I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia serta secara umum menurunkan kualitas lingkungan. Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan, antara lain; industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemaran udara yang dibuang ke udara bebas. Dampak dari pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia (Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_udara).
Ketidakpedulian terhadap penggunaan bahan bakar bersih, diversifikasi energi, pengendalian emisi, dan manajemen transportasi kini telah berdampak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencemaran udara di Jakarta dan kota-kota besar lain di Indonesia sudah mencapai titik kritis karena melampaui baku mutu dengan polutan utama gas nitrogen oksida (NO) (Ulhaq, 2006) Senyawa kompleks merupakan hasil dari interaksi antara asam dan basa lewis. Atom atau ion logam yang bertindak sebagai ion pusat memiliki orbital-orbital kosong bertindak sebagi asam,
menerima pasangan elektron yang disumbangkan oleh ligan yang bertindak sebagi basa (Miller, 1984) Dalam kehidupan sehari-hari senyawa kompleks baik yang berupa hasil alam ataupun buatan memiliki peranan dan arti penting seperti enzim dalam sistem biologi, katalis dalam suatu reaksi. Salah satu keistimewaan dari reaksi kompleks adalah reaksi pergantian ligan melalui efek trans. Dalam kimia koordinasi NO atau NO2 dapat berperan sebagai ligan sehingga membentuk senyawa kompleks dengan beberapa logam transisi. Ligan NO2 dalam deret spektrokimia lebih kuat dibandingkan ligan bipy dan lebih lemah dari ligan CN. Bila ligan NO2 direaksikan dengan senyawa kompleks yang mengandung ligan bipy dan CN maka kemungkinan yang akan tergantikan adalah bipyridin (Sukardjo, 1989). Kobalt (II) merupakan salah satu ion logam transisi deret pertama dengan konfigurasi elektron pada kulit terluar 3d74s0 . Logam kobalt (II) sudah banyak yang disintesis membentuk senyawa kompleks melalui donor pasangan elektron dari suatu ligan dan dapat membentuk kompleks spin rendah dengan suatu ligan-ligan kuat. Salah satu kelebihan dari logam transisi deret pertama diantaranya bersifat magnetik dan keistimewaan yang khas dari atom-atom logam transisi grup d adalah kemampuannya untuk membentuk kompleks dengan berbagai molekul netral dan berbagai molekul dengan orbi
-bipiridin dan 1,10-
fenantrolin (Cotton dan Wilkinson, 1989) Kestabilan kompleks adalah suatu hal yang penting untuk diperhatikan dalam pembentukan kompleks, karena banyak variabel yang berkaitan dengan atom logam pusat dan ligan disamping variabel yang muncul dari pelarut yang berbeda dan kondisi kisi padat maka masalah kestabilan pada pembentukan ini menjadi rumit. Ada dua jenis kestabilan pada pembentukan senyawa kompleks yaitu kestabilan termodinamika dan kestabilan kinetika. Kestabilan termodinamika
menyangkut tenaga ikatan antara logam dengan ligan, tetapan kestabilan dan beberapa tetapan termodinamika lainnya yang diturunkan dari kedua besaran tersebut. Kestabilan kinetika khususnya senyawa kompleks dalam larutan yang berhubungan dengan laju reaksi, mekanisme reaksi kimia serta besaran-besaran yang terlibat dalam pembentukan kompleks. Reaksi pergantian ligan dalam kompleks bujur sangkar dan oktahedral melibatkan aspek stereokimia terutama adanya efek trans. Suatu deret ligan telah disusun berdasarkan kemampuannya mensubstitusi dalam posisi trans terhadapnya. Fenomena tersebut dikenal dengan efek trans. Urutan pengaruh trans yang makin naik untuk reaksi substitusi pada pembentukan kompleks Pt (II) adalah : CO, CN-, C2H4 > PR3, NO > CH3-, SC (NH2)2 > C6H5-, NO2- , I-, SCN > Br- > Cl- > NH3, py, RNH2, F- > OH- > H2O (Day dan Selbin, 1993). -bipiridin, 1,10-
-terpiridin termasuk kedalam ligan-ligan feroin.
Ligan-ligan ini dapat membentuk kompleks yang memiliki intensitas warna yang kuat, sehingga ligan-ligan ini dapat dipakai luas dalam reaksi warna pada kompleks khelat yang lebih stabil. Ligan bidentat secara termodinamika memiliki kestabilan pembentukan yang lebih besar dibandingkan ligan monodentat sehingga senyawa kompleks yang terbentuk mempunyai serapan warna yang jelas. Sifat-sifat senyawa kompleks menggunakan ion logam kobalt (II) telah banyak dipelajari, diantaranya Handayani (2008) yang telah mensintesis kompleks Cis-[Co(bipy)2(CN)2] .4 H2O . Senyawa ini menunjukkan serapan maksimum pada panjang gelombang 484,5 nm dengan absorbansinya 0,303. Kompleks tersebut diinteraksikan dengan gas NO 2 yang kemudian mengalami perubahan warna padatan kompleks dari warna coklat terang (sebelum interaksi) menjadi warna coklat orange (setelah interaksi). Handayani (2008) juga melakukan analisis reaksi kompleks Cis-[Co(bipy)2(CN)2] .4 H2O dengan gas NO2 menggunakan spektofotometer
UV-Vis yang menunjukkan pergeseran panjang gelombang dari 484,5 nm ke 692,5 nm (batokromik). Subki (2008) mengkarakterisasi kompleks Cis-[Co(bipy)2(CN)2] yang telah berinteraksi dengan gas NO2 dengan spektrofotometri IR. Hasilnya menunjukkan karakteristik ikatan kuat pada 1386,82 cm-1 dan 1761,01 cm-1 yang merupakan puncak serapan untuk NO2 dengan karakteristik ikatan M-NO2. Ikatan ini menandakan bahwa logam Co terikat langsung dengan ligan NO2. Termogram hasil pengukuran kompleks Cis-[Co(bipy)2(CN)2] yang telah berinteraksi dengan NO2 menunjukkan terjadinya pengurangan berat sebesar 24,5 % (3,717 mg) pada suhu 387,2 oC-899,5 oC hampir setara dengan lepasnya dua molekul NO2 yaitu 22,2 %. Hasil analisis yang dilakukan Subki (2008) diduga adalah senyawa kompleks Cis[Co(bipy)(CN)2 (NO2)2] 3H2O. Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian ini telah dilakukan penentuan kondisi optimum yang meliputi pengaruh suhu dan pH melalui pendekatan studi kinetika dan termodinamika kimia interaksi senyawa kompleks Cis-[Co(bipy)2(CN)2] dengan NO2- yang hasil interaksi tersebut akan dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-VIS dan spektrofotometer IR. 1.2 Tujuan Penelitian 1. Mempelajari pengaruh pH terhadap proses laju interaksi senyawa kompleks Cis[Co(Bipy)2(CN)2] dengan gas NO2. 2. Mempelajari pengaruh temperatur terhadap laju interaksi senyawa kompleks Cis[Co(Bipy)2(CN)2] dengan gas NO2. 3. Menentukan energi aktifasi senyawa kompleks Cis-[Co(Bipy)2(CN)2] dengan gas NO2. 1.3 Manfaat Penelitian
Diharapkan setelah melakukan penelitian ini dapat memberikan pemahaman tentang kinetika kimia pada reaksi kompleks Cis-[Co(bipy)2(CN)2] dengan gas NO2 dan hasilnya digunakan sebagai acuan dalam pemanfaatan senyawa kompleks sebagai absorben untuk meengabsorpsi NOx di udara, sehingga dapat mengurangi dampak negatif dari pencemaran lingkungan seperti polusi udara.