BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Ikan merupakan produk yang mudah rusak. Kerusakan ikan disebabkan oleh kegiatan enzimatis dari dalam tubuh ikan itu sendiri. Untuk menanggulangi kerusakan pada ikan yang disebabkan oleh aktivitas enzim tersebut, aktivitas mikroorganisme atau proses oksidadi lemak oleh udara maka perlu dilakukan penanganan selama distribusi yang bertujuan untuk mengolah dan mengawetkan ikan seperti yang dikemukakan oleh Afriayanto dan Liviawaty (2005) yaitu penggunaan suhu rendah, menggunakan suhu tinggi, mengurangi kadar air, menggunakan zat antiseptik seperti Natrium Benzoat dan menggunakan ruang hampa udara. Proses penanganan ikan yang bertujuan untuk memperpanjang umur simpan ikan akan menanbah biaya produksi pada ikan sehingga harga jual ikan akan naik. Biaya penyimpanan dan penanganan bahan dalam rantai pasok ikan terdapat disemua tahapan rantai pasok ikan mulai dari proses budidaya hingga ke tangan konsumen. Biaya itu dibutuhkan untuk menjaga supaya ikan yang diterima konsumen tetap berkualitas baik, namun biaya tersebut merupakan sesuatu yang tidak diinginkan oleh konsumen sehingga harus diminimalisir. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah setingkat provinsi yang berupaya meningkatkan sektor kelautan dan perikanannya tahun 20132017 melalui program “Menuju Dagang Layar.” Hal ini sesuai dengan arahan
1
2
Sri Sultan Hamengku Buwono X yang disampaikan pada paparan Visi Misi Program Calon Gubernur DIY 2012-2017 yaitu “Maka, mengalihkan pusat pertumbuhan ekonomi dari wilayah Pantura ke Pantai Selatan (Pansel) dengan berkembangnya kluster-kluster industri kecil dan agribisnis di pedesaan, serta industri kelautan, perikanan dan pariwisata maritim di wilayah pesisir, yang didukung oleh infrastruktur jalan Selatan-Selatan, menjadi pilihan strategis yang harus diwujudkan”. Berdasarkan PERMEN-KP No. 5 tahun 2014 tentang Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN), untuk mewujudkan SLIN maka peran pemerintah daerah DIY yang dibutuhkan antara lain : 1.
Mengkoordinasikan ketersediaan ikan di pusat produksi dan/atau pusat pengumpulan atau pusat distribusi;
2.
Mengkoordinasikan pasokan dan permintaan yang disesuaikan dengan karakteristik produksi hasil perikanan;
3.
Memberikan insentif bagi pelaku usaha perikanan dalam penyedia jasa logistik di bidang perikanan;
4.
Melakukan pembinaan terhadap penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan;
5.
Mempromosikan penggunaan teknologi produksi dan pemasaran yang lebih efisien dan efektif;
6.
Mempercepat pemasaran;
ketersediaan
sarana
dan
prasarana
produksi
dan
7.
Melaksanakan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan logistik di bidang perikanan;
8.
Mengembangkan sistem informasi manajemen logistik ikan nasional dengan kegiatan yang meliputi mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menyajikan, dan menyebarkan informasi produksi dan pemasaran antara lain berupa, jumlah, jenis, harga, waktu ketersediaan dan permintaan, jasa pengangkutan ikan dan produk perikanan, bahan dan alat produksi secara waktu nyata;
9.
Membentuk kelembagaan SLIN; dan
10. Melakukan sosialisasi tentang SLIN. Dalam mendukung peran pemerintah daerah dalam SLIN dan meningkatkan sistem rantai pasok ikan di DIY maka perlu dikaji permasalahan yang terdapat pada pelaku rantai pasok di DIY sehingga pelaku rantai pasok ikan khususnya pembudidaya dapat bersaing dengan pemasok ikan di luar DIY. Konsumsi ikan di DIY mengalami peningkatan dari tahun ke tahun peningkatan ini dapat dilihat pada tabel 1.1. tentang konsumsi kalori dan protein per kapita yang berasal dari ikan di DIY. Berdasarkan data KKP tahun 2011 jumlah produksi perikanan tangkap di DIY sebesar 5.002 ton dan volume produksi perikanan budidaya sebesar 44.543 ton. Untuk mencukupi kebutuhan konsumsi ikan, DIY memasok ikan dari daerah lain seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Menurut Widodo (2013), hanya 30% dari total kebutuhan ikan di DIY yang dapat dipenuhi oleh pemasok lokal sedangkan
3
70% sisanya disuplai dari luar daerah DIY. Adanya pemasok ikan dari luar DIY membuat kompetisi pada pasar ikan di DIY. Tabel 1.1 Rata - rata konsumsi kalori dan protein per kapita sehari menurut kelompok makanan ikan tahun 2008 - 2011 2008 2009 2010 2011 Kalori (Kkal) 12,44 14,37 14,81 17,89 Protein (gram) 1,91 2,18 2,36 2,62 (Sumber : olah data BPS, 2009-2012)
Untuk mendukung sektor perikanan dan kelautan di daerah DIY diperlukan identifikasi pelaku-pelaku dan kegiatan serta identifikasi biaya dalam tiap rantai pasokan ikan yang ada di DIY yaitu mulai dari pembudidaya ikan, industri pengolahan ikan hingga ke konsumen. Oleh karena itu, penelitian mengenai “Analisis Struktur Biaya dalam Rantai Pasok Ikan pada Kelompok Minapolitan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ” dengan studi kasus di beberapa kawasan minapolitan ini dibuat. Penelitian tentang rantai pasokan ikan di Yogyakarta sebelumnya pernah dilakukan oleh Kuncoro Harto Widodo, Joewono Soemardjito dan Dwi Ardianta Kurniawan yaitu tentang Supply Chain Model of Catfish Production and Trade in Yogyakarta, Indonesia yang telah diterbitkan dalam International Journal of Mechanical, Industrial Science and Engineering Vol:7 No:8, 2013. Ikan yang merupakan objek kajian dalam penelitian ini dibatasi pada ikan lele, nila dan gurame untuk ikan dari hasil budidaya darat sedangkan ikan hasil tangkapan adalah ikan tuna dan ikan cakalang. Jenis ikan ini
4
merupakan ikan dengan produksinya cukup besar di DIY. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.2. dan 1.3. berikut : Tabel 1.2 Jumlah produksi budidaya ikan perairan darat dalam kolam di DIY
No
Jenis ikan
1
Bawal
2
Udang galah
3
Grasscarp
4
Sleman
Jumlah (kg) Gunung Kidul
Bantul
Kulon Progo
Kota Yogyakarta
Total (kg)
403.419.000
337.798
105.238
0
1.344
403.863.380
26.080.000
0
0
33.256
0
26.113.256
698.050
0
0
0
0
698.050
Gurami
4.216.100
1.594.478
85.128
2.522.711
1.623
8.420.040
5
Nila
6.783.500
1.710.900
539.572
604.164
9.258
9.647.394
6
Tawes
61.700
18.163
95.964
91.915
0
267.742
7
Lele
5.735.700
6.554.066
3.837.353
9.107.674
72.288
25.307.081
8
Mas
91.100
61.024
124.500
64.354
0
340.978
9
0
172.641
0
0
0
172.641
10
Patin Udang vaname
0
504.598
6.066
86.406
0
597.070
11
Lainnya
17.910
27.003
66.485
77.150
102
188.650
(Sumber : Olah data BPS, 2012)
Jumlah produksi ikan hasil tangkapan yang terbesar terdapat pada Tabel 1.2 berikut: Tabel 1.3. Produksi ikan laut menurut jenis ikan yang terbesar di DIY No 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis ikan Rumput laut Cucut lanyam Cakalang Layur Mayung Bawal putih Tuna Madidihang Udang Barong
Jumlah (ton) 689,7 273,5 199,9 165,8 110,2 105,6 93,4 80,3
(Sumber : Olah data BPS tahun 2008-2012)
5
Berdasarkan Tabel 1.2, produksi gurame, lele, dan nila berada pada 10 besar produksi ikan di DIY. Hal tersebut sesuai dengan data permintaan konsumsi ikan dimana ikan lele, nila, dan gurame merupakan tiga jenis ikan dengan permintaan terbesar.
B. Rumusan Masalah 1. DIY berusaha meningkatkan sektor perikanan dan kelautannya. 2. Ikan merupakan produk perisabel yang dalam penanganannya dari produsen hingga ke konsumen membutuhkan biaya, namun biaya ini tidak diinginkan oleh konsumen. 3. Sejalan dengan visi Pemerintah Daerah DIY dalam mewujudkan program “Menuju Dagang Layar” 2013-2017 dan mendukung peran pemerintah daerah dalam pelaksanaan SLIN maka diperlukan identifikasi pelakupelaku dan kegiatan serta identifikasi biaya dalam tiap rantai pasokan ikan yang ada di DIY yaitu mulai dari pembudidaya ikan, industri pengolahan ikan hingga ke konsumen.
C. Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Pelaku rantai pasok yang diteliti hanya yang memiliki aktivitas logistik seperti pembudidaya ikan dan nelayan, pengepul, pedagang, dan pengolah.
6
2.
Ikan budidaya yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah ikan nila, lele, dan gurame yang ada di DIY sedangkan ikan hasil tangkapan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah cakalang dan tuna yang ada di DIY.
3.
Industri pengolahan ikan yang dijadikan objek merupakan industri pengolahan dengan bahan utama ikan seperti fillet ikan.
4.
Komponen biaya logistik yang digunakan adalah biaya pengadaan, biaya penyimpanan, biaya transportasi dan distribusi yang merupakan komponen SLIN dalam Permen KP No 5 tahun 2014.
5.
Persentase jumlah ikan yang masuk dan keluar dalam tiap rantai pasok tidak dihitung dalam penelitian ini.
6.
Perhitungan struktur biaya pada rantai pasok hanya dilakukan pada satu line yaitu line yang melewati 4 pelaku rantai pasok.
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah ditulis pada rumusan masalah, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut : 1.
Mengidentifikasi pelaku pada setiap rantai pasok ikan di DIY.
2.
Menganalisis struktur rantai pasok ikan di DIY
3.
Menghitung dan menganalisis komponen biaya logistik dalam rantai pasok ikan di DIY
7
E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1.
Mengetahui pelaku dan perilaku sistem dalam rantai pasok ikan di DIY
2.
Mengetahui komponen biaya logistik dalam rantai pasok ikan di DIY
3.
Memperluas kajian penelitian dalam Supply Chain Management bagi masyarakat, produsen, pelaku pasar dan pelaku rantai pasok pada umumnya dan ikan pada khususnya.
8