kompetensi profesionalitasnya. Salah satu unsur kompetensi profesionalitas adalah pengetahuan. Pengetahuan sebagai unsur kompetensi seharusnya mendorong akuntan untuk menggali pengetahuan yang masih belum banyak berkembang sebelumnya, yaitu akuntansi di sektor nirlaba. Akuntansi merupakan sebuah proses perekayasaan keuangan. Akuntansi bertujuan
untuk
memberikan
informasi
keuangan
kepada
para
pihak
berkepentingan. Informasi keuangan merupakan suatu wujud akuntabilitas pihak
2
pengelola kepada pihak berkepentingan. Dalam organisasi bisnis, akuntabilitas dilakukan oleh manajer kepada investor, kreditor, pemerintah, dan yang lain. Dalam organisasi kepemerintahan, akuntabilitas dilakukan oleh pemerintah selaku pengelola kepada masyarakat sebagai pemberi dana melalui pajak. Sedangkan, dalam entitas nirlaba lainnya akuntabilitas dilakukan oleh pihak pengelola kepada pihak pemberi dana. Oleh karena itu, baik sektor bisnis maupun nonbisnis membutuhkan akuntansi sebagai alat akuntabilitas. Selain itu, hal ini membuktikan bahwa antara organisasi bisnis dan nonbisnis dalam hal akuntabilitas memiliki kedudukan yang sama. Pancasila sila pertama berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Hal ini menandakan bahwa kegiatan keagamaan dijunjung tinggi di Indonesia. Tafsir sila pertama juga menandakan bahwa masyarakat didorong untuk melakukan ritual keagamaan. Ritual keagamaan tidak akan lepas dengan salah satu entitas nirlaba, yaitu tempat ibadah. Salah satu hal yang tidak dapat dihindarkan selama berlangsungnya proses ritual keagamaan di suatu tempat ibadah adalah permasalahan keuangan maupun kinerja. Salah satu contoh permasalahan keuangan dan kinerja ini tercermin dari akuntabilitas yang dilakukan antara pihak pengelola dana atau pengurus dengan pihak pemberi dana atau pengguna jasa tempat ibadah. Tempat ibadah sebagai tempat berlangsungnya kegiataan keagamaan mendapatkan dana dari berbagai pihak. Tempat ibadah mendapat dana dari pemerintah, masyarakat, maupun pihak lainnya. Ketika tempat ibadah mendapatkan dana dari pihak lain maka muncul permasalahan mengenai akuntabilitas. Pengelola tempat ibadah seharusnya mempertanggungjelaskan dana yang diberikan
3
kepadanya. Tempat ibadah juga seharusnya mempertanggungjelaskan bahwa setiap kegiatan yang dilakukan menggunakan dana dari pihak lain telah sesuai dengan tujuan dari tempat ibadah tersebut. Sederhananya, dana yang diberikan kepada tempat ibadah digunakan hanya dan hanya untuk kepentingan atau kemakmuran umat. Akuntabilitas berfungsi sebagai pengendali bagi pengelola tempat ibadah. Akuntabilitas akan mengendalikan kegiatan yang akan dilakukan oleh pengelola tempat ibadah. Dengan demikian, tempat ibadah akan mampu mencapai kemakmuran umat. Selain itu, akuntabilitas akan memberi rasa aman dan percaya kepada pihak pemberi dana. Dengan adanya akuntabilitas, pihak pemberi dana akan mampu menilai apakah kegiatan pengelola tempat ibadah telah merefleksikan kepentingan pemberi dana. Dengan demikian, pemberi dana akan terdorong untuk memberi dana lebih untuk mencapai tujuan yang ada di tempat ibadah. Kurangnya akuntabilitas di tempat ibadah dapat mengakibatkan tidak tercapainya kemakmuran umat. Sehingga, kegiatan yang dilakukan pengelola tempat ibadah tidak sepenuhnya mencerminkan kepentingan dari pemberi dana atau untuk kemakmuran umat. Hal ini menandakan bahwa penggunaan dana dan kegiatan yang dilakukan menjadi kurang bermanfaat. Jika hal ini terus berlanjut maka kepercayaan pemberi dana kepada pengelola akan semakin berkurang. Pentingnya akuntabilitas mendorong penulis untuk melakukan penelitian di organisasi tempat ibadah. Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui bagaimanakah implementasi akuntabilitas yang ada di tempat ibadah. Akuntabilitas yang dimaksud terdiri dari akuntabilitas keuangan dalam mengelola dana dan
4
transparansi dan akuntabilitas kegiatan dalam mencapai kemakmuran umat dan mencapai misi yang dimiliki.
1.2 Rumusan Masalah Akuntabilitas yang ada di organsisasi tempat ibadah masjid pada dasarnya dapat terbagi menjadi dua. Akuntabilitas yang pertama adalah mengenai akuntabilitas keuangan. Akuntabilitas ini mengulas apakah pihak manajemen masjid telah melakukan pengelolaan keuangan dengan cara atau prosedur yang baik atau tidak. Akuntabilitas yang kedua adalah akuntabilitas kinerja yang membahas tentang apakah kegiatan yang dilakukan oleh pengurus masjid telah sesuai dengan tujuan masjid untuk memakmurkan umat.
1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimanakah akuntabilitas keuangan yang ada di Masjid Jogokariyan Yogyakarta? 2. Bagaimanakah akuntabilitas kinerja yang ada di Masjid Jogokariyan Yogyakarta? 3. Bagaimanakah cara untuk meningkatkan akuntabilitas keuangan dan kinerja yang ada di Masjid Jogokariyan Yogyakarta?
1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian di atas, meliputi:
5
1. Mengetahui proses akuntabilitas keuangan yang ada di Masjid Jogokariyan Yogyakarta. 2. Mengetahui proses akuntabilitas kinerja yang ada di Masjid Jogokariyan Yogyakarta. 3. Merumuskan solusi untuk meningkatkan akuntabilitas keuangan dan kinerja yang ada di Masjid Jogokariyan Yogyakarta.
1.5 Kontribusi Penelitian 1.5.1 Kontribusi Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi dunia akademis mengenai konsep akuntabilitas yang ada di sektor nirlaba. Dengan adanya tambahan pengetahuan maka diharapkan perkembangan mengenai konsep akuntabilitas di sektor nirlaba dapat terus berkembang
1.5.2 Kontribusi Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan dalam pembuatan kebijakan untuk meningkatkan akuntabilitas yang ada di sektor nirlaba, terutama tempat ibadah. Dengan demikian, akuntabilitas di tempat ibadah dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sehingga, tempat ibadah lebih terarah dan terkendali dalam bertindak untuk mencapai kemakmuran umat dan misi yang dimiliki. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi landasan bagi tempat ibadah untuk meningkatkan pelayanannya sehingga kemakmuran umat dapat tercapai. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan sistem akuntabilitas di tempat ibadah.
6