BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Kabupaten Karo merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara, dengan luas 2.127,25 Km2 atau 2,97% dari luas Provinsi Sumatera Utara.1 Kabupaten Karo sering disebut dengan Tanah Karo Simalem, yang berarti Kabupaten Karo yang menyejukkan hati. Hal ini disebabkan oleh, beberapa objek wisata yang didukung dengan udara pegunungan yang segar. Udara yang segar serta letak kabupaten yang berada di areal pegunungan, membuat Kabupaten Karo memiliki tanah yang subur, sehingga banyak menghasilkan produksi pertanian dan perkebunan. Hasil pertanian karo seperti buah-buahan dan sayur-sayuran sangat dikenal. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya beberapa jenis sayuran dan buah-
buahan yang menjadi sumber pemasok pangan di Sumatera Utara. Selain hasil pertanian, Kabupaten karo juga dikenal dengan hasil perkebunannya seperti kemiri, cengkeh, kopi dan lain sebagainya. Produksi pertanian dan perkebunan yang sangat berlimpah dengan tanah yang sangat subur ini, banyak dihasilkan oleh masyarakat yang tinggal di sepanjang kaki Gunung Sinabung dan juga Gunung Sibayak. Kesuburan
1
http://www.karokab.go.id/in/index.php/gambaran‐umum
1
2
tanah di Kabupaten Karo menyebabkan mayoritas penduduknya tidak kurang dari 74.79% bermata-pencaharian sebagai petani.2 Pada tahun 2010, Gunung Sinabung yang dianggap tidak aktif lagi, mennyemburkan debu vulkanik dan beberapa kali guncangan. Masyarakat karo yang berada di lereng kaki pegunungan sangat ketakutan karena sebelumnya sudah selama 400 tahun gunung sinabung tidak pernah beraktivitas. Para ahli geografi menyatakan bahwa Gunung Sinabung terkahir kali beraktivitas pada tahun 1600. Kepanikan masyarakat tidak berlangsung lama, karena aktivitas gunung sinabung hanya berupa semburan dan mengeluarkan lahar pijarnya. Untuk beberapa waktu, masyarakat dapat beraktivitas kembali secara normal, walau sempat ada penduduk yang mengungsi, namun hal itu tidak berlangsung lama. Hanya untuk waktu beberapa minggu saja. Pada tahun 2013, Gunung Sinabung kembali aktif beraktivitas dan tidak berhenti-berhenti beraktivitas sampai sekarang tahun 2015. Aktivitas Gunung Sinabung yang sangat tinggi dan berkelanjutan, menyebabkan penduduk yang berada di lereng kaki Gunung Sinabung sebagian tidak dapat kembali pulang ke desa mereka, dan hidup dipengungsian. Penduduk yang mengungsi tidak dapat menjalankan usaha pertaniannya, karena tidak ada lahan lagi yang dapat dikerjakan. Ketidakadaan lahan juga didukung dengan adanya larangan dari pemerintah memasuki kawasan desa asal mereka, karena merupakan zona yang berbahaya. 2
Balitbang Provinsi Sumatera Utara. Kajian alh fungsi lahan. Hlm 34
3
Penduduk yang tidak mengungsipun, tidak luput dari penderitaan. Tanaman para petani yang masih dapat menanam dilahannya, setiap saat terancam gagal panen karena terkena hujan abu vulkanik hasil aktivitas Gunung Sinabung. Hal ini dibuktikan dengan adanya laporan Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara yang menyatakan bahwa, erupsi Gunung Sinabung menyebabkan tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Karo mengalami puso. Dari 2.842 Ha pertanian padi, sebanyak 1.244,26 Ha terkena puso3. Hujan abu vulkanik dari Gunung Sinabung juga terkadang menuju kota berastagi yang menyebabkan jumlah pengunjung wisata sangat menurun. Aktivitas Gunung Sinabung ini berdampak sekali pada sektor pertanian dan pariwisata yang membuat ekonomi di Kabupaten Karo menjadi lumpuh. Penurunan pendapatan secara drastis yang dialami oleh petani dan pengusaha sektor pariwisata, otomatis menyebabkan penurunan usaha pendukung lainnya yang ada di Kabupaten Karo. Meskipun tidak terkena imbas secara langsung, seperti penduduk yang bertani dan juga pengusaha bidang pariwisata, namun secara otomatis akan menurunkan daya beli masyarakat sehingga usaha disektor lain di Kabupaten Karo juga ikut menurun. Sistem perekonomian seperti rantai, yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Dimana, jika terjadi kenaikan pendapatan, akan meningkatkan daya beli masyarakat yang berarti adanya peningkatan 3
Kajian Ekonomi Regional Sumatera Utara. Triwulan IV‐ 2013 Hlm. 29
4
pendapatan di sektor usaha lainnya. Sebaliknya, jika yang terjadi adalah penurunan pendapatan di salah satu sektor terkhusus sektor pendapapatan mayoritas, akan menyebabkan daya beli akan menjadi menurun dan melemah yang akan menurunkan ekonomi di sektor lainnya. Bencana letusan Gunung Sinabung menyebabkan menurunnya pendapatan pada sektor mata pencaharian mayoritas yaitu pertanian dan pariwisata, sehingga sudah pasti dalam keadaan ini daya beli masyarakat menjadi menurun dan terjadi juga penurunan ekonomi pada Kabupaten Karo. Bencana alam Gunung Sinabung berdampak sangat luas, tidak hanya menurunkan pendapatan masyaraka pada umumnya, namun juga menimbulkan beberapa risiko dan penurunan pendapatan perbankan. Bank yang merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya yang meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, juga tidak luput terkena dampak. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan pendapatan masyarakat sudah pasti menyebabkan berkurangnya masyarakat yang akan menyimpan uangnya. Selain itu disisi lain, pada usaha penyaluran atau Kredit pastinya menyebabkan penurunan atau bahkan adanya kesulitan masyarakat dalam melakukan prestasi pembayaran kembali hutang kredit mereka. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang
5
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Pemberian kredit merupakan usaha perbankan yang didukung oleh pemerintah daerah, dimana salah satu peran pemerintah yang dilakuakan untuk menunjang kesejahteraan petani dan juga peningkatan ketahanan panan diberikan pembinaan kredit-kredit kepada masyarakat. Terjadinya Penurunan pendapatan , pastinya akan menyebabkan adanya gangguan dalam pembayaran kredit kepada bank. Gangguan Pembayaran Kredit kepada bank dikenal dengan Kredit Macet, Kredit macet merupakan suatu keadaan dimana kreditur tidak mampu melakukan pembayaran hutangnya sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan sebelumnya. Bencana alam letusan gunung sinabung ini merupakan suatu keadaan yang tidak terduga kedatangannya dan tidak ada seseorangpun yang mampu untuk mencegah adanya bencana ini, oleh karena itu bencana alam letusan Gunung Sinabung termasuk suatu keadaan memaksa (Force majeure). Keadaan memaksa (Force majeure) ini pastinya memiliki beberapa akibat dan risiko terhadap para pihak. Pada perjanjian pada umumnya,
dalam
hal
terjadinya
suatu
keadaan
memaksa
akan
menghilangkan hak kreditur untuk melakukan tuntutan prestasi, atau risiko kerugian ditanggung bersama sebagaimana kesepakatan keduabelah pihak atau pembebenan kerugian ditanggung sama besar. Sehingga Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian, bagaimana risiko pelaksaaan perjanjian kredit dalam hal terjadi keadaan memkasa
6
(force majeure) dan bagaimana langkah penyelesaian yang diambil oleh bank, dalam mengatasi adanya kredit macet karena adanya bencana Erupsi Gunung Sinabung, di Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Pijer Podi Cabang Berastagi.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Bagaimana risiko pada pelaksanaan perjanjian kredit dalam hal terjadi force majeure di Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Pijer Podi Cabang Berastagi ?
2.
Bagaimana langkah penyelesaian kredit macet, yang timbul akibat bencana alam gunung sinabung, yang diambil oleh pihak Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Pijer Podi Cabang Berastagi ?
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam melakukan penelitian, meliputi dua hal, yaitu : 1.
Tujuan Objektif a.
Untuk
memperoleh
pengetahuan
yang
mengenai perjanjian kredit dan kredit macet.
lebih
mendalam
7
b.
Untuk
memperoleh
Pengetahuan
bagaimana
pelaksanaan
perjanjian kredit c.
Untuk mengetahui mengenai risiko pada perjanjian kredit akibat adanya
keadaan
memaksa
(force
majeure)
PT.
Bank
Perkereditan Rakyat (BPR) Pijer Podi Kekelengen Cabang Berastagi. d.
Untuk memperoleh informasi bagaimana penyelesaian kredit macet oleh bank, akibat suatu keadaan memaksa (force majeure) di PT. Bank Perkereditan Rakyat (BPR) Pijer Podi Kekelengen Cabang Berastagi.
2.
Tujuan Subjektif a.
Mendapatkan informasi yang mendalam berkaitan dengan objek yang sedang di teliti.
b.
Mendapatkan informasi untuk
penyusunan penulisan hukum
yang merupakan suatu mata kuliah wajib dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.
D. Keaslian Penelitian Setelah penulis melakukan penelusuran pada berbagai referensi dan hasil penelitian pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah
8
Mada, Penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu : 1.
Penelitian oleh Sidik Purnomo Jati pada tahun 2012 mengenai Risiko dalam perjanjian kredit usaha rakyat (KUR) Akibat Force Majeure di bank rakyat indonesia unit cangkringan. Dengan pembahasan : a.
Bagaimana risiko dalam hal terjadi force majeure
pada
pelaksanaan perjanjian Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Bank Rakyat Indonesia Unit cangkringan ? b.
Upaya apa yang dilakukan oleh pihak Bank Rakyat Indonesia Unit Cangkringan dalam hal terjadi force majeure pada pelaksanaan perjanjian Kredit Usaha Rakyat (KUR) ?
2.
Penelitian oleh Elisabeth Elis Prasasti pada tahun 2013 mengenai penyelesaian kredit macet pasca gempa bumi pada bank pembangunan daerah provinsi daerah istimewa yogyakarta kantor cabang bantul. Dengan pembahasan : a.
Bagaimana
mekanisme
pemberian
kredit
pada
Bank
Pembangunan Daerah Provinsi Istimewa Yogyakarta Kantor Cabang Bantul ? b.
Bagaimana
mekanisme
penyelesaian
kredit
macet
yang
disebabkan oleh peristiwa gempa bumi 27 mei tahun 2006 pada Bank Pembangunan Daerah Provinsi Istimewa Yogyakarta Kantor Cabang Bantul ?
9
c.
Mengapa teori dan norma mengenai overmacht yang obyektif dan permanen tidak dapat diterapkan untuk menyelesaikan kredit macet akibat gempa bumi pada tanggal 27 mei tahun 2006 pada Bank Pembangunan Daerah Provinsi Istimewa Yogyakarta Kantor Cabang Bantul ?
d.
Risiko apa yang akan ditanggung oleh Bank Pembangunan Daerah
e.
Provinsi Istimewa Yogyakarta Kantor Cabang Bantul apabila teori dan norma mengenai overmacht yang obyektif dan permanen diterapkan untuk menyelesaikan kredit macet akibat gempa bumi pada tanggal 27 mei 2006 ? Berdasarkan uraian sebagaimana tersebut diatas dapat dinyatakan
bahwa penelitian ini berbeda atau tidak sama dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari : 1.
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kota berastagi, Kabupaten Karo Sumatera Utara. Sedangkan Penelitian sebelumnya dilakukan di Cangkringan Yogyakarta, dan Bantul Yogyakarta.
2.
Sumber data Penelitian ini dilakukan di Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Pijer Podi Kekelengen cabang berastagi, sedangkan penelitian sebelumnya dilakukan di PT. Bank Rakyat Indonesia dan Bank Pembangunan Daerah Yogyakarta Cabang Bantul.
10
3.
Bentuk Keadaan Memaksa (force majeure) Penelitian ini dilakukan akibat adanya bencana alam Gunung meletus Gunung sinabung yang masih berlangsung dan masih berdampak sampai sekarang, sedangkan penelitian sebelumnya mengenai keadaan memaksa akibat lahar dingin di Cangkringan yang dan Gempa Bumi di Bantul. Sepanjang pengetahuan penulis, penelitian yang dilakukan ini
belum pernah diteliti dan ditulis sebelumnya, apabila telah terdapat peneliian yang sejenis, maka hasil dari penelitian ini diharapkan dapat melengkapinya.
E. Manfaat Penelitian Melalui penelitian yang dilakukan, penulis berharap memberikan manfaat, yaitu: 1.
Manfaat Bagi Penulis Manfaat penelitian bagi penulis adalah selain untuk memenuhi salah satu prasyarat tugas akhir, juga diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang lebih mendalam lagi bagi penulis mengenai perjanjian ,penyelesaian dan risiko kredit macet akibat suatu keadaan memaksa (fource majeure) yaitu bencana alam gunung meletus. Sehingga informasi-informasi yang didapatkan dalam penelitian diharapkan dapat membantu penulis dalam penyusunan penulisan hukum.
11
2.
Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan Informasi – informasi yang diperoleh oleh penulis dari hasil penelitian, diharapkan dapat memperkaya ilmu pengatuhan. Selain itu juga penelitian yang telah dilakukan dapat memberikan informasi yang mendalam mengenai bagaimana risiko pelaksanaan dalam hal terjadinya keadaan memaksa dan penyelesaian kredit macet akibat adanya suatu keadaan memaksa (force majeure), yaitu bencana alam gunung meletus.
3.
Manfaat Bagi Masyarakat Mengingat keadaan alam Indonesia yang memiliki banyak pegunungan baik yang aktif maupun yang tidak aktif, dan rentan terhadap bencana gunung meletus. Maka, penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat sebagai bahan masukan ataupun refrensi mengenai bagaimana risiko pelaksanaan perjanjian kredit dalam hal terjadinya bencana alam gunung meletus dan juga mengenai bagaimana penyelesaian kredit macet akibat adanya suatu keadaan memaksa (force majeure). dengan mengambil sample atau studi kasus yang terjadi pada Bank Perkereditan Rakyat (BPR) Pijer Podi Kekelengen Cabang Berastagi.