BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2003) mendefinisikan media
sebagai “alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk; perantara, penghubung”. Jenisnya pun bermacam-macam, yaitu media cetak, elektronik, massa, dan film. Seiring dengan perkembangan teknologi, media tidak lagi hanya berupa manuskrip, tetapi juga berkembang ke dalam sebuah percetakan yang akhirnya dapat dinikmati semua orang. Dalam kurun waktu 50 tahun terakhir, media adalah salah satu industri yang berkembang sangat pesat. Mulai dari telepon, radio, televisi, dan sekarang internet. Media memungkinkan para penggunanya untuk mendapat akses tentang berita tertentu. Media tidak hanya menjadi alat untuk bertukar informasi, tetapi juga nilai, ideologi, paham, dan kepercayaan. Byerly dan Ross (2006:17) mengatakan bahwa tanpa disadari, individu telah menyerahkan haknya kepada media untuk memberikan informasi. Media memiliki kekuasaan untuk mempengaruhi penggunanya atas sudut pandang tertentu atas suatu berita, permasalahan, atau konflik yang ada1.
1
“Similarly, Margaret Gallagher’s (1979) UNESCO-funded study emphasized the underlying reason why women’s image would continue to concern women for decades to come: “The . . . media are potentially powerful agents of socialization and social change – presenting models, conferring status, suggesting appropriate behaviors, encouraging stereotypes” (p.3)” ‘Demikian pula, studi oleh Margaret Gallagher yang didanai oleh UNESCO menekankan alasan yang mendasari mengapa citra perempuan akan terus diperhatikan selama beberapa decade yang akan datang. “Media adalah agen yang berpotensi kuat dalam sosialisasi dan perubahan social – penyajian model, perundingan status, perilaku umum, dan dukungan stereotip” (Byerly, 2006:17)
1
2
Byerly dan Ross (2006) menyatakan bahwa dewasa ini perempuan semakin banyak direkrut untuk menjadi aktor-aktor dalam media. Hal ini dilakukan sebagai usaha perempuan untuk memperlebar lingkup ruang kerja. Mereka pun akhirnya memasuki ranah media. Hal ini akhirnya mendorong munculnya berbagai media yang dikhususkan untuk perempuan. Salah satunya adalah majalah mingguan Elle. Majalah Elle terbit di Prancis pertama kali pada tahun 1945 oleh Hélène Lazareff dan Marcelle Auclair dengan penerbit Hachette Fillipacchi Médias (Groupe Lagardère). Pada perkembangannya Elle memiliki berbagai versi di seluruh dunia, seperti Elle France, Elle USA, Elle Quebec, dan Elle Belgique. Isinya berupa perkembangan mode, fashion, dan lifestyle perempuan; dengan target pembaca perempuan karir muda. Salah satu rubrik yang ada dalam Elle versi cetak adalah komik “Le BD2 de Soledad” oleh ilustrator Soledad Bravi. Dalam rubrik ”Le BD de Soledad” Bravi menceritakan bagaimana perempuan bereaksi
terhadap suatu
isu, menghadapi
problematika, dan menjalani
kesehariannya. Bravi menuangkan pikirannya melalui komik strip sebanyak satu atau dua halaman pada setiap edisi Majalah Elle. Pada Elle edisi special été (terbit 28 Juli 2013 - 9 Agustus 2013), Bravi berkesempatan mengilustrasikan sebuah legenda yang diangkat dari mitologi Yunani yaitu kisah Hélène de Troie dalam tujuh edisi bersambung. Sebagai pembukaan ia menulis ”…Tout l’été Soledad nous raconte comment la guerre de Troie a commencé. Une histoire d’amour qui déclencha un conflit de dix ans…”
2
„Sepanjang musim panas Soledad
BD adalah singkatan dari bande-dessinée yang berarti komik.
3
mengisahkan bagaimana Perang Troya bisa terjadi. Sebuah kisah cinta yang memicu konflik sepuluh tahun.‟ Kartun (cartoon) pada mulanya adalah penamaan bagi sketsa pada kertas alot sebagai rancangan atau desain untuk lukisan kanvas atau dinding (Wijana, 2004:4). Pada perkembangannya, kartun digunakan untuk berbagai keperluan seperti hiburan atau humor satir. Jenis kartun yang dibuat oleh Bravi adalah kartun komik (comic cartoon) merupakan susunan gambar, biasanya terdiri dari tiga sampai enam kotak (Wijana, 2004: 11). Biasanya menceritakan tentang suatu peristiwa atau masalah aktual. Hélène de Troie disebut sebagai perempuan tercantik, putri dari Zeus dan Léda. Pâris, pangeran Troya, menculiknya setelah jamuan makan malam dengan Kerajaan Sparta. Saat itu Hélène sudah menjadi istri Ménélas, raja Sparta, yang merupakan adik Raja Agamemnon, Raja Yunani. Kejadian ini akhirnya memicu terjadinya perang antara Sparta dan Troya selama kurang-lebih 10 tahun. Komik ini menceritakan kisah dari awal sebab terjadinya perang sampai perang berakhir. Dalam komik ini perempuan yang diceritakan tidak hanya Hélène, tetapi juga Briséis, biarawati dari Kuil Apolo, dan empat dewi (Eris, Athena, Hera, dan Aphrodite). Selain itu, sempat disebut juga ibu dari Pâris dan ibu dari Achilles. Kehadiran kelima perempuan ini dalam komik memang tidak sering, tetapi mereka adalah sebab terjadinya kisah ini. Dalam versi lengkap mitologi Yunani, legenda ini hadir lebih kompleks dengan tambahan kelahiran para dewi dan keturunan dari Hélène.
4
Semua tokoh di dalam komik memiliki karakter masing-masing, tidak terkecuali perempuan. Karakter ini diberikan oleh Bravi melalui penamaan yang biasanya dalam bentuk frasa nomina. Penamaan ini menjadi menarik untuk diteliti karena aspek ini menunjukkan penggambaran dan pemosisian seorang tokoh. Wardaugh (2006:267-274) menjelaskan adanya ketidak seimbangan penggunaan nama antara dua orang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti ; gender, usia, kekuasaan, ras, dan kedekatan. Dewasa ini, perempuan di Prancis sudah dianggap setara dengan laki-laki. Akan tetapi, ternyata di dalam komik ini perempuan masih ditempatkan secara inferior. Cerita Hélène de Troie di dalam komik sendiri adalah bentuk penceritaan ulang, yang hampir dapat dipastikan akan ada unsur-unsur budaya dan perspektif yang baru berlaku pada masyarakat sekarang. Salah satu contoh yang dapat diambil adalah penggambaran Pâris yang selalu diulang-ulang sebagai laki-laki paling tampan di dunia: « le plus bel homme sur terre » (episode 3, frame 3)3, sedangkan Hélène sebagai perempuan paling cantik di Yunani: « la plus belle femme de Grèce » (E3F21). Meskipun kedua penggambarannya mengenai fisik, akan tetapi penggambaran ini tidak seimbang karena laki-laki seakan-akan tidak memiliki saingan di dunia, sedangkan perempuan kecantikannya hanya terbatas di negaranya sendiri. Maka timbullah permasalahan bagaimana pemosisian perempuan dalam komik ini. KBBI (2003) mendefinisikan pemosisian sebagai proses, cara, perbuatan memosisikan dan memosisikan sebagai menempatkan, meletakkan. Dalam penelitian ini akan diteliti bagaimana perempuan diposisikan
3
Selanjutnya penyebutan (episode 3, frame 3) akan disingkat menjadi (E3F3).
5
di dalam komik. Peran narator sebagai orang ketiga serba tahu di dalam cerita menjadi penting karena ia juga yang menempatkan tokoh-tokohnya di dalam posisi tertentu atau di dalam kelas sosial tertentu. Selain itu, tuturan dari orang lain juga memperlihatkan bagaimana si penutur menilai orang yang sedang ia bicarakan. Komik “La BD Soledad” episode Hélène de Troie ini menjadi menarik untuk diteliti karena cerita aslinya berasal dari mitologi Yunani yang diceritakan kembali di masa sekarang. Pada penceritaan ulang ini dimungkinkan masuknya unsur-unsur lain mengenai budaya atau perempuan yang berlaku sekarang. Tentunya hal ini akan mempengaruhi bagaimana perempuan diposisikan di dalam komik.
1.2.
Perumusan Masalah Perempuan masa kini tidak terus-menerus diposisikan secara inferior,
terutama di Prancis, negara modern yang berpegang pada prinsip kesetaraan (l’égalité). Akan tetapi, ternyata perempuan di dalam komik ini masih diposisikan secara inferior. Mitologi Hélène de Troie yang diceritakan ulang tentunya akan berbeda dengan penceritaan aslinya. Hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya perbedaan unsur budaya yang berlaku dan perspektif yang dimiliki oleh ilustrator komik, Soledad Bravi. Perbedaan yang terjadi ini juga turut mempengaruhi penceritaan di dalam komik sendiri, sehingga timbul permasalahan bagaimana para tokoh di dalam komik diposisikan. Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
6
1. Bagaimana pemosisian perempuan di dalam komik Hélène de Troie? 2. Aspek kebahasaan apa saja yang menggambarkan posisi perempuan pada zaman tersebut?
1.3.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemosisian perempuan di
dalam komik Hélène de Troie dan menganalisis aspek kebahasaan yang digunakan. Analisis akan dilakukan dengan teori semantik sehingga makna penggambarkan perempuan akan terlihat. Diharapkan dengan membaca penelitian ini, pembaca dapat lebih melihat secara kritis bagaimana penggambaran perempuan dan bagaimana perempuan diposisikan di dalam media.
1.4.
Landasan Teori Teori adalah seperangkat hipotesis yang digunakan untuk menjelaskan
data bahasa, baik bersifat lahiriah seperti bunyi bahasa maupun yang bersifat batiniah seperti makna (Kridalaksana, 2001: 213). Dalam penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori semantik untuk menjawab permasalahan penelitian. Semantik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang makna. Definisi semantik sendiri masih diperbincangkan oleh para linguis, termasuk berbagai masalah yang muncul saat mendefinisikan dan memberikan batasan soal pembahasan yang dapat dijawab oleh ilmu ini. Verhaar (2010) mendefinisikan semantik sebagai cabang linguistik yang membahas arti atau makna. Ilmu semantik tentunya berbeda dengan fonologi, morfologi, dan sintaksis. Fonologi
7
adalah ilmu yang mempelajari bagaimana bunyi membentuk suatu kata, morfologi mempelajari proses terbentuknya suatu kata, sedangkan sintaksis membahas hubungan yang terjadi antarkata. Pragmatik sama seperti semantik, juga membahas tentang makna, akan tetapi semantik menelaah makna secara internal, sedangkan pragmatik secara eksternal. Maksud dari internal dan eksternal di sini adalah faktor-faktor lain yang turut hadir di dalam fokus pembahasan. Semantik bersifat bebas konteks, tidak terikat dengan konteks atau situasi tutur tertentu (context independent), dan mengkaji makna semantik (semantic sense). Pragmatik bersifat terikat konteks (context dependent) dan mengkaji maksud penutur (speaker meaning). Oleh dikarenakan semantik adalah ilmu tentang makna, maka ada baiknya makna ini sendiri didefinisikan. Istilah makna ini dijelaskan oleh Kempson harus dapat dilihat dari segi (1) kata, (2) kalimat, dan (3) apa yang dibutuhkan oleh pembicara untuk berkomunikasi. Beberapa kata dapat ditemukan langsung makna atau artinya, akan tetapi beberapa kata lainnya (seperti: yang, di-, oleh) tidak dapat ditemukan maknanya secara langsung karena terkait dengan masalah gramatikal. Makna gramatikal ini sebenarnya juga menarik jika diteliti dalam ranah morfologi sehingga dapat terlihat proses pembentukan dari kata hingga leksem dan apa makna yang dibawa oleh leksem gramatikal. Bagaimanapun juga, bagian dari semantik yang dibahas bukanlah proses terbentuknya suatu kata yang merupakan bagian dari ranah morfologi, melainkan makna kata itu sendiri, tanpa memperhatikan proses internal yang terjadi.
8
Makna akan dijadikan sebagai pendekatan untuk menganalisis wacana objek penelitian. Dengan pendekatan kontekstual makna, maka diasumsikan bahwa semantik dari sebuah kata atau leksem mencerminkan sepenuhnya relasirelasi yang menghubungkan dengan keadaan sebenarnya dan konteks itu sendiri. Suatu kata dapat mengandung makna yang sangat beragam, seperti makna deskriptif, emotif, dsb. Dalam penelitian ini, jenis makna yang digunakan adalah makna deskriptif. Makna deskriptif adalah makna yang mudah terlihat saat melihat suatu kata. Makna ini adalah makna yang terkandung di dalam setiap kata dan yang terkandung dalam kata itu pada masa sekarang. Dengan pendekatan makna ini maka akan terlihat aspek kebahasaan apa saja yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh di dalam komik. Wijana (2004) menjabarkan aspek-aspek kebahasaan yang dimanfaatkan di dalam komik, seperti hiponimi, sinonimi, antonimi, nama, implikatur, dan entailment. Aspek-aspek ini biasanya dimanfaatkan oleh kartunis untuk menimbulkan efek lucu. Pada komik Hélène de Troie beberapa aspek kebahasaan yang ditemukan antara lain; nama, hubungan oposisi, hiponimi dan sinonimi. Aspek nama memiliki data yang paling beragam karena dalam menggambarkan tokoh-tokohnya, Bravi cenderung melabelkan mereka dengan gelar atau karakter yang dimiliki. Adapun penggambaran yang diberikan antara tokoh laki-laki dan perempuan dapat dibandingkan karena kebanyakan penggambarannya tidak seimbang. Contohnya adalah penggambaran Athena dan Zeus:
(1)
Athéna a un casque parce qu’elle est la déesse de la guerre.
9
„Athena memakai helm baja karena ia adalah dewi perang‟ (E1F18) (2)
Elles se trouvent alors vers Zeus, le dieu de tous les dieux. „Kemudian mereka menemui Zeus, dewa dari semua dewa.‟ (E1F22)
Dapat terlihat dengan jelas dalam data (2), Zeus adalah dewa dari seluruh dewa yang berarti Zeus adalah dewa tertinggi, yang paling berkuasa, dan kedudukannya berada di atas Athéna, yang hanya seorang dewi perang. Penggambaran ini juga menunjukkan bahwa posisi Zeus lebih penting daripada Athéna. Istilah relational opposite dikemukakan oleh Palmer (1981) untuk menunjukkan hubungan yang ada di dalam sebuah pasangan kata. Misalnya pasangan kata kakak/adik. Jika ditemukan kalimat Sarah adalah kakaknya Andi, maka kalimat ini memiliki entailment Andi adalah adiknya Sarah. Bentuk kalimat yang dapat dilogikakan dengan hubungan oposisi (relational opposite) banyak ditemukan di dalam komik Hélène de Troie.
(3)
Pâris est le fils de Priam, le roi de Troie „Pâris adalah anak laki-laki Priam, Raja Troya‟ (E2F1)
Pada kalimat « Pâris est le fils de Priam » „Pâris adalah anak laki-laki dari Priam‟ menunjukkan bahwa Priam adalah ayah Pâris. Akan tetapi penggambaran kedua tokoh ini tidaklah seimbang. Pâris selalu dikaitkan dengan ayahnya Raja Priam, sedangkan Priam selalu digambarkan sebagai Raja Troya. Hal ini disebabkan karena pada zaman tersebut seorang anak memang dilabeli dengan
10
nama ayahnya, sehingga akan terlihat anak tersebut berasal dari keluarga seperti apa. Bentuk penggambaran seperti ini banyak ditemukan dan turut menunjukkan bagaimana seseorang diposisikan di antara orang yang dikaitkan dengannya. Hiponimi adalah kata dengan anggota kata lainnya yang berada di bawahnya. Misalnya kata „bunga‟ merupakan superordinat dari kata „mawar‟ dan „melati‟ ; dan „mawar‟ adalah hiponim dari „bunga‟. Sinonimi adalah kata dengan kesamaan makna. Meskipun demikian, tidak ada dua kata di dalam satu sistem bahasa yang memiliki makna yang benar-benar sama. Kata « belle » atau « jolie » yang bersinonim satu sama lain ditemukan di dalam komik dengan data :
(4)
…tu ne serais pas plus heureux auprès d’Hélène la plus belle femme de Grèce ? … » *la plus belle de Grèce… „Apakah kamu tidak ingin lebih bahagia bersama Hélène, perempuan paling cantik di Yunani?" *paling cantik di Yunani…"‟ (E3F21)
(5)
Ça commence avec Achille qui fait un massacre dans un temple troyen « regardez ce que j’ai trouvé dans le temple, une jolie Troyenne » *Briséis, butin de guerre „Perang dimulai ketika Achille melakukan pembantaian di sebuah kuil Troya "Lihat apa yang aku temukan di dalam kuil, seorang perempuan Troya yang cantik" *Briseis, tawanan perang‟ (E5F10)
Kata « belle » dalam kamus Le Robert de Poche (2011) didefinisikan sebagai « qui fait éprouver une émotion esthétique ; qui plait à l’œil4 » (2011 : 69), sedangkan « jolie » didefinisikan sebagai « très agreable à voir5 » (2011 : 399). Perbedaan antara dua kata bersinonimi ini terletak pada « émotion esthétique » „perasaan indah‟ yang terdapat di dalam definisi « belle » tetapi tidak
4 5
‘yang menimbulkan perasaan indah; yang sangat indah di mata’ ‘sangat pantas untuk dilihat’
11
ada di dalam definisi « jolie ». Hal ini menunjukkan bahwa Hélène memiliki kecantikan yang lebih daripada Briséis.
1.5.
Tinjauan Pustaka Sebelumnya, penelitian dengan objek material dari majalah Elle sudah
banyak dilakukan, akan tetapi belum ada yang membahas rubrik komik Le BD Soledad. Skripsi dengan judul “Wacana Ramalan Bintang dalam Majalah Elle: Sebuah Analisis Wacana dan Pragmatik” pada tahun 2002 oleh R. Aj. Diana Wahyu Lestari. Penulis meneliti bagaimana fungsi bahasa digunakan dalam wacana dan ditunjukkan oleh ciri bahasa yang seperti apa menggunakan teori analisis wacana untuk menganalisis secara internal dan teori pragmatik untuk menganalisis makna wacana di dalam konteks. Objek material yang sama juga dipilih oleh Dita Perwita Sari sebagai skripsi dengan judul “Gaya Bahasa Wacana Ramalan Bintang Majalah Elle” pada tahun 2007. Pada skripsi ini, penulis meneliti gaya bahasa yang digunakan dan apa tujuan dari wacana ramalan bintang menggunakan teori gaya bahasa dari buku Keraf. Salah satu dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari pemilihan katanya, gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa yang akrab agar pembaca tertarik untuk membacanya. Majalah Elle juga dipakai sebagai objek penelitian oleh Nani Kusrini pada tahun 2000 dalam skripsi “Anglicisme dalam Majalah Elle: Sebuah Tinjauan Sosiolinguistik”. Terdapat banyak kosa kata „pinjaman‟ dari bahasa Inggris (disebut anglicisme) yang dipakai di dalam majalah Elle. Kosakata ini kemudian
12
diteliti bagaimana bentuk pemakaiannya, pelafalannya, dan faktor sosial apa yang mempengaruhi pemakaiannya di dalam bahasa Prancis. Data-data ini diteliti menggunakan teori morfo-sintaksis, fonetik, dan sosiolonguistik. Sebagai majalah perempuan, Elle juga memuat banyak iklan kosmetik di dalamnya. Danielle Woro Prabandari pada tahun 2002 membuat skripsi dengan judul “Metonimia dalam Iklan Majalah Elle” dengan permasalahan bagaimana penggunaan metonimia dalam iklan menurut klasifikasinya dan gejala apa yang terjadi pada metonimia yang digunakan pada iklan-iklan tersebut. Penulis menggunakan teori semantik dari buku Stephen Ullmann dan Claude Peyroutet. Dengan objek material iklan dari majalah Elle, Titisari pada tahun 2006 membuat skripsi dengan judul “Fungsi Bahasa Iklan Kosmetika Perempuan dalam Majalah Elle” dengan tujuan mengetahui bagaimana fungsi bahasa digunakan dalam iklan kosmetika perempuan di Majalah Elle. Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori sosiolinguistik untuk melihat ciri-ciri dan fungsi bahasa yang digunakan oleh para pemakai bahasa. Penelitian dengan objek material kartun dari majalah pernah dilakukan oleh Atika Suri Fanani pada tahun 2004 dengan judul skripsi “Penyimpangan Aspek Pragmatik dalam Wacana Humor Kartun Prancis”. Aspek pragmatik yang disorot adalah maksim-maksimnya, seperti maksim kerjasama dan maksim kesopanan. Adapun objek material yang dipilih adalah kartun dari berbagai media cetak berbahasa Prancis yang berbentuk monolog dan dialog. Selain itu, Firda Triantie pada tahun 2004 menulis tentang “Rubrik Signé Wolinski dalam Majalah Paris Match (Sebuah Analisis Wacana dan Pragmatik)”.
13
Analisisnya difokuskan kepada analisis konteks rubrik kartun tersebut, dengan dua tahapan analisis yaitu secara internal dan eksternal. Teori yang dipakai adalah teori pragmatik dengan fokus bahasan situasi tutur, teori tutur Hymes, teori analisis wacana Brown dan Yule, serta teori kartun dan komik Wijana. Studi mengenai pemosisian sendiri sudah pernah dilakukan oleh Brown dan Ford (1961, via Wardaugh, 2006). Penelitian ini sendiri dilakukan di Boston dengan melihat praktek penamaan yang dilakukan oleh masyarakat. Hasil studi ini menyimpulkan bahwa adanya penggunaan asimetris gelar, nama depan dan belakang menunjukkan adanya perbedaan kekuasaan (inequality in power); penggunaan
simetris
gelar,
nama
depan
dan
belakang
menunjukkan
ketidaksetaraan (inequality) dan ketidak akraban (unfamiliarity); dan penggunaan simetris nama depan dan belakang menunjukkan kesetaraan (equality) dan keakraban (familiarity). Meskipun menggunakan objek material yang hampir sama yaitu dari majalah Elle, penelitian mengenai kartun Le BD de Soledad akan berbeda dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya karena dalam penelitian ini objek material yang diambil adalah kartun edisi bersambung hanya dari satu majalah saja dan teori yang digunakan adalah teori semantik untuk melihat bagaimana pemosisian dan penggambaran perempuan di dalam komik tersebut.
1.6.
Metodologi Metode adalah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu yang diikuti
oleh seorang peneliti untuk dapat memahami objek ilmu yang bersangkutan.
14
Metode digunakan untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan yang bersistem dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Metode yang digunakan adalah metode agih, yaitu metode analisis yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1993:15). 1. Pengumpulan data Dalam pengumpulan data, teknik yang digunakan adalah teknik catat, yaitu teknik menjaring data dengan mencatat hasil penyimakan data pada kartu data. Adapun objek material yang dipakai adalah tujuh komik bersambung Hélène de Troie dari majalah Elle versi cetak spécial été tanggal 28 Juli 2013 sampai 9 Agustus 2013. Objek material ini akan dipindai ke komputer kemudian semua percakapan dialog ataupun monolog ditulis ulang. Data yang dipilih merupakan data dengan penggambaran perempuan dan laki-laki. Data-data ini kemudian dicatat ke dalam kartu data sesuai dengan aspek kebahasaan yang digunakan dalam penggambarannya. 2. Analisis data Data yang terkumpul akan dianalisis sesuai aspek kebahasaan yang muncul. Teknik yang digunakan adalah teknik bagi unsur langsung, yaitu membagi suatu konstruksi menjadi beberapa bagian atau unsur dan bagian-bagian atau unsur-unsur itu dipandang sebagai bagian atau unsur yang langsung membentuk konstruksi yang dimaksud (Sudaryanto, 1993:31). Dalam penelitian ini, data akan dibagi sesuai aspek kebahasaan yang muncul sehingga akan terlihat bagaimana pemosisian dan penggambaran perempuan di dalam komik. 3. Penyajian hasil
15
Hasil analisis data akan dijabarkan dalam uraian dan diikuti kesimpulan dalam bahasa Indonesia dan résumé dalam bahasa Prancis.
1.7.
Sistematika Penyajian Skripsi ini akan dimulai dari bab I yang berisikan latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metodologi penelitian, dan sistematika penyajian. Pada bab II akan disampaikan hasil analisis data menggunakan analisis semantik dalam bentuk uraian. Kemudian pada bab III akan disajikan kesimpulan hasil penelitian dalam bahasa Indonesia dan ringkasan dalam bahasa Prancis.