TINJAUAN PUSTAKA
Pencemaran Udara Undang-undang Republik Indonesia No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, menyatakan bahwa pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak memenuhi fungsinya. Polutan merupakan zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup. Suatu zat dapat disebut polutan, apabila jumlahnya melebihi jumlah normal, berada pada waktu yang tidak tepat, dan berada pada tempat yang tidak tepat. Sifat polutan adalah: 1. Merusak untuk sementara, tetapi bilatelah bereaksi dengan zat lingkungan tidak merusak lagi. 2. Merusak dalam jangka waktu lama. Contohnya, Timbal (Pb) tidak merusak bila konsentrasinya rendah. Akan tetapi dalam jangka waktu yang lama, Pb dapat terakumulasi dalam tubuh sampai tingkat yang merusak. Sumber
pencemar
adalah
setiap
usaha
dan/atau
kegiatan
yang
mengeluarkan bahan pencemar ke udara yang menyebabkan udara tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Pada pencemaran udara terdapat beberapa unsur yang penting. Unsur-unsur tersebut antara lain debu, sulfur oksida, karbon monoksida, oksida nitrogen, dan metana. Beberapa unsur tersebut dikeluarkan oleh sumber pencemar yang dapat mengganggu mutu udara. Udara ambien adalah udara bebas yang berada dipermukaan bumi pada lapisan troposfer dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup, dan unsur lingkungan hidup lainnya. Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Baku mutu udara ambien nasional, ditetapkan sebagai batas maksimum mutu udara ambien untuk mencegah terjadinya pencemaran udara.
6
Jenis Polutan Udara Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali. Beberapa gas seperti sulfur dioksida (SO2), hidrogen sulfida (H2S), dan karbon monoksida (CO) selalu dibebaskan ke udara sebagai produk sampingan dari proses-proses alami seperti aktivitas vulkanik, pembusukan sampah tanaman, kebakaran hutan, dan sebagainya. Selain disebabkan polutan alami, polusi udara juga dapat disebabkan oleh aktivitas manusia (Fardiaz, 1992). Lebih dalam Fardiaz (1992) menjelaskan bahwa polutan udara primer adalah jumlah polutan yang mencakup 90% dari jumlah polutan udara seluruhnya. Polutan ini dibedakan menjadi lima kelompok, yaitu karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), hidrokarbon (HC), sulfur oksida (SOx), dan partikel. Selain itu juga terdapat polutan sekunder, yaitu polutan primer yang bereaksi di atmosfir membentuk polutan baru, seperti ozon (O3), PAN (Peroxyacetic nitrat), hujan asam, dan sebagainya. Menambahkan, Darmono (2001), bahwa terdapat banyak bahan pencemar udara terdapat dalam lapisan atmosfer, tetapi ada 9 jenis bahan pencemar udara yang dianggap penting, yaitu sebagai berikut: 1. Oksida karbon: karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2). 2. Oksida belerang: sulfur oksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3). 3. Oksida nitrogen: nitrit oksida (NO), nitrogen dioksida (NO2), dan dinitrogen oksida (N2O). 4. Komponen organic volatile: metan (CH4), benzen (C6H6), klorofluorokarbon (CFC), dan kelompok bromine. 5. Suspensi partikel: debu tanah, karbon, asbes, logam berat, nitrat, sulfat, titik cairan, seperti asam sulfat, minyak, benefil poliklorin, dioksin, dan pestisida. 6. Oksida fotokimiawi: ozon, peroksiasil nitrat, hidrogen peroksida, hidroksida. 7. Substansi radioaktif: radon-222, iodine-131, strontium-90. 8. Panas: dari proses perubahan bentuk, saperti saat pembakaran minyak menjadi gas pada kendaraan, pabrik, dan lain-lain 9. Suara: dihasilkan dari kendaraan bermotor, pesawat terbang, kereta api, mesin industri, sirine, dan sebagainya.
7
Polutan yang utama adalah karbon monoksida yang mencapai hampir setengah dari seluruh polutan udara yang ada. Toksisitas kelima polutan tersebut berbeda-beda. Pada Tabel 1 menyajikan toksisitas relatif masing-masing polutan. Ternyata polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan adalah partikel-partikel, diikuti berturut-turut NOx, SOx, hidrokarbon, dan yang paling rendah adalah karbon monoksida. Tabel 1. Toksinitas relatif polutan Polutan CO HC SOx NOx Partikel
Level toleransi ppm ug/m3 32.0 40 000 19 300 0.50 1 430 0.25 514 375
Toksisitas relatif 1.00 2.07 28.00 77.80 106.70
*Sumber: Fardiaz (1992)
1. Karbon Monoksida (CO) Sifat fisika dan kimia. Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senyawa karbon monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna. CO merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa, dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Tidak seperti senyawa CO mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu hemoglobin. Sumber dan distribusi. CO di lingkungan dapat terbentuk secara alamiah, tetapi sumber utamanya adalah dari kegiatan manusia. CO yang berasal dari alam, termasuk dari lautan, oksidasi metal di atmosfir, pegunungan, kebakaran hutan dan badai listrik alam. Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar bensin. Separuh dari jumlah CO buatan yang dihasilkan, berasal dari kendaraan bermotor yang menggunakan bakan bakar bensin dan sepertiganya berasal dari sumber tidak bergerak seperti pembakaran batubara dan minyak dari industri dan pembakaran sampah domestik.
8
Reaksi kimia: 2 C + O2
2 CO
2 CO + O2
2 CO2
CO2 + C
2 CO
Kadar CO diperkotaan cukup bervariasi tergantung dari kepadatan kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin dan umumnya ditemukan kadar maksimum CO yang bersamaan dengan jam-jam sibuk pada pagi dan malam hari. Semakin tinggi tingkat kendaraan bermotor, maka semakin tinggi tingkat polusi CO di udara. Selain itu, konsentrasi CO pada tempat tertentu juga dipengaruhi oleh kecepatan emisi (pelepasan) CO di udara dan kecepatan dispersi dan pembersihan CO dari udara. Pada daerah perkotaan kecepatan pembersihan udara sangat lambat. Oleh karena itu, kecepatan dispersi dan pembersihan CO sangat menentukan konsentrasi CO di udara. Kecepatan dispersi dipengaruhi langsung oleh faktor meteorologi, seperti kecepatan dan arah angin. Selain cuaca, variasi dari kadar CO juga dipengaruhi oleh topografi jalan dan bangunan disekitarnya. Dampak terhadap kesehatan. Pengaruh CO terhadap tanaman terhadap tanaman tidak memiliki pengaruh secara nyata. Sedangkan CO pada konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan kematian pada manusia. Dalam konsentrasi rendah, CO juga dapat mengganggu kesehatan. CO mampu untuk mengganggu transpor oksigen ke seluruh tubuh. 2. Partikel Sifat fisika dan kimia. Partikulat debu melayang (Suspended Particulate Matter/SPM) merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron. Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara. Banyak istilah yang digunakan untuk menyatakan partikulat debu di udara. Beberapa istilah digunakan mengacu dari pengambilan sampel di udara, seperti: Suspended Particulate Matter (SPM), Total Suspended Particulate (TSP), balack smake. Istilah lainnya lagi lebih mengacu pada tempat di saluran pernafasan dimana partikulat debu dapat mengedap, seperti inhalable/
9
thoracic particulate yang mengedap di saluran pernafasan bagian bawah pangkal tenggorokan. Istilah lainnya yang juga digunakan adalah PM10 (partikulat debu dengan ukuran diameter aerodinamik <10 mikron), yang mengacu pada unsur fisiologi maupun dari pengambilan sampel di udara. Sumber dan distribusi. Secara alamiah partikulat debu dapat dihasilkan dari debu tanah kering yang terbawa oleh angin atau berasal dari muntahan letusan vulkano gunung berapi. Kepadatan kendaraan bermotor dapat menambah asap hitam pada total emisi partikulat debu. Pembakaran sampah dan sampah komersial merupakan sumber SPM yang cukup penting. Berbagai proses industri seperti proses penggilingan dan penyemprotan, dapat menyebabkan abu berterbangan di udara, seperti yang juga dihasilkan oleh emisi kendaraan bermotor. Menurut Dahlan (1989) dalam Dahlan (2004), debu yang terdapat pada daun dibedakan menjadi debu terjerap dan debu terserap. Partikel yang terjerap adalah partikel yang menempel di permukaan daun secara sementara. Jika ada angin ataupun hujan, partikel ini akan terlepas dari daun, sedangkan partikel terserap tetap berada di jaringan daun. Dampak terhadap kesehatan. Pengaruh partikel terhadap tanaman, secara tidak langsung akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Hal ini diakibatkan adanya partikel yang menempel pada daun membentuk kerak sehingga mengganggu fotosintesi, menghambat sinar matahari, dan mencegah pertukaran CO2. Terhadap manusia, partikel <10 mikron dapat mengganggu sistem pernapasan yang membuat fungsi paru-paru, hidung, serta tenggorakan menjadi kurang baik. Sedangkan pengaruh terhadap bahan lain, polutan ini dapat menimbulakan korosif serta membuat kotor alat-alat rumah tangga 3. Nitrogen Oksida (NOx) Sifat fisika dan kimia. Oksida Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di atmosfir yang terdiri dari nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Walaupun ada bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas tersebut yang paling banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara. NO merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau sebaliknya NO2 berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam. NO terdapat
10
diudara dalam jumlah lebih besar daripada NO2. Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen di udara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak oksigen membentuk NO2. Sumber dan distribusi. Dari seluruh jumlah NOx yang dibebaskan ke udara, jumlah yang terbanyak adalah dalam bentuk NO yang diproduksi oleh aktivitas bakteri. Akan tetapi pencemaran NO dari sumber alami ini tidak merupakan masalah karena tersebar secara merata sehingga jumlah nya menjadi kecil. Yang menjadi masalah adalah pencemaran NO yang diproduksi oleh kegiatan manusia karena jumlahnya akan meningkat pada tempat-tempat tertentu. Kadar NOx di udara perkotaan biasanya 10–100 kali lebih tinggi dari pada udara di pedesaan. Kadar NOx di udara daerah perkotaan dapat mencapai 0,5 ppm (500 ppb). Reaksi kimia: NO2 + O2 2 NO2 + O2
2 NO 2 NO2
Emisi NOx dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena sumber utama NOx yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan bermotor, produksi energy, dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NOx buatan manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas, dan bensin. Dampak terhadap kesehatan. Polutan NOx diketahui bersifat sangat merusak tanaman. Stoker dan Seager (1972) dalam Fardiaz (1992) membuktikan bahwa pada konsentrasi 1,0 ppm akan menunjukkan binti-bintik pada daun. Sedangkan untuk konsentrasi yang lebih tinggi (3,5 ppm atau lebih) menyebabkan nekrosis atau kerusakan tenunan daun. Pada manusia, NO dan NO2 memiliki pengaruh yang sangat berbahaya. NO2 menujukkan empat kali lebih beracun daripada NO, terutama terhadap paru. 4. Sulfur Oksida (SOx) Sifat fisika dan kimia. Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), dan keduanya disebut sulfur oksida (SOx). SO2 mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah terbakar diudara, sedangkan SO3 merupakan komponen yang tidak reaktif.
11
Sumber dan distribusi. Sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfir merupakan hasil kegiatan manusia dan kebanyakan dalam bentuk SO2. Dua pertiga bagian lagi berasal dari sumber-sumber alam, seperti vulkano dan terdapat dalam bentuk H2S dan oksida. Pada transportasi hanya menghasilkan sedikit SOx, sehingga tidak terlalu menjadi masalah utama. Masalah yang ditimbulkan oleh bahan pencemar yang dibuat oleh manusia adalah dalam hal distribusinya yang tidak merata sehingga terkonsentrasi pada daerah tertentu. Sedangkan pencemaran yang berasal dari sumber alam biasanya lebih tersebar merata. Tetapi pembakaran bahan bakar pada sumbernya merupakan sumber pencemaran SOx, misalnya pembakaran arang, minyak bakar gas, kayu dan sebagainya. Sumber SOx yang kedua adalah dari proses-proses industri seperti pemurnian petroleum, industri asam sulfat, industri peleburan baja dan sebagainya. Reaksi kimia: S + O2 2 SO2 + O2
SO2 2 SO3
Dampak terhadap kesehatan. Pengaruh SOx terhadap tanaman diantaranya beberapa bagian daun menjadi kering dan mati. Kontak SOx pada konsentrasi rendah dalam waktu lama mengakibatkan kerusakan kronis sehingga pembentukan klorofil menjadi tehambat. Sedangkan pengaruh terhadap manusia dapat menyebabkan iritasi pada sistem pernapasan dan kardiovaskular. Selain itu, polutan ini juga memberikan dampak terhadap bahan lain yang dapat mengakibatkan korosi pada bahan metal, kerapuhan pada bahan bangunan dari karbonat, dan melapuknya serat tekstil serta kertas. 5. Ozon (O3) Sifat fisika dan kimia. Oksidan (O3) merupakan senyawa di udara selain oksigen yang memiliki sifat sebagai pengoksidasi. Oksidan adalah komponen atmosfir yang diproduksi oleh proses fotokimia, yaitu suatu proses kimia yang membutuhkan sinar matahari mengoksidasi komponen-komponen yang tak segera dioksidasi oleh oksigen. Senyawa yang terbentuk merupakan bahan pencemar sekunder yang diproduksi karena interaksi antara bahan pencemar primer dengan sinar matahari. Hidrokarbon merupakan komponen yang berperan dalam produksi oksidan fotokimia, meliputi Ozon, Nitrogen
12
dioksida, dan peroksiasetilnitrat (PAN) yang kemudian dinyatakan sebagai kadar ozon karena lebih dari 90% total oksidan terdapat dalam bentuk ozon. Reaksi ini melibatkan siklus fotolitik NO2. Sumber dan distribusi. Fardiaz (1992) menjelaskan bahwa Ozon merupakan jenis polutan sekunder yang terdiri dari molekul oksigen dengan tambahan sebuah atom oksigen. Reaksi lanjutan terjadi karena tidak sempurnanya proses pembakaran. Polutan ozon tidak secara langsung dikeluarkan oleh kendaraan bermotor. Dalam pembentukkannya, berasal dari pengaruh siklus fotolitik NO2 dan interaksi antara NO2 dengan sinar matahari. Tahap-tahap reaksi tersebut, sebagai berikut: 1. NO2 mengabsorbsi energi dalam bentuk sinar ultra violet dari matahari. 2. Energi yang diabsorbsi tersebut memecah molekul-molekul NO dan atomatom oksigen (O). Atom oksigen yang terbentuk bersifat sangat reaktif. 3. Atom-atom oksigen akan bereaksi dengan oksigen atmosfer (O2) membentuk ozon (O3) yang merupakan atom sekunder. 4. Ozon akan bereaksi dengan NO membentuk NO2 dan O2 sehingga reaksi menjadi lengkap. Dampak terhadap kesehatan. Ozon yang baik menurut Darmono (2001), berada pada daerah stratosfer yang berfungsi untuk menyaring 99% sinar berbahaya dari matahari, yaitu radiasi ultraviolet. Sedangkan ozon yang buruk berada di lapisan troposfer karena terbentuk akibat aktivitas manusia. Hal tersebut berbahaya untuk kesehatan manusia, diantaranya menyebabkan iritasi pada selaput mata, saluran pernapasan, dan meningkatnya gejala asma. Beberapa
kerusakan
pada
tanaman,
yaitu
menghambat
fotosintesis,
berkurangnya klorofil, menyebabkan nekrosis, dan menghambat respirasi. Pengaruh terhadap bahan lain, seperti berpotensi merusak bahan-bahan yang berasal dari karet. Jalan Dalam lanskap kehidupan manusia, tersusun atas dua hal yaitu tempat dan jalan. Jalan berfungsi sebagai jalur pergerakan orang dan kendaraan, sedangkan tempat sebagai pusat aktivitas orang bekerja, berdagang, belajar, beribadah, dan bersantai (Simonds dan Starke, 2006).
13
Jalan memiliki fungsi diantaranya sebagai sirkulasi kendaraan, yaitu sebagai akses menuju tempat-tempat tertentu, sebagai penghubung berbagai tempat, dan sebagai tempat pergerakan manusia dan barang (Harris and Dines, 1988). Jalan yang baik mampu menyediakan kenyaman, daya tarik, dan rasa senang pada penggunanya. Aktivitas manusia yang amat beragam dan tersebar luas di segala penjuru mengharuskan manusia untuk melakukan mobilitas dari suatu lokasi menuju lokasi lainnya. Disisi lain, Dirjen Bina Marga pada tahun 2006 juga menjelaskan bahwa jalan
merupakan
suatu
kesatuan
sistem
jaringan
yang
mengikat
dan
menghubungkan pusat-pusat kota dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hirarki. Jalan berperan untuk trasportasi penumpang, transportasi barang, dan mendorong pengembangan wilayah. Berdasarkan Undang-Undang No. 38 tahun 2004, disebutkan bahwa jalan adalah suatu prasana perhubungan darat yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan sekunder. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah ditingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan. Sedangkan sistem jaringan jalan sekunder adalah sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam masyarakat perkotaan. Menurut statusnya, jalan umum dibagi menjadi jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. 1. Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antara ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol. 2. Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
14
3. Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten. Sesuai dengan peruntukannya, jalan terdiri atas jalan umum dan jalan khusus. Jalan umum dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status, dan kelas. Jalan khusus bukan diperuntukkan bagi lalu lintas umum dalam rangka distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan. Menurut fungsinya, jalan umum dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan. 1. Jalan arteri, jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. 2. Jalan kolektor, jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. 3. Jalan lokal, jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. 4. Jalan lingkungan, jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat dan kecepatan rata-rata rendah.
Gambar 2. Pembagian Fungsi Jalan
15
Bagian-bagian jalan menurut PP No. 34 tahun 2006, meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawas jalan. 1. Ruang manfaat jalan (Rumaja) meliputi badan jalan, yang hanya diperuntukkan bagi pelayanan lalu lintas dan angkutan umum; saluran tepi jalan, yang merupakan saluran penampungan dan penyaluran air agar badan jalan bebas dari pengaruh air; dan ambang pengaman jalan, berupa bidang tanah dan/atau konstruksi bangunan pengaman yang berada diantara tepi badan jalan dan batas ruang manfaat jalan yang hanya diperuntukkan bagi pengamanan kontruksi jalan.
Gambar 3. Bagian-bagian Jalan (Sumber: PP No.34 Tahun 2006 tentang Jalan)
2. Ruang milik jalan (Rumija) yang terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan. Rumija diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan, pelebaran jalan, dan penambahan jalur lalu lintas di masa akan datang serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan. Sejalur tanah tertentu dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai lanskap jalan. Rumija paling sedikit memiliki lebar, sebagai berikut: -
Jalan bebas hambatan 30 (tiga puluh) meter;
-
Jalan raya 25 (dua puluh lima) meter;
-
Jalan sedang 15 (lima belas) meter;
-
Jalan kecil 11 (sebelas) meter.
16
3. Ruang pengawasan jalan (Ruasja) merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang penggunaannya berada dibawah pengawasan penyelenggara jalan. Ruasja diperuntukkan bagi pandangan bebas pengemudi dan pengaman konstruksi jalan serta pengaman fungsi jalan. Lebar Ruasja ditentukan dari tepi badan jalan. Ruang Terbuka Hijau Kota Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyebutkan bahwa ruang terbuka, adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Ruang terbuka terdiri atas ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau. Ruang terbuka hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Ruang terbuka non-hijau, adalah ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras maupun yang berupa badan air. Menurut Nurisyah (1996), RTH kota adalah ruang-ruang terbuka (open spaces) di berbagai tempat di suatu wilayah perkotaan yang secara optimal digunakan sebagai daerah penghijauan dan berfungsi, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk kehidupan dan kesejahteraan manusia atau warga kotanya selain untuk kelestarian dan keindahan lingkungan. RTH adalah salah satu komponen pembentuk ruang atau wilayah perkotaan yang memiliki peranan penting dalam menyangga (biofiltering), mengendalikan (biocontroling), dan memperbaiki (bioengineering) kualitas lingkungan kehidupan suatu wilayah perkotaan. Karena itu, RTH juga dinyatakan sebagai bagian dari ruang fungsional suatu wilayah perkotaan yang dapat meningkatkan kualitas fisik, non fisik, dan estetika alami suatu kota (Dinas Pertamanan, 2007). Dalam struktur dan pemanfaatan ruang kota, RTH juga dapat berperan dalam menjaga keseimbangan penggunaan lahan dan merupakan komponen pembentuk struktur dan tata ruang kota sesuai dengan hierarki peruntukannya. Sebagai konsekuensi dari berbagai hal ini dapat dinyatakan bahwa keberadaan
17
suatu RTH dan juga kelestarian keberadaannya sangat dibutuhkan dalam mengendalikan pembangunan dan perkembangan suatu wilayah perkotaan. Lebih dalam dijelaskan dalam Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2007, manfaat RTH berdasarkan fungsinya terbagi atas: 1. Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu membentuk keindahan dan kenyamanan (teduh segar sejuk) dan mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga, buah). 2. Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu pembersih udara yang sangat efektif, pemelihara akan kelangsungan persediaan air tanah, pelestarian fungsi lingkungan beserta isi flora dan fauna yang ada (konservasi hayati atau keanekaragaman hayati). Jalur Hijau Jalan Simonds dan starke (2006) menjelaskan bahwa jalur hijau jalan merupakan bagian jalan yang disediakan untuk penanaman pohon dan tanaman lain. Tanaman tepi jalan berfungsi untuk membedakan area melalui kualitas lanskap yang unik, melapisi jalur lalu lintas dan memperkuat jajaran path, memberikan penekanan pada node, sebagai peneduh dan daya tarik, screen atau menutupi pemandangan yang tidak diinginkan, menghilangkan silau, serta mengurangi polusi udara dan kebisingan. Tanaman tepi jalan memisahkan berbagai aktivitas yang berlangsung di jalan umum dengan jalan pemukiman. Pemilihan jenis tanaman ditentukan oleh kondisi iklim habitat dan areal dimana tanaman tersebut akan diletakkan dengan mempertimbangkan ketentuan geometri jalan dan fungsi tanaman. Jalur hijau jalan memiliki fungsi penting yang berperan sebagai RTH utama dalam kota dan menyebar rata dalam kota yang memberikan sebuah karakter dominan pada lanskap kota dan peranan ekologisnya berkontribusi besar dalam meningkatkan kualitas lingkungan kota. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor No. 8 Tahun 2006, menyatakan bahwa jalur hijau adalah setiap jalur tanah yang terbuka tanpa bangunan yang diperuntukan untuk pelestarian lingkungan sebagai salah satu sarana dan pengadaan taman kota. Hal-hal yang perlu dipersyaratkan dan perlu diperhatikan dalam perencanaan lanskap jalan agar dapat memenuhi penyesuaian dengan persyaratan geometrik jalan adalah sebagai berikut:
18
1. Pada jalur tanaman tepi Jalur tanaman pada daerah ini sebaiknya diletakan di tepi jalur lalu lintas, yaitu diantara jalur lalu lintas kendaraan dan jalur pejalan kaki (trotoar). Penentuan jenis tanaman yang akan ditanam pada jalur ini harus memenuhi criteria teknik peletakan tanaman dan disesuaikan dengan lebar jalur tanaman. 2. Pada jalur tengah (median) Lebar jalur median yang dapat ditanami harus mempunyai lebar minimum 0,80 meter, sedangkan lebar ideal adalah 4 – 6 meter. Pemilihan jenis tanaman perlu
memperhatikan
tempat
peletakkannya
terutama
pada
daerah
persimpangan, pada daerah bukaan (“U - turn”), dan pada tempat di antara persimpangan dan daerah bukaan. Begitu pula untuk bentuk median yang ditinggikan atau median yang diturunkan. 3. Pada daerah tikungan Pada daerah ini ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam hal menempatkan dan memilih janis tanaman, antara lain jarak pandang henti, panjang tikungan, dan ruang bebas samping di tikungan. Tanaman rendah (perdu atau semak) yang berdaun padat dan berwarna terang dengan ketinggian maksimal 0,80 meter sangat disarankan untuk ditempatkan pada ujung tikungan. 4. Pada daerah persimpangan Persyaratan geometrik yang ada kaitannya dengan perencanaan laskap jalan ialah adanya daerah bebas pandangan yang harus terbuka agar tidak mengurangi jarak pandang pengemudi. Pada daerah ini, pemilihan jenis tanaman dan peletakannya harus memperhatikan bentuk persimpangan baik persimpangan sebidang maupun persimpangan tidak sebidang. Selain itu, pemilihan jenis tanaman ditentukan oleh kondisi iklim habitat dan areal dimana tanaman tersebut akan diletakkan dengan memperhatikan ketentuan geometrik jalan dan fungsi tanaman. Menurut bentuknya, terdiri dari tanaman pohon, tanaman perdu/semak, dan tanaman penutup permukaan tanah. Dinas Pertamanan (2005) menetapkan persyaratan spesifik dalam pemilihan jenis tanaman lanskap jalan yang akan digunakan pada kawasan perkotaan, yaitu sebagai berikut:
19
1. Secara umum tanaman disenangi dan tidak membahayakan bagi warga kota; 2. Mampu tumbuh, hidup, dan berkembang pada lingkungan kota yang marginal (defisit air, suhu tinggi, lahan terbuka luas, udara tercemar, lahan tidak subur, strukturnya sudah rusak, dan lainnya); 3. Tahan terhadap gangguan fisik dari hama dan penyakit tanaman serta gangguan manusia (vandalisme) serta pemangkasan; 4. Prioritas vegetasi endemik yang dikaitkan dengan fungsi biofisik dan sosial; 5. Mampu tumbuh pada berbagai kondisi tanah dan juga berpengaruh positif terhadap tubuh tanah; 6. Mempunyai sistem perakaran yang dalam, serta tidak mudah tumbang oleh angin tetapi perakaran jangan merusak saluran utilitas (gas, air, telepon), dan bangunan lain; 7. Mempunyai tajuk lebar, selalu hijau dan berbunga, tidak menggugurkan daun dan cabang, tumbuh relatif cepat, batang dan cabang harus kuat dan elastic sehingga tidak mudah roboh, serta tidak memiliki buah besar dan keras; 8. Menghasilkan oksigen dalam jumlah yang relatif besar dan mampu meminimalkan kadar polutan atau pencemar lingkungan; 9. Keanekaragaman hayati dan dapat menjadi tempat hidup (habitat), sarang, pakan atau tempat istirahat satwa liar terutama burung-burung; 10. Merupakan jenis yang dapat berasosiasi dengan komponen lainnya; 11. Mudah untuk mendapatkan stok tanaman atau benihnya; 12. Mudah dalam pemeliharaan dan pengelolaannya.
Fungsi Pohon pada Lanskap Jalan Pohon adalah tanaman tahunan berkayu dan berbatang tinggi dengan dahan dan ranting jauh di atas permukaan tanah (Dirjen Bina Marga, 1999). Pohon memiliki batang utama tumbuh tegak, menopang tajuk pohon. Pohon dibedakan dari semak melalui penampilannya. Semak juga memiliki batang berkayu, tetapi tidak tumbuh tegak. Berdasarkan tingginya, pohon dibagi menjadi: 1. Pohon kecil, pohon yang memiliki ketinggian sampai dengan 7 meter. 2. Pohon sedang, pohon yamg memiliki ketinggian dewasa 7 -12 meter. 3. Pohon besar, pohon yamg memiliki ketinggian dewasa lebih dari 12 meter.
20
Dirjen Bina Marga (1996) menjelaskan beberapa fungsi dari pohon yang berada pada lanskap jalan, yaitu: 1. Tanaman Penyerap Polusi Udara dan Kebisingan adalah jenis tanaman berbentuk pohon atau perdu yang mempunyai massa daun yang padat dan dapat menyerap polusi udara akibat asap kendaraan bermotor dan dapat mengurangi kebisingan.
Gambar 4. Vegetasi Sebagai Penyaring Polutan (Sumber: Carpenter, 1975)
2. Tanaman Pembatas, Pengarah, dan Pembentuk Pandangan adalah jenis tanaman berbentuk pohon atau perdu yang berfungsi sebagai pembatas pemandangan yang kurang baik, pengarah gerakan bagi pemakai jalan pada jalan yang berbelok atau menuju ke suatu tujuan tertentu, juga karena letak dapat memberikan kesan yang berbeda sehingga dapat menghilangkan kejenuhan bagi pemakai jalan. 3. Tanaman Konservasi Tanah adalah jenis tanaman berbentuk pohon, perdu/semak atau tanaman penutup tanah yang karena sistem perakarannya dapat berfungsi untuk mencegah erosi pada tanah berlereng. 4. Tanaman Penutup adalah jenis tanaman penutup permukaan tanah yang bersifat selain mencegah erosi tanah juga dapat menyuburkan tanah yang kekurangan unsur hara. Biasanya merupakan tanaman antara bagi tanah yang kurang subur sebelum penanaman tanaman yang tetap (permanen).
21
5. Tanaman Peneduh adalah jenis tanaman berbentuk pohon dengan percabangan yang tingginya lebih dari 2 (dua) meter dan dapat memberikan keteduhan dan menahan silau cahaya matahari bagi pejalan kaki. 6. Tanaman Pengarah, Penahan, dan Pemecah Angin adalah jenis tanaman berbentuk pohon atau perdu yang diletakkan dengan suatu komposisi membentuk kelompok.
Gambar 5. Mekanisme Vegetasi dalam Mereduksi Polutan Udara Terkait dengan masalah polusi udara, Nasrullah (2001) menyebutkan bahwa untuk mengurangi jumlah polutan yang telah terlepas pada lingkungan dapat dikurangi dengan adanya vegetasi. Berikut merupakan mekanisme tanaman dalam mereduksi polutan (Gambar 5), yaitu: 1. Difusi, pemencaran polutan ke atmosfir yang lebih luas. Tajuk pohon yang tinggi dapat membelokkan hembusan angin ke atmosfir yang lebih luas, sehingga konsentrasi polutan menurun. 2. Absorbsi, penyerapan polutan gas melalui stomata polutan gas masuk kedalam jaringan daun. 3. Adsorbsi, penjerapan polutan partikel oleh permukaan daun, batang, ranting yang menjerap partikel debu dan logam yang terkandung di dalam udara. 4. Deposisi partikel besar oleh daun dan bagian tanaman lainnya. Untuk menghitung kemampuan vegetasi dalam menyerap polutan di udara, diperlukan pendekatan fisiologis pada proses translokasi, transportasi pada air, dan transpirasi. Dikarenakan, pada proses tersebut terdapat banyak gas dan partikel padat kurang dari 10 mikron yang berupa polutan diserap dan digunakan
22
untuk kebutuhan fisiologis tanaman (American Forest, 2002). Gambar 6 merupakan proses translokasi polutan pada vegetasi. Translocation of Pollutans by Vegetation
During the process of photosynthesis, trees’ leaves absorb airborne pollutan and translocate them along with carbohydrates to the root zone, where microbes are responsible for breaking them down. POLLUTANS REMOVED BY LEAVES TRANSPORTED TO ROOTS VIA PHLOEM POLLUTANS ABSORBED BY ROOTS TRANSPORTED TO LEAVES VIA XYLEM
Gambar 6. Translokasi Polutan oleh Vegetasi (Sumber: City of Boulder Water Conservation Office, 2002)
Terdapat
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi
tanaman
dalam
meningkatkan penyerapan polutan, diantaranya faktor lingkungan (konsentrasi polutan, cahaya, suhu) dan faktor morfologi/fisiologi daun (ketebalan daun, klorofil, laju fotosintesis, laju transpirasi, konduktas stomata, kerapatan stomata). Penelitian di Toronto tahun 2005 yang membuktikan bahwa vegetasi dapat mengurangi sumber-sumber pencemar NO2, SO2, CO, PM10, dan ozon (Tabel 2). Tabel 2. Daya serap vegetasi terhadap polutan di udara Jenis Polutan
Rumput (mg)
Pohon (mg)
CO NO2 Ozon PM10 SO2
0,14 - 0,35 0,65 - 1,60 1,27 - 3,10 0,88 - 2,17 0,25 - 0,61
0,06 - 0,57 0,62 - 3,74 1,09 - 7,40 1,37 - 5,57 0,23 - 1,37
*Sumber: Currie dan Bass, 2005
23
Kanopi dan Tajuk Pohon Kanopi pohon adalah bentuk dari percabangan dahan pohon yang menutupi daratan di bawahnya. Apabila tepi percabangan dahan suatu pohon bertemu dengan tepi percabangan dahan pohon lain dalam kawasan hutan maka disebut sebagai kanopi hutan. Plant form atau bentuk pohon merupakan suatu karakteristik pohon secara visual yang menunjukkan keseluruhan bentuk (shape) dan pola pertumbuhan, atau outline silhoutte pohon. Bentuk tumbuhan merupakan salah satu faktor kunci yang menentukan struktur komposisi tumbuhan, mempengaruhi kesatuan dan keanekaan, berperan sebagai aksen atau latar belakang, dan mengkoordinasikan vegetasi dengan bangunan atau elemen desain lainnya. Booth (1990) menjelaskan terdapat tujuh bentuk umum pohon (Gambar 7). Bentuk-bentuk tersebut diantaranya fastigiate (ramping & meruncing), columnar (lonjong), spreading (melebar), rounded (bulat), pryramidal (piramid), weeping (merunduk) dan picturesque (seperti lukisan). 1. Fastigiate (Ramping & Meruncing) Pohon fastigiate memiliki bentuk yang meruncing dan profil yang ramping yang mengarahkan mata memandang secara vertikal ke atas. Jika ditanam dalam baris, mereka bisa menciptakan kesan yang cantik sebagai hedge (pagar/pelindung) untuk mendefiniskan batas, pemecah angin, dan sebagai screen yang efektif untuk meredam polusi suara atau menutupi pemandangan yang kurang enak dilihat. 2. Columnar (Lonjong) Seperti namanya, bentuk pohon columnar (lonjong) menyerupai kolom atau silinder dengan cabang (ranting) pohon yang panjangnya seragam. Kesannya seperti ramping, padahal sebenarnya tidak. Hal ini disebabkan karena pola percabangannya. Banyak jenis pohon yang diketahui umumnya masuk kedalam kategori ini. Bagus sebagai pohon pengarah yang diaplikasikan pada jalan masuk, dan sebagainya. 3. Spreading (Melebar) Pohon yang tajuknya melebar bahkan di bagian puncak kanopinya memberi kesan yang sangat luas. Terlihat masif (padat), membuat rumah yang
24
hanya satu lantai semakin terlihat pendek. Tapi jika ditanam untuk rumah yang fasadenya ramping justru terlihat kontras dan menarik.yang kecil semakin terlihat kerdil.
Gambar 7. Bentuk-bentuk Tajuk Pohon (Sumber: Booth, 1990)
4. Rounded (Bulat) Bentuk bulat kanopi pohon ini sangat ideal untuk lanskap yang desainnya formal. Jika ditanam berbaris akan menciptakan kesan linear yang kuat, dan kanopinya yang mampu menangkap angin. Jika ditanam sendiri di padang rumput, pohon akan menjadi sebuah spesimen yang menarik.
25
5. Pryramidal (Piramid) Pohon berbentuk piramid ini memiliki kanopi segitiga - lebar di bagian bawah dan menyempit (meramping) di bagian puncak. Banyak pohon-pohon desidu dan konifer yang memiliki bentuk klasik ini. Satu buah pohon bentuk piramid yang berukuran besar akan terlihat menarik jika ditanam di halaman yang luasannya cukup lebar, sehingga memberi ruang bagi pohon untuk tumbuh baik. 6. Weeping (Merunduk) Ranting pohon merunduk ini jatuh ke bawah dan terlindungi dengan menarik. Umumnya pohon ini lebih kecil dan ornamental yang mampu memperlembut elemen hardscape. Kebanyakan pohon memiliki bentuk ini. 7. Picturesque (Seperti Lukisan) Bentuk rantingnya irregular (tidak teratur) dan acak, menciptakan bentuk kanopi asimetris yang menarik. Menciptakan bayangan yang bagus, dan setelah daunnya berguguran, rantingnya yang arsitektural menciptakan siluet yang dramatis. Dalam
kaitannya
mereduksi
polusi
udara,
Kharismana
(2004)
menyebutkan bahwa kriteria vegetasi yang berfungsi sebagai penyerap polutan, yaitu toleran terhadap polusi, kombinasi semak, penutup tanah, dan pohon dengan penataan berlapis-lapis, kerapatan tinggi, jarak tanam rapat, daun tebal dengan permukaan kasar, mempunyai trikoma dan kerapatan stomata tinggi, struktur tepi daun kasar/bergerigi/berbulu, batang dan cabang bertekstur kasar, evergreen. Contohnya, Casuarina equisetifolia, Aghatis alba, Bauhinia sp., Barringtonia asiatica, Cassua fistula, Delonix regia, Samanea saman. Sistem Informasi Geografi Sistem Informasi Geografi atau GIS (Geographic Information System) menurut Prahasta (2002) adalah suatu sistem informasi tentang pengumpulan dan pengolahan data serta penyampaian informasi dalam koordinat ruang, baik secara manual maupun digital. Data yang diperlukan merupakan data yang mengacu pada lokasi geografis yang terdiri dari dua kelompok, yaitu data grafis dan data atribut. Data grafis tersusun dalam bentuk titik, garis, dan polygon. Data atribut berupa data kualitatif atau kuantitatif yang merupakan hubungan satu-satu dengan
26
data grafisnya. GIS digunakan untuk menyimpan dan menganalisis informasiinformasi geografis. Dalam menangani data yang bereferensi suatu geografis, sistem komputer ini memiliki empat kemampuan dasar, yaitu data masukan (data spasial dan data atribut), data keluaran (peta tematik), manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data), dan analisis data. Menurut ESRI (2004), terdapat lima komponen utama dalam GIS, yaitu pelaksana, data, prosedur, hardware, dan software. Kemampuan GIS dalam menangani data yang bereferensi geografis sebagai berikut: pengambilan data (capture), penyimpanan data (store), pemilahan (query), pengolahan (analysis), penampilan (display), dan hasil akhir (output). Perangkat lunak GIS yang biasa digunakan antara lain ArcView, ArcGis, MapInfo, ERDAS. Arcview 3.2 merupakan perangkat lunak GIS yang dibutuhkan pada penelitian ini. Software tersebut berfungsi untuk menganalisis data spasial maupun non-spasial dan juga pemetaan. Ekstensi CITYgreen dikembangkan oleh American Forest dari Amerika berdasarkan penelitian yang dipimpin oleh David Nowak, Ph.D, dari USDA Forest Service. Penggunaan ektensi ini telah banyak dilakukan untuk menganalisis ekologi oleh negara-negara luar, seperti dalam Regional Ecosystem Analiysis Roswell – Gorgia tahun 2002, Urban Ecosystem Analysis San Diego – California tahun 2003, Urban Ecosystem Analysis Palm Beach Country – Florida tahun 2007, dan sebagainya. Program ini juga dapat dilakukan di berbagai negara atau benua lain, seperti China termasuk Indonesia karena didalam analisis, CITYgreen memberikan pilihan-pilihan yang sama atau mendekati dengan kondisi daerah yang akan dianalisis. Selain itu, CITYgreen juga bisa menambahkan jenis pohon berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Dalam proses menganalisis kebutuhan suatu RTH, digunakan ekstensi CITYgreen 5.4 yang berfungsi dalam menganalisis kualitas udara, penyimpanan dan daya serap karbon, aliran permukaan air, dan penyimpanan, dengan memanfaatkan luas kanopi pohon. Untuk mengetahui kemampuan kanopi pohon dalam menyerap dan menjerap polutan serta keuntungan ekologi yang dihasilkan, penelitian hanya akan menggunakan analisis kualitas udara pada ekstensi CITYgreen 5.4. Dari hasil analisis akan didapat luas area analisis, persentase distribusi penutupan lahan, jumlah koefisien polutan yang dapat diserap dan
27
dijerap dalam satua Pounds, dan penghematan dari penyerapan polusi udara tahunan dalam bentuk Dollar yang dikonversi menjadi Rupiah. Dengan menyerap dan menyaring karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO2), sulfur oksida (SO2), ozon (O3), dan benda partikel kurang dari 10 mikron (PM10) pada daun, pohon kota melakukan pembersihan udara yang secara langsung mempengaruhi penghuni kota. CITYgreen 5.4 memperkirakan tingkat pembersihan polusi tahunan dari pohon dengan menggunakan studi kajian tertentu untuk polutan tersebut. Untuk menghitung nilai uang dari polutan, ekonomi menghitung nilai ekternal atau nilai tidak langsung yang dikeluarkan masyarakat untuk pelayanan kesehatan dan mengurangi pemasukan dari turisme. Nilai biaya externality riil dari berbagai polutan udara ditetapkan oleh komisi pelayanan umum di setiap negara (American Forest, 2002). Citra Satelit Quick Bird Sudarsono (2006) menjelaskan bahwa Satelit Quick Bird merupakan salah satu satelit yang mengorbit pada bumi secara polar. Satelit ini diluncurkan untuk keperluan pengindraan jauh sumber daya alam. Citra Satelit Quick Bird merupakan milik Amerika Serikat dengan ukuran piksel 0,61 meter yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan perancangan wilayah, seperti perencanaan fisik (jaringan jalan, drainase, pipa, listrik, dll) di daerah perkotaan maupun pedesaan. Ketajaman citra dari sampel yang diambil, umumnya lebih dari 90%, sehingga citra ini sangat baik untuk digunakan sebagai media interpretasi pengindraan jauh.