BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Jenis kebutuhan manusia terdiri dari tiga macam yaitu sandang, pangan, dan papan. Sandang merupakan kebutuhan akan pakaian, pangan merupakan kebutuhan akan makanan, dan papan merupakan kebutuhan akan tempat tinggal atau rumah.1 Rumah merupakan kebutuhan pokok manusia, sebagaimana halnya makanan dan pakaian. Rumah memiliki arti penting bagi sebuah keluarga, karena rumah merupakan tempat untuk istirahat dan mencurahkan kasih sayang setelah sibuk bekerja atau beraktivitas di luar.2 Bagi masyarakat yang memiliki kemampuan dalam keuangan, membeli sebuah rumah secara tunai bukanlah sebuah kendala. Namun, bagi masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam keuangan, membeli rumah secara tunai menjadi sebuah kendala.3 Sehingga banyak masyarakat yang memilih membeli rumah dengan cara angsuran. Hal ini dikarenakan pembayaran secara angsuran dianggap lebih ringan dibandingkan pembayaran secara tunai. Banyaknya kebutuhan masyarakat akan pembiayaan 1
Eva Rosyida, Moch. Khoirul Anwar, “Analisa Perbandingan Pembiayaan Hunian Syariah Dengan Akad Murabahah dan Akad Musyarakah Pada Bank Muamalat”, Jurnal Online, Universitas Negeri Surabaya, hlm. 1. 2 Affgani, “Pembiayaan Bank Syariah: KPR Syariah”, Jurnal Ekonomi Islam, hlm. 1. 3 Eva Rosyida, Moch. Khoirul Anwar, loc.cit.
1
repository.unisba.ac.id
2
kepemilikan rumah membuat bank mengeluarkan produk-produk pembiayaan, seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Untuk masyarakat yang membutuhkan rumah dengan cara angsuran maka peran perbankan sangat dominan.4 Secara umum, Perbankan adalah sebuah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama dalam menjalankan sistem operasionalnya, yakni menerima simpanan dana (funding), menyalurkan dana (lending), dan memberikan jasa-jasa keuangan (service). Maka dari itu bank disebut sebagai lembaga intermediary, artinya bank sebagai lembaga perantara antar pihak yang kelebihan uang dengan pihak yang kekurangan uang.5 Dalam hal penyaluran dana, Perbankan Syariah tidak ada istilah kredit dan bunga. Penyaluran dana dalam Bank Konvensional, kita kenal dengan istilah kredit atau pinjaman sedangkan dalam Bank Syariah untuk penyaluran dananya kita kenal dengan istilah pembiayaan. Jika dalam Bank konvensional keuntungan bank diperoleh dari bunga yang dibebankan, maka dalam perbankan syariah tidak ada istilah bunga, akan tetapi Bank syariah menerapkan sistem bagi hasil. 6 Bank Syariah di Indonesia dalam rentang waktu yang relatif singkat, telah memperlihatkan kemajuan yang cukup berarti dan semakin memperlihatkan
4
Ibid Antonio, 2001, hlm 58 6 Kasmir, 2002, hlm 183 5
repository.unisba.ac.id
3
eksistensinya dalam sistem perekonomian nasional.7 Dalam hal pembiayaan khususnya dalam produk pembiayaan pemilikan rumah Bank Syariah memiliki perbedaan dengan Bank Konvensional, kelebihan KPR syariah dibandingkan KPR konvensional diantaranya adalah, masyarakat yang mengambil pembiayaan merasa lebih tenang, sebab pembiayaan KPR Syariah merupakan varian pembiayaan Murabahah dalam bidang penyaluran dana, sehingga cicilan KPR syariah tetap, tanpa terpengaruh tingkat suku bunga.8 Saat ini pembiayaan pemilikan rumah dengan menggunakan akad murabahah sudah banyak dilirik oleh nasabah, bahkan hampir 80% pembiayaan syariah menggunakan skema murabahah atau jual beli.9 Salah satu Bank Syariah yang menggunakan skema murabahah atau jual beli dalam pembiayaan syariah adalah Bank Bjb Syariah Cabang Bandung dalam produk Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) iB Maslahah. Bank Bjb Syariah telah mencatat pada bulan September 2012 penyaluran pembiayaan telah mencapai sebesar Rp. 2,37 triliun dengan komposisi pembiayaan sebanyak 34% kepada segmen Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan
7
Dr, “Pengaruh Pembiayaan Bagi Hasil Terhadap Profitabilitas Bank Syariah”, Republika, 03 November 2010, hlm. 1. 8 Affgani, “Pembiayaan Bank Syariah: KPR Syariah”, Jurnal Ekonomi Islam, hlm. 1. 9 Dr, op.cit., hlm. 4.
repository.unisba.ac.id
4
sisanya atau sebesar 66% kepada komersial dan konsumer dengan dominasi kepada segmen komersial.10 Selain pembiayaan, faktor lain yang tentunya perlu mendapat perhatian adalah profitabilitas. Karena hal tersebut merupakan salah satu indikator penilaian tingkat kesehatan suatu bank. Keuntungan yang layak, diperlukan setiap bank guna menarik minat para pemilik dana untuk menitipkan uang mereka di bank. Keuntungan juga diperlukan untuk mendanai perluasan usaha serta membiayai usaha peningkatan mutu jasa. Semuanya itu hanya mungkin dijalankan dengan baik apabila bank memperoleh keuntungan yang memadai.11 Pembiayaan berbasis jual-beli dapat menentukan kinerja keuangan bank terutama dalam mendapatkan laba. Jika pembiayaan ini dapat beroperasi dengan lancar maka akan dapat meningkatkan keuntungan bagi pihak bank namun ketika pembiayaan ini bermasalah maka pihak bank perlu memperhatikan risiko pembiayaan tersebut agar tetap dapat mempertahankan kelangsungan usahanya.12 Kinerja keuangan bank merupakan salah satu keberhasilan atas kesehatan suatu bank. Penilaian kinerja keuangan bank salah satunya dapat dilihat dari besarnya profitabilitas dengan menggunakan ukuran Return on Assets (ROA).13 Return On Assets ini menggambarkan kemampuan perusahaan memperoleh laba melalui semua 10
Erichson Sihotang, “Pembiayaan BJB Syariah Rp2,37 Triliun”, Okezone, Senin 24 September 2012 18:17 wib. 11 Dr, loc.cit. 12 Ibid, hlm. 5. 13 Ibid, hlm. 2.
repository.unisba.ac.id
5
kemampuan dan sumber daya yang ada. Semakin besar Return On Assets yang dimiliki bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai serta semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Dengan kata lain, Return On Assets dapat menunjukkan efesiensi manajemen dalam penggunaan aset untuk mendapatkan keuntungan.14 Begitu juga dengan Bank Bjb Syariah, perolehan Return On Assets (ROA) dan pendapatan pembiayaan murabahah merupakan salah satu indikator yang dapat menentukan kinerja keuangan terutama dalam mendapatkan laba. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1.1 ROA dan Pendapatan Pembiayaan Murabahah Bank Bjb Syariah Cabang Bandung Tahun 2010-2013 Tahun 2010 2011 2012 2013
ROA (%)
Pendapatan Pembiayaan Murabahah (dalam jutaan rupiah) 0,72% 58.742 1,23% 108.667 0,67% 149.790 0,91% 258.380 Sumber: Laporan Keuangan PT. Bank Bjb Syariah
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa periode 2010-2013, ROA di Bank Bjb Syariah mengalami fluktuatif yaitu mengalami peningkatan dan penurunan. Peningkatan dan penurunan perolehan ROA ini menunjukkan pula fluktuasi kinerja bank yang mengalami peningkatan dan penurunan. Nilai ROA terendah terjadi pada tahun 2012 sebesar 0,67%, ini menunjukan posisi bank pada tahun 2012 dari segi 14
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, Ghalia Indonesia, Bogor, 2005, hlm. 118.
repository.unisba.ac.id
6
penggunaan aset kurang baik. Sedangkan apabila dilihat dari segi pendapatan pembiayaan murabahah dari periode 2010-2013 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Oleh karena itu berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, penulis merasa tertarik untuk mengambil tema pembiayaan murabahah dikaitkan dengan profitabilitasnya, dan penulis mengambil judul “PENGARUH PENDAPATAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PEMBIAYAAN PEMILIKAN RUMAH (PPR) iB MASLAHAH TERHADAP ROA (Return On Asset) DI BANK BJB SYARIAH CABANG BANDUNG”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan di atas, penulis merumuskan beberapa rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pendapatan pembiayaan murabahah pada Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) iB Maslahah di Bank Bjb Syariah Cabang Bandung? 2. Bagaimana ROA (Return On Asset) di Bank Bjb Syariah Cabang Bandung? 3. Seberapa
besar
pengaruh
pendapatan
pembiayaan
murabahah
pada
Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) iB Maslahah terhadap ROA (Return On Asset) di Bank Bjb Syariah Cabang Bandung?
repository.unisba.ac.id
7
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang: 1. Pendapatan pembiayaan murabahah pada Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) iB Maslahah di Bank Bjb Syariah Cabang Bandung. 2. ROA (Return On Asset) di Bank Bjb Syariah Cabang Bandung. 3. Seberapa
besar
pengaruh
pendapatan
pembiayaan
murabahah
pada
Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) iB Maslahah terhadap ROA (Return On Asset) di Bank Bjb Syariah Cabang Bandung.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dalam penulisan ini adalah: 1. Bagi Perusahaan Bagi perusahaan penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau saran dalam menerapkan kebijakan pengelolaan jual beli murabahah
sehingga dapat tercapainya peningkatan Return On Asset
perusahaan. 2. Bagi Penulis Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam bidang penelitian dan merupakan wujud dari aplikasi ilmu pengetahuan yang didapat selama perkuliahan.
repository.unisba.ac.id
8
3. Bagi Akademis Bagi para akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai bahan perbandingan untuk penelitian lebih lanjut.
1.5 Kerangka Pemikiran Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa transaksi bagi hasil dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah; transaksi sewa-menyewa dalam bentuk Ijarah atau sewa beli dalam bentuk Ijarah Muntahiya Bittamlik; transaksi jual beli dalam bentuk piutang Murabahah, Salam, dan Istishna’; transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang Qardh; dan transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk Ijarah untuk transaksi multijasa, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antar Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. Salah satu produk yang dikeluarkan oleh Bank Syariah adalah pembiayaan murabahah. Dalam istilah syariah, konsep Murabahah terdapat berbagai formulasi definisi yang berbeda-beda menurut pendapat para ulama’. Diantaranya, menurut Utsmani, (2002: 125), murabahah merupakan salah satu bentuk jual beli yang mengharuskan penjual memberikan informasi kepada pembeli tentang biaya-biaya
repository.unisba.ac.id
9
yang dikeluarkan untuk mendapatkan komoditas (harga pokok pembelian) dan tambahan profit yang diinginkan yang tercermin dalam harga jual. Pendapat lain dikemukakan oleh Al-Kasani (tt: 226-228), murabahah mencerminkan transaksi jual beli: harga jual merupakan akumulasi dari biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk mendatangkan objek transaksi atau harga pokok pembelian dengan tambahan keuntungan tertentu yang diinginkan penjual (margin); harga jual dan jumlah keuntungan yang diinginkan diketahui oleh pembeli. Artinya, pembeli diberitahu berapa harga belinya dan tambahan keuntungan yang diinginkan.15 Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan dengan sistem jual beli, dimana:16 Bank membiayai pembelian barang yang dibutuhkan nasabah; Bank membeli barang yang dibutuhkan nasabah pada supplier atau menunjuk nasabahnya sebagai agen pembelian barang dimaksud atas nama bank, dan bank membayar harga barang. Pembayaran harga beli hanya sah bila dilengkapi dengan kwitansi, tagihan, atau dokumen-dokumen sejenis, Bank selanjutnya menjual barang kenasabahnya pada harga yang telah disepakati bersama, yaitu harga pembelian ditambah marjin keuntungan dan nasabah membayar harga barang dengan cara angsuran selama jangka waktu yang disepakati.
15
hlm. 91.
Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, Ghalia Indonesia, Bogor, 2012,
16
Budi, “Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap Return On Asset”, Jurnal Online, Universitas Komputer Indonesia, Bandung, 2004, hlm. 7.
repository.unisba.ac.id
10
Jual beli dengan sistem murabahah merupakan akad jual beli yang diperbolehkan, hal ini berlandaskan pada dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits. Diantara dalil yang memperbolehkan praktik akad jual beli murabahah adalah firman Allah:
Artinya: Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual-beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebul datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS.Al-Baqarah [2]: 275). Dalam ayat ini, Allah mempertegas legalitas dan keabsahan jual beli secara umum, serta menolak dan melarang konsep ribawi. Berdasarkan ketentuan ini, jual beli murabahah mendapat pengakuan dan legalitas dari syariah, dan sah untuk dioperasionalkan dalam praktik pembiayaan bank syariah karena ia merupakan salah satu bentuk jual beli dan tidak mengandung unsur ribawi. Salah satu produk pembiayaan murabahah adalah pembiayaan kepemilikan rumah, pembiayaan kepemilikan rumah adalah pemberian pembiayaan kepada
repository.unisba.ac.id
11
nasabah dalam rangka kepemilikan rumah dengan menggunakan akad berdasarkan prinsip syariah. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/17/PBI/2008 tentang Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, Bank Indonesia mengatur ruang lingkup tentang pembiayaan kepemilikan rumah yaitu ruang lingkup pembiayaan kepemilikan rumah meliputi pembiayaan kepemilikan rumah yang diberikan oleh BUS dan UUS kepada nasabah perorangan dalam rangka kepemilikan rumah tinggal, termasuk rumah susun atau apartemen dengan tipe bangunan lebih dari 70 m2 (tujuh puluh meter persegi), namun tidak termasuk rumah kantor dan rumah took dan tidak berlaku untuk pembiayaan kepemilikan rumah dalam rangka pelaksanaan program perumahan Pemerintah Indonesia berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam pembiayaan kepemilikan rumah Bank Indonesia menetapkan besaran Financing to Value (FTV) merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kehatianhatian Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dengan memperhatikan karakteristik dari masing-masing produk pembiayaan. Financing to Value yang selanjutnya disebut FTV adalah perbandingan antara nilai pembiayaan yang dapat diberikan oleh BUS atau UUS terhadap nilai agunan pada saat awal pemberian pembiayaan dalam rangka kepemilikan rumah. Financing to Value yang ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk produk pembiayaan kepemilikan rumah dan pembiayaan kepemilikan kendaraan bermotor syariah berbeda-beda menurut karateristik penggunaan agunan. Bank Indonesia
repository.unisba.ac.id
12
menetapkan cara perhitungan Financing to Value untuk pembiayaan kepemilikan rumah adalah: 1. FTV diberlakukan terhadap pembiayaan kepemilikan rumah yang menggunakan akad murabahah atau akad istishna’. 2. Perhitungan FTV yang merupakan perbandingan antara nilai pembiayaan terhadap nilai agunan, adalah sebagai berikut: a. Nilai pembiayaan ditetapkan berdasarkan harga pokok pembiayaan yang diberikan
kepada
nasabah
sebagaimana
tercantum
dalam
akad
pembiayaan; dan b. Nilai agunan ditetapkan berdasarkan nilai pengikatan agunan oleh BUS dan UUS. 3. FTV pembiayaan kepemilikan rumah sebagaimana dimaksud di atas ditetapkan paling tinggi sebesar 70% (tujuh puluh persen). Besaran FTV bisa disesuaikan dari waktu ke waktu sesuai dengan perekonomian Indonesia. Marjin atau keuntungan yang didapatkan oleh bank atas pembiayaan murabahah tersebut merupakan pendapatan yang dapat meningkatkan laba keuntungan perusahaan. Selain dapat meningkatkan keuntungan perusahaan, marjin juga dapat meningkatkan tingkat pengembalian modal perusahaan yang diinvestasikan oleh pihak perusahaan terhadap suatu proyek/usaha yang dilakukan oleh perusahaan
repository.unisba.ac.id
13
dengan pihak lain yang menjadi mitra usaha perusahaan atau disebut Return On Asset.17 Pengertian Return On Asset (ROA) adalah rasio yang menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan.18 Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar memperoleh laba. Sedangkan ROA menurut pendapat yang lain adalah Rasio untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva yang dikuasainya untuk menghasilkan berbagai income.19 Profitabilitas yang diukur dengan menggunakan Rasio Return On Asset (ROA) ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
= ۯ۽܀
ܓ܉ܒ܉۾ ܕܝܔ܍܊܍܁ ܉܊܉ۺ ܠ% ܉ܞܑܜܓۯܔ܉ܜܗ܂
Keterangan: ROA = Return On Asset
17
Budi, “Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap Return On Asset”, Jurnal Online, Universitas Komputer Indonesia, Bandung, 2004, hlm. 7-8. 18 Bambang Riayanto, 2001, hlm 331 19 Agnes Sawir, 2005, hlm 32
repository.unisba.ac.id
14
Tabel 1.2 Kriteria untuk penilaian peringkat ROA
Peringkat 1 ROA > 1,5% Peringkat 2 1,25% < ROA ≤ 1,5% Peringkat 3 0,5% < ROA ≤ 1,25% Peringkat 4 0% < ROA ≤ 0,5% Peringkat 5 ROA ≤ 0% Sumber: SE Bank Indonesia No.9/24/DPbS tahun 2007
Alasan dipilihnya Return On Asset dari berbagai rasio profitabilitas yang ada yaitu, karena Return On Asset (ROA) ini merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin kecil rasio ROA, menunjukkan semakin buruk manajemen bank dalam hal mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan dan atau menekan biaya.
1.6 Metode dan Teknik Penelitian 1.6.1
Metode Penelitian Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan adalah metode deskriptif
analitis dan metode verifikatif. Metode penelitian deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.20 Sedangkan metode verifikatif adalah penelitian melalui pembuktian untuk menguji hipotesis hasil
20
Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1999, hlm. 15.
repository.unisba.ac.id
15
penelitian deskriptif dengan suatu perhitungan statistika sehingga didapat hasil pembuktian yang menunjukan hipotesis ditolak atau diterima.21 Sehingga metode verifikatif ini digunakan untuk menjawab penelitian, yaitu untuk mengetahui besarnya pengaruh pendapatan pembiayaan murabahah pada Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) iB Maslahah terhadap ROA (Return On Asset) di Bank BJb Syariah Cabang Bandung. Dengan metode ini dapat diketahui berapa besarnya pengaruh variabel independent mempengaruhi terhadap variabel dependent, serta besarnya arah hubungan yang terjadi. 1.6.2
Teknik Penelitian
1.6.2.1 Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Yaitu pengumpulan data primer dari objek penelitian yang dilakukan dengan peninjauan langsung ke lapangan melalui wawancara dan observasi ke Bank Bjb Syariah Cabang Bandung. 2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Yaitu suatu penelitian yang dilaksanakan untuk memperoleh data sekunder yang diperlukan, dengan cara mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
21
Sugiyono, 2007, hlm. 6.
repository.unisba.ac.id
16
1.6.2.2 Sumber Data Adapun data yang diperlukan berasal dari dua sumber yaitu: 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dari penelitian lapangan (field research) yaitu dengan melakukan penelitian secara langsung terhadap objek yang diteliti dimana penelitian yang dilakukan adalah dengan melakukan observasi dan wawancara dengan karyawan Bank Bjb Syariah yang bertugas menangani Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR). 2. Data Sekunder Data Sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk kuantitatif baik yang bersifat dokumen, website atau laporan tertulis berupa data-data keuangan tentang pendapatan pembiayaan murabahah, dan Return On Asset (ROA).
1.7 Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah laporan keuangan dari Bank Bjb Syariah. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu laporan keuangan triwulanan Bank Bjb Syariah periode 2010 sampai dengan 2013 mengenai laporan laba/rugi dan laporan rasio keuangan.
repository.unisba.ac.id
17
1.8 Analisa Data Penulis mengumpulkan data dari laporan keuangan triwulanan periode 2010 sampai dengan 2013 dengan menggunakan data sekunder yang telah diarsipkan pada sistem arsip perusahaan tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan, dimana hasil dari penelitian ini merupakan hasil dari perhitungan statistik dan pengujian atas hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana dan uji hipotesis melalui uji t. Perhitungan dilakukan dengan bantuan software program SPSS. Data variabel bebas diambil dari pendapatan pembiayaan murabahah dari tahun 2010 sampai dengan 2013 pada Bank Bjb Syariah dan data variabel terikat diambil dari ROA (Return On Asset) dari tahun 2010 sampai dengan 2013 pada Bank Bjb Syariah. Adapun bentuk persamaan umum dari regresi linier sederhana sebagai berikut:
Y = a + bX
Dimana: ܽ=
(∑ ܻ)(∑ ܺ ଶ) − (∑ ܺ)(∑ ܻܺ) ݊∑ ܺ ଶ − (∑ ܺ)ଶ
ܾ=
݊ ∑ ܻܺ − (∑ ܺ) (∑ ܻ) ݊∑ ܺ ଶ − (∑ ܺ)ଶ
repository.unisba.ac.id
18
Keterangan: Y = Variabel terikat X = Variabel bebas a = Konstanta b = Koefisien regresi masing-masing variable bebas Kemudian, uji hipotesis yang digunakan oleh penulis adalah uji t, yaitu untuk menguji ada atau tidaknya hubungan antara variabel X dan variabel Y. Rumus yang digunakan adalah: =ݐ
ܾ− ߚ ܾݏ
Hasil nilai t hitung kemudian dibandingkan dengan t tabel yang diperoleh berdasarkan tingkat kepercayaan sebesar 95% dan derajat kebebasan (n-2). Untuk menentukan hipotesis tersebut diterima atau ditolak, penulis membandingkan t hitung dengan t tabel, yaitu: Jika t hitung > t tabel atau - t < - t tabel maka H0 ditolak, dan Jika t hitung < t tabel atau - t hitung > - t tabel maka H0 diterima.
1.9 Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pembahasan masalah-masalah dalam penelitian ini dan dapat dipahami permasalahannya secara sistematis, maka pembahasannya di bab-bab yang masing-masing bab mengandung sub bab-sub bab, sehingga tergambar keterkaitan yang sistematis untuk selanjutnya sistematika pembahasan yang disusun sebagai berikut:
repository.unisba.ac.id
19
Bab I pendahuluan yang diawali dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II konsep pendapatan pembiayaan murabahah dan ROA (Return On Asset) di Bank Syariah terdiri dari pengertian bank syariah, produk-produk dan jasa bank syariah, pengertian pendapatan, pengertian murabahah, manfaat jual beli murabahah, pengertian Return On Asset (ROA), hubungan antara pembiayaan murabahah dengan Return On Asset (ROA), hasil-hasil penelitian terdahulu dan hipotesis. Bab III pendapatan pembiayaan murabahah terhadap ROA (Return On Asset) di Bank Bjb Syariah Cabang Bandung yang meliputi sejarah berdirinya, visi dan misi, struktur organisasi, uraian jabatan, produk dan jasa layanan, pendapatan pembiayaan murabahah di Bank Bjb Syariah dan ROA (Return On Asset) di Bank Bjb Syariah. Bab IV Analisis pengaruh pendapatan pembiayaan murabahah pada Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) iB Maslahah terhadap ROA (Return On Asset) di Bank Bjb Syariah Cabang Bandung yang membahas tentang pendapatan pembiayaan murabahah pada Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) iB Maslahah di Bank Bjb Syariah Cabang Bandung, Return On Asset (ROA) di Bank Bjb Syariah Cabang Bandung, dan pengaruh pendapatan pembiayaan murabahah pada Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) iB Maslahah terhadap Return On Asset (ROA) di Bank Bjb Syariah Cabang Bandung.
repository.unisba.ac.id
20
Bab V penutup dari penelitian yang di dalamnya diuraikan mengenai kesimpulan dan saran. Di akhir penulisan disertakan daftar pustaka dan lampiran.
repository.unisba.ac.id