1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Pariwisata dapat diartikan sebagai seluruh kejadian dan hubungan yang timbul dari
atraksi para wisatawan, penyalur jasa, pemerintah setempat, dan komunitas setempat dalam proses untuk menarik wisatawan dan pengunjung lainnya (McIntosh : 4, 1972). Kepariwisataan menurut UU Kepariwisataan No. 10 tahun 2009 pasal 1 (4) adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha. Sedangkan wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Indonesia memiliki sumber daya wisata yang amat kaya dengan aset alam, budaya, flora dan fauna dengan ciri khas Asia dan Australia di setiap wilayah perairan dan pulau di Indonesia (Gunawan M.P., 1997). Indonesia tercatat mendapatkan ranking ke-enam pada Top Twenty Tourism Destinations in East dan The Pasific (WTO, 1999). Dalam paradigma lama, pariwisata yang lebih mengutamakan pariwisata masal, yaitu yang bercirikan jumlah wisatawan yang besar/berkelompok dan paket wisata yang seragam (Faulkner B, 1997), dan sekarang telah bergerak menjadi pariwisata baru (Baldwin dan Brodess, 1993), yaitu wisatawan yang lebih canggih, berpengalaman dan mandiri, yang bertujuan tunggal mencari liburan fleksibel, keragaman dan minat khusus pada lingkungan alam dan pengalaman asli. Dalam usaha pengembangannya Indonesia wajib memperhatikan dampak-dampak yang ditimbulkannya, sehingga yang paling tepat dikembangkan adalah sektor 1
2 ekowisata dan pariwisata alternatif yang oleh Eadington dan Smith (1995) diartikan sebagai konsisten dengan nilai-nilai alam, sosial dan masyarakat yang memungkinkan adanya interaksi positif diantara para pelakunya. Pengembangan kepariwisataan merupakan salah satu upaya pemerataan pembangunan di daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Potensi kepariwisataan di Indonesia harus dibina dan dikembangkan secara optimal, terarah dan terpadu sesuai kebijaksanaan nasional dan daerah. Sebagai salah satu contoh daerah yang pariwisatanya sedang berkembang adalah Pulau Lombok. Pulau Lombok saat ini sudah sangat dikenal di manca negara, Pantai Senggigi adalah tempat pariwisata yang terkenal di Lombok. Letaknya di sebelah barat pesisir Pulau Lombok. Pantai Senggigi memang tidak sebesar Pantai Kuta di Kuta, Bali. Pesisir pantainya masih asri, walaupun masih ada sampah dedaunan yang masih berserakan karena jarang dibersihkan. Pemandangan bawah lautnya sangat indah, dan wisatawan bisa melakukan snorkling sepuasnya karena ombaknya tidak terlalu besar. Terumbu karangnya menjulang ketengah menyebabkan ombak besarnya pecah di tengah. Tersedia juga hotel-hotel dengan harga yang bervariasi, dari yang mahal sampai hotel yang berharga ekonomis. Kota Banda Aceh sebagai salah satu kota yang ada di Indonesia juga memiliki potensi yang hampir sama dengan Pulau Lombok. Kota Banda Aceh merupakan Ibukota Provinsi Aceh dimana kota ini memiliki posisi yang sangat strategis, karena langsung berhadapan dengan negara-negara di selatan Benua Asia dan merupakan pintu gerbang Republik Indonesia di bagian barat. Kondisi ini merupakan potensi yang sangat besar bagi Kota Banda Aceh untuk menarik minat wisatawan. Banyak jenis wisata yang di dapat ditawarkan di Kota Banda Aceh diantaranya wisata pantai, wisata religius, wisata konvensi, wisata kuliner dan wisata belanja. Kota Banda Aceh memiliki obyek wisata yang terkenal. Beberapa diantaranya seperti wisata alam (pantai) yang ada di sepanjang Pantai Ulee Lheue. Wisata sejarah seperti Kawasan
3 Mesjid Raya, Komplek Museum Aceh, Taman Putroe Phang dan lain-lain. Wisata Tsunami (Tsunami Herritage) yang berada di Ulee Lheue, Punge Blang Cut dan Museum Tsunami. Saat ini di Kota Banda Aceh terdapat sekitar 15 obyek wisata potensial yang dikembangkan menjadi tujuan wisata yang baru di Kota Banda Aceh, dan dikelola sesuai dengan Qanun Kota Banda Aceh No.4 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh. Secara bertahap Pemerintah Kota Banda Aceh mengembangkan kepariwisataan di wilayah ini, dengan melibatkan swasta dan masyarakat sebagai stakeholder pembangunan. Sebagai acuan dalam UU No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan dijelaskan bahwa, Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi, dalam jangka waktu sementara. Menurut Peraturan Pemerintah (PP No.36 Tahun 2007) wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebahagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam di kawasan suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam. Dari kutipan tersebut diatas maka penelitian ini dibuat untuk menentukan hirarki obyek wisata di Kota Banda Aceh untuk peningkatan kepariwisataan di Kota Banda Aceh. Penelitian ini juga dapat menjadi alternatif untuk memudahkan pemilihan jenis kegiatan wisata di Kota Banda Aceh.
1.2.
Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang, maka penulis mencoba untuk merumuskan beberapa
permasalahan. Adapun permasalahan tersebut adalah : a. Bagaimana strategi pengembangan obyek wisata yang terdapat di Kota Banda Aceh ?
4 b. Bagaimana menentukan hirarki dari obyek wisata yang terdapat di Kota Banda Aceh ?
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan pada permasalahan yang ada, maka untuk memudahkan upaya kajian hirarki obyek wisata di Kota Banda Aceh tujuan dari penelitian ini adalah : a. Mengidentifikasi dan menganalisis obyek wisata prioritas yang ada di Kota Banda Aceh; b. Menganalisis hirarki obyek wisata di Kota Banda Aceh untuk pengembangan wilayah; c. Menentukan arahan strategi pengembangan obyek wisata di Kota Banda Aceh.
1.4.
Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : a. Bagi bidang keilmuan Sebagai salah satu literatur mengenai penataan kawasan pariwisata dan menambah wawasan bagi peneliti lainnya mengenai penataan ruang kawasan pariwisata. b. Bagi peneliti Peneliti dapat memahami dan mengaplikasikan ilmu penataan ruang kawasan wisata. Peneliti juga dapat memahami dan mengaplikasikan jenis-jenis analisis yang sesuai bagi penataan kawasan wisata. c. Bagi masyarakat 1. Masyarakat dapat terbantu dengan adanya obyek wisata prioritas untuk dikunjungi. 2. Masyarakat yang berada di kawasan obyek wisata dapat terbantu untuk mengembangkan obyek wisata mereka.
5 d. Bagi pemerintah daerah Menjadi salah satu pedoman atau acuan bagi pengembangan obyek wisata prioritas di Kota Banda Aceh.