BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam suatu lingkungan sehingga menurunkan kualitas lingkungan tersebut dan terkontaminasi zat-zat yang berbahaya bagi tubuh manusia. Pencemaran udara dapat dikatakan sebagai salah satu perubahan atmosfer karena banyak bahanbahan kontaminan yang tercampur kedalam
atmosfer sehingga dapat
menyebabkan kelainan. Salah satu penyebab utama pencemaran udara adalah asap kendaraan bermotor. Terlebih pada kendaraan bermotor berbahan bakar solar atau premium. Kendaraan bermotor dan alat transportasi lainnya mengeluarkan berbagai macam senyawa organic dan anorganik yang dapat langsung terhirup melalui hidung dan dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat sekitar. Orang yang mempunyai aktivitas tinggi seperti supir bus dan bekerja di lingkungan berhawa panas, lebih mudah menghirup polutan. ILO (International Labour Organization) pada tahun 2012 mencatat angka kematian dikarenakan penyakit akibat kerja dan kecelakaan selama bekerja sebanyak 2 juta kasus setiap tahun (Depkes, 2014). Resiko kesehatan yang berkaitan dengan pencemaran udara di perkotaan banyak menarik perhatian masyarakat belakangan ini. Karena komponen pencemaran udara di absorbsikan melalui saluran pernapasan terutama pembuluh darah dan paru-paru sehingga dapat menimbulkan efek negative terhadap
1
http://repository.unimus.ac.id
2
kesehatan masyarakat yang terpapar komponen pencemaran udara. Diantaranya pada system kardiovaskuler, system hematopoetik, syaraf pusatdan syaraf tepi, ginjal, system reproduksi, system pencernaan, dan bersifat karsinogenik (Nordberg, 1998). Polutan yang berada di udara dapat berupa gas (CO, NOx, SO2, CCL2O, Pb). Polutan terhirup melalui saluran pernapasan, sehingga polutan dapat masuk kedalam tubuh dan masuk kedalam pembuluh darah sistemik. Terpaparnya komponen pencemaran udara dapat mempengaruhi viskositas darah, sehingga mempengaruhi beberapa hasil pemeriksaan hematologi. Salah satu bahan pencemaran udara yang berbahaya adalah senyawa Pb yang emisinya semakin meningkat seiring dengan perkembangan sektor transportasi di Indonesia. Tahun 1971 sekitar 981,9 ton Pb diemisikan akibat penggunaan bensin, di Semarang pencemaran Pb semakin serius mencapai 1,6 ton/hari (Irimawa R, Eni M, 2011). Karbon monoksida bersifat lebih ringan dibanding dengan udara, apabila gas karbon monoksida terbakar akan terbentuk karbon dioksida. Jika menghirup karbon dioksida suplai oksigen dalam darah menjadi berkurang sehingga mempengaruhi jumlah eritrosit dan darah tidak dapat mentransport sel-sel darah dengan normal. Pencemaran udara yang terakumulasi dalam tubuh manusia dapat meracuni atau merusak fungsi mental, perilaku, anemia, dan bila tingkat keracunan lebih tinggi dapat menyebabkan kerusakan yang serius pada system syaraf sehingga memungkinkan gangguan dalam system otak (Siregar, Edi Batara Mulya, 2005).
http://repository.unimus.ac.id
3
Keracunan
akibat
kontaminan
bahan
pencemaran
udara
dapat
menyebabkan peningkatan kadar ALA (amino levulinate acid) dalam darah dan urine. Dapat meningkatkan kadar protophorpirin dalam sel darah merah, memperpendek umur sel darah merah, menurunkan jumlah sel darah merah, menurunkan kadar retikulosit, menurunkan kadar atau jumlah eritrosit sehingga menyebabkan hemopoetik dan meningkatnya kadar hematokrit dalam darah serta mempengaruhi nilai dari indeks eritrosit. Terpaparnya timbal secara akut melalui udara juga dapat menimbulkan gejala badan terasa lemah, lelah, susah tidur, sakit kepala, nyeri pada otot dan tulang, nyeri perut, dan kehilangan nafsu makan (Palar H, 2004). Nilai indeks eritrosit dipergunakan secara luas dalam mengklasifikasi anemia atau sebagai penunjang dalam membedakan berbagai macam anemia. Menghitung MCV dengan membagi hematokrit dengan jumlah sel darah merah. MCH dan MCV memiliki keterkaitan yang sanga terat. Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan jumlah sel darah merah. Apabila penurunan zat besi lebih lama maka hasil dari MCHC juga turun. Pekerja yang berada di terminal, khususnya sopir bus setiap harinya berada di tempat yang banyak terdapat komponen pencemaran udara terutama para pekerja yang tidak menggunakan APD. Semakin lama intensitas waktu bekerjanya semakin besar pula kemungkinan terpapar komponen pencemaran udara. Udara yang dihirup tersebut di distribusikan kedalam tubuh dan terikat dalam sel darah, sehingga mempengaruhi hasil dari pemeriksaan hematokrit dan hemoglobin.
http://repository.unimus.ac.id
4
Apabila tidak diimbangi dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan pola hidup sehat maka dapat menyebabkan anemia. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut : “Bagaimana gambaran indeks eritrosit pada sopir bus di Terminal Penggaron Semarang khususnya sopir bus jurusan Mangkang-Penggaron”. C. Tujuan Penelitian a. Tujuan umum Mengetahui gambaran nilai indeks eritrosit pada sopir bus di Terminal Penggaron Semarang khususnya sopir bus jurusan Mangkang-Penggaron. b. Tujuan khusus Menghitung nilai indeks eritrosit pada sopir bus di Terminal Penggaron Semarang khususnya sopir bus jurusan Mangkang-Penggaron berdasarkan lamanya waktu bekerja dan alat pelindung diri yang digunakan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis Memperluas wawasan bagi peneliti serta menerapkan teori dan praktek yang sudah diberikan oleh pembimbing selama mengikuti mata kuliah hematologi sehingga lebih memahami dan lebih terampil dalam bekerja. 2. Bagi responden Memberikan informasi tentang bahaya pencemaran udara terhadap kesehatan serta pencegahannya. Dapat memberikan informasi tentang pengaruh
http://repository.unimus.ac.id
5
pencemaran udara terhadap kesehatan sehingga masyarakat mau menjaga kesehatannya. 3. Bagi instansi Menambah sumber informasi tentang pengaruh pencemaran udara terhadap nilai indeks eritrosit bagi pembaca dan penulis. E. Originalitas Penelitian Judul Penelitian Gambaran Kadar Hb pada Pekerja Pabrik Daur Ulang Aki di Kota Semarang Akibat Paparan Timbal (Pb)
Penulis Muhammad Imam Syafi’i (2015) Universitas Muhammadiyah Semarang
Kadar Timbal Dalam Darah Polisi Lalu Lintas dan Hubungan Dengan Kadar Hb (Studi Pada Polisi Lalu Lintas yang Bertugas di Jalan Raya Kota Semarang)
Sri Suciani (2007) Universitas Diponegoro
Hasil Kadar timbal mempengaruhi kadar Hb sehingga menurun, berdasarkan lama bekerja dalam kurun waktu 1-5 tahun didapat kadar Hb < dari normal sebanyak 2 orang, 6-10 tahun sebanyak 4 orang, lebuh dari 10 tahun sebanyak 5 orang. 93,3% kadar timbal dalam darah polisi lalu lintas di kota Semarang masih dalam batas normal, hanya 6,7% responden yang mempunyai kadar timbal melebihi normal (>25µg/dL)
http://repository.unimus.ac.id