1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Manusia memiliki 3 kebutuhan utama berdasarkan jenisnya yaitu kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Kebutuhan primer manusia terdiri dari sandang, pangan, dan papan. Produk sandang, pangan, dan papan pada umumnya merupakan produk yang dihasilkan menggunakan keterampilan tenaga kerja. Berbagai perusahaan padat karya di Indonesia pada umumnya memproduksi produk kebutuhan primer, khususnya produk sandang yaitu baju, celana, sepatu, sandal, tas, dan lain-lain. Indonesia memiliki penduduk dengan jumlah 234.693.997 jiwa pada Juli 2007 (Wikipedia, 2008) sehingga jumlah permintaan terhadap produk-produk primer juga dalam jumlah yang besar di Indonesia. Salah satu pasar produk sandang yang cukup berkembang di Indonesia adalah produk sepatu dan sandal dalam skala mikro, kecil, dan menengah dengan karakteristik sebagai kegiatan usaha padat karya. Indonesia memiliki berbagai kegiatan usaha mulai dari mikro hingga besar yang memproduksi produk sepatu dan sandal, baik untuk pasar lokal maupun luar negeri. Perusahaan padat karya memberi berbagai keuntungan bagi Indonesia yaitu dapat menyerap tenaga kerja, memenuhi kebutuhan nasional sehingga mengurangi impor, sebagai sumber pendapatan negara melalui pajak, meningkatkan pertumbuhan perekonomian dan investasi di Indonesia khususnya investasi modal asing, dan lainlain. Perusahaan padat karya memiliki risiko bisnis dan usaha yang besar karena permasalahan seputar sumber daya manusia dapat menghambat kegiatan produksi perusahaan. Kegiatan produksi perusahaan yang terganggu akan mengakibatkan
2
perusahaan mengalami ancaman serius terhadap eksistensi usaha karena perusahaan tidak dapat menghasilkan produknya dengan optimal dan tepat waktu. Sumber daya manusia harus terus dikembangkan, karena tak seperti mesin yang selalu melakukan aktivitas yang sama tiap waktu, manusia selalu mengalami perubahan dan perkembangan, karena perubahan yang terjadi tersebut akan menimbulkan tantangan yang harus dihadapi dan diatasi dengan baik. Pencapaian tujuan perusahaan akan terlaksana bila sumber daya manusianya menunjukkan performasi kerja yang tinggi (Adianto:2005). Perkembangan usaha dan bisnis manufaktur padat karya di Indonesia berkembang dengan pesat pada tahun 1990. Pengembangan industri berskala kecil sangat diharapkan oleh pemerintah untuk menunjang perekonomian rakyat pada Repelita IV pada tahun 1994 (Hayati dan Sari: 2007). Berbagai perusahaan manufaktur yang padat karya asing mulai masuk ke Indonesia terutama perusahaan manufaktur yang mengekspor produknya ke luar negeri. Perusahaan manufaktur di Indonesia mampu menyerap tenaga kerja dan meningkatkan ekspor Indonesia. Sejak krisis ekonomi pada tahun 1998, terjadi instabilitas perekonomian yang menyebabkan inflasi sehingga beban perusahaan meningkat dan kegiatan produksi khususnya perusahaan padat karya tidak dapat beroperasi secara maksimal. Sejak krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1998 mengakibatkan perusahaan manufaktur padat karya tidak dapat melanjutkan usahanya. Umumnya perusahaan manufaktur padat karya yang tidak mampu bertahan diakibatkan rendahnya daya saing perusahaan, kebijakan pemerintah, dan perusahaan tidak mampu mengatasi permasalahan sumber daya manusia. Perusahaan manufaktur padat karya yang memproduksi produk pakaian untuk pasar lokal menjadi semakin sulit bersaing dengan produk impor dari luar negeri yang memiliki harga relatif murah.
3
Pemerintah mendukung kegiatan impor dengan tujuan untuk dapat menekan inflasi namun kebijakan impor tersebut membuat perusahaan manufaktur padat karya sulit dalam bersaing harga terhadap produk impor. Permasalahan Kenaikan BBM juga membuat hasrat pengusaha untuk berinvestasi di Indonesia terlihat turun. Ini terlihat dari selama Januari hingga Mei 2008, komitmen investasi turun 59,9%, dibandingkan periode yang sama tahun 2007 lalu (Prianti: 2008). Penurunan Investasi di Indonesia akan memperlambat pertumbuhan ekonomi dan perusahaan tidak mampu menyerap tenaga kerja di Indonesia. Pasca krisis ekonomi 1998 hingga sekarang, produk pakaian khususnya baju dan celana masih didominasi oleh produk-produk impor dengan harga relatif murah namun dengan kualitas rendah. Pemicu masyarakat Indonesia membeli produk impor adalah daya beli masyarakat yang rendah. Berbeda dengan produk baju dan celana, produk sandal buatan lokal masih diminati masyarakat Indonesia. Untuk pasar sandal di Indonesia, produk lokal masih dipercaya masyarakat Indonesia sehingga perusahaan industri sandal untuk pasar lokal masih dapat bertahan dari krisis ekonomi. Salah satu keunggulan yang dimiliki oleh perusahaan manufaktur padat karya yang memproduksi sandal di Indonesia adalah kualitas sumber daya manusia dalam menghasilkan sandal berkualitas. Indonesia bahkan telah banyak mengekspor produk sandal ke seluruh dunia. Produk sandal di Indonesia terkenal dengan kualitas yang baik dan harga yang terjangkau. Selain itu produk impor berupa sandal belum banyak berkembang di Indonesia. Krisis ekonomi yang dialami Indonesia pada tahun 1998 memiliki dampak yang signifikan terhadap masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah. Masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah memiliki kemampuan daya beli yang rendah akibat tingkat inflasi yang tinggi dan tidak mengalami peningkatan pendapatan
4
yang sebanding dengan inflasi. Masyarakat ekonomi menengah ke atas tidak terlalu terkena dampak dari krisis ekonomi karena inflasi diiringi dengan peningkatan pendapatan. Perusahaan manufaktur padat karya yang memiliki produk yang ditujukan untuk konsumen menengah ke atas masih mampu bertahan terhadap berbagai gejolak perekonomian karena rendahnya daya saing dan memiliki target pasar yang jelas. Perusahaan manufaktur padat karya yang memiliki pasar lokal harus dapat bersaing terhadap produk impor dan mengembangkan usahanya untuk dapat menguasai pasar lokal dan internasional. Pemilihan segmentasi pasar merupakan salah satu faktor penting dalam kelangsungan hidup perusahaan manufaktur padat karya, sehingga pengaruh eksternal perusahaan tidak mempengaruhi kegiatan operasional perusahaan. Produk pakaian khususnya sandal dan sepatu di Indonesia memiliki prospek yang sangat baik, mengingat sepatu dan sandal merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Keputusan pembelian produk sepatu dan sandal oleh konsumen dapat dipengaruhi oleh kebutuhan, selera, daya beli, prestise dan trend. Produk sepatu dan sandal yang memiliki harga tinggi merupakan kebutuhan tersier, namun tetap menjadi salah satu kebutuhan utama khususnya untuk digunakan pada acara-acara tertentu. Produk sepatu dan sandal dengan harga tinggi diimbangi dengan kualitas dan merek ternama merupakan salah satu keunggulan yang sulit untuk disaingi oleh produk impor yang lebih mengutamakan harga rendah. Pasar sepatu dan sandal untuk kalangan menengah ke atas memiliki intensitas persaingan yang rendah namun dibutuhkan konsistensi perusahaan dalam menjaga kepercayaan pelanggan. Perusahaan manufaktur padat karya yang memiliki pangsa pasar lokal dengan kemampuan ekonomi menengah ke atas, tidak terlalu terpengaruh dengan instabilitas perekonomian karena daya beli konsumen tetap tinggi. Salah satu perusahaan manufaktur padat karya yang mampu eksis dalam industri sepatu dan
5
sandal adalah UD Nuansa Baru. UD Nuansa Baru merupakan usaha dagang yang memiliki pangsa pasar mulai dari kemampuan ekonomi bawah hingga atas. Salah satu keberhasilan UD Nuansa Baru dalam menjalankan usaha dan bisnisnya adalah konsistensi perusahaan dalam menyajikan produk dengan kualitas terbaik. UD Nuansa Baru memiliki tiga merek sandal wanita dan pria yaitu Nicoboco, Sally, dan Dunkermann. Masing-masing merek tersebut memiliki pangsa pasar masing-masing, yaitu Nicoboco memiliki target pasar kalangan ekonomi kelas atas, Sally memiliki target pasar kalangan ekonomi menengah, dan Dunkermann memiliki target pasar kalangan ekonomi bawah. UD Nuansa Baru berdiri sejak 1973. UD Nuansa Baru memproduksi sendiri produk Nicoboco, Sally, dan Dunkermann. UD Nuansa Baru bekerja sama dengan beberapa departement store ternama di Indonesia untuk distribusi produknya seperti Metro, Centro, Sogo, Debenham’s, Golden Trully, Pasaraya, dan Ramayana. Distribusi produk UD Nuansa Baru disesuaikan dengan target pasar produk. UD Nuansa Baru telah mendistribusikan produknya di Jakarta, Yogyakarta, Medan, Surabaya, Bali, dan Batam. UD Nuansa Baru memproduksi sendiri seluruh produknya. UD Nuansa Baru memiliki 142 karyawan pada bagian produksi. Untuk produk-produk baru, UD Nuansa Baru memproduksi produknya dalam jumlah yang relatif terbatas sehingga dapat mengurangi risiko apabila produk yang dijual tidak disukai pasar. Produk UD Nuansa Baru yang diminati oleh pasar akan segera diproduksi oleh UD Nuansa Baru sehingga perusahaan akan memberi tanggung jawab kepada Kepala Bagian Produksi UD Nuansa Baru untuk memenuhi jumlah produksi yang ditargetkan perusahaan sehingga dapat menghasilkan produk yang dapat dijual oleh UD Nuansa Baru. Dalam studi awal yang dilakukan oleh penulis di UD Nuansa Baru, diketahui bahwa karyawan UD Nuansa Baru
6
pada bagian produksi tidak mampu memenuhi target produksi yang ditetapkan oleh Kepala Bagian Produksi UD Nuansa baru. Karyawan bagian produksi UD Nuansa Baru memiliki upah dengan sistem UMR (Upah Minimum Regional)
sehingga karyawan bagian produksi memiliki
kecenderungan untuk bekerja tidak dengan maksimal pada waktu kerja sehingga dapat memanfaatkan upah lebih ketika jam lembur. UD Nuansa Baru memberi tanggung jawab kepada Kepala Bagian Produksi untuk dapat melakukan produksi sesuai dengan target yang diinginkan perusahaan. Apabila kinerja karyawan produksi tidak dapat mencapai target yang diinginkan perusahaan maka perusahaan tidak dapat memperoleh potensi keuntungan yang seharusnya dapat diterima perusahaan ketika produk UD Nuansa Baru diminati oleh pasar dan harus segera diproduksi kembali. Permasalahan yang dialami UD Nuansa Baru merupakan permasalahan seputar sumber daya manusia khususnya kinerja karyawan. UD Nuansa Baru belum memiliki alat pengukuran kinerja karyawan yang ditetapkan oleh perusahaan sehingga UD Nuansa Baru perlu mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan UD Nuansa Baru khususnya pada bagian produksi. Kinerja karyawan memiliki output berupa upaya ketekunan, pertumbuhan personal/ pembelajaran, peningkatan hasil kerja karyawan, dan kepuasan kerja. Kinerja Karyawan dipengaruhi oleh faktor situasional individu dan faktor situasional organisasi. Faktor situasional individu terdiri dari: kepribadian, kemampuan/ keterampilan, pengetahuan pekerjaan, dan motivasi. Faktor situasional organisasi terdiri dari budaya organisasi, disain kerja, dan kualitas supervisi (Kreitner dan Kinicki: 2007, p.271). Faktor situasional individu dan faktor situasional organisasi perusahaan yang satu dengan yang lain berbeda-beda sehingga kinerja karyawan suatu perusahaan dengan perusahaan yang lain juga berbeda-beda. Melalui analisis jalur (Path Analysis), UD Nuansa Baru dapat mengetahui
7
pengaruh dan hubungan faktor situasional individu dan organisasi terhadap kinerja karyawan dan mengetahui arah dan seberapa besar pengaruhnya variabel-variabel tersebut. Apabila UD Nuansa Baru tidak melakukan analisis tersebut maka UD Nuansa Baru akan mengalami berbagai kendala seputar kinerja karyawan dan target produksi UD Nuansa Baru tidak dapat tercapai. Persaingan bisnis yang kompetitif menuntut peningkatan kinerja karyawan sehingga UD Nuansa Baru perlu untuk dapat mencapai target yang ditetapkan perusahaan. Penelitian terhadap “Analisis Pengaruh Faktor Situasional individu dan Organisasi terhadap Kinerja karyawan Studi Kasus UD Nuansa Baru” , diharapkan dapat memberi masukan bagi UD Nuansa Baru untuk mengetahui pengaruh dan hubungan antara faktor situasional individu dan organisasi terhadap kinerja karyawan pada UD Nuansa Baru, selain itu juga dapat mengetahui variabel yang paling kuat pengaruh dan arahnya. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi masyarakat dan lingkungan global terhadap eksistensi UD Nuansa Baru. Pada penelitian ini, terdapat berbagai data-data faktor situasional individu, data-data faktor situasional organisasi, dan data-data kinerja karyawan UD Nuansa Baru. Melalui penelitian dengan statistik, maka UD Nuansa Baru dapat memperoleh masukan terhadap faktor situasional individu dan faktor situasional organisasi untuk meningkatkan kinerja karyawan sehingga mampu mempertahankan eksistensi di dunia usaha dan bisnis dan meningkatkan kinerja perusahaan dengan keunggulan sumber daya manusia. 1.2. Identifikasi Masalah Pada Skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Faktor Situasional Individu dan Organisasi terhadap Kinerja Karyawan Studi Kasus UD Nuansa Baru” terdapat berbagai permasalahan yang muncul yaitu sebagai berikut.
8
1. Bagaimana faktor situasional individu pada UD Nuansa Baru? 2. Bagaimana faktor situasional organisasi pada UD Nuansa Baru? 3. Bagaimana kinerja karyawan UD Nuansa Baru? 4. Bagaimana hubungan antara faktor situasional individu dengan kinerja karyawan UD Nuansa Baru? 5. Bagaimana hubungan antara faktor situasional organisasi dengan kinerja karyawan UD Nuansa Baru? 6. Bagaimana hubungan antara faktor situasional individu dan organisasi dengan kinerja karyawan UD Nuansa Baru? 7. Bagaimana pengaruh faktor situasional individu dan organisasi terhadap kinerja karyawan UD Nuansa Baru ? 1.3. Tujuan dan Manfaat Tujuan dan manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut. Tujuan 1. Untuk mengetahui faktor situasional individu pada UD Nuansa Baru. 2. Untuk mengetahui faktor situasional organisasi pada UD Nuansa Baru. 3. Untuk mengetahui kinerja karyawan UD Nuansa Baru. 4. Untuk menganalisis hubungan antara faktor situasional individu dengan kinerja karyawan UD Nuansa Baru. 5. Untuk menganalisis hubungan antara faktor situasional organisasi dengan kinerja karyawan UD Nuansa Baru. 6. Untuk menganalisis hubungan antara faktor situasional individu dan organisasi dengan kinerja karyawan UD Nuansa Baru.
9
7. Untuk menganalisis pengaruh faktor situasional individu dan organisasi terhadap kinerja karyawan UD Nuansa Baru. Manfaat Untuk UD Nuansa Baru: 1. Menjadi salah satu dasar pengambilan keputusan untuk mengatasi permasalahan seputar kinerja karyawan yang dihadapi UD Nuansa Baru 2. Mengetahui faktor situasional individu yang diperlukan untuk dapat memajukan perusahaan 3. Mengetahui faktor situasional organisasi yang dapat memajukan perusahaan 4. Mengetahui kinerja karyawan UD Nuansa Baru. Untuk Pembaca: 1. Menjadi salah satu sumber pengetahuan dalam bidang ilmu manajemen sumber daya manusia 2. Sumber informasi apakah faktor situasional individu dan organisasi mempengaruhi kinerja karyawan 3. Mengetahui pentingnya faktor situasional individu dalam mendukung kinerja karyawan pada suatu perusahaan 4. Mengetahui pentingnya faktor situasional organisasi dalam mendukung kinerja karyawan pada suatu perusahaan. Untuk Dunia pendidikan: 1. Mengetahui pendekatan yang cocok untuk menyelesaikan permasalahan seputar kinerja karyawan 2. Sumber pembelajaran untuk kinerja karyawan pada perusahaan 3. Mengetahui faktor situasional individu 4. Mengetahui faktor situasional organisasi.